Anda di halaman 1dari 6

Hadis-Hadis Akhlak Nabi Muhammad

ABSTRAK
Hadis-hadis Akhlak Nabi Muhammad adalah kumpulan petunjuk moral dan etika yang diajarkan oleh
Nabi Muhammad SAW dalam ajaran Islam. Hadis-hadis ini memiliki peran penting dalam membimbing
umat Muslim untuk hidup dengan akhlak yang mulia dan bermartabat. Dalam abstrak ini, kami akan
menyajikan beberapa kata kunci yang merangkum inti dari hadis-hadis akhlak Nabi Muhammad: Hadis-
Hadis Akhlak Nabi Muhammad merujuk pada koleksi petunjuk moral dan etika yang berasal dari
tindakan, perkataan, dan persetujuan Nabi Muhammad SAW. Hadis-hadis ini memiliki fokus khusus pada
ajaran moral dan etika yang diajarkan oleh Nabi, dan mereka menjelaskan cara hidup dengan integritas
dan memahami nilai-nilai moral dalam Islam. Dalam konteks ini, hadis-hadis ini berfungsi sebagai
panduan yang berharga untuk umat Muslim tentang bagaimana menjalani kehidupan yang sesuai dengan
ajaran agama mereka. Petunjuk moral dan etika yang terkandung dalam hadis-hadis ini sangat
komprehensif. Mereka mencakup berbagai aspek kehidupan sehari-hari, mulai dari interaksi sosial hingga
tindakan individu. Misalnya, mereka memberikan pedoman tentang bagaimana bersikap ramah, berbelas
kasih, dan penuh toleransi terhadap sesama. Hadis-hadis ini juga memberikan pedoman tentang kejujuran,
keadilan, dan integritas dalam semua tindakan. Dengan kata lain, hadis-hadis ini merinci norma-norma
moral yang harus dipegang teguh oleh umat Islam. Kepentingan hadis-hadis akhlak ini sangat besar.
Mereka bukan hanya catatan sejarah, melainkan panduan berharga bagi umat Muslim. Hadis-hadis ini
membantu memelihara akhlak dan etika dalam kehidupan sehari-hari, dan memainkan peran penting
dalam membentuk karakter individu. Melalui hadis-hadis ini, umat Muslim diberi contoh konkret tentang
cara hidup dengan integritas, kejujuran, dan toleransi, dan bagaimana bersikap adil dalam segala aspek
kehidupan.
Kata Kunci: Nabi Muhammad SAW, Akhlak,Etika,Islam

PENDAHULUAN
Hadits (bahasa Arab: ‫الحديث‬, har. 'berbicara, perkataan, percakapan', ejaan KBBI: hadits,
disebut juga sunnah, adalah perkataan (sabda), perbuatan, ketetapan dan persetujuan dari Nabi
Muhammad yang dijadikan landasan syariat Islam. Hadis dijadikan sumber hukum Islam
selain al-Qur'an, dalam hal ini kedudukan hadis merupakan sumber hukum kedua setelah al-
Qur'an Akhlak secara terminologi berarti tingkah laku seseorang yang didorong oleh suatu
keinginan secara sadar untuk melakukan suatu perbuatan yang baik.

Akhlak merupakan bentuk jamak dari kata khuluk, berasal dari bahasa Arab yang berarti
perangai, tingkah laku, atau tabiat. Cara membedakan akhlak, moral, dan etika, yaitu dalam
etika, untuk menentukan nilai perbuatan manusia baik atau buruk menggunakan tolok ukur akal
pikiran atau rasio, sedangkan dalam moral dan susila menggunakan tolok ukur norma-norma
yang tumbuh dan berkembang dan berlangsung dalam masyarakat (adat istiadat), dan dalam
akhlaq menggunakan ukuran Al Qur’an dan Al Hadis untuk menentukan baik-buruknya. Tiga
pakar di bidang akhlak yaitu Ibnu Miskawaih, Al Gazali, dan Ahmad Amin menyatakan bahwa
akhlak adalah perangai yang melekat pada diri seseorang yang dapat memunculkan perbuatan
baik tanpa mempertimbangkan pikiran terlebih dahulu.

PEMBAHASAN

Di dalam hadits dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi
Wasallam bersabda:

‫ِإَّنَم ا ُبِع ْثُت ُألَتِّمَم َم َك اِرَم اَألْخ الِق‬

Artinya: “Sesungguhnya aku diutus hanya untuk menyempurnakan keshalihan akhlak.” (HR. Al-
Baihaqi).
Ajaran yang dibawa oleh Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam yaitu agama Islam,
merupakan agama yang sempurna untuk seluruh umat manusia sepanjang masa.

Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam merupakan Rasul akhir zaman, Rasul terakhir
dan penutup para nabi, yang diutus oleh Allah untuk seluruh umat manusia tanpa melihat asal
suku dan bangsanya. Misi Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam antara lain adalah
menyempurnakan akhlak manusia.

Begitulah, maka Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam diutus di tengah-tengah masyarakat pada
jaman jahiliyah. Saat itu, akhlak dan prilaku masyarakat sangat biadab, penuh dengan
penyembahan pada berhala, pengagungan manusia atas manusia lainnya, perbudakan, penuh
dengan pertikaian dan penguasa yang menindas.

Begitulah, Allah mengutus Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dilengkapi dengan perilaku
(akhlak) yang mulia dan menjadi teladan terbaik bagi umatnya.

Keagungan akhlak Nabi Shallallahu ‘Alaihi wasallam, Allah sebutkan di dalam ayat:

‫َو ِإَّنَك َلَعلى ُخ ُلٍق َع ِظ يٍم‬


Artinya: “Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung”. (QS Al-Qalam:
4).
‫َلَقْد َك اَن َلُك ْم ِفي َر ُس وِل ِهَّللا ُأْس َو ٌة َح َس َنٌة ِّلَم ن َك اَن َيْر ُج و َهَّللا َو اْلَيْو َم اآْل ِخَر َو َذ َك َر َهَّللا َك ِثيًر ا‬

Artinya: “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu
(yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia
banyak menyebut Allah”. (QS Al-Ahzab: 21).
Isteri baginda Nabi, ‘Aisyah sendiri menyebut akhlak Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam
adalah Al-Qur’an.

Maka, siapa saja yang menginginkan kehidupan di dunia hingga akhirat berjalan baik dan
selamat sebagaimana yang dikehendaki Allah. Tiada jalan lain kecuali kembali mengamalkan
ajaran Al-Qur’an dan As-Sunnah dalam kehidupannya sehari-hari.

Sebab Al-Qur’an diturunkan adalah sebagai petunjuk bagi orang yang bertakwa, dan dengan
ketakwaan inilah kehidupan dunia hingga akhirat akan berlangsung baik dan selamat.

Firman Allah:

‫ َذ ِلَك اْلِكَتاُب َال َر ْيَب ِفيِه ُهًدى ِّلْلُم َّتِقيَن‬.‫الم‬

Artinya: “Alif laam miim . Kitab (Al Qur’an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi
mereka yang bertakwa”. (QS Al-Baqarah: 1-2)
Maka, bagi siapa saja yang mengabaikan Al-Qur’an dengan memperturutkan hawa nafsunya, dia
tidak akan mendapatkan kebahagiaan dunia dan akhirat.

Allah mengingatkan di dalam ayat:

‫ َقاَل‬.‫ َقاَل َر ِّب ِلَم َح َشْر َتِني َأْع َم ى َو َقْد ُك نُت َبِص يًر ا‬.‫َو َم ْن َأْع َر َض َعن ِذ ْك ِر ي َفِإَّن َلُه َم ِع يَش ًة َض نًك ا َو َنْح ُش ُرُه َيْو َم اْلِقَياَم ِة َأْع َم ى‬
‫ َو َك َذ ِلَك َنْج ِز ي َم ْن َأْسَر َف َو َلْم ُيْؤ ِم ن ِبآَياِت َرِّبِه َو َلَعَذ اُب اآْل ِخ َرِة َأَشُّد َو َأْبَقى‬.‫َك َذ ِلَك َأَتْتَك آَياُتَنا َفَنِس يَتَها َو َك َذ ِلَك اْلَيْو َم ُتنَس ى‬
Artinya: “Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya
penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan
buta. Berkatalah ia: “Ya Tuhanku, mengapa Engkau menghimpunkan aku dalam keadaan buta,
padahal aku dahulunya adalah seorang yang melihat?”. Allah berfirman: “Demikianlah, telah
datang kepadamu ayat-ayat Kami, maka kamu melupakannya, dan begitu (pula) pada hari ini
kamupun dilupakan”. Dan demikianlah Kami membalas orang yang melampaui batas dan tidak
percaya kepada ayat-ayat Tuhannya. Dan sesungguhnya azab di akhirat itu lebih berat dan
lebih kekal”. (QS Thaha: 124-127).
Akhlak dicontohkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam adalah untuk terciptanya
sebuah ketenteraman, kebahagian dan kesejahteraan hidup seluruh makhluk di seluruh dunia
hingga akhirat.

Sebagaimana firman Allah:

‫َو َم ا َأْر َس ْلَناَك ِإاَّل َرْح َم ًة ِّلْلَعاَلِم يَن‬

Artinya: “Dan tiadalah Kami mengutus kamu Muhammad, melainkan untuk (menjadi) rahmat
bagi semesta alam”. (QS Al-Anbiya’: 107).

Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :

‫َم ا ِم ْن َش ْي ٍء َأْثَقُل ِفْي ِم ْيَزاِن اْلُم ْؤ ِم ِن َيْو َم اْلِقَياَم ِة ِم ْن ُخ ُلٍق َح َس ٍن‬

“Tidak ada sesuatu yang lebih berat pada timbangan (kebajikan) seorang mukmin pada hari
kiamat daripada akhlak yang mulia” (HR At-Tirmidzi)

Hadits ini mengisyaratkan kepada kita bahwa seseorang mukmin berusaha untuk melakukan amalan yang
terbaik dengan timbangan yang terberat pada hari kiamat. Karena kita sadar bahwa umur dan kemampuan kita
untuk beramal sholeh terbatas, maka Nabi mengarahkan kita untuk berakhlak yang mulia, karena akhlak
mulia merupakan amal ibadah yang sangat berat timbangannya pada hari kiamat.

Dan diantara keutamaan akhlak yang terbaik sebagaimana perkataan Abdurrahman bin Nashir
as-Si’diy :

‫ َم َع ُحُصْو ِل اَألْج ِر اْلَعِظ ْيِم‬، ‫ َو ُهَو ِفي َر اَحٍة َو َنِع ْيٍم‬،‫َو ِإَّنُه ِفي َنْفِسِه ِع َباَد ٌة َع ِظ ْيَم ٌة َتَتَناَو ُل ِم ْن َز َم اِن اْلَع ْبِد َو ْقًتا َطِو ْيًال‬
“Dan sesungguhnya akhlak mulia itu sendiri pada dasarnya merupakan ibadah yang agung yang
mencakup waktu yang panjang dari seorang hamba, sementara sang hamba dalam ketenteraman
dan kebahagian, disertai memperoleh pahala yang besar” (risalah “Husnul Khuluq”)

Sungguh benar perkataan beliau, karena seorang hamba hampir terus menerus dalam kondisi
berinteraksi dengan orang lain, jika ia berhias dengan akhlak yang mulia maka pahala akan terus
menerus mengalir kepadanya. Di luar rumah ia bertemu dengan teman kerjanya, atau bosnya, di
rumah ia bertemu dengan istrinya dan anak-anaknya, demikian juga bertemu dengan orang
tuanya, di pasar ia bertemu dengan para penjual, dan seterusnya. Jika akhlak yang mulia telah
terpatri dalam dirinya maka sungguh pahala terus akan mengalir kepadanya tatkala ia
bermuamalah dengan orang-orang tersebut.

Demikian juga beliau mengingatkan bahwa akhlak yang mulia itu sendiri merupakan ibadah
yang agung. Karena sebagian orang merasa sedang beribadah tatkala sholat, membaca al-Qur’an,
tatkala sedang berpuasa, dan berdzikr, akan tetapi terkadang lupa bahwa berakhlak mulia
ternyata merupakan ibadah yang agung.

Beliau juga mengingatkan bahwa orang yang berakhlak yang mulia senantiasa dalam kondisi
tenteram dan bahagia. Karena orang yang berakhlak mulia hatinya bersih jauh dari kesengsaraan.
Orang yang berakhalak mulia adalah orang yang mudah memaafkan, bukan pendendam, tidak
temperamental, ringan tangan membantu orang lain, tidak pelit, tidak hasad, qona’ah, tidak
suuzon, dll. Orang yang seperti ini adalah orang yang bahagia dalam kehidupannya. Sementara
orang yang berakhlak buruk adalah orang yang sangat menderita batinnya, karena ia seorang
yang pendendam, pemarah, pelit, suka suuzon, tukang hasad dan tukang hasud, dll. Ini adalah
orang yang sangat menderita kehidupannya, orang yang sengsara, dan juga membuat orang-
orang di dekatnya (seperti anak dan istrinya atau suaminya) ikut menderita dan sengsara.
Berbeda dengan orang yang berakhlak yang mulia, ia bahagia dan membuat orang-orang
disekitarnya juga ikut berbahagia.

“Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain.” (Hadits Riwayat ath-
Thabrani, Al-Mu’jam al-Ausath, juz VII, hal. 58, dari Jabir bin Abdullah r.a.. Dishahihkan
Muhammad Nashiruddin al-Albani dalam kitab: As-Silsilah Ash-Shahîhah)
Menjadi pribadi yang bermanfaat adalah salah satu karakter yang harus dimiliki oleh seorang
Muslim. Seorang Muslim lebih diperintahkan untuk memberikan manfaat bagi orang lain, bukan
hanya mencari manfaat dari orang atau memanfaatkan orang lain. Ini adalah bagian dari
implementasi konsep Islam yang penuh cinta, yaitu memberi.
Selain itu, manfaat kita memberikan manfaatkan kepada orang lain, semuanya akan kembali
untuk kebaikan diri kita sendiri. Sebagaimana firman Allah:
‫ِإْن َأْح َس نُتْم َأْح َس نُتْم َأِلنُفِس ُك ْم‬

“Jika kalian berbuat baik, sesungguhnya kalian berbuat baik bagi diri kalian sendiri
(QS al-Isrâ/ 17: 7), dan sabda Rasulullah saw:
‫َو َم ْن َك اَن ِفي َح اَج ِة َأِخ يِه َك اَن ُهَّللا ِفي َح اَج ِتِه‬
“… dan barangsiapa (yang bersedia) membantu keperluan saudaranya, maka Allah (akan
senantiasa) membantu keperluannya.” (Hadits Riwayat Bukhari, Shahîh al-Bukhâriy, juz III, hal.
168, hadits no. 2442 dan Muslim, Shahîh Muslim, juz VIII, hal. 18, hadits no. 6743 dari
Abdullah bin Umar r.a).

Kesimpulan
Untuk mengatur akhlak dan perilaku Manusia khusunya untuk yang beragama Islam pada
dasarnya harus disesuaikan dengan aturan yang telah diperintahkan oleh Allah SWT serta Hadits
yang shahih akan tetapi, kita sebagai seorang muslim tidak boleh mengenyampingkan aturan
yang dibuat atau yang telah diberlakukan oleh pemerintah baik itu pemerintah dari tingkat
bawah hingga pusat yang jelas tempat di mana kita tinggal.

DAFTAR PUSTAKA

https://id.wikipedia.org/wiki/Akhlak
https://id.wikipedia.org/wiki/Hadis
https://minanews.net/nabi-diutus-untuk-memperbaiki-akhlak-manusia/
https://muslim.or.id/40677-keutamaan-berhias-dengan-akhlak-mulia.htmlhttps://
muallimin.sch.id/2016/01/20/jadilah-orang-yang-bermanfaat/
http://www.salamdakwah.com/artikel/4149-penjelasan-hadits-adab-akhlaq-bulughul-maram-2-
keutamaan-akhlak-mulia

Anda mungkin juga menyukai