Anda di halaman 1dari 5

ISRA MI’RAJ: DIMENSI SPIRITUAL, IDEOLOGI DAN POLITIK

Buletin Kaffah No. 282 (26 Rajab 1444 H/17 Februari 2023 M)

Isra Mi’raj adalah perjalanan yang Allah SWT berikan kepada Nabi saw. di tengah tahun
duka-cita. Ketika itu Allah SWT mewafatkan paman beliau, Abu Thalib, dan istri beliau,
Khadijah binti Khuwailid ra. Beliau juga mendapat penolakan kasar dari penduduk Thaif.
Selain menjadi penyemangat kembali dakwah Nabi saw., perjalanan Isra Mi’raj ini juga berisi
berbagai pelajaran penting yang menunjukkan berbagai dimensi kemuliaan Islam.

Dimensi Spiritual

Para ulama sepakat bahwa Isra Mi’raj adalah mukjizat yang Allah SWT berikan kepada
Rasulullah saw. Perjalanan yang membutuhkan waktu lebih dari satu bulan hanya ditempuh
kurang dari semalam. Allah SWT berfirman:

َّ ‫ُ=و‬
‫الس= ِمي ُع‬ َ ‫ُس ْب َحانَ الَّ ِذي َأ ْس َر ٰى بِ َع ْب ِد ِ=ه لَ ْياًل ِمنَ ْال َم ْس ِج ِد ْال َح َر ِام ِإلَى ْال َم ْس= ِج ِد اَأْل ْق‬
َ ‫ص=ى الَّ ِذي بَا َر ْكنَ=ا َحوْ لَ=هُ لِنُ ِريَ=هُ ِم ْن آيَاتِنَ=ا ۚ ِإنَّهُ ه‬
‫صي ُر‬ ِ َ‫ْالب‬

Mahasuci Allah Yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Masjid al-
Haram ke Masjid al-Aqsha, yang telah Kami berkahi sekelilingnya, agar Kami
memperlihatkan kepada dia sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sungguh Dia Maha
Mendengar lagi Maha Mengetahui (TQS al-Isra [17]: 1).

Nabi saw. juga dipertemukan dengan para nabi dan rasul yang terdahulu. Imam Muslim
meriwayatkan bahwa Rasulullah saw. bertemu dengan Nabi Adam as., Nabi Isa bin Maryam
as., Nabi Yahya as., dsb. Kemudian beliau diperintahkan oleh Allah SWT untuk mengimami
shalat para nabi dan rasul tersebut.

Dalam perjalanan Mi’raj, Nabi saw. diperlihatkan oleh Allah SWT beragam siksaan terhadap
para penghuni neraka. Beliau menyaksikan siksaan terhadap orang-orang yang rakus akan
jabatan, siksaan terhadap para khatib/penceramah yang menebar fitnah, siksaan terhadap para
pezina, siksaan terhadap para pemakan riba, dsb. Selanjutnya beliau dinaikkan ke Sidratul
Muntaha. Di sana Allah SWT memberikan perintah shalat secara langsung kepada beliau.

Seluruhnya adalah dimensi spiritual penguji keimanan kaum Muslim. Apakah jika kabar dari
Allah SWT dan Rasul-Nya yang di luar jangkauan akal manusia, berbeda dengan kebiasaan
dan melawan budaya serta adat-istiadat, akan diterima ataukah ditolak?

Kala itu ada yang kembali murtad karena merasa peristiwa ini di luar akal manusia. Mereka
lupa bahwa tak ada yang mustahil bagi Allah SWT. Mudah saja bagi Allah SWT memberikan
kemukjizatan kepada Rasul-Nya. Karena itu orang yang kokoh keimanannya malah semakin
mantap, seperti Abu Bakar ra. Beliau lalu digelari oleh Nabi saw. sebagai ash-shiddîq.
Sudah seharusnya kita merenungi ayat al-Quran yang mengingatkan kita untuk
menyempurnakan keimanan, termasuk dengan menerima syariah agama ini secara utuh.
Allah SWT berfirman:

‫ب الَّ ِذي َأ ْن َز َل ِم ْن قَ ْب= ُل ۚ َو َم ْن يَ ْكفُ==رْ بِاهَّلل ِ َو َماَل ِئ َكتِ= ِه‬


ِ ‫ب الَّ ِذي نَ َّز َل َعلَ ٰى َرسُولِ ِه َو ْال ِكتَا‬
ِ ‫يَا َأيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا آ ِمنُوا بِاهَّلل ِ َو َرسُولِ ِه َو ْال ِكتَا‬
‫ضاَل اًل بَ ِعيدًا‬ َ ‫ض َّل‬ َ ‫َو ُكتُبِ ِه َو ُر ُسلِ ِه َو ْاليَوْ ِم اآْل ِخ ِر فَقَ ْد‬

Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, juga pada
kitab yang telah Allah turunkan kepada Rasul-Nya dan kitab yang Allah turunkan
sebelumnya. Siapa saja yang kafir kepada Allah, para malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, para
rasul-Nya dan Hari Akhir, sungguh dia telah sesat sejauh-jauhnya (TQS an-Nisa [4]: 136).

Imam Ibnu Katsir menjelaskan ayat di atas: “Allah SWT memerintahkan kepada para hamba-
Nya yang beriman untuk mengamalkan seluruh syariah yang dituntut oleh iman berikut
cabang-cabangnya, rukun-rukunnya serta pilar-pilarnya.” (Ibnu Katsir, Tafsîr al-Qur’ân
al-‘Azhîm, 2/434).

Dimensi Ideologis

Imam Muslim meriwayatkan bahwa pada malam Isra Mi’raj, Nabi saw. diberi dua bejana
minuman berisi khamr dan susu. Beliau lalu meminum susu, bukan khamr. Kemudian Jibril
as. berkata:

َ‫ت ُأ َّمتُك‬
ْ ‫خَذتَ ْالخَ ْم َر غ ََو‬
ْ ‫ك لَوْ َأ‬ ْ ِ‫صبْتَ ْالف‬
َ َّ‫ َأ َّما ِإن‬-َ‫ط َرة‬ ْ ِ‫هُ ِديتَ ْالف‬
َ ‫َأوْ َأ‬- َ‫ط َرة‬

Engkau telah diberi petunjuk sesuai fitrah atau bertindak benar selaras dengan fitrah.
Sungguh, andai engkau mengambil arak, niscaya sesatlah umatmu.

Peristiwa ini adalah menegaskan bahwa Islam adalah agama lurus dan sesuai dengan fitrah
manusia. Mulai dari akidah hingga ibadah, akhlak, muamalah hingga politik dan kenegaraan.
Seluruhnya akan mendatangkan kemaslahatan bagi umat manusia dan menghilangkan
kerusakan/mafsadat dalam kehidupan. Islam dengan seluruh syariahnya mustahil
mendatangkan penderitaan bagi umat manusia.

Jika Islam sudah sempurna dan sesuai dengan fitrah manusia, apakah pantas jika masih ada
Muslim yang lebih percaya pada ajaran Montesquieu, Socrates, Adam Smith, Karl Marx atau
Piagam PBB daripada Islam dengan seluruh ajaran dan syariahnya? Padahal Allah SWT telah
berfirman:

َ‫َأفَ ُح ْك َم ْال َجا ِهلِيَّ ِة يَ ْب ُغونَ َو َم ْن َأحْ َسنُ ِمنَ هَّللا ِ ُح ْك ًما لِقَوْ ٍم يُوقِنُون‬

Apakah hukum Jahiliah yang mereka kehendaki? (Hukum) siapakah yang lebih baik daripada
(hukum) Allah bagi orang-orang yang meyakini (agamanya)? (TQS al-Maidah [5]: 50).
Semua ideologi, sistem dan ajaran selain Islam tentu bertentangan dengan maqâshid asy-
syarî’ah. Menerapkan ideologi atau sistem selain Islam itu pasti akan merusak tatanan
kehidupan umat manusia dan mendatangkan kehinaan di akhirat. Allah SWT tegas berfirman:

‫ض ْن ًكا َونَحْ ُش ُرهُ يَوْ َم ْالقِيَا َم ِة َأ ْع َمى‬ َ ‫َو َم ْن َأ ْع َر‬


َ ً‫ض ع َْن ِذ ْك ِري فَِإ َّن لَهُ َم ِعي َشة‬

Siapa saja yang berpaling dari peringatan-Ku (al-Quran), sungguh bagi dia kehidupan yang
sempit, dan Kami akan mengumpulkan dirinya pada Hari Kiamat dalam keadaan buta (TQS
Thaha [20]: 124).

Dimensi Politik

Perjalanan Isra membawa Nabi saw. ke sejumlah tempat sebelum tiba di Al-Aqsa. Imam an-
Nasa’i meriwayatkan bahwa Rasulullah saw. dibawa oleh buraq dan Malaikat Jibril as. ke
Yatsrib (Madinah) untuk melaksanakan shalat di sana. Kemudian Jibril as. berkata:

َ َ‫صلَّيْتَ بِطَ ْيبَةَ َوِإلَ ْيهَا ْال ُمه‬


‫اج ُر‬ َ َ‫َأتَ ْد ِري َأ ْين‬
َ َ‫صلَّيْت‬

Tahukah engkau, di mana engkau shalat? Engkau shalat di negeri yang baik. Ke sanalah
orang-orang hendaknya pergi berhijrah (HR an-Nasa’i).

Setelah itu beliau juga diajak pergi ke Bukit Sinai dan melaksanakan shalat. Kemudian beliau
tiba di Baitul Muqaddas.

Peristiwa tersebut mengandung dimensi politik bagi dakwah Islam. Tidak lama setelah
peristiwa Isra Mi’raj, berimanlah serombongan Suku Aus dan Khazraj dari Yatsrib
(Madinah). Mereka lalu berbaiat kepada Rasulullah saw. di Aqabah. Setahun kemudian
Yatsrib telah siap menjadi tempat hijrah kaum Muslim dan berganti nama menjadi Madinah
al-Munawarah. Inilah Negara Islam pertama di dunia. Di sana hukum-hukum Allah SWT
diterapkan secara sempurna. Negara Islam di Madinah sekaligus menjadi titik sentral dakwah
yang menyebarkan Islam ke seluruh penjuru dunia; termasuk ke Bukit Sinai di Mesir, lalu ke
Yerusalem di Palestina dan seluruh negeri Syam.

Adapun peristiwa para nabi dan para rasul bermakmum kepada Rasulullah saw. dalam shalat
di Masjid al-Aqsa adalah isyarat bahwa kepemimpinan umat manusia sudah diserahkan
seutuhnya kepada beliau dan kaum Muslim. Tidak ada umat yang pantas memimpin dunia ini
selain umat Muslim. Tak ada pula ideologi yang layak memimpin dunia dan umat manusia
melainkan Islam.

Karena itu apakah pantas jika kaum Muslim menundukkan diri pada kekuasaan pihak asing
dan aseng yang malah menjajah mereka? Pantaskah pula kaum Muslim tunduk pada
kekuasaan lembaga-lembaga internasional buatan asing seperti PBB, IMF, dsb? Apalagi pada
faktanya semua lembaga internasional tersebut tidak berpihak kepada kaum Muslim, justru
malah banyak merugikan kaum Muslim.
PBB, misalnya, tidak melakukan apapun untuk menghentikan agresi militer pasukan koalisi
pimpinan AS ke Irak dan Afganistan yang menewaskan ratusan ribu warganya. PBB juga
berdiam diri atas aksi genosida terhadap Muslim Palestina, Suriah, Rohingya, Uyghur, dsb.

Demikianlah. Seharusnya Islam dan umatnya yang layak dan pantas memimpin dunia.
Sebabnya, Islam lebih dari sekadar agama spiritual atau akhlak belaka. Islam adalah ideologi
paripurna yang juga mengatur politik dan kenegaraan, sebagaimana yang dicontohkan oleh
Rasulullah saw. dan Khulafaur Rasyidin. Bahkan kelak kekuasaan Islam akan mengemban
agama ini ke seluruh bagian dunia sehingga umat manusia berada dalam naungannya. Hal ini
telah dijanjikan oleh Nabi saw.:

َ ‫ك ُأ َّمتِي َسيَ ْبلُ ُغ َما ُز ِو‬


‫ي لِي ِم ْنهَا‬ َ ‫َاربَهَا َوِإ َّن ُم ْل‬
ِ ‫ارقَهَا َو َمغ‬ ُ ‫ض فَ َرَأي‬
ِ ‫ْت َم َش‬ َ ْ‫ال ِإ َّن َربِّي زَ َوى لِي اَأْلر‬
َ َ‫ض َأوْ ق‬
َ ْ‫ِإ َّن هَّللا َ ز ََوى لِي اَأْلر‬

Sungguh Allah telah mendekatkan bumi ini untukku. Lalu aku melihat bagian timur dan
baratnya. Sungguh, kekuasaan umatku akan mencapai seluruh wilayah yang diperlihatkan
kepadaku tersebut (HR Abu Dawud).

Akan tetapi, kepemimpinan ini tidak mungkin terwujud melainkan dengan institusi Khilafah
Islamiyah yang memang telah diperintahkan oleh agama dan disepakati kewajibannya oleh
para ulama Ahlus Sunnah wal Jamaah (Aswaja). Kewajiban ini di antaranya ditulis oleh
Profesor Dr. Wahbah Zuhaili pada bab, “Sulthah at-Tanfîzh al-‘Ulyâ – Al-Imâmah”. Bab ini
merangkum pendapat para ulama dari berbagai mazhab tentang kewajiban menegakkan
Khilafah. Menurut beliau, hanya segelintir kelompok yang menolak kewajiban mendirikan
Khilafah, yaitu sebagian kecil kelompok Khawarij dan Muktazilah. Adapun mayoritas ulama
mazhab—bahkan seluruh ulama Aswaja—menyatakan wajib mendirikan Khilafah (Az-
Zuhaili, Al-Fiqh al-Islâmi wa Adillatuhu, 6/663-668).

WalLâhu a’lam. []

---*---
Hikmah:

Rasulullah saw. bersabda:

Pada malam di-isra’-kan, aku melihat sejumlah laki-laki yang digunting bibirnya dengan
gunting api. Aku bertanya (kepada Malaikat Jibril), “Jibril, siapakah mereka?” Jibril
menjawab:

َ‫َاب َأفَاَل يَ ْعقِلُون‬ َ َّ‫ك الَّ ِذينَ يَْأ ُمرُونَ الن‬


َ ‫اس بِ ْالبِ ِّر َويَ ْن َسوْ نَ َأ ْنفُ َسهُ ْم َوهُ ْم يَ ْتلُونَ ْال ِكت‬ َ ِ‫‌ ُخطَبَا ُء ِم ْن ُأ َّمت‬

“Mereka adalah para khatib dari kalangan umatmu. Mereka memerintah kebaikan pada orang
lain, namun mereka melupakan dirinya sendiri. Mereka membaca al-Quran, apakah mereka
tidak memikirkannya?” (HR Ahmad). []

Anda mungkin juga menyukai