Anda di halaman 1dari 12

Landasan Teologis

Moderasi Beragama
Oleh: Kelompok 2
Sebagai negara yang plural dan multikultural, konflik berlatar agama sangat
potensial terjadi. Moderasi beragama sangat diperlukan sebagai solusi, agar dapat
menjadi kunci penting untuk menciptakan kehidupan keagamaan yang rukun,
harmoni, damai, serta keseimbangan, baik dalam kehidupan pribadi, keluarga,
bermasyarakat, bernegara maupun kehidupan beragama.

• Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda,

َ‫عدُولُهُ يُ ْنفَ ْونَ َع ْنهُ تَحريف الغالين وانتحال ال ُمب ِْطلَ ْي ِن و تَأ ْ ِوي َل ْال َجا ِه ِلين‬
ُ ٍ‫يَ ْح ِم ُل هذا العلم ِم ْن ُك ِل َخلَف‬
“Ilmu agama ini akan terus dibawa oleh orang-orang adil (terpercaya) dari
tiap-tiap generasi, yang selalu berjuang membersihkan agama ini dari: Tahriful
Ghalin (pemutarbalikan pengertian agama yang dilakukan oleh orang-orang
yang menyimpang), Intihalul Mubthilin (Kedustaan orang-orang sesat yang
mengatasnamakan agama), Ta'wilul Jahilin (Penta’wilan agama yang salah
yang dilakukan oleh orang-orang yang jahil)”
(Hasan, HR. Ibnu 'Ady dalam Al Kamil 1/145- 148)
Definisi Moderasi
• Istilah “moderasi” berasal dari Bahasa Inggris, yaitu kata
“moderation”, yang bermakna sikap sedang dan tidak
berlebih-lebihan.
• Kata moderation berasal dari bahasa Latin “moderatio”,
yang berarti ke-sedang-an (tidak kelebihan dan tidak
kekurangan).
• Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia kata "moderasi"
diartikan dengan penghindaran kekerasan atau
penghindaran keekstreman.
• Istilah untuk moderat atau moderasi dalam Bahasa Arab
adalah washatiyah yang bermakna pertengahan.
• Apabila istilah moderasi digabungkan dengan agama dan
sikap dalam beragama maka menjadi moderasi beragama
yang bermakna “Sikap mengurangi kekerasan, atau
menghindari keekstreman dalam praktik beragama”.
(https://inais.ac.id/memakna-moderasi-beragama/)
Istilah moderasi beragama merujuk kepada "sikap
dan upaya menjadikan agama sebagai dasar dan
prinsip untuk selalu menghindarkan perilaku atau
pengungkapan yang ekstrem (radikalisme) dan
selalu mencari jalan tengah yang menyatukan dan
membersamakan semua elemen dalam kehidupan
bermasyarakat, bernegara, dan berbangsa
Indonesia."

MODERASI BERAGAMA Bukan MODERASI AGAMA?

Agama tidak perlu dimoderasi karena agama itu sendiri telah


mengajarkan prinsip moderasi, keadilan dan keseimbangan. Jadi
bukan agama yang harus dimoderasi, melainkan cara penganut
agama dalam menjalankan agamanya itulah yang harus
dimoderasi. Tidak ada agama yang mengajarkan ekstremitas, tapi
tidak sedikit orang yang menjalankan ajaran agama berubah
menjadi ekstrem.

(Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI, Tanya Jawab Moderasi Beragama, hal. 15)
Dasar Teologis Islam sebagai Agama Moderat
‫مالسإلا ة ِيسو‬

Allah Swt berfirman :

َ ‫سوْ ُل عَ لَ ْي ُك ْم‬
.ۗ ‫ش ِه ْيدًا‬ ِ َّ‫ش َهد َۤا َء عَ لَى الن‬
ُ َّ‫اس وَ يَ ُكوْ نَ الر‬ َ َّ‫وَ َك ٰذ ِلكَ َج َع ْل ٰن ُك ْم اُ َّم ًة و‬
ُ ‫سطًا ِلتَ ُكوْ نُوْا‬

Artinya : Dan demikian pula Kami telah menjadikan kalian (umat Islam)
sebagai umat pertengahan agar kalian bisa menjadi saksi atas (perbuatan)
manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kalian.
[Q.S. Al-Baqarah/2 : 143]
• Islam Hadir sebagai Rahmat dan Maslahat bagi
Semesta
َ‫س ْل ٰن َك ا اَِّل َر ْح َمةً ِل ْلعٰ لَ ِميْن‬
َ ‫َو َما ٓ اَ ْر‬

Dan Kami tidak mengutus engkau (Muhammad), melainkan untuk (menjadi)


rahmat bagi semesta alam.
[Q.S. Al-Anbiyaa/21: 107]

Adapun makna dari rahmat yang terdiri dari tiga huruf ra, ha, dan mim menurut Ibnu
Faris dalam Maqayis al-Lughah memiliki arti dasar ‘kelembutan, kehalusan, dan kasih
sayang’.
Menurut al-Ashfihani dalam Mufradat Alfadzh al-Qur’an, kata rahmat berarti ‘kelembutan
yang menuntut berbuat baik kepada yang disayangi’. Allah Swt. al-Rahman wa al-Rahim
merupakan sumber dari rahmat (kasih sayang) yang tersebar di alam semesta ini.
• Islam adalah Agama yang Lurus sesuai Fitrah
dan Lapang

ٌ ‫علَ ْي ُك ْم ِب ْال ُمْْ ِم ِنيْنَ َر ُء ْو‬


‫ف ار ِح ْي ٌم‬ َ ‫ْص‬ َ ‫علَ ْي ِه َما‬
ٌ ‫ع ِنت ُّ ْم َح ِري‬ ُ ‫لَقَ ْد َج ۤا َء ُك ْم َر‬
َ ‫س ْو ٌل ِم ْن اَ ْنفُ ِس ُك ْم‬
َ ‫ع ِزي ٌْز‬

“Sungguh telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaum kalian sendiri, tak tahan
melihat penderitaan kalian, sangat menginginkan (keselamatan dan kebahagiaan)
atas kalian, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin.”
[Q.S. at-Taubah/9: 128]

“Aku diutus dengan membawa agama yang lurus dan toleran”


(HR Imam Ahmad (5/266) dari hadits Abu Umamah)
• Islam Agama yang Mudah (al-dinu yusrun)

… ‫ٱَّللُ ِب ُك ُم ْٱليُ ْس َر َو ََّل يُ ِري ُد ِب ُك ُم ْٱلعُ ْس َر‬


‫… يُ ِري ُد ا‬

Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran


bagimu....”
[Q.S. Al-Baqarah/2:185].

“Dari Abu Hurairah, dari Nabi saw.. bersabda: “Sungguh agama Islam ini
mudah. Tidak satupun orang yang mempersulit/memperkeras agama ini
kecuali ia akan terkalahkan. Berlaku benarlah (dalam kata dan
perbuatan), saling mendekatlah, dan gembirakanlah, serta bermohonlah
pertolongan (kepada Allah) di waktu pagi, sore, dan sedikit dari malam.” (HR.
Bukhari, no. 39).
• Islam Bukan Beban yang Sulit (‘adamul-haraj)
- Rukhsoh
ۚ ‫ٰط ٰه‬
ۙ ‫علَي َْك ْالقُ ْر ٰانَ ِلتَ ْش ٰ ٓقى‬
َ ‫َما ٓ اَ ْنزَ ْلنَا‬
ۙ ‫ا اَِّل تَ ْذ ِك َرة ً ِل َم ْن ي ْاخ ٰشى‬

“Thoha. Kami tidak menurunkan Al Quran ini kepadamu agar kamu menjadi susah; tetapi sebagai
peringatan bagi orang yang takut (kepada Allah)”
[Q.S. Thoha/20: 1-3]

‫سا ا اَِّل ُو ْس َع َها‬


ً ‫ّٰللاُ نَ ْف‬
‫ف ه‬ ُ ‫ََّل يُ َك ِل‬
“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya…”
[Q.S. Al-Baqarah/2: 286]
• Tabsyir (Menggembirakan)

”Permudahlah–dalam beragama, dan janganlah kamu persulit, dan berikanlah kabar


gembira, dan jangalah kamu menjadikan orang justru berpaling–dari agama,”
(Muttafaq ‘alaih).

“Mu’adz bin Jabal Al-Anshari pernah memimpin shalat Isya. Ia pun


memperpanjang bacaannya. Lantas ada seseorang di antara kami yang sengaja
keluar dari jama’ah. Ia pun shalat sendirian. Mu’adz pun dikabarkan tentang
keadaan orang tersebut. Mu’adz pun menyebutnya sebagai seorang munafik.
Orang itu pun mendatangi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan
mengabarkan pada beliau apa yang dikatakan oleh Mu’adz padanya. Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam lantas menasehati Mu’adz, “Apakah engkau ingin
membuat orang lari dari agama, wahai Mu’adz? Jika engkau mengimami orang-
orang, bacalah surat Asy-Syams, Adh-Dhuha, Al-A’laa, Al-‘Alaq, atau Al-Lail.”
(HR. Muslim no. 465)
• Diajarkan Serba Berangsur (al-tadrij fi al-
tasyri’)

Misalnya,
4 tahapan pengharaman khomr:
1. [An-Nahl/16:67]
2. [Al-Baqarah/2:219]
3. [An-Nisa’/4:43]
4. [Al-Mâ-idah/5:90-91]
Tahapan dalam penetapan kewajiban puasa:
1. Takhyir : Al-Baqarah/2: 184
2. Ilzam : Al-Baqarah/2: 185
• Memberi Permaafan Atas Kekeliruan Manusia
‫طأْن َۚا‬
َ ‫اخ ْذنَا ٓ ا ِْن نا ِس ْينَا ٓ ا َ ْو ا َ ْخ‬
ِ َْ ُ ‫َربانَا ََّل ت‬

“Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami tidak sengaja.”
[Q.S. Al-Baqarah/2: 286]

“Sesungguhnya Allah memaafkan umatku ketika ia tidak sengaja, lupa atau dipaksa.” (HR.
Ibnu Majah, no. 2043. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa hadits ini shahih)

• Larangan Bersikap Ekstrim


”Wahai manusia, jauhilah oleh kalian sikap terlalu berlebih- lebihan (melampaui batas)
dalam beragama! Karena sesungguhnya (hal) yang menghancurkan umat sebelum kalian
adalah lantaran sikap terlalu berlebih-lebihan dalam beragama”.
(H.R. Ibnu Majah dari Sayyidina Ibnu Abbas)

Anda mungkin juga menyukai