Anda di halaman 1dari 14

MENELAAH FUNGSI DAN PERAN PESANTREN

Untuk Memenuhi Tugas


Mata Kuliah Pendidikan Islam Dalam Sisdiknas

Disusun Oleh:
Nama : DIMAS FEBRYANSAH
NPM : 2101020176

FAKULTAS : TARBIYAH
PRODI : PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
DOSEN PENGAMPUH : ASWAN, s.Ag, MM

INSTITUT AGAMA ISLAM DAAR AL ULUUM


ASAHAN – KISARAN
2023 /2024
i

KATA PENGANTAR

Assaalamu’alaikum Wr. Wb.

Puji syukur marilah kita panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah banyak
memberikan nikmat kepada kita, umatnya. Rahmad beserta salam semoga
tercurahkan kepada junjungan kita, pemimpin kita akhir zaman yang sangat dipanuti
oleh pengikutnya yakni Nabi Muhammad SAW. Makalah ini sengaja dibahas karena
sangat penting untuk kita khususnya sebagai mahasiswa yang ingin mengenal judul
tentang “Menelaah Fungsi Dan Peran Pesantren”
Selanjutnya, penyusun mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah memberikan pengarahan-pengarahan sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini dengan tepat waktu. Tidak lupa juga kepada Buya Dosen dan teman-
teman yang lain untuk memberikan sarannya kepada kami agar penyusunan makalah
ini lebih baik lagi.
Demikian, semoga makalah ini bermanfaat khususnya bagi penyusun dan
umumnya semua pembaca makalah ini.

Wassaalamu’alaikum Wr. Wb.

Kisaran, Desember 2023

Penulis

i
ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..............................................................................................i


DAFTAR ISI .............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN .........................................................................................1
A. Latar Belakang ...............................................................................................1
B. Rumusan Masalah ..........................................................................................2
C. Tujuan Penulisan ............................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN ..........................................................................................3
A. Hakekat Pendidikan Pesantren .......................................................................3
B. Elemen Dasar Pesantren .................................................................................4
C. Jenis-Jenis Pesantren ......................................................................................6
D. Hakekat Masyarakat Madani ..........................................................................7
E. Peranan Pendidikan Pesantren Dalam Menciptakan Masyarakat Madani .....8
BAB III PENUTUP ..................................................................................................10
A. Kesimpulan ....................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................................11

ii
1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Semua orang mendambakan kehidupan yang aman, damai dan sejahtera
sebagaimana yang dicita-citakan masyarakat Indonesia, yaitu adil dan makmur bagi
seluruh lapisan masyarakat. Untuk mencapainya berbagai sistem kenegaraan muncul,
seperti demokrasi. Cita-cita suatu masyarakat tidak mungkin dicapai tanpa
mengoptimalkan kualitas sumber daya manusia. Hal ini terlaksana apabila semua
bidang pembangunan bergerak secara terpadu yang menjadikan manusia sebagai
subjek. Pengembangan masyarakat sebagai sebuah kajian keilmuan dapat menyentuh
keberadaan manusia yang berperadaban. Pengembangan masyarakat merupakan
sebuah proses yang dapat merubah watak, sikap dan prilaku masyarakat ke arah
pembangunan yang dicita-citakan. Indikator dalam menentukan kemakmuran suatu
bangsa sangat tergantung pada situasi dan kondisi serta kebutuhan masyarakatnya.
Munculnya istilah masyarakat madani pada era reformasi ini, tidak terlepas
dari
kondisi politik negara yang berlangsung selama ini. Sejak Indonesia merdeka,
masyarakat belum merasakan makna kemerdekaan yang sesungguhnya. Pemerintah
atau penguasa belum banyak member kesempatan bagi semua lapisan masyarakat
mengembangkan potensinya secara maksimal. Bangsa Indonesia belum terlambat
mewujudkan masyarakat madani, asalkan semua potensi sumber daya manusia
mendapat kesempatan berkembang dan dikembangkan. Mewujudkan masyarakat
madani banyak tantangan yang harus dilalui. Untuk itu perlu adanya peranan
pendidikan pesantren dalam menciptakan masayarakat madani.
Akhir-akhir ini sering muncul ungkapan dari sebahagian pejabat pemerintah,
politisi, cendekiawan, dan tokoh-tokoh masyarakat tentang masyarakat madani
(sebagai terjemahan dari kata civil society). Tanpaknya, semua potensi bangsa
Indonesia dipersiapkan dan diberdayakan untuk menuju masyarakat madani yang
merupakan cita-cita dari bangsa ini. Masyarakat madani diprediski sebagai
masyarakat yang berkembang sesuai dengan potensi budaya, adat istiadat, dan agama
sehingga sangatlah penting peranan pesantren dalam menciptakan nasyarakat madani
tersebut . Demikian pula, bangsa Indonesia pada era reformasi ini diarahkan untuk
menuju masyarakat madani, untuk itu kehidupan manusia Indonesia akan mengalami

1
2

perubahan yang fundamental yang tentu akan berbeda dengan kehidupan masayakat
pada era orde baru. Kenapa, karena dalam masyarakat madani yang dicita-citakan,
dikatakan akan memungkinkan "terwujudnya kemandirian masyarakat, terwujudnya
nilai-nilai tertentu dalam kehidupan masyarakat, terutama keadilan, persamaan,
kebebasan dan kemajemukan [pluraliseme]" , serta taqwa, jujur, dan taat hukum.
Terobosan pemikiran kembali konsep dasar pembaharuan pendidikan
pesantren menuju masyarakat madani sangat diperlukan, karena pendidikan pesantren
sarana terbaik yang didisain untuk menciptakan suatu generasi baru pemuda-pemudi
yang tidak akan kehilangan ikatan dengan tradisi kereligiusan mereka sendiri tapi
juga sekaligus tidak menjadi bodoh secara intelektual atau terbelakang dalam
pendidikan mereka atau tidak menyadari adanya perkembangan-perkembangan
disetiap cabang pengetahuan manusia. Berdasarkan apa yang dikemukakan di atas,
maka masalah yang perlu dicermati dalam pembahasan ini adalah bagaimanakah
peranan pendidikan pesantren dalam menciptakan masyarakat madani.

B. Rumusan Masalah
Dengan latar belakang yang sudah di jelaskan sebelumnya kami akan
membahas masalah mengenai:
1. Apa hakekat pendidikan pesantren?
2. Bagaimana Elemen dasar pesantren?
3. Apa saja jenis-jenis pesantren?
4. Apa hakekat masyarakat madani?
5. Bagaimana peranan pendidikan pesantren dalam menciptakan masyarakat
madani?

C. Tujuan Masalah
Tujuan dari penulisan makalah ini yaitu :
1. Untuk mengetahui hakekat pendidikan pesantren
2. Untuk mengetahui Elemen dasar pesantren
3. Untuk mengetahui jenis-jenis pesantren
4. Untuk mengetahui hakekat masyarakat madani
5. Untuk mengetahui peranan pendidikan pesantren dalam menciptakan
masyarakat madani

2
3

BAB II
PEMBAHASAN

A. Hakekat pendidikan pesantren


Pada dasarnya, pendidikan pesantren dirumuskan dari dua pengertian
dasar yang terkandung dalam istilah pendidikan dan istilah pesantren. Kedua
istilah itu disatukan dan arti keduanya menyatu dalam definisi pendidikan
pesantren. Pendidikan adalah suatu usaha yang sadar dan teratur, sistematis yang
dilakukanoleh orang–orang yang diserahi tanggung jawab untuk
mempengaruhi anak agar mempunyai sifat dan tabiat sesuai dengan cita-cita
pendidikan. Dalam definisi yang lain, pendidikan ialah bantuan yang
diberikan dengan sengaja kepada anak dalam pertumbuhan jasmani dan rohani
maupun rohanianya untuk mencapai tingkat dewasa.

Abu Achmadi menyatakan pendidikan adalah usaha membawa anak


kepada tujuan tertentu, yaitu menanamkan akhlak yang baik agar memiliki
sifat yang baik dan berpribadi luhur dan pendidikan senantiasa menanamkan
nilai- nilai yang luhur dan norma-norma susila selanjutnya diterapkan dalam
bersikap dan bertindak sesuai dengan nilai- nilai dan norma -norma yang ada.
Berdasarkan pengertian diatas, maka yang dimaksud dengan
pendidikan adalah usaha sadar, teratur dan sistematis yang dilakukan oleh
orang dewasa yang diberi tanggung jawab untuk menanamkan akhlak yang baik dan
nilai-nilai luhur, serta norma-norma susila kepada anak didik sesuai
dengan pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani untuk mencapai
kedewasaan.1
Pendidikan Pesantren merupakan salah satu jenis pendidikan Islam Indonesia
yang bersifat tradisional untuk mendalami ilmu agama Islam dan
mengamalkansebagai pedoman hidup keseharian. Pesantren telah hidup sejak
ratusan tahunyang lalu, serta telah menjangkau hamper seluruh lapisan masyarakat
muslim.

1
Ismail SM. 2000. Signifikansi Peran Pesantren dalam Pengembangan Masyarakat madani. Dalam
Ismail SM dan Abdullah Mukti, Pendidikan Islam, Demokratisasi dan Masyarakat Madani.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

3
4

B. Elemen Dasar Pesantren


Suatu lembaga akan berubah nama menjadi Pesantren bila memiliki lima elemen
berikut ini; pondok, masjid, Santri, pengajaran kitab-kitab klasik dan Kyai.2
1. Pondok
Sebuah pesantren pada dasarnya adalah sebuah asrama pendidikan Islam
Tradisional, dimana para siswanya tinggal bersama dan belajar dibawah bimbingan
seorang (atau lebih) guru (Kyai). Asrama tersebut berada dilingkungan komplek
pesantren, dimana Kyai bertempat tinggal. Komplek Pesantren ini biasanya
dikelilingi tembok untuk keluar masuknya Santri sesuai dengan peraturan yang
berlaku. Pada awal perkembangannya, pondok bukanlah sebagai tempat tinggal /
asrama Santri, tetapi untuk mengikuti pelajaran yang diberikan Kyai ataupun sebagai
tempat latihan Santri agar hidup mandiri dalam masyarakat. Para Santri di bawah
bimbingan Kyai bekerja untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Tetapi dalam
perkembangan berikutnya, tampaknya lebih menonjol fungsinya sebagai tempat
pemondokan dengan adanya semacam sewa atau iuran untuk pemeliharaan pondok.
Pondok merupakan tempat aktivitas pribadi santri mulai dari menyimpan
kitab, tidur, dan aktifitas-aktifitas dalam sehari-hari. Dengan demikian, pondok bagi
santri seperti rumah sendiri dan mereka memiliki rasa kepemilikan cukup tinggi yang
diwujudkan melalui roan (kerja bakti) yang membudaya dikalangan santri
Iklim keimuan pesantren begitu terlihat dengan keberadaan pondok sebagai tempat
tinggal. Seluruh aktifitas santri diatur melalui jadwal mulai dari bangun tidur sampai
tidur lagi. Santri diawasi oleh pengurus pondok sebagai badal dari Kyai.
2. Masjid
Masjid sebagai salah satu komponen pesantren memiliki multi fungsi yang
menunjang aktifitas belajar di pesantren. Masjid selain difungsikan sebagai tempat
jama’ah shalat lima waktu dan shalat jum’at juga difungsikan sebagai tempat
pengajian kitab-kitab dan acara pengembangan santri seperti latihan khutbah jum’at,
shalawat barzanji dan muhadarah.
Sebagaimana diungkapkan Dhofier, masjid sebagai mediastrategis pesantren
untuk pengembangan wawasan keagamaan musyarakat sekitar pesantren. Hal iini
dilakukan dengan cara melakukan pengajian secara berkala (biasanya selapan atau
tida puluh lima hari sekali) dengan melibatkan maysarakat sebagai pesertanya.
3. Santri
Dalam tradisi pesantren, santri digolongkan menjadi dua kelompok yaitu:
1. Santri mukim: santri yang berasal dari tempat yang jauh dan menetap di
lingkungan pesantren/pondok/asrama. Pada perkembangannya, di sebagian
pesantren santri mukim dibedakan menjadi dua yaitu:
2
Nata, H. Abuddin. Pendidikan Islam di Indonesia: Tantangan dan Peluang. Jakarta: Gramedia, 2003.

4
5

2. a)Santri mandiri: santri yang seluruh biaya belajarnya di pesantren berasal dari
diri sendiri, baik biaya syahriyah (iuran bulana), uang makan, peralatan belajar
dan biaya lainnya sesuai kebijakan masing-masing
3. b)Santri khadim: santri yang biaya belajarnya di pesantren ditanggung oleh
pengasuh pesantren (Kyai). Hal ini biasanya di latarbelakangi oleh kondisi
ekonomi orang tua santri yang kurang mampu. Mereka termotivasi dan
berkeyakinan mendapatkan berkah dengan cara khidmah (melayani) kyai
dan dzuriyah
4. Santri Kalong:yaitu santri-santriyang berasal tidak jauh dari pesantren/ dari
desa-desa sekitar pesantren, yang biasanya tidak menetap dalam pesantren.
Mereka pulang pergi dari rumah masing-masing ke pesantren untuk mengikuti
pelajarannya di pesantren setiap hari.
4. Kyai
Kyai adalah komponen yang paling esensial dalam sebuah pesantren. Hal ini
dapat dipahami bahwakyai pada umumnya adalah pendiri, pengelola dan kadang-
kadang sebagai penyandang dana sekaligus. Kyai sebagai figur yang memiliki
legitimasi sangat kuat dalam menentukan kebijakan pesantren.
Menurut asal usulnya, istilah kyai dalam bahasa Jawa memiliki tiga makna yang
berbeda:
1) Sebagai gelar benda-benda keramat, seperti “ kyai Garuda Kencana” sebutan untuk
kertas emas di keraton Yogyakarta
2) Gelar kehormatan untuk orang tua pada umunya.
3) Gelar yang deberikan masyarakat kepada ahli agama islam yang memiliki atau
menjadi pimpinan pesantren dan pengajar kitab-kitab Islam klasik kepada para
santrinya.
Istilah kyai pada nomor tiga adalah istilah kyai yang dimaksud dalam
penelitian ini. Perlu diketahui, sebutan kyai berlaku pada masyarakat Jawa Timur dan
Jawa Tengah. Di Jawa Barat (Sunda) disebut dengan ajengan. Di daerah Nusa
Tenggara dan kalimantan disebut dengan tuan guru. Di daerah Sumatra Utara
(Tanapuli) disebut syaihk. Di daerah Minangkabau disebut denga buya Sedangkan di
aceh disebut dengan teungku.
Pengertian kyai dewasa ini telah mengalami pergeseran makna. Gelar kyai
tidak hanya diperuntukkan bagi mereka yang memimpin pesantren, tetapi juga
diperuntukkan bagi ahli agama di luar peantren.
5. Kitab Kuning
Disebut dengan kitab kuning (al-kutub al-sofro’a) karena kertas yang dipakai
untuk menulis menggunakan kertas yang berwarna kuning. Sebutan lainnya adalah
kitab islam klasik karena merupakan hasil karya para ulama abad pertengahan.

5
6

Ciri lain yang diergunakan di pesantren itu ialah beraksara Arab gundul (huruf Arab
tanpa harakat atau shakal).keadannya yang gundul itu pada sisi lain merupaka bagian
dari pembelajaran itu sendiri. Pembelajaan kitab-kitab gundul itu keberhasilannya
antara lainditentukan oleh kamampuan membuka kegundulan itu dengan menemukan
harakat-harakat yang benar dan mengucapnya secara fasih.
Sistematika penulisan kitab kuning begitu maju dengan urutan kerangka mulai
dari tema yang besar laludilanjutkan menjadi tema yang lebih khusus. Secara
berturut-turut isi dari kitab klasik itu dimulai dari kitabun, babun, faslun, far’un.
Sering juga ditemukan kitab dengan kerangka Muqaddimah dan khatimah.
Kitab-kitab klasik yang di ajarkan di pesantren pada masa lalu terutama karangan-
karangan ulama yang menganut faham syafi’iyah merupakan satu-satunya
pengajaran formal yang diberikan dalam lingkungan pesantren. Kitab-kitab yang
diajarkan tersebut dapat digolongkan dalam 8 kelompok: 1. Nahwu dan sharaf 2.
Fiqih 3. Ushul fiqih 4. Hadist 5. Tafsir 6. Tauhid 7. Tasawuf dan etika 8. Cabang-
cabang lain seperti tarikh dan balaghah. Kitab-kitab tersebut meliputi teks mulai yang
terpendek hingga yang berjilid-jilid dan dibagi dalam tiga tingkatan yaitu kitab-kitab
dasar, kitab-menengah dan kitab-kitab besar.

C. Jenis-jenis Pesantren
Seiring dengan berkembangnya zaman dan perkembanganya ilmu pondok pesantren
dapat diklasifikasikan menjadi:3
1) Pesantren Salaf
Pesantren model ini mempunyai beberapa karakteristik diantaranya: pengajian
hanya terbatas pada kitab salaf (kitab kuning), intensifikasi musyawarah (bahtsul
masail), berlakunya sistem diniyah (klasikal), pakaian, tempat dan lingkungannya
mencerminkan masa lalu, sebagaimana yang telah diterapkan di Lirboyo–Ploso–
Kediri, al-Anwar Sarang Rembang dan Pacol Gowang Jombang.
Pesanten model salaf ini memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan yang
diantaranya: semangat mengarungi kehidupan yang luar biasa, mental
kemandiriannya tinggi, moralitas dan mentalitasnya terjaga dari virus modernitas,
mampu menciptakan insan dinamis, kreatif dan progresif karena ia tertantang untuk
menghadapi hidup dengan tanpa formalitas ijazah, tumbuhnya mental
enterpreneuship (kewirausahaan) berani sakit dan menderita demi suksesnya sebuah
cita-cita. Sedangkan kekurangannya masih didominasi oleh term-term klasik seperti:
tawadhu’ yang berlebihan, zuhud, kuwalat dan biasanya akhirat oriented.
2) Pesantren Modern

3
Mastuhu. Dinamika Sistem Pendidikan Pesantren. Cet. I; Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1994.

6
7

Pesantren modrnm memiliki beberapa karakteristik diantaranya penguasaan


bahasa asing (arab dan inggris), tidak ada pengajian kitab-kitab klasik (kitab salaf),
kurikulumnya mengadopsi kurikulum modern sebagaimana yang telah diberlakukan
di beberapa pesantren antara lain: Pesantren Modern Darussalam Gontor Ponorogo,
Zaitun Solo, Daar al-Najah dan Daar al-Rahman Jakarta.
Model pesantren modern ini juga tidak terlepas dengan kelebihan dan
kekurangannya. Kelebihannya antara lain: penekanan pada rasionalitas, orientasi pada
masa depan, persaingan hidup dan penguasaan teknologi. Adapun kelemahannya:
lemah dalam penguasaan terhadap khazanah klasik, bahkan mayoritas out put
pesantren ini tidak mampu membaca kitab klasik (kitab kuning) dengan standart yang
telah ditetapkan dan diberlakukan di pesantren salaf seperti penguasaan nahwu,
sharaf, balaghah, „arudl, mantiq, ushul dan qowaid.
3) Pesantren semi salaf-modern
Adalah pesantren yang berusaha untuk mengkolaborasikan antar sistem
pesantren salaf dan pesantren modern, seperti pesantren Tebuireng dan Mathali'ul al-
Falah Kajen. Adapun karakeristiknya adalah adanya pengajian kitab klasik (kitab
salaf) seperti: taqrib, jurumiyah dan ta‟limul muta‟alim, ada kurikulum modern
(seperti: bahasa inggris, fisika, matematika, manajemen dan sebagainya), mempunyai
independensi dalam menentukan arah dan kebijakan, ada ruang kreatifitas yang
terbuka lebar untuk para santri (seperti: keorganisasian, membuat buletin, majalah,
mengadakan seminar, diskusi, bedah buku dan lain-lain).
Keberadaan pesantren modern dipandang dan diharapkan sebagai wahana
untuk mencetak manusia yang sempurna (insan kamil). Namun disisi lain pesantren
semi salaf-semi khalaf memiliki beberapa kelemahan antara lain: santri kurang
menguasai secara mendalam tentang hasanah klasik, bergesernya keyakinan tentang
term-term salaf yakni: barokah, kuwalat, zuhud, dan orientasi
ukrowi serta perjuangan masyarakat menjadi berkurang.

D. Hakekat Masyarakat Madani


Masyarakat madani adalah masyarakat yang beradab, menjunjung tinggi nilai-
nilai kemanusiaan, yang maju dalam penguasaan ilmu pengetahuan, dan teknologi.
Allah SWT memberikan gambaran dari masyarakat madani dengan firman-Nya
dalam Q.S. Saba’ ayat 15:4
Sesungguhnya bagi kaum Saba’ ada tanda (kekuasaan Tuhan) di tempat kediaman
mereka yaitu dua buah kebun di sebelah kanan dan di sebelah kiri. (kepada mereka

4
Azizi, A Qodri Abdillah. 2000. Masyarakat madani Antara Cita dan Fakta: Kajian Historis-Normatif.
Dalam Ismail SM dan Abdullah Mukti, Pendidikan Islam, Demokratisasi dan Masyarakat Madani.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

7
8

dikatakan): “Makanlah olehmu dari rezki yang (dianugerahkan) Tuhanmu dan


bersyukurlah kamu kepada-Nya. (Negerimu) adalah negeri yang baik dan (Tuhanmu)
adalah Tuhan yang Maha Pengampun”
Konsep “masyarakat madani” merupakan penerjemahan atau pengislaman
konsep “civil society”. Orang yang pertama kali mengungkapkan istilah ini adalah
Anwar Ibrahim dan dikembangkan di Indonesia oleh Nurcholish Madjid. Pemaknaan
civil society sebagai masyarakat madani merujuk pada konsep dan bentuk masyarakat
Madinah yang dibangun Nabi Muhammad. Masyarakat Madinah dianggap sebagai
legitimasi historis ketidakbersalahan pembentukan civil society dalam masya
Makna Civil Society “Masyarakat sipil” adalah terjemahan dari civil society.
Konsep civil society lahir dan berkembang dari sejarah pergumulan masyarakat.
Cicero adalah orang Barat yang pertama kali menggunakan kata “societies civilis”
dalam filsafat politiknya. Konsep civil society pertama kali dipahami sebagai negara
(state). Secara historis, istilah civil society berakar dari pemikir Montesque, JJ.
Rousseau, John Locke, dan Hubbes. Ketiga orang ini mulai menata suatu bangunan
masyarakat sipil yang mampu mencairkan otoritarian kekuasaan monarchi-absolut
dan ortodoksi gereja (Larry Diamond, 2003: 278).rakat muslim modern..

E. Peranan pendidikan pesantren dalam menciptakan masyarakat madani


Pesantren sebagai lembaga pendidikan islam tahap awal di Indonesia yang pada
tahap awal sebelum masuknya ide-ide pembaruan pemikiran islam ke Indonesia
semata-mata mengajarkan kitab-kitab klasik yang bertujuan untuk membentuk
ulama’,kyai dan kompeten dalam bidang ilmu-ilmu diniyah.5
Sesuai dengan arus kemajuan zaman dibarengi pula masuknya ide-ide
pembaruan pemikir islam ke Indonesia maka pesantren telah mengalami dinamika.
Dinamika itu dapat dilihat dari tiga segi,dinamika materi (bahan yang
diajarkan),dinamika adminimistrasi dan management,serta dinamika system dan
nonklasikal menjadi klasikal.
Dengan demikian daapat dipahami bahwa pesantren semakin adaptif terhadap
kemajuan zaman.atas dasar itu peluang pesantren sebagai lembaga pendidikan islam
yang akan menciptakan manusia seutuhnya akan semakin terbuka. Selain dari itu
pesantren juga berperan untuk membentuk masyarakat madani yang
bercirikan,masyarakat religious,demokratis,egalitarian,toleran,berkeadilan serta
berilmu.

5
Rahardjo, D. 1997. Relevansi Iptek Profetik dalam Pembangunan Masyarakat
Madani, Academika, Vol. 01, Th. XV, halaman 17-24.

8
9

Kesemua cirri-ciri masyarakat madani ini di transformasikan dari sikap hidup


masyarakat madinah yang dipimpin Rosul SAW. Sangat erat kaitanya dengan out put
pesantren.

9
10

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari keterangan-keterangan di atas, penyusun dapat simpulkan :
1. Pendidikan Pesantren merupakan salah satu jenis pendidikan Islam Indonesia
yang bersifat tradisional untuk mendalami ilmu agama Islam dan
mengamalkansebagai pedoman hidup keseharian. Pesantren telah hidup sejak
ratusan tahunyang lalu, serta telah menjangkau hamper seluruh lapisan
masyarakat muslim.
2. Suatu lembaga akan berubah nama menjadi Pesantren bila memiliki lima elemen
berikut ini; pondok, masjid, Santri, pengajaran kitab-kitab klasik dan Kyai.
3. Seiring dengan berkembangnya zaman dan perkembanganya ilmu
pondok pesantren dapat diklasifikasikan menjadi: Pesantren salaf, Pesantren
modern, Pesantren semi salaf-modern.
4. Masyarakat madani adalah masyarakat yang beradab, menjunjung tinggi nilai-
nilai kemanusiaan, yang maju dalam penguasaan ilmu pengetahuan, dan
teknologi.
5. Pesantren berperan untuk membentuk masyarakat madani yang
bercirikan,masyarakat religious,demokratis,egalitarian,toleran,berkeadilan serta
berilmu.

10
11

DAFTAR PUSTAKA

Azizi, A Qodri Abdillah. 2000. Masyarakat madani Antara Cita dan Fakta: Kajian
Historis-Normatif. Dalam Ismail SM dan Abdullah Mukti, Pendidikan Islam,
Demokratisasi dan Masyarakat Madani. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Ismail SM. 2000. Signifikansi Peran Pesantren dalam Pengembangan Masyarakat


madani. Dalam Ismail SM dan Abdullah Mukti, Pendidikan Islam,
Demokratisasi dan Masyarakat Madani. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Rahardjo, D. 1997. Relevansi Iptek Profetik dalam Pembangunan Masyarakat


Madani, Academika, Vol. 01, Th. XV, halaman 17-24.

Mastuhu. Dinamika Sistem Pendidikan Pesantren. Cet. I; Jakarta: PT. Raja


Grafindo Persada, 1994.

Nata, H. Abuddin. Pendidikan Islam di Indonesia: Tantangan dan Peluang.


Jakarta: Gramedia, 2003.

11

Anda mungkin juga menyukai