Anda di halaman 1dari 9

Buletin Kaffah, No.

213
01 Rabiul Awwal 1443 H
08 Oktober 2021 M

ISLAM YA ISLAM,
TANPA EMBEL-EMBEL

S
aat ini, salah satu proyek yang sedang ramai dijalankan,
adalah proyek moderasi agama. Proyek ini menjadikan
Islam dan kaum Muslim sebagai sasaran utamanya.
Proyek ini tidak bisa dilepaskan dari pengarusutamaan
Islam moderat. Proyek moderasi agama bertujuan untuk me-
nancapkan paham Islam moderat dan menjadikan kaum
Muslim menjadi Muslim moderat. Proyek ini menyasar para
guru agama, mahasiswa, kaum milenial hingga kalangan pe-
santren.

Islam Moderat
Menurut Janine A Clark, Islam moderat adalah “Islam” yang
menerima sistem demokrasi. Sebaliknya, Islam radikal adalah
Islam yang menolak demokrasi dan sekularisme. Moderasi Is-

01
lam dalam pengertian ini bermakna membangun Islam yang
menerima demokrasi dan kesetaraan gender (Tazul Islam,
Amina Khatun, Islamic Moderate in Perspectives: A Comparison
Between Oriental and Occidental Scholarships, International
Journal of Nusantara Islam, Volume 03, No.2, 2015).
Moderasi Islam bisa dimaknai sebagai proses menjadikan
Muslim sebagai Muslim moderat. Karakter Muslim moderat
dapat dipahami, salah satunya, dari sebuah buku yang dike-
luarkan oleh Rand Corporation tahun 2007, berjudul Building
Moderate Muslim Network, pada bab 5 tentang Road Map for
Moderate Network Building in the Muslim World (Peta Jalan
untuk Membangun Jaringan Moderat di Dunia Muslim). Buku
ini termasuk salah satu rujukan tentang Muslim moderat.
Dalam salah satu anak judulnya dijelaskan tentang karak-
teristik Muslim moderat (Characteristics of Moderate Muslims).
Muslim moderat adalah orang yang menyebarluaskan
dimensi-dimensi kunci peradaban demokrasi. Termasuk di
dalamnya gagasan tentang HAM, kesetaraan gender,
pluralisme; menerima sumber-sumber hukum non-sektarian;
serta melawan terorisme dan bentuk-bentuk legitimasi ter-
hadap kekerasan (Angel Rabasa, Cheryl Benard et all, Building
Moderate Muslim Network, hlm. 66, RAND Corporation, 2007).
Alhasil, Islam moderat adalah pemahaman Islam yang dise-
suaikan dengan pemikiran, pemahaman dan peradaban Barat.

02
Dengan demikian Muslim moderat adalah sosok Muslim yang
menerima, mengadopsi, menyebarkan dan menjalankan pe-
mahaman Islam ala Barat.

Makna Umat[an] Wasath[an]


Pemahaman Islam moderat lalu dibungkus dengan istilah
Islam wasathiyah. Wasathiyah diambil dari istilah al-Quran,
wasath[an] (pertengahan). Inilah yang Allah jadikan sebagai
salah satu sifat umat Islam. Namun, istilah wasath[an] ini
hanya dicomot dan dijadikan sebagai “wadah”, sementara
isinya dijejali dengan pemahaman Islam moderat yang tidak
lain adalah Islam yang sesuai selera Barat.
Karena itu penting untuk mengembalikan istilah
wasath[an] ke makna yang sebenarnya sebagaimana yang
dikehendaki oleh al-Quran.
Secara bahasa, makna al-wasath adalah sesuatu yang
memiliki dua belah ujung yang ukurannya sebanding, per-
tengahan (Raghib al-Isfahani, Mufradat Alfâzh al-Qur’ân, jilid II,
entri w-s-th). Kata ini juga bisa bermakna sesuatu yang terjaga,
berharga dan terpilih karena tengah adalah tempat yang tidak
mudah dijangkau: tengah kota (Ibnu ‘Asyur, At-Tahrir wa at-
Tanwir, II/17).
Allah SWT berfirman:

03
ِ
‫ﻮل َﻋﻠَْﻴ ُﻜ ْﻢ‬
ُ ‫ﱠﺎس َوﻳَ ُﻜﻮ َن ٱﻟﱠﺮ ُﺳ‬ َ ‫َوَﻛ َٰﺬﻟ‬
ِ ‫ﻚ َﺟ َﻌ ْﻠٰﻨَ ُﻜ ْﻢ أُﱠﻣﺔً َو َﺳﻄًﺎ ﻟﱢﺘَ ُﻜﻮﻧُﻮا ُﺷ َﻬ َﺪاءَ َﻋﻠَﻰ ٱﻟﻨ‬
ً ‫َﺷ ِﻬ‬
‫ﻴﺪا‬
Demikian pula Kami telah menjadikan kalian (umat Islam)
sebagai umat[an] wasath[an] agar kalian menjadi saksi atas
(perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi
saksi atas (perbuatan) kalian (TQS al-Baqarah [2]: 143).

Imam ath-Thabari dalam menjelaskan makna wasath[an]


tersebut menukil 13 riwayat yang menunjukkan kata al-wasath
bermakna adil (al-‘adlu). Pasalnya, hanya orang-orang yang
adil yang bisa bersikap seimbang dan bisa disebut sebagai
orang pilihan. Abu Said al-Khudri ra. menuturkan bahwa Nabi
saw. pernah bersabda tentang firman Allah SWT:
‫ ﻋُ ُﺪ ْوًﻻ‬:‫ﻚ َﺟ َﻌ ْﻠﻨَﺎ ُﻛ ْﻢ أُﱠﻣﺔً َو َﺳﻄًﺎ ﻗَﺎل‬ ِ
َ ‫َوَﻛ َﺬاﻟ‬
Demikian pula Kami menjadikan kalian umat yang wasath[an].
Beliau berkata, “(yakni) yang adil.” (HR al-Bukhari, at-Tirmidzi
dan Ahmad).

Selain bermakna adil, menurut Mahmud Syaltut,


ummat[an] wasath[an] juga berarti umat pilihan (Mahmud
Syaltut, Tafsîr al-Qur’ân al-Karîm, hlm. 7).
Syaikh ’Atha bin Khalil Abu ar-Rasytah menjelaskan bahwa
Allah SWT menjadikan umat Muhammad saw. sebagai umat

04
yang adil di antara semua umat untuk menjadi saksi atas
mereka. Allah SWT menjadikan umat ini dengan sifat (al-
ummah al-wasath), yakni umat yang adil untuk menjadi saksi
atas manusia. Keadilan merupakan syarat pokok untuk ber-
saksi. Al-Wasath dalam perkataan orang-orang Arab bermakna
al-khiyâr (pilihan). Orang terpilih dari umat manusia adalah
mereka yang adil (‘Atha bin Khalil, At-Taysîr fî Ushûl at-Tafsîr:
Surah al-Baqarah, hlm. 177).
Jadi makna umat Islam sebagai umat[an] wasath[an], yakni
umat yang adil. Adil adalah menempatkan sesuatu pada tem-
pat semestinya, yakni sesuai syariah. Untuk menjadi umat[an]
wasath[an], umat Islam tidak boleh melampaui batas seperti
kaum Nasrani, di antaranya dengan membuat hukum sendiri;
juga tidak boleh enggan dan lalai seperti Yahudi yang enggan
dan tidak mau menerapkan syariah mereka. Untuk menjadi
umat[an] wasath[an] umat Islam justru harus mengambil dan
menerapkan totalitas syariah Islam. Tidak membuat hukum
sendiri yang bertentangan dengan syariah Islam.

Islam yang Sebenarnya


Kita hidup di dunia ini bukan atas kehendak kita sendiri,
tetapi atas kehendak Allah SWT. Bagaimana kita menjalani
hidup dan mengelola kehidupan dunia ini tidak boleh menurut
keinginan kita sendiri, melainkan harus mengikuti apa yang

05
Allah kehendaki. Untuk itu kita harus mengambil dan me-
ngikuti ‘manual book’ yang telah diberikan oleh Allah SWT,
yakni al-Quran dan as-Sunnah, dalam mengelola kehidupan ini.
Satu perkara yang sudah jelas, Allah SWT memerintahkan
kita untuk berislam atau beragama secara kaffah:
ِ ‫ﻳﺎ أَﻳـﱡﻬﺎ اﻟﱠ ِﺬﻳﻦ آﻣﻨُﻮا ْادﺧﻠُﻮا ِﰲ اﻟ ﱢﺴ ْﻠ ِﻢ َﻛﺎﻓﱠﺔً وَﻻ ﺗَـﺘﱠﺒِﻌﻮا ﺧﻄُﻮ‬
ِ َ‫ات اﻟﺸﱠﻴﻄ‬
‫ﺎن إِﻧﱠﻪُ ﻟَ ُﻜ ْﻢ‬ ْ َ ُ ُ َ ُ َ َ َ َ
ٌ ِ‫َﻋ ُﺪ ﱞو ﱡﻣﺒ‬
‫ﲔ‬
Hai orang-orang yang beriman, masuklah kalian ke dalam Islam
keseluruhan, dan janganlah kalian mengikuti langkah-langkah
setan. Sungguh setan itu musuh yang nyata bagi kalian (TQS al-
Baqarah [2]: 208).

As-Samarqandi (w. 373 H) menjelaskan maknanya,


“…Masuklah kalian ke dalam semua syariah Islam dan jangan
kalian mengikuti langkah-langkah setan…” (As-Samarqandi,
Bahru al-‘Ulûm, 1/173).
Al-Hafizh Ibnu Katsir juga menjelaskan, Allah SWT
memerintahkan hamba-Nya yang beriman kepada-Nya dan
membenarkan Rasul-Nya agar masuk ke semua simpul dan
syariah Islam serta mengamalkan semua perintah-Nya dan
meninggalkan semua larangannya semampu mereka.
Jadi dalam berislam, kita diperintahkan untuk mengambil
Islam dan syariahnya secara keseluruhan. Kita tidak boleh

06
berislam model prasmanan. Yang menarik diambil, yang enak
diikuti dan yang mudah dijalankan. Sebaliknya, yang tidak
menarik tidak diambil, yang tidak mengenakkan tidak diikuti
dan yang sulit tidak dijalankan.
Sudah jelas Allah SWT memerintahkan kita untuk bertakwa
dengan sebenar-benarnya:
‫ﻳﻦ َآﻣﻨُﻮا اﺗﱠـ ُﻘﻮا اﻟﻠﱠﻪَ َﺣ ﱠﻖ ﺗُـ َﻘﺎﺗِِﻪ َوَﻻ ﲤَُﻮﺗُ ﱠﻦ إِﱠﻻ َوأَﻧﺘُﻢ ﱡﻣ ْﺴﻠِ ُﻤﻮ َن‬ ِ‫ﱠ‬
َ ‫ﻳَﺎ أَﻳـﱡ َﻬﺎ اﻟﺬ‬
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah
dengan sebenar-benarnya, dan janganlah sekali-kali kalian mati
kecuali kalian tetap dalam keadaan Muslim (TQS Ali Imran [3]:
102).

Imam al-Baidhawi (w. 685 H) menjelaskan, “Hai orang-


orang yang beriman bertakwalah kepada Allah dengan
sebenar-benarnya dan (menjalankan) apa saja yang
diwajibkan, yaitu mengerahkan segenap upaya dalam
melakukan kewajiban dan menjauhi keharaman.” (Al-
Baydhawi, Anwâru at-Tanzîl wa Asrâru at-Ta`wîl, 1/373).
Dalam menjalankan perintah takwa ini, Allah SWT
berfirman:

ْ ‫ﻓَﺎﺗﱠـ ُﻘﻮا اﻟﻠﱠﻪَ َﻣﺎ‬


‫اﺳﺘَﻄَ ْﻌﺘُ ْﻢ‬
Karena itu bertakwalah kalian kepada Allah menurut
kesanggupan kalian (TQS at-Taghabun [64]: 16).

07
Rasul saw. juga bersabda:
‫اﺳﺘَﻄَ ْﻌﺘُ ْﻢ‬ ِ ِ ‫ وإِ َذا أَﻣﺮﺗُ ُﻜﻢ ﺑِﺎﻟﺸ‬،‫ﻓَِﺈ َذا ﻧـَﻬﻴﺘ ُﻜﻢ ﻋ ِﻦ اﻟﺸﱠﻲ ِء ﻓَﺎﺟﺘﻨِﺒﻮﻩ‬
ْ ‫ﱠﻲء ﻓَﺎﺋْـﺘُﻮا ﻣْﻨﻪُ َﻣﺎ‬
ْ ْ َْ َ ُ ُ َْ ْ َ ْ ُْ َ
Karena itu jika aku melarang kalian dari sesuatu maka tinggal-
kanlah dan jika aku memerintahkan sesuatu maka lakukan
sesuai kemampuan kalian (HR al-Bukhari, Muslim, Ahmad, al-
Humaidi, Ibnu Hibban dan Abu Ya’la).

Allah SWT pun memerintahkan kita untuk menjadi peno-


long agama-Nya:
‫َﻧﺼ َﺎر اﻟﻠﱠ ِﻪ‬ ِ‫ﱠ‬
َ ‫ﻳَﺎ أَﻳـﱡ َﻬﺎ اﻟﺬ‬
َ ‫ﻳﻦ َآﻣﻨُﻮا ُﻛﻮﻧُﻮا أ‬
Hai orang-orang yang beriman, jadilah kalian penolong (agama)
Allah (TQS ash-Shaff [61]: 14).

Menurut Imam al-Baghawi (w. 510 H) dalam Ma’âlim at-


Tanzîl, maknanya adalah: jadilah kalian penolong agama Allah.
Adapun menurut Imam al-Maturidi (w. 333 H) dalam Ta`wîlâtu
Ahli as-Sunnah, ‘menolong Allah’ bermakna menolong agama-
Nya atau Rasul-Nya.
Jika seorang Muslim mengambil Islam dan syariahnya
secara kaffah, bertakwa dengan sebenar-benarnya dengan
menjalankan semua yang diperintahkan semaksimal kemam-
puan dan meninggalkan apa yang dilarang, serta menolong
dan membela agama-Nya, lantas dia disebut apa? Yang jelas

08
dia adalah seorang Muslim sebagaimana yang Allah perintah-
kan dan Dia ridhai. Jika Muslim semacam ini dianggap bukan
sosok Muslim moderat atau ia dituding sebagai Muslim radikal
atau sebutan stigmatik lainnya, semua itu tidak ada arti dan
nilainya selama Allah SWT ridha.
WalLâh a’lam bi ash-shawâb. []

HIKMAH:

Rasul saw. bersabda:

َ ‫ﺲ ِر‬
َ‫ﺿﺎء‬ ِ ِ ‫ﱠ‬ ِ ِ ِ ِ ‫َﻣ ِﻦ اﻟْﺘَ َﻤﺲ ِر َ ﱠ‬
َ ‫ﺿﺎءَ اﻟﻠﻪ ﺑ َﺴ َﺨﻂ اﻟﻨﱠﺎس َﻛ َﻔﺎﻩُ اﻟﻠﻪُ ُﻣ ْﺆﻧَﺔَ اﻟﻨﱠﺎس َوَﻣﻦ اﻟْﺘَ َﻤ‬ َ
ِ ‫ﱠﺎس ﺑِ َﺴ َﺨ ِﻂ اﻟﻠﱠ ِﻪ َوَﻛﻠَﻪُ اﻟﻠﱠﻪُ إِ َﱃ اﻟﻨ‬
‫ﱠﺎس‬ ِ ‫اﻟﻨ‬
Siapa saja yang mencari ridha Allah meski harus menanggung
kemarahan manusia, Allah pasti akan menyelamatkan dirinya
dari kezaliman manusia. Siapa saja yang mencari ridha manusia
dengan sesuatu yang bisa mendatangkan kemurkaan Allah,
Allah akan menyerahkan urusannya kepada manusia.
(HR at-Tirmidzi dan Ibnu al-Mubarak). []

09

Anda mungkin juga menyukai