Meskipun demikian perbedaan tersebut diikat kuat oleh satu semboyan “Bhineka
Tunggal Ika” walaupun beragam suku bangsa dan budaya tetap satu jua. Ingat !
perbedaan, kemajemukan, keragaman tersebut membuat kita lebih kuat dan lebih
hebat. Kita hindari rasisme dan diskriminisme yang justru membuat kita terpecah belah.
Oleh karena itu, mengingat akan pentingnya hal tersebut, padda kesempatan yang
berbahagia ini kami bertiga akan menyampaikan syarahan Al-Qur’an dengan judul :
َ يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا َخلَ ْقنَا ُك ْم ِم ْن َذ َك ٍر َوأُ ْنثَ ٰى َو َج َع ْلنَا ُك ْم ُشعُوبًا َوقَبَائِ َل لِتَ َع
ارفُوا ۚ إِ َّن
أَ ْك َر َم ُك ْم ِع ْن َد هَّللا ِ أَ ْتقَا ُك ْم ۚ إِ َّن هَّللا َ َعلِي ٌم َخبِي ٌر
Artinya :“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki
dan seorang perempuan, serta menjadikan kalian berbangsa-bangsa dan bersuku-suku
supaya kalian saling mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kalian
di sisi Allah ialah orang yang paling takwa. Sesunggguhnya Allah Maha Mengetahui lagi
Maha Mengenal”(QS al-Hujurat [49]: 13).
Syeikh Abdurrahman bin Nashir Al-Sa’di dalam kitab tafsir Assa’di jilid 6 halaman
665 menjelaskan kalimat إِ َّنا َخلَ ْق ٰ َن ُكم ِّمن َذ َك ٍر َوأُن َث ٰىbahwa Allah menciptakan manusia
berasal dari asal usul yang satu yakni Nabi Adam dan Ibunda Hawa. Allah SWT
menciptakan kita semua mempunyai maksud dan tujuan tertentu yakni agar kita saling
kenal mengenal dan merajuty persaudaraan. Demikian pula yang diterangkan oleh
imam Al-Qhurtubi dalam tafsirnya Qhurtubi jilid II halaman 25, bahwa Allah
mmenciptakan manusia berbeda-beda namun kita semua memiliki harkat, derajat, dan
martabat yang sama dimata Allah SWT.
Kemudian jika kita kaji lebih dalam lagi, berdasarkan ilmu balaghah ayat terdebut
tersebut termasuk Kalam Khabar yang mengandung misi informasi yang ditegaskan
oleh imam ali Asshobuni dalam sofwatut tafasirnya yang berbunyi:
Saudaraku...
Lalu, bagaimanakah kondisi ayat tersebut dengan keadaan saat ini..?. Jujur, kita
harus patut bersyukur bahwa masih banyak masyarakat Indonesia yang mampu
menjaga tali persaudaraan dan mampumenjaga sikap toleran dalam kehidupan. Namun
hadirin, kita tidak bisa menutup mata, bahwa masih banyak masyarakat Indonesia yang
menjadikan perbedaan dan keragaman sebagai bahan perpecahan baik itu perbedaan
suku, bangsa, budaya, maupun agama. Sehingga, muncul sikap saling bentrok, saling
keroyok, saling tonjok, bahkan saling bacok.
Saudaraku...
Ibnu Katsir dalam tafsir Ibnu Katsir Jus 3 halaman 104 beliau menrangkan
ً وا بِ َح ْب ِل ٱهَّلل ِ َجم
kalimat ِيعا ۟ ص ُم
ِ ٱع َت
ْ َوbahwa Allah memerintahkan kepada manusia untuk
bersatu dalam jama’ah dan melarang untuk berpecah belah. Demikian pula yang
diungkapkan oleh Al-Farahi dan Ibnu Abi Hatim yang bersumber dari Ibnu Abbas,
bahwa Asbabun Nuzul ayat ini berkenaan dengan pertentangan antara kaum Khazraj
dan kaum ’Aus. Saat itu rasul yang sedang dalam keadaan sakit sambil berjalan
sempoyongan beliau berusaha melerai pertentangan antara kedua suku tersebut.
Nampak saat itu tubuh Rasul yang begitu lemah wajahnya yang pucat passi air
matanya berlinang, bibirnya kering bergetar, suaranya parau dengan teputus-putus
berkata “Apakah kamu akan kembali ke dalam tradisi Jahiliyah (berpecah belah),
setelah datang penjelasan-penjelasan dan aku masih hadir diantara kalian”, Sikap rasul
ini wahai para hadirin merupakan realisasi Ukhuwah Islamiyah yang waji kita teladani.
Oleh karena itu saudara-saudaraku, mulai detik ini kita betulkan langkah,
seragamkan gerak, satukan presepsi, keragaman multikultural jangan menimbulkan
perpecahan tapi dengan keragaman tersebut harus saling menghargai dan saling
melengkapi.
Saudaraku..
Dari uraian yang telah kami sampaikan, maka dapat diambil beberapa
kesimpulan.