Anda di halaman 1dari 2

Peran Keluarga Dalam Membentuk 

Generasi Yang Qur’ani

‫السالم عليكم ورحمة هللا وبركاته‬


‫الحمد هلل الذي جعل الفتى قوة شديدا والصالة والسالم على النبي المصطفى وعلى أله وأصحابه أهل الصدق والوفى…أما بعد‬
 
Dewan hakim yang arif dan bijaksana. Hadirin generasi qur’ani yang kami hormati…
 
“Keluarga merupakan potret miniatur sekaligus cerminan dan tatanan sebuah masyarakat. Bila keluarga
baik, maka akan baik pula masyarakat dan bangsa tersebut. Sebaliknya hadirin, jika institusi keluarga rusak,
rumah tangga hancur, maka ini merupakan isyarat awal dari kehancuran sebuah bangsa”. Demikian ungkapan
syeikh ‘Aidil Fathi’ Abdullah dalam karyanya “ buyutuna kama yajibu an takuna”

Ungkapan tersebut mengambarkan betapa penting peran keluarga dalam membangun sebuah bangsa,
jika kita mengingikan bangsa yang baik, maka bangunlah keluarga yang islami, rumah tangga yang qur’ani,
figur ayahanda yang bijak dan berwibawa serta sosok ibunda yang lembut dan penyantun. Namun seiring
perkembangan zaman, keluarga tidak lagi dibangun atas dasar cinta dan iman, namun atas dasar nafsu dan
kepalsuan, rumah tangga yang kita harapkan menjadi madrasatul u-la justru menjadi tempat persingahan
semata. Oleh sebab itu, tidak mustahil rumah tangga yang seperti ini akan melairkan generasi perampok,
penjilat, para koruptor, serta sampah masyarakat yang pada akhirnya akan meruntuhkah istana bangsa.

Prihatih kami atas dasar tersebut, tergugah hati kami untuk menyampaikan sebuah syarahan yang berjudul:
“PERAN KELUARGA DALAM MEMBENTUK GENERASI YANG QUR’ANI”
Degan rujukan surah An-Nisa’ ayat 9:

‫س ِديدًا‬ ِ ً‫ش الَّ ِذينَ لَ ْو تَ َر ُكوا ِمنْ َخ ْلفِ ِه ْم ُذ ِّريَّة‬


َ ‫ض َعافًا َخافُوا َعلَ ْي ِه ْم فَ ْليَتَّقُوا هَّللا َ َو ْليَقُولُوا قَ ْوال‬ َ ‫و ْليَ ْخ‬ 
َ
 
Artinya: Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya maninggalkan dibelakang mereka
anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah
mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar.

Hadirin, para pemuda harapan bangsa .Para pemudi, harapan pertiwi


Menurut imam Ath-Thabari dalam tafsir jaami’ul Bayyan, Fakhruddin ar-Razi dalam tafsir al-Kabir
serta mayoritas pakar tafsir lainya mengatakan bahwa ayat tadi hanya di tunjukan kepada orang tua yang telah
lanjut usia, sakit-sakitan serta memiliki tanda-tanda kematian. Namun menurut Muhammad Sayyid Thanthawi
dalam tafsir al-Wasith, ayat ini merupan peringatan kepada semua orang untuk khawatir, cemas dan takut untuk
meninggalkan generasi yang lemah. Lebih lanjutnya hadirin, pakar tafsir Indonesia berdarah Arab, Muhammad
Quraish Shihab, mengatakan bahwa (     ‫ضعافا‬    ) bermakna lemah harta.

  Namun jika kita kaji lebih mendalam, bukankah karna lemah ekonomi, lemah harta, anak-anak, remaja
dan generasi muda tidak berpindidikan? Akhirnya lahirlah kebodohan,  keterbelakangan, buta huruf, tidak
faham agama, lebih tragis, anak-anak tidak pernah mengenal Al- Qur’an.
Menurut data statistik tahun 2014, indonesia yang mayoritasnya muslim dan fanatic dengan
keislamanya, namun 75% generasinya tidak mampu membaca Al-Qur’an, fakta tersebut cukup memalukan,
mengkhawatirkan, bahkan mencemaskan kita. Hadirin, disadari atau tidak ini merupakan rencana awal barat
dalam menjajah dunia islam, perdana menteri Victoria, pernah bepidato di depan parlemennya: “Apabila kita
ingin mengalahkan Negara-negara yang penduduknya mayoritas muslim, maka yang paling utama harus
dilakukan adalah menjauhkan mereka dari Al-Qur’an supaya mereka buta terhadap kandungannya. Sebab,
hanya dengan itu kita akan berhasil menaklukan mereka. Selama mereka berpegang teguh pada Al-Qur’an ,
selama itu pula kita tidak akan sanggup mengalahkan mereka.
Oleh sebab itu, keluarga sebagai madrasah pertama umat islam, bekewajiban untuk mndidik,
mengarahkan dan mengajarkan anak-anak Al-Qur’an. Sebagaimana di katakan dalam ungkapan Arab:

‫البيت المدرسة األولى‬


Rumah merupakan sekolah utama, jika di persiapkan degan baik, maka akan melahirkan para remaja sebagai
generasi yang kuat. Lantas bagaimana menciptakan generasi qur’ani?.

Dalam surah at-tahrim ayat 6 sebagaimana yang di bacakan qariah kami berikut ini:
‫شدَا ٌد ال يَ ْعصُونَ هَّللا َ َما أَ َم َر ُه ْم َويَ ْف َعلُونَ َما يُؤْ َم ُرون‬ ُ َّ‫س ُك ْم َوأَ ْهلِي ُك ْم نَا ًرا َوقُو ُدهَا الن‬
ِ ٌ‫اس َوا ْل ِح َجا َرةُ َعلَ ْي َها َمالئِ َكةٌ ِغالظ‬ َ ُ‫يَا أَيُّ َها الَّ ِذينَ آ َمنُوا قُوا أَ ْنف‬
 
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, peliharahlah dirimu dan keuargamu dari api neraka yang bahan
bakarnya adalah manusia dan batu, penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai
Allah terhadap apa yang di perintah-nya kepada mareka dan selalu mengerjakan apa yang di perintahnya.

Hadirin para calon penghuni syurga


            Ketika ayat ini turun Umar bin Khatab bertanya kepada baginda Rasulullah saw: “ya rasulullah, kami
telah menjaga diri kami, tapi bagaimana menjaga keluarga kami?”
Lantas rasulullah menjawab: Engkau cegah  mereka dari larangan Allah dan menyuruh keluargamu kepada
perintah sang rabbul Alamin.
Lebih lanjut hadirin, imam Ali Ash-Shabuni dalam tafsir shafwantafasir menjelaskan bahwa : jagalah
dirimu dan periharalah istri-istrimu dan anak-anakmu dari siksaan neraka yang pedih, degan cara
memerintahkan mereka untuk meninggalkan maksiat, mengerjakan ketaatan serta mendidik dan menanamkan
Al-Qur’an dalam jiwanya. 
            Degan demikian, ayat tadi merupakan landasan filosofis bagi orang tua dalam menjaga, membimbing
dan mengarahkan anak-anaknya. Sebab itu, Dr.Ashli al-Muntaqo dalam kitabnya “kaifa nusaa ‘idul Abna’ ‘Ala
Qiyamihimul khuluqiyyah” mengatakan bahwa: anak-anak memang butuh materi,anak-anak juga memerlukan
tarbiyyah jasmaniyyah, namun,mereka jauh lebih memerlukan tarbiyah islamiyah, rabbaniyyah dan
qur’aniyyah.
            Sejarah telah membuktikan, bukankah orang seperti Alfredo Timoti, seorang mafia kelas kakap dunia,
Jhonson the Lion Boy, seorang La Cosa Nostra Amerika, Kazuo Nomigaki seorang Yakuza Jepang, serta Lee
Tiger Lee, seorng preman Hongkong, mereka telah menciptakan keonaran dunia, membajak pesawat, menjadi
gembong narkoba, memperjualbelikan wanita, ternyata mereka adalah sosok anak-anak muda yang terlahir dari
rahim para ibunda yang tak betah di rumah, hidup dalam kemegahan, bergelimang harta, namun tak penah
tersentuh kasih sayang orang tua.
Sebaliknya, Muhammad bin Idris atau Imam Syafi’i, tumbuh dari keluarga yang sederhana di besarkan dalam
kondisi yang pas-pasan, namun degan kasih sayang  dan tarbiyyah quraniyyah mengantarkan beliau sebagai
tokoh dan ulama besar dalam peradaban islam.
Tidak salah jika salah satuu hadisnya Rasul berujar:

‫ كل مولود يولد على الفطرة فأبواه يهودانه أو يمجسانه أو ينصرانه‬: ‫عن أبي هريرة رضي هللا عنه أن رسول هللا صلى هللا عليه وسلم قال‬
‫رواه البخاري ومسلم‬.
 

Setiap anak yang di lahirkan dalam keadaan fitrah, maka orangtuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani,
maupun Majusi.

Hadirin yang kami muliakan…


Akhir dari syarahan tadi dapat kita simpulkan:
Keluarga merupakan benteng utama umat islam, jika kita mendambakan masyarakat yang taat, umat yang
hebat, bangsa yang kuat, maka mari ciptakan keluarga-keluarga yang sakinah yang menjadikan Al-Qur’an
sebagai pedoman, manhaj dan jalan hidup.

Demikian yang dapat kami sampaikan, mohon maaf atas segala kekurangan dan terimakasih atas segala
perhatian.
‫والسالم عليكم ورحمة هللا وبركاته‬

Anda mungkin juga menyukai