Disusun Oleh:
Nama : DIMAS FEBRYANSAH
NPM : 2101020176
FAKULTAS : TARBIYAH
PRODI : PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
DOSEN PENGAMPUH : ASWAN, s.Ag, MM
KATA PENGANTAR
Puji syukur marilah kita panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah banyak
memberikan nikmat kepada kita, umatnya. Rahmad beserta salam semoga
tercurahkan kepada junjungan kita, pemimpin kita akhir zaman yang sangat dipanuti
oleh pengikutnya yakni Nabi Muhammad SAW. Makalah ini sengaja dibahas karena
sangat penting untuk kita khususnya sebagai mahasiswa yang ingin mengenal judul
tentang “Menelaah Fungsi Dan Peran Pesantren”
Selanjutnya, penyusun mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah memberikan pengarahan-pengarahan sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini dengan tepat waktu. Tidak lupa juga kepada Buya Dosen dan teman-
teman yang lain untuk memberikan sarannya kepada kami agar penyusunan makalah
ini lebih baik lagi.
Demikian, semoga makalah ini bermanfaat khususnya bagi penyusun dan
umumnya semua pembaca makalah ini.
Penulis
i
ii
DAFTAR ISI
ii
1
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
perubahan yang fundamental yang tentu akan berbeda dengan kehidupan masayakat
pada era orde baru. Kenapa, karena dalam masyarakat madani yang dicita-citakan,
dikatakan akan memungkinkan "terwujudnya kemandirian masyarakat, terwujudnya
nilai-nilai tertentu dalam kehidupan masyarakat, terutama keadilan, persamaan,
kebebasan dan kemajemukan [pluraliseme]" , serta taqwa, jujur, dan taat hukum.
Terobosan pemikiran kembali konsep dasar pembaharuan pendidikan
pesantren menuju masyarakat madani sangat diperlukan, karena pendidikan pesantren
sarana terbaik yang didisain untuk menciptakan suatu generasi baru pemuda-pemudi
yang tidak akan kehilangan ikatan dengan tradisi kereligiusan mereka sendiri tapi
juga sekaligus tidak menjadi bodoh secara intelektual atau terbelakang dalam
pendidikan mereka atau tidak menyadari adanya perkembangan-perkembangan
disetiap cabang pengetahuan manusia. Berdasarkan apa yang dikemukakan di atas,
maka masalah yang perlu dicermati dalam pembahasan ini adalah bagaimanakah
peranan pendidikan pesantren dalam menciptakan masyarakat madani.
B. Rumusan Masalah
Dengan latar belakang yang sudah di jelaskan sebelumnya kami akan
membahas masalah mengenai:
1. Apa hakekat pendidikan pesantren?
2. Bagaimana Elemen dasar pesantren?
3. Apa saja jenis-jenis pesantren?
4. Apa hakekat masyarakat madani?
5. Bagaimana peranan pendidikan pesantren dalam menciptakan masyarakat
madani?
C. Tujuan Masalah
Tujuan dari penulisan makalah ini yaitu :
1. Untuk mengetahui hakekat pendidikan pesantren
2. Untuk mengetahui Elemen dasar pesantren
3. Untuk mengetahui jenis-jenis pesantren
4. Untuk mengetahui hakekat masyarakat madani
5. Untuk mengetahui peranan pendidikan pesantren dalam menciptakan
masyarakat madani
2
3
BAB II
PEMBAHASAN
1
Ismail SM. 2000. Signifikansi Peran Pesantren dalam Pengembangan Masyarakat madani. Dalam
Ismail SM dan Abdullah Mukti, Pendidikan Islam, Demokratisasi dan Masyarakat Madani.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
3
4
4
5
2. a)Santri mandiri: santri yang seluruh biaya belajarnya di pesantren berasal dari
diri sendiri, baik biaya syahriyah (iuran bulana), uang makan, peralatan belajar
dan biaya lainnya sesuai kebijakan masing-masing
3. b)Santri khadim: santri yang biaya belajarnya di pesantren ditanggung oleh
pengasuh pesantren (Kyai). Hal ini biasanya di latarbelakangi oleh kondisi
ekonomi orang tua santri yang kurang mampu. Mereka termotivasi dan
berkeyakinan mendapatkan berkah dengan cara khidmah (melayani) kyai
dan dzuriyah
4. Santri Kalong:yaitu santri-santriyang berasal tidak jauh dari pesantren/ dari
desa-desa sekitar pesantren, yang biasanya tidak menetap dalam pesantren.
Mereka pulang pergi dari rumah masing-masing ke pesantren untuk mengikuti
pelajarannya di pesantren setiap hari.
4. Kyai
Kyai adalah komponen yang paling esensial dalam sebuah pesantren. Hal ini
dapat dipahami bahwakyai pada umumnya adalah pendiri, pengelola dan kadang-
kadang sebagai penyandang dana sekaligus. Kyai sebagai figur yang memiliki
legitimasi sangat kuat dalam menentukan kebijakan pesantren.
Menurut asal usulnya, istilah kyai dalam bahasa Jawa memiliki tiga makna yang
berbeda:
1) Sebagai gelar benda-benda keramat, seperti “ kyai Garuda Kencana” sebutan untuk
kertas emas di keraton Yogyakarta
2) Gelar kehormatan untuk orang tua pada umunya.
3) Gelar yang deberikan masyarakat kepada ahli agama islam yang memiliki atau
menjadi pimpinan pesantren dan pengajar kitab-kitab Islam klasik kepada para
santrinya.
Istilah kyai pada nomor tiga adalah istilah kyai yang dimaksud dalam
penelitian ini. Perlu diketahui, sebutan kyai berlaku pada masyarakat Jawa Timur dan
Jawa Tengah. Di Jawa Barat (Sunda) disebut dengan ajengan. Di daerah Nusa
Tenggara dan kalimantan disebut dengan tuan guru. Di daerah Sumatra Utara
(Tanapuli) disebut syaihk. Di daerah Minangkabau disebut denga buya Sedangkan di
aceh disebut dengan teungku.
Pengertian kyai dewasa ini telah mengalami pergeseran makna. Gelar kyai
tidak hanya diperuntukkan bagi mereka yang memimpin pesantren, tetapi juga
diperuntukkan bagi ahli agama di luar peantren.
5. Kitab Kuning
Disebut dengan kitab kuning (al-kutub al-sofro’a) karena kertas yang dipakai
untuk menulis menggunakan kertas yang berwarna kuning. Sebutan lainnya adalah
kitab islam klasik karena merupakan hasil karya para ulama abad pertengahan.
5
6
Ciri lain yang diergunakan di pesantren itu ialah beraksara Arab gundul (huruf Arab
tanpa harakat atau shakal).keadannya yang gundul itu pada sisi lain merupaka bagian
dari pembelajaran itu sendiri. Pembelajaan kitab-kitab gundul itu keberhasilannya
antara lainditentukan oleh kamampuan membuka kegundulan itu dengan menemukan
harakat-harakat yang benar dan mengucapnya secara fasih.
Sistematika penulisan kitab kuning begitu maju dengan urutan kerangka mulai
dari tema yang besar laludilanjutkan menjadi tema yang lebih khusus. Secara
berturut-turut isi dari kitab klasik itu dimulai dari kitabun, babun, faslun, far’un.
Sering juga ditemukan kitab dengan kerangka Muqaddimah dan khatimah.
Kitab-kitab klasik yang di ajarkan di pesantren pada masa lalu terutama karangan-
karangan ulama yang menganut faham syafi’iyah merupakan satu-satunya
pengajaran formal yang diberikan dalam lingkungan pesantren. Kitab-kitab yang
diajarkan tersebut dapat digolongkan dalam 8 kelompok: 1. Nahwu dan sharaf 2.
Fiqih 3. Ushul fiqih 4. Hadist 5. Tafsir 6. Tauhid 7. Tasawuf dan etika 8. Cabang-
cabang lain seperti tarikh dan balaghah. Kitab-kitab tersebut meliputi teks mulai yang
terpendek hingga yang berjilid-jilid dan dibagi dalam tiga tingkatan yaitu kitab-kitab
dasar, kitab-menengah dan kitab-kitab besar.
C. Jenis-jenis Pesantren
Seiring dengan berkembangnya zaman dan perkembanganya ilmu pondok pesantren
dapat diklasifikasikan menjadi:3
1) Pesantren Salaf
Pesantren model ini mempunyai beberapa karakteristik diantaranya: pengajian
hanya terbatas pada kitab salaf (kitab kuning), intensifikasi musyawarah (bahtsul
masail), berlakunya sistem diniyah (klasikal), pakaian, tempat dan lingkungannya
mencerminkan masa lalu, sebagaimana yang telah diterapkan di Lirboyo–Ploso–
Kediri, al-Anwar Sarang Rembang dan Pacol Gowang Jombang.
Pesanten model salaf ini memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan yang
diantaranya: semangat mengarungi kehidupan yang luar biasa, mental
kemandiriannya tinggi, moralitas dan mentalitasnya terjaga dari virus modernitas,
mampu menciptakan insan dinamis, kreatif dan progresif karena ia tertantang untuk
menghadapi hidup dengan tanpa formalitas ijazah, tumbuhnya mental
enterpreneuship (kewirausahaan) berani sakit dan menderita demi suksesnya sebuah
cita-cita. Sedangkan kekurangannya masih didominasi oleh term-term klasik seperti:
tawadhu’ yang berlebihan, zuhud, kuwalat dan biasanya akhirat oriented.
2) Pesantren Modern
3
Mastuhu. Dinamika Sistem Pendidikan Pesantren. Cet. I; Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1994.
6
7
4
Azizi, A Qodri Abdillah. 2000. Masyarakat madani Antara Cita dan Fakta: Kajian Historis-Normatif.
Dalam Ismail SM dan Abdullah Mukti, Pendidikan Islam, Demokratisasi dan Masyarakat Madani.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
7
8
5
Rahardjo, D. 1997. Relevansi Iptek Profetik dalam Pembangunan Masyarakat
Madani, Academika, Vol. 01, Th. XV, halaman 17-24.
8
9
9
10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari keterangan-keterangan di atas, penyusun dapat simpulkan :
1. Pendidikan Pesantren merupakan salah satu jenis pendidikan Islam Indonesia
yang bersifat tradisional untuk mendalami ilmu agama Islam dan
mengamalkansebagai pedoman hidup keseharian. Pesantren telah hidup sejak
ratusan tahunyang lalu, serta telah menjangkau hamper seluruh lapisan
masyarakat muslim.
2. Suatu lembaga akan berubah nama menjadi Pesantren bila memiliki lima elemen
berikut ini; pondok, masjid, Santri, pengajaran kitab-kitab klasik dan Kyai.
3. Seiring dengan berkembangnya zaman dan perkembanganya ilmu
pondok pesantren dapat diklasifikasikan menjadi: Pesantren salaf, Pesantren
modern, Pesantren semi salaf-modern.
4. Masyarakat madani adalah masyarakat yang beradab, menjunjung tinggi nilai-
nilai kemanusiaan, yang maju dalam penguasaan ilmu pengetahuan, dan
teknologi.
5. Pesantren berperan untuk membentuk masyarakat madani yang
bercirikan,masyarakat religious,demokratis,egalitarian,toleran,berkeadilan serta
berilmu.
10
11
DAFTAR PUSTAKA
Azizi, A Qodri Abdillah. 2000. Masyarakat madani Antara Cita dan Fakta: Kajian
Historis-Normatif. Dalam Ismail SM dan Abdullah Mukti, Pendidikan Islam,
Demokratisasi dan Masyarakat Madani. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
11