Anda di halaman 1dari 3

‫بسم هللا ال ّرحمن ال ّرحيم‬

Islam dalam Kehidupan Masyarakat Multikultural.

‫اسالم عليكم ورحمة هللا وبركاته‬


‫الحمد هلل الذ بعث نبينا محمدا صل هللا عليه وسلم رحمة لالنام والصالة والسالم عل سادات الكرام وعل اله‬
‫وصحبه ذوي الهداية واالكرام اما بعد‬
Majelis hakim yang arif da bijaksana

Hadirin yang sebangsa dan setanah air yang berbahagia

Sepanjang sejarah peradaban manusia memang beranekaragam, mulai dari


beragam suku, bangsa, adat istiadat, dan agama yang berbeda. Indonesia terbentang
dari sabang sampai marauke dengan luas 1.990.250 km 2 , merupakan kepulauan nan
indah sebagai Negara multibudaya. Sebagai contoh keragaman di negeri ini, pulau
Madura asik dengan karapannya, pulau bali seru dengan kecaknya, pulau jawa molek
dengan jaipongnya, itulah sebagian kecil keragaman budaya bangsa kita, Indonesia.

Meskipun demikian perbedaan tersebut diikat kuat oleh satu semboyan “Bhineka
Tunggal Ika” walaupun beragam suku bangsa dan budaya tetap satu jua. Ingat !
perbedaan, kemajemukan, keragaman tersebut membuat kita lebih kuat dan lebih
hebat. Kita hindari rasisme dan diskriminisme yang justru membuat kita terpecah belah.
Oleh karena itu, mengingat akan pentingnya hal tersebut, padda kesempatan yang
berbahagia ini kami bertiga akan menyampaikan syarahan Al-Qur’an dengan judul :

“ISLAM DALAM KEHIDUPAN MASYARAKAT MULTIKULTURAL”.

Sebagai rujukan syarahan ini, dalam Al-Qur’an surah Al-Hujurat Ayat 13 :

َ ‫يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا َخلَ ْقنَا ُك ْم ِم ْن َذ َك ٍر َوأُ ْنثَ ٰى َو َج َع ْلنَا ُك ْم ُشعُوبًا َوقَبَائِ َل لِتَ َع‬
‫ارفُوا ۚ إِ َّن‬
‫أَ ْك َر َم ُك ْم ِع ْن َد هَّللا ِ أَ ْتقَا ُك ْم ۚ إِ َّن هَّللا َ َعلِي ٌم َخبِي ٌر‬

Artinya :“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki
dan seorang perempuan, serta menjadikan kalian berbangsa-bangsa dan bersuku-suku
supaya kalian saling mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kalian
di sisi Allah ialah orang yang paling takwa. Sesunggguhnya Allah Maha Mengetahui lagi
Maha Mengenal”(QS al-Hujurat [49]: 13).
Syeikh Abdurrahman bin Nashir Al-Sa’di dalam kitab tafsir Assa’di jilid 6 halaman
665 menjelaskan kalimat ‫ إِ َّنا َخلَ ْق ٰ َن ُكم ِّمن َذ َك ٍر َوأُن َث ٰى‬bahwa Allah menciptakan manusia
berasal dari asal usul yang satu yakni Nabi Adam dan Ibunda Hawa. Allah SWT
menciptakan kita semua mempunyai maksud dan tujuan tertentu yakni agar kita saling
kenal mengenal dan merajuty persaudaraan. Demikian pula yang diterangkan oleh
imam Al-Qhurtubi dalam tafsirnya Qhurtubi jilid II halaman 25, bahwa Allah
mmenciptakan manusia berbeda-beda namun kita semua memiliki harkat, derajat, dan
martabat yang sama dimata Allah SWT.

Kemudian jika kita kaji lebih dalam lagi, berdasarkan ilmu balaghah ayat terdebut
tersebut termasuk Kalam Khabar yang mengandung misi informasi yang ditegaskan
oleh imam ali Asshobuni dalam sofwatut tafasirnya yang berbunyi:

ُ‫ارفُ َوال َّتأَلَّف‬


َ ‫لِ َيحْ صِ َل َب ْي َن ُك ُم ْال َت َع‬  ْ‫ارفُوا أَي‬
َ ‫لِ َت َع‬
Artinya : “Agar kamu saling mengenal, yakni menjalin komunikasi yang harmoni dan
menebarkan cinta kasih serta kasih sayang yang tiada pandang sayang.”

Saudaraku...

Lalu, bagaimanakah kondisi ayat tersebut dengan keadaan saat ini..?. Jujur, kita
harus patut bersyukur bahwa masih banyak masyarakat Indonesia yang mampu
menjaga tali persaudaraan dan mampumenjaga sikap toleran dalam kehidupan. Namun
hadirin, kita tidak bisa menutup mata, bahwa masih banyak masyarakat Indonesia yang
menjadikan perbedaan dan keragaman sebagai bahan perpecahan baik itu perbedaan
suku, bangsa, budaya, maupun agama. Sehingga, muncul sikap saling bentrok, saling
keroyok, saling tonjok, bahkan saling bacok.

Oleh Karena itu saudara-saudaraku, kami menghimbau untuk memperkokoh


persartuan dan kesatuan, mari bersama-sama kita junjung semangat tinggi Bhineka
Tunggal Ika, satu nusa, satu bangsa, satu bahasa, bersatu kita teguh, bercerai kita
rubuh.

Saudaraku...

Kita dituntut untuk bersatu dalam keberagaman bukan untuk melecehkan,


menghina, membanggakan suku bangsa apalagi berpecah belah, sesuai dengan firman
Allah dalam Al-Qur’an surah Ali-Imran Ayat 103 :

‫ت هَّللا ِ َعلَ ْي ُك ْم إِ ْذ ُك ْنتُ ْم‬


َ ‫ نِ ْع َم‬8‫ بِ َحب ِْل هَّللا ِ َج ِميعًا َواَل تَفَ َّرقُوا ۚ َو ْاذ ُكرُوا‬8‫ص ُموا‬ ِ َ‫َوا ْعت‬
ِ َّ‫ف بَي َْن قُلُوبِ ُك ْم فَأَصْ بَحْ تُ ْم ِبنِ ْع َمتِ ِه إِ ْخ َوانًا َو ُك ْنتُ ْم َعلَ ٰى َشفَا ُح ْف َر ٍة ِم َن الن‬
‫ار‬ َ َّ‫أَ ْع َدا ًء فَأَل‬
َ ِ‫فَأ َ ْنقَ َذ ُك ْم ِم ْنهَا ۗ َك ٰ َذل‬
َ ‫ك يُبَي ُِّن هَّللا ُ لَ ُك ْم آيَاتِ ِه لَ َعلَّ ُك ْم تَ ْهتَ ُد‬
‫ون‬
Artinya:”Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah
kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu
(masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu
menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah
berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya.
Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat
petunjuk”.(Q.S. ali-Imran [3] : 103).

Hadirin yang berbahagia.

Ibnu Katsir dalam tafsir Ibnu Katsir Jus 3 halaman 104 beliau menrangkan
ً ‫وا بِ َح ْب ِل ٱهَّلل ِ َجم‬
kalimat ‫ِيعا‬ ۟ ‫ص ُم‬
ِ ‫ٱع َت‬
ْ ‫ َو‬bahwa Allah memerintahkan kepada manusia untuk
bersatu dalam jama’ah dan melarang untuk berpecah belah. Demikian pula yang
diungkapkan oleh Al-Farahi dan Ibnu Abi Hatim yang bersumber dari Ibnu Abbas,
bahwa Asbabun Nuzul ayat ini berkenaan dengan pertentangan antara kaum Khazraj
dan kaum ’Aus. Saat itu rasul yang sedang dalam keadaan sakit sambil berjalan
sempoyongan beliau berusaha melerai pertentangan antara kedua suku tersebut.
Nampak saat itu tubuh Rasul yang begitu lemah wajahnya yang pucat passi air
matanya berlinang, bibirnya kering bergetar, suaranya parau dengan teputus-putus
berkata “Apakah kamu akan kembali ke dalam tradisi Jahiliyah (berpecah belah),
setelah datang penjelasan-penjelasan dan aku masih hadir diantara kalian”, Sikap rasul
ini wahai para hadirin merupakan realisasi Ukhuwah Islamiyah yang waji kita teladani.

Oleh karena itu saudara-saudaraku, mulai detik ini kita betulkan langkah,
seragamkan gerak, satukan presepsi, keragaman multikultural jangan menimbulkan
perpecahan tapi dengan keragaman tersebut harus saling menghargai dan saling
melengkapi.

Saudaraku..

Dari uraian yang telah kami sampaikan, maka dapat diambil beberapa
kesimpulan.

1. Peratuan dan kesatuan merupakan syarat utama dalam kehidupan multikultural


untuk membangun persaudaraan.
2. Menegakkan Ukhuwah Wathaniah dan Islamiah merupakan cara yang tepat
untuk merawat keragaman di negeri Indonesia tercinnta . Bila semua itu dapat
terlaksana maka kami yakin, persatuan bangsa akan terbina keutuhan NKRI
akan terjaga dan Indonesia akan jaya dengan keragamannya.

‫واسالم عليكم ورحمة هللا وبركاته‬

Anda mungkin juga menyukai