Anda di halaman 1dari 31

‫السالم عليكم ورحمة هللا وبركاته‬

b
LANDASAN TEOLOGIS MODERASI
DISAJIKAN PADA PELATIHAN BERAGAMA
PENGGERAK PENGUATAN MODERASI BERAGAMA
KEMENTERIAN AGAMA KABUPATEN PASAMAN PROPINSI SUMATERA BARAT
TAHUN 2022
Etriyanto

Balai Diklat Keagamaan Padang


Jln. Batang Kapur No. 7 Padang

Alamat Rumah:
Kp. Marapak Kalumbuk Padang

Hp. 081270560373
Email : etriyanto96@gmail.com
Deskripsi singkat

Mata diklat ini menjelaskan tentang Nilai-


Nilai Universal Agama serta relasi agama
dan negara dari perspektif teologi dalam
rangka memperkuat Negara Kesatuan
Republik Indonesia

Estimasi waktu : 2 JP teori dan 3 JP diskusi


3
Kompetensi Dasar

Setelah menerima materi diklat, peserta


diharapkan :
1.Dapat memahami tentang Nilai-Nilai
Universal Agama
2.Dapat memahami relasi agama dan
negara dari perspektif teologi

4
Indikator Keberhasilan

Setelah menerima materi diklat ini, peserta


diharapkan :
1.Memahami tentang Nilai-Nilai Universal
Agama
2.Memahami relasi agama dan negara dari
perspektif teologi

5
DISKUSI KELOMPOK

1. Kemukakan nilai-nilai Universal yang ada dalam


agama terkait dengan Moderasi Beragama
2. Kemukakan landasan Teologis yang terkait dengan
nilai-nilai universal
3. Sebutkan beberapa penafsiran dan pandangan
keagamaan yang bertentangan dengan nilai-nilai
universal
HASIL DISKUSI KELOMPOK NILAI-NILAI UNIVERSAL
1.Kesetaraan
2.Keadilan
3.Toleransi
4.Anti Kekerasan
5.Kemaslahatan umum
6.Komitmen kebangsaan
7.Menjaga harkat dan martabat
8.Taat konstitusi
9.Kebebasan beragama
10.Gotong royong
11.Musyawarah
12.Mu’amalah
13.Tawashut
14.Tegak lurus
15.Cinta Tanah Air
HASIL DISKUSI KELOMPOK NILAI-NILAI UNIVERSAL
16. Tasamuh
17.Ta’wun
18.Ta’aruf

“Jangan samakan Ketika memang harus berbeda, jangan bedakan Ketika kita
memang harus Bersama”
SEMBILAN KATA KUNCI
MODERASI BERAGAMA*
1. Toleransi
2. Komitmen Kebangsaan
3. Nirkekerasan
4. Penghargaan Tradisi
5. Kemaslahatan/ Kabaikan
6. Adil
7. Keseimbangan
8. Kemanusiaan
9. Kemajemukan
*Hasil rumusan Pelatihan Instruktur Nasional Penguatan Moderasi Beragama 19-23 Oktoner 2021
‫‪Makna al Wasath‬‬
‫‪◦ Moderasi dalam bahasa Indonesia biasanya dianggap sebagai terjemahan‬‬
‫‪dari wasasth, wasathi, dan wasathiyah. Kata “wasath” dalam semua‬‬
‫‪derivasinya ditemukan dalam lima ayat al-Qur’an.‬‬

‫مجعا {العاديات‪}5 :‬‬ ‫‪‬فأثرن به نقعا‪ .‬فوسطن به‬


‫{املائدة‪}89 :‬‬ ‫‪‬فكفارته إطعام عشرة مساكني من أوسط ما تطعمون أوكسوهتم أو حترير رقبة‬
‫{القلم ‪}28‬‬ ‫‪‬قال أوسطهم أمل أقل لكم لوال تسبحون‬
‫{البقرة‪}238 :‬‬ ‫‪‬حافظوا على الصلوات والصالة الوسطى‬
‫{البقرة‪}143 :‬‬ ‫‪‬وكذلك جعلناكم أمة وسطا لتكونوا شهداء على الناس‬
‫‪Makna Wasath‬‬

‫◦وسط الشيئ ‪ :‬أعدله وأفضله وخياره‬


‫◦ الوسط ‪ :‬إسم بني طريف الشيئ ‪ :‬بني الغلو واجلفاء وبني اإلفراط والتفريط‬
‫◦الوسيط هو املتوسط بني املتخاصمني‬
‫‪Ayat Al-Qur’an‬‬

‫• َو َك ٰذ ِلَك َج َع ْلٰن ُك ْم ُاَّم ًة َّو َس ًط ا ِّلَت ُك ْو ُنْو ا ُشَه َد ۤا َء َع َلى الَّن اِس َو َي ُك ْو َن الَّر ُسْو ُل َع َلْي ُك ْم َش ِه ْي ًد اۗ ‬
‫(البقرة‪)143 :‬‬
‫(اإلسراء‪:‬‬ ‫• َو ال َت ْج َع ْل َي َد َك َم ْغ ُلوَلًة ِإَلى ُع ُنِقَك َو ال َت ْبُس ْط َه ا ُك َّل اْلَب ْس ِط َفَت ْق ُعَد َم ُلوًم ا َم ْح ُسوًر ا‬
‫‪)٢٩‬‬

‫(اإلسراء‪)١١٠ :‬‬ ‫• َو ال َت ْج َه ْر ِبَص الِتَك َو ال ُتَخ اِفْت ِبَه ا َو اْب َت ِغ َب ْي َن َذ ِلَك َس ِبيال‬
‫• َو اْب َت ِغ ِفيَم ا آَت اَك ُهَّللا الَّد اَر اآلِخ َر َة َو ال َت ْن َس َن ِص يَبَك ِم َن الُّد ْن َي ا َو َأْح ِس ْن َك َم ا َأْح َس َن ُهَّللا‬
‫ِإَلْي َك َو ال َت ْب ِغ اْل َف َس اَد ِفي األْر ِض ِإَّن َهَّللا ال ُيِح ُّب اْل ُم ْف ِس ِد يَن (القصص‪)٧٧ :‬‬
‫…‪Lanjutan,‬‬

‫اَّلِذ ۡى َخ َلَق َس ۡب َع َس ٰم ٰو ٍت ِط َب اًقا‌ؕ َم ا َتٰر ى ِفۡى َخ ۡل ِق الَّر ۡح ٰم ِن ِم ۡن َت ٰف ُو ٍت‌ؕ َفاۡر ِج اۡل َبَص َۙر‬ ‫•‬
‫ِع‬
‫َه ۡل َتٰر ى ِم ۡن ُفُط ۡو ٍر (الملك‪)3 :‬‬

‫َو اْق ِص ْد ِفْي َم ْش ِيَك َو اْغ ُضْض ِم ْن َص ْو ِتَۗك ِا َّن َاْن َك َر اَاْلْص َو اِت َلَص ْو ُت اْل َح ِم ْي ِر (لقمن‪)19 :‬‬ ‫•‬
‫َٰٓي َأُّي َه ا ٱلَّن اُس ِإَّن ا َخ َلْق َٰن ُك م ِّمن َذ َك ٍر َو ُأنَث ٰى َو َج َع ْلَٰن ُك ْم ُشُعوًب ا َو َقَب ٓاِئَل ِلَت َع اَر ُفٓو ۟ا ۚ ِإَّن َأْك َر َم ُك ْم‬ ‫•‬
‫ِع نَد ٱِهَّلل َأْت َق ٰى ُك ْم ۚ ِإَّن ٱَهَّلل َع ِليٌم َخ ِبيٌر (الحجرات‪)13 :‬‬
‫ٰذ‬
‫َو اَّلِذ ْي َن ِا َذ ٓا َاْن َف ُقْو ا َلْم ُيْس ِر ُفْو ا َو َلْم َي ْقُت ُرْو ا َو َك اَن َب ْي َن ِلَك َق َو اًم ا (الفرقان‪)67 :‬‬ ‫•‬
Hadits Nabi

• Dari Abû Hurayrah ra. berkata: Rasulullah saw. bersabda:


“Amal seseorang tidak akan pernah menyelamatkannya”.
Mereka bertanya: “Engkau juga, wahai Rasulullah?” Beliau
menjawab: “Begitu juga aku, kecuali jika Allah melimpahkan
rahmat-Nya. Maka perbaikilah (niatmu), tetapi jangan
berlebihan (dalam beramal sehingga menimbulkan bosan),
bersegeralah di pagi dan siang hari. Bantulah itu dengan akhir-
akhir waktu malam. Berjalanlah pertengahan, berjalanlah
pertengahan agar kalian mencapai tujuan.” (HR. Bukhari)
Lanjutan,…
• Dari Buraydah al-Aslamî berkata: “pada suatu hari, aku keluar untuk
suatu keperluan. Tiba-tiba Nabi saw. berjalan di depanku. Kemudian
beliau menarikku, dan kami pun berjalan bersama. Ketika itu, kami
menemukan seorang lelaki yang sedang shalat, dan ia banyakkan ruku’
dan sujudnya. Nabi bersabda: “Apakah kamu melihatnya sebagai orang
yang riya’?” Maka aku katakan: “Allah dan Rasul-Nya yang lebih
mengetahui”. Beliau melepaskan tanganku dari tangannya, kemudian
beliau menggenggam tangannya dan meluruskannya serta mengangkat
keduanya seraya berkata: “Hendaklah kamu mengikuti petunjuk dengan
pertengahan (beliau mengulanginya tiga kali) karena sesungguhnya
siapa yang berlebihan dalam agama akan dikalahkannya.” (HR. Ahmad,
Baihaqqi dan Al-Hakim)
Lanjutan,….

• Dari Jâbir bin Samurah berkata, “aku telah shalat bersama Nabi
saw. berkali-kali, dan (aku dapati) shalatnya dalam pertengahan dan
khutbahnya juga pertengahan.” (HR. Muslim)
• Dari Ibn ‘Abbâs berkata: Rasulullah saw. bersabda: “Wahai
manusia, hindarilah sikap berlebihan (melampaui batas), sebab
umat-umat terdahulu binasa karena sikap melampaui batas dalam
beragama. (HR. Nasai dan Ibnu Majah)
• Dari ‘Abdullâh bin Mas‘ûd berkata, Rasulullah saw. bersabda:
“binasalah orang-orang yang melampaui batas”, (beliau
mengulanginya tiga kali). (HR. Muslim)
Lanjutan,…
• Dari Anas Radhiyallahu anhu ia berkata, “Ada tiga orang mendatangi rumah istri-istri Nabi
SAW untuk bertanya tentang ibadah Beliau, lalu setelah mereka diberitahukan (tentang ibadah
Nabi SAW, mereka menganggap ibadah mereka sedikit sekali. Mereka berkata, “Kita ini tidak
ada apa-apanya dibandingkan dengan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam ! Beliau telah
diberikan ampunan atas semua dosa-dosanya baik yang telah lewat maupun yang akan
datang.” Salah seorang dari mereka mengatakan, “Adapun saya, maka saya akan shalat malam
selama-lamanya.” Lalu orang yang lainnya menimpali, “Adapun saya, maka sungguh saya
akan puasa terus menerus tanpa berbuka.” Kemudian yang lainnya lagi berkata, “Sedangkan
saya akan menjauhi wanita, saya tidak akan menikah selamanya.” Kemudian, Rasûlullâh SAW
mendatangi mereka, seraya bersabda, “Benarkah kalian yang telah berkata begini dan begitu?
Demi Allâh! Sesungguhnya aku adalah orang yang paling takut kepada Allâh dan paling taqwa
kepada-Nya di antara kalian. Akan tetapi aku berpuasa dan aku juga berbuka (tidak puasa), aku
shalat (malam) dan aku juga tidur, dan aku juga menikahi wanita. Maka, barangsiapa yang
tidak menyukai sunnahku, maka ia tidak termasuk golonganku. (HR. Bukhari dan Muslim)
Moderasi Beragama dalam Islam

◦ Wasathiyyah berasal dari asal kata wasat yang secara literal


memiliki arti “adil, jalan tengah, terpilih.” Wasathiyyah juga
bisa memiliki arti “kuat” seperti pada pemuda yang
merupakan posisi kuat diantara kelemahan waktu masa kecil
dan waktu tua.
◦ Konsep Wasathiyyah tidak hanya ditujukan pada individu
tetapi juga pada kelompok atau masyarakat.
Moderasi Beragama dalam Islam
◦ Qarḍāwī (2010) memberi penjelasan lebih jauh bahwa ummatan wasatha
adalah masyarakat yang seimbang antara “ilmu dan amal, ibadah dan interaksi
sosial, budaya dan karakter, kebenaran dan kekuatan, serta partisipasi dan
keterlibatan politik.” Ummah seperti ini akan menolak segala bentuk
ekstrimisme dan ketidakpedulian dalam beragama.
◦ Davids dan Waghid (2016) berpendapat bahwa ummatan wasatha adalah
komunitas yang selalu dinamis dalam memberikan penilaian kritis yang
independen dengan memformulasikan serta menyampaikan respon terhadap
isu-isu kontemporer sehingga pendapat yang disampaikan memperkuat
persatuan, integrasi dan rasa memiliki serta menghindari ungkapan-ungkapan
yang menimbulkan pertikaian dan memecah belah.
Moderasi Beragama dalam Islam
PRINSIP WASATHIYAH (KTT ULAMA MEI 2018)
Jalan Tengah
Adil
Toleran
Musyawarah
Reformatif dan konstruktif
Melahirkan inisiatif yang mulia dan memimpin untuk kesejahteraan manusia
Menghormati negara bangsa dan menghormati kewarganegaraan
Moderasi Beragama dalam Islam

PRINSIP WASATHIYAH (Afifudin Muhajir)


Keseimbangan antara ketuhanan dan kemanusiaan
Keseimbangan antara teks dan nalar
Keseimbangan antara Qurán/ Hadits dan Tujuan ditetapkan syariat (Maqashid)
Keseimbangan antara ketegasan dan kelenturan
Keseimbangan antara idealisme dan realisme
Moderasi Beragama dalam Islam

Rambu-rambu Moderasi Beragama


Pemahaman islam secara komprehensif
Keseimbangan antara ketetapan Syariah dan perubahan zaman
Dukungan kepada kedamaian dan penghormatan nilai-nilai kemanusiaan
Pengakuan akan pluralitas agama, budaya dan politik
Pengakuan akan hak-hak minoritas
Moderasi Beragama dalam Kristen
Ajaran Protestan diajarkan bahwa hidup yang rukun dalam
beragama adalah seperti yang ada dalam Al-kitab yaitu “hukum kasih
kepada Allah dan kepada sesama manusia.”
“Jawab Yesus kepadanya, Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan
segenap jiwamu dan segenap akal budimu. Itulah hukum yang
terutama dan yang pertama. Dan hukum yang kedua, yang sama
dengan itu, ialah kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri”
[Matius, 22: 37-40].
Moderasi Beragama dalam Kristen

Ajaran hukum kasih ini diperkuat dengan ajaran Kristen tentang


kebahagiaan dan perdamaian sebagaimana banyak diungkap dalam
kitab injil sebagaimana berikut:
“Berbahagialah orang-orang yang lembut karena mereka
akan memiliki bumi. Berbahagialah orang-orang yang lapar dan
haus akan kebenaran karena mereka akan dipuaskan. Berbahagilah
orang yang murah hatinya karena mereka akan beroleh kemurahan.
Berbahagilah orang yang suci hatinya karena mereka akan melihat
Allah. Berbahagialah orang yang membawa damai karena mereka
akan disebut anak-anak Allah” [Matius, 5: 5-9]
Moderasi Beragama dalam Katolik
Mukadimah Konsili Vatikan yang berbunyi: “Dalam zaman
kita ini di mana bangsa manusia makin hari makin erat
bersatu, hubungan antar bangsa menjadi kokoh, Gereja lebih
seksama mempertimbangkan bagaimana hubungannya dengan
agama-agama Kristen lainnya karena tugasnya memelihara
persatuan dan perdamaian di antara manusia dan juga di
antara hidup berbangsa”.
Moderasi Beragama dalam Katolik
Dekrit Nostrae Aetate
“Gereja Katolik tidak menolak apa pun, yang dalam agama-agama itu serba benar dan suci. Dengan
sikap hormat yang tulus Gereja merenungkan cara-cara bertindak dan hidup, kaidah-kaidah serta
ajaran-ajaran, yang memang dalam banyak hal berbeda dari apa yang diyakini dan diajarkan
sendiri, tetapi tidak jarang memantulkan sinar Kebenaran, yang menerangi semua orang.”
“supaya dengan bijaksana dan penuh kasih, melalui dialog dan kerja sama dengan para penganut
agama-agama lain, mengakui, memelihara dan mengembangkan harta kekayaan rohani dan moral
serta nilai-nilai sosio-budaya, yang terdapat pada mereka” (NA.2).
Moderasi Beragama dalam Hindu

Prinsip moderasi beragama dalam agama hindu adalah menjunjung tinggi


konsep persaudaraan dan kesederajatan.
Kedua konsep ini tidak hanya sesama orang hindu tetapi seluruh manusia dan
makhluk di muka bumi ini karena sebagaimana diuraikan dalam pustama
Bhagawadgita ”Sang Hyang Parama Atman ada dalam hati semua mahluk”
(Bhagawadgita XVIII. 61).
“Dia yang melihat seluruh makhluk dalam dirinya sendiri. Dan menemukan
refleksi dari dirinya sendiri dalam semua makhluk, tidak pernah memandang
rendah siapapun” (Yajur Weda XL. 6).
Moderasi Beragama dalam Budha

Prinsip Moderasi beragama budha bukan berarti


ketidakpedulian dan kurangnya cinta kasih terhadap
kebahagiaan orang lain tetapi memberikan perhatian serta
menghormati kebahagiaan orang lain.
cita-cita agama adalah “Isyo jobutsu dan kosenrufu, yang
berarti “kebahagiaan seluruh makhluk dan membahagiakan
seluruh makhluk.”
Moderasi Beragama dalam Konghuchu

Ajaran cinta kasih ini sebagaimana terdapat pada


“Mengendalikan diri sendiri pulang kepada kesusilaan, itulah Cinta Kasih”
[Sabda Suci, XII:1:1]
“Seorang yang berperi Cinta Kasih ingin dapat tegak, maka berusaha agar
orang lain-pun tegak. Ia ingin maju, maka berusaha agar
orang lain-pun maju.” [Sabda Suci, VI:30].
“di tempat penjuru lautan, semuanya bersaudara” [Sabda Suci, XII: 5].
kata pengantar kitab Zong Yong “yang tidak condong dinamakan Tengah dan
yang tidak berubah dinamakan Sempurna. Tengah itulah jalan lurus dunia dan
Sempurna itulah hukum tetap dunia [Tengah Sempurna].
Moderasi Beragama dalam Konghuchu

Agama Konghuchu adalah agama yang moderat dan bersifat


universal. Agama ini tidak mewajibkan pemeluknya untuk
melakukan syahadah atau mempengaruhi orang lain untuk
memeluk agama konghuchu serta tidak ada pemeluknya
yang memiliki sikap ekstrim kanan atau kiri.
Sikap ekstrim tidak sesuai dengan dao dan akan merusak
keseimbangan yin yang dan hilangnya harmoni kehidupan
‫والسالم عليكم ورحمة هللا وبركاته‬
‫‪TERIMA KASIH‬‬

Anda mungkin juga menyukai