Anda di halaman 1dari 4

IMPLEMENTASI MODERASI BERAGAMA

DALAM SELURUH SENDI KEHIDUPAN MENURUT ISLAM

‫شر ُْو ِر‬ ُ ْ‫هلل ِمن‬ ُ ‫ِإنَّ ْال َح ْم َد هَّلِل ِ َنحْ َم ُدهُ َو َنسْ َت ِع ْي ُن ُه َو َنسْ َت ْغ ِف ُر ْه َو َنسْ َت ْه ِد ْي ِه َو َنع‬
ِ ‫ُوذ ِبا‬
َ ‫ َمنْ َي ْه ِد ِه هللاُ َفالَ مُضِ َّل َل ُه َو َمنْ يُضْ لِ ْل َفالَ َهاد‬،‫ت َأعْ َمالِ َنا‬
‫ِي‬ ِ ‫َأ ْنفُسِ َنا َو ِمنْ َس ِّيَئ ا‬
‫ص ِّل َو َسلِّ ْم‬ َ ‫ اَللَّ ُه َّم‬.ُ‫ َأ ْش َه ُد َأنْ الَ ِإ َل َه ِإالَّ هللا َوَأ ْش َه ُد َأنَّ م َُح َّم ًدا َع ْب ُدهُ َو َرس ُْولُه‬.ُ‫َله‬
‫صحْ ِب ِه َو َم ِن اهْ َتدَى ِبهُدَ اهُ ِإ َلى َي ْو ِم ْال ِق َيا َم ِة‬ َ ‫اركْ َع َلى م َُح َّم ٍد َو َع َلى آلِ ِه َو‬ ِ ‫َو َب‬
Moderasi Beragama akan menjadi salah satu program prioritas pemerintah dalam
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2020-2025. Hal ini dirasakan penting
karena kehidupan sosial keagamaan kita yang kian diwarnai oleh menguatnya politik
identitas yang memecah belah, intoleransi, melemahnya ideologi bangsa dan semacamnya.
Berbagai elemen masyarakat terpapar radikalisme yang merusak. Bukan hanya masyarakat
biasa, kalangan aparatur sipil negara (ASN) juga banyak yang terinfeksi virus radikalisme.
Riset dan survei yang dilakukan berbagai lembaga, baik dari kalangan kampus maupun LSM,
sudah cukup memberi data bahwa radikalisme dan intoleransi terus masuk dalam kehidupan
sosial kita dan sendi-sendi kehidupan berbangsa pun terus digoyahkan.
Agama tidak mengajarkan umat manusia melawan kekuasaan dengan
mengatasnamakan Agama dengan kekerasan. Islam adalah Rahmatan Lil ‘alamin. Jika kita
baca sejarah Islam bahwa perjuangan nabi Muhammad SAW saat masih hidup hingga wafat
tidak pernah sekalipun memaksa manusia untuk masuk Agama Islam dengan cara memaksa
maupun kekerasan, karena Allah menciptakan sesuatunya dengan perbedaan.
Atas dasar inilah maka tergugah hati kami bertiga untuk menyampaikan sebuah
sarahan yang berjudul:
IMPLEMENTASI MODERASI BERAGAMA
DALAM SELURUH SENDI KEHIDUPAN MENURUT ISLAM
Dengan landasan firman Allah SWT dalam Al-Qur’an Surah Al-baqarah Ayat 143
sebagai berikut:

ً ‫ول َع لَ ْي ُك ْم َش ِه‬
‫يد ا‬ ُ ‫الر ُس‬
َّ ‫ون‬ ِ َّ‫اء َع لَ ى الن‬
َ ‫اس َو يَ ُك‬ ِ َ ِ‫ۗ و َك َٰذ ل‬ 
َ ‫ُأم ةً َو َس طً ا ل تَ ُك ونُوا ُش َه َد‬
َّ ‫اك ْم‬
ُ َ‫ك َج َع لْن‬ َ
Artinya:
Dan demikian pula Kami telah menjadikan kamu (umat Islam) ”umat pertengahan”
agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad)
menjadi saksi atas (perbuatan) kamu.

1
Imam al-Thobari dalam tafsir Jami al-bayan an ta’wil ayatil Qur’an Juz 3 halaman
141 mengartikan ummatan washatan sebagai ‘udulan (umat yang adil) dan khiyar (pilihan).
Umat pilihan adalah umat yang berlaku adil. kata ummatan washatan menjelaskan Islam
sebagai agama pertengahan, mengombinasikan unsur-unsur kebaikan dalam agama-agama
samawi sebelumnya. Dan di saat yang bersamaan memisahkan unsur-unsur yang tidak baik.
Ibnu Katsir dalam tafsirnya Juz 1 halaman 291 juga mengartikan ummatan washatan sebagai
al-khiyar wa al-ajwad (pilihan dan yang terbaik). Jadi, ummatan wasathan adalah khaira
ummah, umat terbaik yang selalu menyerukan kebaikan dan melarang kemunkaran, dan
selalu menjadikan hidupnya penuh keseimbangan dan kebahagiaan dunia dan akhirat,
sekaligus menjadikan Islam sebagai rahmatan lil ‘alamin. Beliau berpandangan bahwa makna
ummah washatan adalah komunitas beragama terbaik, atau manusia terbaik. Arti ini
kemudian harus dipahami bahwa paham dan ajaran Islam memberikan ketenangan dan
keberimbangan kepada masyarakat sehingga akan terciptanya kasih sayang dan saling
menyayangi antar umat manusia .
Masyarakat ideal menurut Al-Qur'an adalah masyarakat harmonis atau masyarakat
yang berkeseimbangan. Inilah sisi lain dari konsep tentang ummatan wasathan. Jadi boleh
dikatakan bahwa ciri keunggulan umat atau masyarakat yang diidealkan Al-Qur'an itu adalah
sifatnya yang moderat dan berdiri di tengah-tengah bisa berdialog terbuka baik dalam urusan
agama, budaya, suku dan ras.
Dewan Hakim yang Bijaksana.........
Ada tiga Pilar penting yang bisa dipetakan dalam moderasi beragama yang saling
terkait. Pertama, moderasi pemikiran atau fikrah keagamaan. Dalam konteks Islam di
Indonesia, moderasi pemikiran, antara lain, dibentuk melalui sejarah proses islamisasi yang
kemudian membentuk genealogi intelektual. Terlepas dari perdebatan teoretis akademis
mengenai kapan, dari mana, bagaimana, dan oleh siapa proses islamisasi di Indonesia
dilakukan, islamisasi di Indonesia memberi landasan berpikir, baik pada aspek teologi, fikih,
maupun akhlak atau tasawuf sebagai implementasi paham ahlussunnah waljamaah. Pilar
kedua adalah gerakan atau harakah yang didasarkan pada semangat dakwah dan amar ma’ruf
nahi munkar yang dilandasi prinsip melakukan perbaikan-perbaikan,tetapi harus dilakukan
dengan cara-cara yang baik. Gerakan dakwah dalam proses islamisasi di Indonesia dilakukan
dengan mengedepankan kasih sayang (bil hikmah wal mau’idhatil hasanah), tidak dengan
menggunakan cara-cara kekerasan. Pilar ketiga adalah tradisi dan praktik keberagamaan atau
al-amaliah al-diniyah, yang membuka ruang terjadinya dialog secara kreatif antara Islam
dengan tradisi dan kebudayaan masyarakat Indonesia.

2
Lalu bagaimana untuk mengimplementasikan moderasi beragama dalam
seluruh sendi kehidupan menurut Islam? Paling tidak ada tiga kerangka pelaksanaan
moderasi beragama di Indonesia. Pertama, moderasi yang terkait dengan komitmen
bernegara. Komitmen bernegara merupakan indikator yang sangat penting untuk melihat
sejauh mana kesetiaan pada konsensus dasar kebangsaan terutama terkait dengan penerimaan
Pancasila sebagai ideologi negara, sikapnya terhadap tantangan ideologi yang berlawanan
dengan Pancasila. Sebagai bagian dari komitmen bernegara adalah penerimaan terhadap
prinsip-prinsip berbangsa yang tertuang dalam konstitusi dan regulasi di bawahnya. Jika
seseorang kehilangan komitmen pada kesepakatan-kesepakatan berbangsa, bisa diduga orang
tersebut kehilangan watak moderatnya.
Kedua, penguatan toleransi, baik toleransi sosial, politik, maupun keagamaan. Toleransi
merupakan sikap untuk memberikan ruang dan tidak mengganggu hak orang lain untuk
berkeyakinan, mengekspresikan keyakinannya, menyampaikan pendapat, meskipun hal
tersebut berbeda dengan apa yang kita yakini. Dengan demikian, toleransi mengacu pada
sikap terbuka, lapang dada, sukarela, dan kelembutan dalam menerima perbedaan.
Sikap toleransi ini tertuang dalam firman Allah QS. Al Mumtahanah Ayat: 8

ُّ ِ‫وه ْم َو ُت ْق ِسطُوا ِإلَْي ِه ْم ِإ َّن اللَّهَ حُي‬ ِ ِ ِ ِ َّ


‫ب‬ ُ ‫ين مَلْ يُ َقاتلُو ُك ْم يِف الدِّي ِن َومَلْ خُيْ ِر ُجو ُك ْم م ْن ديَا ِر ُك ْم َأ ْن َتَبُّر‬
َ ‫اَل َيْن َها ُك ُم اللَّهُ َع ِن الذ‬
‫ني‬ ِِ
َ ‫الْ ُم ْقسط‬

“Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-
orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari
negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil.
Rasulullah SAW bersabda :

َّ  ُ‫ب الدِّي ِن ِإىَل اللَّ ِه احْلَنِ ِيفيَّة‬


ُ‫الس ْم َحة‬ ُّ ‫َأح‬
َ

“Beragama yang paling dicintai Allah adalah bersikap lurus dan berlapang hati”. (HR.
Bukhari)

Ketiga, anti-radikalisme. Radikalisme di sini dipahami sebagai suatu ideologi dan paham
yang ingin melakukan perubahan pada sistem sosial dan politik dengan menggunakan cara-
cara kekerasan. Inti dari tindakan radikalisme adalah sikap dan tindakan seseorang atau
kelompok tertentu yang menggunakan cara-cara kekerasan dalam mengusung perubahan

3
yang diinginkan. Kelompok radikal umumnya menginginkan perubahan tersebut dalam
tempo singkat dan secara drastis serta bertentangan dengan sistem sosial yang berlaku.
Radikalisme sering dkaitkan dengan terorisme karena kelompok radikal dapat melakukan
cara apa pun agar keinginannya tercapai, termasuk meneror pihak yang tidak sepaham
dengan mereka.
Dengan demikian dari sarahan ini kami dapat mengambil sebuah kesimpulan bahwa:
1. Untuk menjadikan bangsa indonesia yang moderat, kuat, harmonis dan berkeadilan
perlu dilakukan dengan mengedepankan kasih sayang (bil hikmah wal mau’idhatil
hasanah), tidak dengan menggunakan cara-cara kekerasan dalam bentuk apapun.
2. Moderasi Beragama menjadi bagian terpenting dalam NKRI yang harus kita
lestariakan bersama agar semakin kuat.
3. Moderasi beragama dalam Islam dapat dijadikan rujukan untuk mengatasi
keberagaman yang ada di Indonesia, mulai dari perbedaan suku, agama, kebudayaan
dan lain sebagainya.
Kami yakin jika bangsa Indonesia melaksanakan nilai nilai moderasi dalam beragama,
berbangsa dan bernegara insya Allah negara Ini akan menjadi bangsa yang bermartabat, adil
dan Makmur.
Wallahul Muwafiq Ila Aqwamit Thoriq wassalamu ‘Alaikum Wr. Wb

Anda mungkin juga menyukai