Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH

PENDIDIKAN KARAKTER SEBAGAI RUH PENGEMBANGAN SUMBER


DAYA MANUSIA (SDM)
Disusun untuk memenuhi tugas pada Mata Kuliah Isu-Isu Aktual dalam Pendidikan
Dosen Pengampu : Dr. Ali Muhtarom, M.Si.

Kelompok 3 PAI- 6D :
Muhammad Rohim 191210116
Shofa Musyarofah 191210137
Dede Maulina Azah 191210146

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN


UIN SULTAN MAULANA HASANUDDIN BANTEN
TAHUN 2022 M/ 1443 H

i
KATA PENGANTAR

Pertama-tama kami panjatkan puja dan puji syukur kepada Allah SWT atas
rahmat dan ridhonya karena tanpa rahmat dan ridhonya kami tidak bisa menyelesaikan
makalah ini dengan baik dan tepat waktu.
Dan Tidak lupa pula kami ucapkan terimakasih kepada Bapak Dr. Ali Muhtarom, M.Si
selaku dosen pada mata kuliah Isu-isu Aktual dalam Pendidikan, dan kepada semua
pihak yang telah memabantu dalam proses pembuatan makalah ini. Dalam makalah ini
kami menjelaskan tentang “Pendidikan Karakter sebagai Ruh Pengembangan
Sumber Daya Manusia (SDM)”
Dalam pembuatan makalah ini, kami menyadari masih banyak kekurangan baik dalam
teknis penulisan maupun dalam segi materi itu sendiri karena kemampuan yang kami
miliki. Oleh karena itu kritik dan saran dari para pembaca sangat kami harapkan untuk
perbaikan makalah yang lebih baik lagi.

Serang, 14 Maret 2022

Pemakalah

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii


DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
A. Latar Belakang ................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................................ 1
C. Tujuan .............................................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................... 2
A. Pengertian pendidikan karakter ........................................................................ 2
B. Pendidikan karakter dalam perspektif Islam .................................................... 5
C. Prinsip-prinsip pendidikan karakter ................................................................. 16
D. Pendidikan karakter sebagai ruh pengembangan SDM religius ..................... 18
BAB III PENUTUP ............................................................................................... 23
A. Simpulan .......................................................................................................... 23
B. Saran................................................................................................................. 23
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 24

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu hal yang juga penting dalam pendidikan adalah pendidikan karakter.
Pendidikan karakter ini merupakan proses pendidikan yang beruapaya menjadikan
peserta didiknya bukan hanya saja cerdas dalam aspek kognitif tetapi juga mempunyai
akhlak yang sesuai atau tidak bertentangan dengan norma-norma yang berlakau baik
norma agama, budaya, sosial, adat, dan sebagainya.
Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang
Sistem Pendidikan Nasional pada Pasal 1 Ayat 1 : Pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk memujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta
didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.
Sesuai dengan rumusan Undang-undang Sisdiknas di atas, ternyata tujuan
pendidikan nasional senada dengan pendidikan karakter. Selain mengarahkan peserta
didik untuk memiliki kecerdasan atau memiliki ilmu pengetahuan, pendidikan juga
diarahkan pada pengembangan spiritual keagaamaan dan akhlak mulia.
Dengan hal ini, pendidikan karakter memiliki peran penting dalam
pengembangan kepribadian manusia dan pengembangan sumber daya manusia itu
sendiri. Oleh karena itu, dalam makalah ini akan dijelaskan lebih lanjut mengenai “
Pendidikan Karakter Sebagai Ruh Pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM)”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam
makalah ini sebagai berikut :
1. Pengertian Pendidikan Karakter
2. Pendidikan Karakter dalam Perspektif Islam
3. Prinsip-prinsip Pendidikan Karakter
4. Pendidikan Karakter Sebagai Ruh Pengembangan SDM Religius
C. Tujuan
Tujuan dari makalah ini adalah agar pembaca dapat mengetahui pengertian
pendidikan karakter, bagaimana pendidikan karakter dalam perspektif islam, prinsip-
prinsip pendidikan karakter, dan bagaiaman peran pendidikan karakter dalam
pengembangan SDM Religius.
1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Pendidikan Karakter


Pencanangan pendidikan karakter oleh presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada
peringatan hari Pendidikan Nasional 2 Mei 2010 terkesan tidak bergaung luas. Hal ini
bisa jadi saat itu memang belum ada tindak lanjut kebijakan mengenai pendidikan
karakter. Namun demikian, tren pendidikan karakter yang diawali peringatan Hari
Peringatan Pendidikan Nasional sekarang ini mulai mendapat respon berbagai pihak,
khususnya para pelaku pendidikan yang concern terhadap pendidikan karakter.
Menindaklanjuti pencanangan tersebut, dilingkungan Kementrian Pendidikan Nasional
sekarang ini, program pendidikan karakter mulai dikembangkan dan diupayakan
penerjemahannya dalam praksis pendidikan. Pendidikan karakter menjadi fokus
pendidikan diseluruh jenjang pendidikan yang dibinanya. Tidak terkecuali di
pendidikan tinggi, pendidikan karakterpun mendapat perhatian yang cukup besar.1
Pendidikan karakter berasal dari dua kata pendidikan dan karakter, menurut beberapa
ahli kata pendidikan mempunyai definisi yang berbeda-beda tergantung pada sudut
pandang, paradigma, metodologi dan disiplin keilmuan yang digunakan. Ki Hajar
Dewantara menyatakan bahwa pendidikan adalah daya upaya untuk memajukan budi
pekerti, pikiran, dan jasmani, anak agar selaras dengan alam dan masyarakatnya. Dalam
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1
Ayat (1) disebutkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar anak didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat , bangsa, dan Negara. Sedangkan istilah karakter berasal
dari bahasa Yunani, carrasein yang berarti to engrave yang berarti mengukir.
Membentuk karakter diibaratkan seperti mengukir diatas batu permata atau permukaan
besi yang keras. Sedangkan secara istilah, karakter diartikan sebagai sifat manusia pada
umumnya dimana manusia mempunyai banyak sifat yang tergantung dari faktor

1
Sukiyat, Strategi Implementasi Pendidikan Karakter, (Surabaya : CV. Jakad Media
Publishing, 2020),5.

2
krhidupannya sendiri. Karakter adalah sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang
menjadi ciri khas seseorang atau sekelompok orang.2
Pendidikan karakter adalah suatu usaha manusia secara sadar dan terencana untuk
mendidik dan memberdayakan potensi peserta didik guna membangun kerakter
pribadinya sehingga dapat menjadi individu yang bermanfaat bagi diri sendiri dan
lingkungannya. Pendidikan karakter adalah suatu sistem pendidikan yang bertujuan
untuk menanamkan nilai-nilai karakter tertentu kepada peserta didik yang didalamnya
terdapat komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan serta tindakan untuk
melakukan nilai-nilai tersebut. Pendidikan karakter (character education) sangat erat
kaitannya dengan pendidikan moral dimana tujuannya adalah untuk membentuk dan
melatih kemampuan individu secara terus menerus guna penyempurnaan diri kea rah
hidup yang lebih baik.3
Dalam pengertian luas, pendidikan karakter adalah seluruh dinamika relasional.
Artinya semua hubungan yang terjalin dengan seorang individu mengandung undur
pendidikan karaker, baik hubungan individu tersebut dengan dirinya sendiri maupun
hubungannya dengan individu yang lain. Individu yang lain ini juga bersifat umum,
bisa orang tua, anggota keluarga, guru, teman sebaya, masyarakat dan semua orang
yang secara langsung atau tidak langsung, disengaja atau tidak mempengaruhi sifat,
sikap, dan karakter si individu. Dengan kata lain pendidikan karakter dalam pengertian
luas adalah pendidikan karakter yang terjadi secara alami dan cenderung tidak disadari
dalam kehidupan setiap individu dan tidak terbatas oleh ruang dan waktu. Sedangkan
pendidikan karakter dalam pengertian yang lebih sempit adalah pendidikan karakter
sebagai sebuah proses yang disadari atau disengaja. Pendidikan karakter dalam
pengertian ini merupakan usaha yang terprogram dan direncanakan, memiliki target
dan tujuan yang jelas dan dapat diukur. Pendidikan karakter seperti ini adalah
pendidikan karakter yang bisa dilakukan dalam sebuah lembaga atau komunitas tertentu
sehingga sifatnya terbatas oleh ruang dan waktu. Kedua pengertian ini tidak saling
bertolak belakang, melainkan saling melengkapi. Satu hal yang mengikat pengertian ini
adalah pembentukan karakter. Pendidikan karakter artinya proses pembentukan

2
Vina Febriani Musyadad, dkk. Pendidikan Karakter, (Jakarta : Yayasan Kita Menulis,
2022),1-2.
3
Siti Nur Aidah, Pembelajaran Pendidikan Karakter, (Jawa Timur : KBM Indonesia, 2020),4.

3
karakter, dimana karakter itu dibentuk oleh kebiasaan, dan kebiasaan itu adalah hasil
dari perbuatan yang dilakukan berulang-ulang.4
Terdapat beberapa pendapat para ahli terkait dengan pengertian pendidikan karakter,
yaitu sebagai berikut :
1. T. Ramli
Menurut T Ramli, pengertian pendidikan karakter adalah pendidikan yang
mengedepankan esensi dan makna terhadap moral dan akhlak sehingga hal tersebut
akan mampu membentuk pribadi peserta didik yang baik.
2. Thomas Lickhona
Thomas Lickhona mendefinisikan orang yang berkarakter sebagai sifat alami seseorang
dalam mersepons situasi secara bermoral yang dimanifestasikan dalam tindakan
nyata melalui tingkah laku yang baik, jujur, bertanggung jawab, menghormati orang
lain, dan karakter mulia lainnya.
3. John W. Santrock
Menurut Johan W. Santrock, character education adalah pendidikan yang dilakukan
dengan pendekatan langsung kepada peserta didik untuk menanamkan nilai moral
dan memberikan pelajaran kepada murid mengenai pengetahuan moral dalam
upaya mencegah perilaku yang dilarang.
4. Elkind
Menurut Elkind, pendidikan karakter adalah suatu metode pendidikan yang dilakukan
oleh tenaga pendidik untuk mengetahui karakter murid. Dalam hal ini terlihat
bahwa guru bukan hanya mengajarkan materi pelajaran tetapi juga mampu menjadi
seorang teladan.
5. Albertus
Menurutnya pendidikan karakter adalah diberikannya tempat bagi kebebabsan individu
dalam menghayati nilai-nilai yang dianggap sebagai baik, luhur, dan layak,
diperjuangkan sebagai pedoman bertingkah laku bagi kehidupan pribadi
berhadapan dengan dirinya, sesama, dan tuhan.
6. Khan
Menurut Khan pendidikan karakter adalah proses kegiatan yang dilakukan dengan
segala daya dan upaya secara sadar dan terencana untuk mrngarahkan anak didik.
Pendidikan karakter juga merupakan proses kegiatan yang mengarah pada

4
Sukiyat, Strategi Implementasi Pendidikan Karakter, (Surabaya : CV. Jakad Media Publishing, 2020),7-8.

4
peningkatan kualitas pendidikan dan pengembangan budi harmoni yang selalu
mengajarkan, membimbing, dan membina setiap manusia untuk memiliki
kompetensi intelektual, karakter, dan keterampilan menarik.5
7. Haynes
Pendidikan karakter adalah gerakan Nasional untuk menciptakan sekolah-sekolah yang
membantu perkembangan budi pekerti, tanggung jawab, dan kepedulian anak-anak
muda dengan keteladanan dan pengajaran karakter yang baik yang berlandaskan
pada niai-nilai universal yang disepakati bersama.
8. De Roche
Pendidikan karakter adalah upaya komunitas, dalam hal ini keluarga dan sekolah
sebagai pemegang peran utama, dalam mendidik anak-anak dan remaja dengan
nilai-nilai kepribadian dan kewarganegaraan yang membuat mereka menjadi
pribadi dan warga Negara yang baik.
B. Pendidikan Karakter dalam Perspektif Islam
1. Pengertian Pendidikan Karakter dalam Perspektif Islam
Pendidikan karakter adalah sebuah proses pendidikan yang mengajarkan
kebiasaan cara berpikir dan berperilaku yang membantu individu untuk hidup dan
bekerja sama sebagai keluarga, masyarakat, dan bernegara dan membantu mereka
untuk membuat keputusan yang dapat dipertanggungjawabkan. Dengan kata lain
pendidikan karakter mengajarkan anak didik berpikir cerdas, mengaktivasi otak
secara alami.
Pendidikan karakter merupakan upaya-upaya yang dirancang dan dilaksanakan
secara sistematis untuk menanamkan nilai-nilai perilaku peserta didik yang
berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia,
lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, perasaan, perkataan dan
perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, karakter dan adat
istiadat.6
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa pendidikan karakter yang
dimaksud disini adalah pendidikan dengan proses pembiasaan untuk menerapkan
sifat yang baik yang ada pada diri individu agar kelak dapat menjadi kebiasaan.
Tujuan dari pendidikan karakter ini bukan hanya untuk kecerdasan kognitif saja

5
Vina Febriani Musyadad, Pendidikan Karakter, (Jakarta : Yayasan Kita Menulis, 2022), 3-4.
6
Satria M. Koni, “Pendidikan Karakter dalam Tinjauan Islam”, TADBIR: Jurnal Manajemen
Pendidikan Islam, (2017), 13-14.

5
tetapi juga mencakup kecerdasan emosi dan spiritual sehingga bukan saja hanya
untuk mengisi otak dengan pengetahuan tetapi juga dengan mendidik akhlak.
Dengan demikian, maka yang tampil dalam diri individu adalah pribadi yang
bertanggung jawab dan respek terhadap lingkungan sekitar. Penerapan sifat dan
mendidik akhlak dalam pendidikan karakter tentunya harus sesuai dengan norma-
norma agama, hukum, tata krama, karakter dan adat istiadat.
Pendidikan karakter dalam perspektif Islam dikenal dengan isitilah akhlak.
Menurut etimologi Bahasa Arab, akhlak sebagaimana yang dikemukakan oleh Ulil
(2012:25) adalah bentuk masdar (infinitif) dari kata akhlaqa, yukhliqu, ikhlaqan
yang memiliki arti perangai (as-sajiyah); kelakuan, tabiat atau watak dasar (ath-
thabi’ah); kebiasan atau kelaziman (al’adat); peradaban yang baik (al-muru’ah);
dan agama (ad-din).
Selanjutnya Abudin (2005:28) merujuk pendapat Ghazali mengatakan dari sisi
bahasa kata al-Khalaq (fisik) dan al-Khuluq (akhlak) adalah dua kata yang sering
dipakai secara bersamaan. Karena manusia terdiri dari dua unsur fisik dan non-fisik.
Unsur fisik dapat dilihat oleh mata kepala sedangkan unsur non fisik dapat dilihat
oleh mata batin.
Sementara menurut istilah (terminologis) terdapat pengertian tentang akhlak,
diantaranya :
a. Ibnu Maskawih dalam Mahjuddin (2009:3) mengatakan akhlak adalah
keadaan jiwa yang mendorong ke arah melakukan perbuatan tanpa
memikirkan (lebih lama);
b. Al-Ghazali dalam Mahjuddin (2009:4) mengatakan bahwa akhlak adalah
sifat yang tertanam dalam jiwa yang darinya menimbulkan perbuatan-
perbuatan yang gampang dan mudah tanpa memerlukan pemikiran dan
pertimbangan (perenungan) terlebih dahulu;
c. menurut Muhammad bin Ali al-Faruqi at-Tahanawi sebagaimana dikutip
oleh Abudin (2008:34) akhlak adalah keseluruhannya kebiasaan, sifat,
alami, agama dan harga diri;
d. menurut Sa’duddin, akhlak mengandung beberapa arti, antara lain:
1) tabiat, yaitu sifat dalam diri yang terbentuk oleh manusia tanpa
dikehendaki dan tanpa diupayakan
2) adat, yaitu sifat dalam diri yang diupayakan manusia melalui latihan,
yakni berdasarkan keinginanannya
6
3) watak, cakupannya meliputi hal-hal yang terjadi tabiat dan hal-hal yang
diupayakan hingga menjadi adat. Menurut Furqon (2008:11) kata akhlak
juga dapat berarti kesopanan dan agama.7
Berdasarkan pengertian akhlak menurut para filsuf dan ajaran islam, dapat
diambil kesimpulan bahwa yang dimaksud akhlak adalah sesuatu yang sudah
melekat atau tertanam kuat dalam diri seseorang, yang dengannya melahirkan
perbuatan-perbuatan atau tingkah laku yang mana perbuatan dan tingkah laku
tersebut tanpa melalui proses pemikiran dan perenungan terlebih dahulu. Artinya
perbuatan itu dilakukan secara spontanitas atau reflek.
Pada dasarnya khuluq (budi pekerti) atau akhlak merupakan suatu kondisi atau
sifat yang telah melekat ke dalam jiwa seseorang dan menjadi suatu kepribadian
bagi orang tersebut. Lalu kemudian timbul berbagai macam perbuatan secara
spontan tanpa di buat-buat dan memerlukan pemikiran dan pertimbangan terlebih
dahulu.
Hal ini sesuai dengan Al-Qur’an surat Asy-Syams ayat 8-10 yang
mengungkapkan bahwa manusia memiliki potensi baik dan buruk.

َ ‫( َوقَ ْد َخا‬۹) ‫( قَ ْد اَ ْفلَ َح َم ْن َزكٮ َها‬۸) ‫فَا َ ْل َه َم َها فُ ُج ْو َر َها َوتَ ْقوٮ َها‬
(۱۰) ‫ب َم ْن دَسٮ َها‬

Artinya: maka Dia mengilhamkan kepadanya (jalan) kejahatan dan


ketakwaannya, sungguh beruntung orang yang menyucikannya (jiwa itu), dan
sungguh rugi orang yang mengotorinya." (QS. Asy-Syams 91: Ayat 8-10).8
2. Konsep Pendidikan Karakter dalam Islam
Di kalangan umat Islam, istilah populer yang digunakan dalam pendidikan
adalah al-tarbiyyah. Dengan demikian, secara populer istilah tarbiyyah digunakan
untuk menyatakan usaha pendidikan dalam membimbing dan mengembangkan
subyek didik agar benar-benar menjadi makhluk yang beragama dan berbudaya.
Pertumbuhan dan perkembangan subyek didik perlu diupayakan mencapai
kesempurnaannya. Oleh sebab itu, agar kesempurnaan yang optimal dapat dicapai,
maka berbagai potensi bawaan yang ada pada dirinya harus dikembangkan

7
Muhammad Riza, “Pendidikan Karakter dalam Perspektif Islam”, Jurnal As-Salam, Vol.1, No. 1, (2016),
76-77.
8
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Tangerang : CV Dua Sehati, 2012),
595.

7
sedemikian rupa untuk mencapai kemampuan yang nyata dalam menjalani hidup
dan kehidupan yang semestinya dalam suatu kepribadian yang utuh.
Penjelasan tentang pengertian pendidikan karakter dan pendidikan akhlak di
atas, dapat disimpulkan bahwa konsep dasar pendidikan karakter dalam pendidikan
Islam berasal dari perkataan akhlaq bentuk jamak dari khuluq yang menurut bahasa
diartikan budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat. Rumusan pengertian
akhlak timbul sebagai media yang memungkinkan adanya hubungan baik antara
Khaliq dan makhluk serta antara makhluk dan makhluk. Perkataan ini bersumber
dari kalimat yang tercantum dalam Al-Qur‟an surah al-Qalam ayat 4.
Implementasi Pendidikan karakter dalam Islam tersimpul dalam karakter
pribadi Rasulullah Saw yang mulia dan agung sebagaiman firman Allah SWT
dalam Al-Quran surah al-Ahzab ayat 21:
Artinya : “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang
baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan)
hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah”.
Sebagai usaha yang identik dengan ajaran agama, perlu dimengerti bahwa Islam
diturunkan oleh Allah SWT sebagai agama dan tuntunan hidup bagi umat manusia
yang ada di dunia. Islam sebagai rangkaian nilai diharapkan mampu untuk
membawa kedamaian dan kesejahteraan bagi seluruh umat manusia. Islam tidak
hanya diperuntukkan bagi segelintir orang dan kelompok, melainkan kepada
seluruh alam semesta, serta pengejawantahan nilai-nilai keislaman seharusnya
dirasakan oleh seluruh manusia, termasuk kepada manusia yang tidak memeluk
Islam.
Implementasi nilai-nilai universal keislaman adalah ketika Rasul di Mekkah al-
Mukarramah yang telah membawa perubahan pada sistem nilai kehidupan
masyarakat pada waktu itu. Nilai-nilai universal Islam yang sangat fundamental
dalam membangun tatanan kehidupan manusia yang tercerahkan dalam menopang
sistem keyakinan. Dan bahkan pada prinsipnya nilai-nilai ini berlaku bagi semua
agama, terlebih dalam Islam.
Dalam Pendidikan karakter Islam setidaknya terdapat dua nilai yang perlu
ditanamkan dalam rangka membentuk perilaku dan kepribadian yang baik. Dua
nilai yang dimaksud dalam pendidikan karakter Islam adalah nilai Ilahiyah dan
Insaniyah. Nilai-nilai ilahiyah dalam hal ini dapat dikembangkan dengan

8
menghayati keagungan dan kebesaran Tuhan lewat perhatian kepada alam semesta
beserta segala isinya, dan kepada lingkungan sekitar.
Nilai-nilai Ilahiyah yang sangat mendasar yang perlu ditanamkan kepada
peserta didik yaitu:
a) Iman, yaitu sikap batin yang penuh kepercayaan kepada Allah. Jadi tidak
cukup kita hanya percaya kepada Allah, melainkan harus meningkat
menjadi sikap mempercayai kepada adanya Tuhan dan menaruh
kepercayaan kepada-Nya.
b) Islam, sebagai kelanjutan iman, maka sikap pasrah kepada-Nya dengan
meyakini bahwa apapun yang datang dari Tuhan tentu mengandung hikmah
kebaikan.
c) Ihsan, yaitu kesadaran yang sedalam-dalamnya bahwa Allah senantiasa
hadir atau berada bersama kita dimanapun kita berada.
d) Taqwa, yaitu sikap yang ridha untuk menjalankan segala ketentuan dan
menjahui segala larangan.
e) Ikhlas, yaitu sikap murni dalam tingkah laku dan perbuatan semata-mata
demi memperoleh ridha atau perkenaan Allah dan bebas dari pamrih lahir
atau bathin.
f) Tawakkal yaitu sikap yang senantiasa bersandar kepada Allah dengan penuh
harapan kepada-Nya dan keyakinan bahwa Dia akan memberikan jalan yang
terbaik bagi hambanya.
g) Syukur yaitu sikap penuh rasa terimaksih dan penghargaan atas karunia
Allah yang tidak terbilang jumlahnya
h) Sabar yaitu sikap tabah dalam mengahdapi segala kepahitan hidup, besar
dan kecil, lahir dan batin.
Tentu masih banyak nilai-nilai ilahiyah yang dapat diterapkan. Namun nilai-
nilai di atas sudah cukup mewakili nilai-nilai keagamaan mendasar yang perlu
diterapkan kepada peserta didik.
Selanjutnya nilai-nilai Insaniyah ini terkait dengan nilai-nilai budi luhur. Nilai-
nilai ini sebagaimana dikemukakan Ulil (2012:94-98) merupakan pegangan dalam
menjalankan pendidikan kepada anak didik, nilai-nilai akhlak tersebut diantaranya
adalah: (a) sillat al-rahmi yaitu pertalian rasa cinta kasih antar sesama; (b) al-
Ukhuwah yaitu semangat persaudaraan baik kepada muslim maupun non muslim;
(c) al-Musawamah yaitu suatu sikap pandangan bahwa manusia adalah sama dalam
9
harkat dan martabat; (d) al-Adalah yaitu sikap wawasan seimbang atau balance
dalam memandang, menilai, atau menyikapi sesuatu atau seseorang; (e) Husnu al-
Dzan yaitu sikap berbaik sangka kepada sesama manusia; (f) at-Tawadlu yaitu sikap
rendah hati dan menyadari bahwa semua adalah milik Allah; (g) al-Wafa‟yaitu
sikap tepat janji; (h) Insyirah yaitu sikap lapang dada yaitu sikap menghargai orang
lain dengan pendapat-pendapat dan pandangan-pandangannya; (i) al-Amanah yaitu
sikap yang dapat dipercaya; (j) iffah atau ta’affuf yaitu sikap penuh harga diri
namun tidak sombong dan tetap rendah hati; (k) Qawamiyyah yaitu sikap tidak
boros dan tidak kikir dalam menggunakan harta melainkan sedang antar keduanya;
dan (l) al-munfiqun yaitu sikap mau menolong sesama manusia terutama mereka
yang kurang beruntung.
Tentu masih banyak lagi nilai-nilai insaniyyah yang diajarkan dalam Islam,
akan tetapi nilai-nilai diatas telah cukup mewakili nilai-nilai budi luhur yang perlu
ditanamkan kepada anak didik untuk membentuk karakter yang baik. Pendidikan
karakter dalam pendidikan Islam memiliki banyak demensi nilai yang dapat
dijadikan pedoman termasuk juga nilai-nilai pendidikan akhlak dalam pribadi
Rasulullah SAW yang menjadi sosok uswatuh hasanah yang terangkum dalam
Karakter SAFT. Karakter SAFT adalah singkatan dari empat karakter yaitu: Shidiq,
Amanah, Fathanah, dan Tabligh.
Empat karakter ini oleh sebagain ulama disebut sebagi karakter yang melekat
pada diri para Nabi dan Rasul, yaitu:
a. Shidiq
Adalah sebuah kenyataan yang benar yang tercermin dalam perkataan,
perbuatan, atau tindakan dan keadaan batinnya. Pengertian shidiq ini
menurut Furqon (2010:26) dapat dijabarkan kedalam butir-butir sebagai
berikut:
1) Memiliki sistem keyakinan untuk merealisasikan visi, misi dan tujuan.
2) Memiliki kemampuan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif,
jujur, dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak
mulia.
b. Amanah
Adalah sebuah kepercayaan yang harus diemban dalam mewujudkan sesuatu
yang dilakukan dengan penuh komitmen, kompeten, kerja keras, dan

10
konsisten. Pengertian amanah ini menuurt Furqon (2008:25) dapat
dijabarkan kedalam butirbutir sebagai berikut:
1) Rasa memiliki dan tanggung jawab yang tinggi
2) Memiliki kemampuan mengembangkan potensi secara optimal.
3) Memiliki kemampuan mengamankan dan menjaga kelangsungan hidup.
4) Memiliki kemampuan membangun kemitraan dan jaringan.
c. Fatonah
Adalah sebuah kecerdasan, kemahiran, atau penguasaan bidang tertentu yang
mencakup kecerdasan intelektual, emosional, dan spiritual. Abudin
(2005:5) mengemukakan karakteristik jiwa Fathanah yaitu:
1) Arif dan bijak (the man of wisdom)
2) Integritas tinggi (high in Integrity)
3) Kesadaran untuk belajar (willingness to learn)
4) Sikap Proaktif (proactive stance)
5) Orientasi kepada Tuhan (faith in God)
6) Terpercaya dan ternama atau terkenal (credible and reputable)
7) Menjadi yang terbaik (being the best)
8) Empati dan perasaan terharu (emphaty and compassion)
9) Kematangan emosi (emotional maturity)
10) Keseimbangan (balance)
11) Jiwa penyampai misi (sense of competition)
d. Tabligh
Adalah sebuah upaya merealisasikan pesan atau misi tertentu yang dilakukan
dengan pendekatan atau metode tertentu. Pengertian tabligh ini menurut
Mahjuddin (2009:18) dapat dijabarkan kedalam butir-butir sebagai berikut:
1) Memiliki kemampuan merealisasikan pesan atau misi
2) Memiliki kemampuan berinteraksi secara efektif
3) Memiliki kemampuan menerapkan pendekatan dan metodik dengan
tepat.9
Dapat disimpulkan bahwa dalam pendidikan karakter, nilai-nilai yang perlu
dikembangkan oleh manusia yaitu nilai-nilai ilahiyah, nilai-nilai insaniyah, dan

9
Muhammad Riza, “Pendidikan Karakter dalam Perspektif Islam”, Jurnal As-Salam, Vol.1,
No. 1, (2016) ,76-81.

11
nilai-nilai pendidikan akhlak yang terdapat dalam pribadi Rasulullah yaitu sidiq,
amanah, tabligh dan fatonah. Ketiga nilai ini memang masih terlalu singkat untuk
menggambarkan karakter-karakter yang ada dalam diri manusia namun sudah
cukup mengambarkan nilai-nilai yang menjadi dasar pengembangan karakter
manusia.
3. Tujuan Pendidikan Karakter dalam Islam
Tujuan yang paling mendasar dari pendidikan adalah untuk membuat seseorang
menjadi good and smart. Dalam sejarah Islam, Rasulullah SAW juga menegaskan
bahwa misi utamanya dalam mendidik manusia adalah untuk mengupayakan
pembentukan karakter yang baik (good character).
Tokoh pendidikan barat yang mendunia seperti Socrates, Klipatrick, Lickona,
Brooks dan Goble seakan menggemakan kembali gaung yang disuarakan nabi
Muhammad SAW, bahwa moral, akhlak atau karakter adaah tujuan yang tak
terhindarkan dari dunia pendidikan.
Begitu juga dengan Marthin Luther King menyetujui pemikiran nabi
Muhammad tesebut dengan menyatakan “Intelligence plus character, that is the true
aim of education”. Kecerdasan plus karakter, itulah tujuan yang benar dari
pendidikan. Selain itu, pendidikan karakter mempunyai tujuan sebagai berikut:
a. Mengembangkan potensi dasar peserta didik agar ia tumbuh menjadi sosok
yang berhati baik, berpikiran baik, dan berperilaku baik.
b. Memperkuat dan membangun perilaku masyarakat yang multikultur.
c. Meningkatkan peradaban bangsa yang kompetitif dalam pergaulan dunia.
Terlepas dari pandangan di atas, maka tujuan sebenarnya dari pendidikan
karakter atau akhlak adalah agar manusia menjadi baik dan terbiasa kepada yang
baik tersebut. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa tujuan pendidikan dan
latihan yang dapat melahirkan tingkah laku sebagai sesuatu tabiat ialah agar
perbuatan yang timbul dari akhlak baik tadi dirasakan sebagai suatu kenikmatan
bagi yang melakukannya. Menurut Said Agil tujuan pendidikan adalah
“membentuk manusia yang beriman, berakhlak mulia, maju dan mandiri sehingga
memiliki ketahanan rohaniah yang tinggi serta mampu beradaptasi dengan
dinamika perkembangan masyarakat.”
Dengan kata lain, dapat disimpulkan bahwa tujuan dari pendidikan karakter
dalam perspektif pendidikan agama Islam di Indonesia itu adalah: pertama, supaya
seseorang terbiasa melakukan perbuatan baik. Kedua, supaya interaksi manusia
12
dengan Allah SWT dan sesama makhluk lainnya senantiasa terpelihara dengan baik
dan harmonis. Esensinya sudah tentu untuk memperoleh yang baik, seseorang harus
membandingkannya dengan yang buruk atau membedakan keduanya. Kemudian
setelah itu, dapat mengambil kesimpulan dan memilih yang baik tersebut dengan
meninggalkan yang buruk. Dengan karakter yang baik maka kita akan disegani
orang. Sebaliknya, seseorang dianggap tidak ada, meskipun masih hidup, kalau
akhlak atau karakternya rusak.10
Pada dasarnya pendidikan karakter bertujuan agar terbentuknya perilaku yang
baik dan menjadi kebiasaan. Perialaku yang dimaksud disini perilaku terhadap
Allah dan sesama manusia.
4. Aspek Pembentukan Kepribadian Muslim
Dalam terminologi islam, kepribadian dapat disebut karakter.11 Konsep
pembentukan kepribadian dalam pendidikan Islam menurut Syaikh Hasan al- Banna
mencakup sepuluh aspek: pertama, bersihnya akidah; kedua, lurusnya ibadah;
ketiga, kukuhnya akhlak; keempat, mampu mencari penghidupan; kelima, luasnya
wawasan berpikir; keenam, kuat fisiknya; ketujuh, teratur urusannya; kedelapan,
perjuangan diri sendiri; kesembilan, memerhatikan waktunya; dan kesepuluh,
bermanfaat bagi orang lain (http://www.dakwatuna.com/ 2007/
12/327/kepribadian-muslim/diunduh 12 Agustus 2016).
Disini terlihat ada dua sisi penting dalam pembentukan kepribadian muslim,
yaitu iman dan akhlak. Bila iman dianggap sebagai konsep batin, maka batin adalah
implikasi dari konsep itu yang tampilannya tercermin dalam sikap perilaku sehari-
hari. Keimanan merupakan sisi abstrak dari kepatuhan kepada hukum-hukum
Tuhan yang ditampilkan dalam lakon akhlak mulia.
Untuk itu membentuk kepribadian muslim harus direalisasikan sesuai al-Qur’an
dan al-Sunnah Nabi sebagai identitas kemuslimannya, dan mampu mengejar
ketertinggalan dalam bidang pembangunan sekaligus mampu mengentaskan
kebodohan dan kemiskinan. Konsep kepribadian dalam muslim identik dengan
ajaran Islam itu sendiri, keduanya tidak dapat dipisahkan karena saling berkaitan.
5. Langkah-langkah Pembentukan Kepribadian Muslim

10
Mustaqim, Pendidikan Karakter dalam Pandangan Islam, Fakultas Tarbiyah Institut Agama
Islam (IAI) Ngawi, 17-18.
11
Abdul Rahman dkk, Konsep Pendidikan Akhlak, Moral, dan Karakter dalam Islam, (Bogor
: Guepedia, 2020), 9.

13
Menurut Musrifah, dalam jurnal Edukasia Islamika, Volume 1, Nomor 1, (2016)
menjelaskan bahwa diperlukan tiga langkah dalam pembentukan karakter yaitu peran
keluarga, peran masyarakat, dan peran sekolah. Berikut uraiannya:
a. Peran Keluarga
Setiap orang tua tentu menginginkan anaknya menjadi orang yang
berkembang secara sempurna. Mereka menginginkan anak yang
dilahirkannya kelak menjadi orang yang sehat, kuat, berketerampilan,
cerdas, pandai, dan beriman. Bagi orang Islam, beriman itu adalah beriman
dan berkepribadian secara Islami. Dalam taraf yang sederhana, orang tua
tidak ingin anaknya lemah, sakit-sakitan, penganguran, bodoh dan nakal.
Untuk mencapai tujuan itu, orang tualah yang mejadi pendidik pertama
dan utama. Kaidah ini ditetapkan secara kodrati; artinya, orang tua tidak
dapat berbuat lain. Oleh karena itu, mau tidak mau mereka harus menjadi
penganngung jawab pertama dan utama. Kaidah ini diakui oleh semua
agama dan semua sistem nilai yang dikenal manusia.
Sehubungan dengan tugas dan tanggung jawab itu maka sudah
seharusnya orang tua memiliki pengetahuan tentang apa dan bagaimana
konsep pendidikan dalam rumah tangga. Pengetahuan itu sekurang-
kurangnya dapat menjadi penuntun, dan rambu-rambu bagi para orang tua
dalam menjalankan tugasnya.
Tujuan pendidikan dalam rumah tangga ialah agar anak mampu
berkembang secara maksimal. Hal itu meliputi seluruh aspek perkembangan
anaknya, yaitu perkembangan jasmani, akal, dan rohani. Tujuan lain ialah
membantu sekolah atau lembaga kursus dalam mengembangkan
kepribadian anak didiknya.
Terdapat tujuh bidang pendidikan yang bisa dilakukan orangtua dalam
memainkan perannya sebagai pendidik, yaitu pendidikan jasmani,
kesehatan, akal (intelektual), keindahan, emosi-psikologikal, agama dan
spiritual, akhlak, sosial dan politik. Semua bidang ini memiliki peranan
yang begitu besar dalam mendidik kepribadian seseorang. Selain itu,
keluarga memiliki tugas agama, moral, dan sosial yang harus ditunaikannya
dengan baik untuk menyiapkan putra-putrinya memasuki kehidupan yang
lebih baik dan mulia serta terjamin kesehatannya, penuh dengan
kebijaksanaan, memiliki akal dan logika yang berkembang, rasa sosial yang

14
peka, penyesuaian psikologikal dengan diri sendiri dan orang lain, mengenal
Allah setiap saat, berpegang teguh kepada ajaran-ajaran agama, akhlak
mulia, serta mampu bergaul sebaik mungkin dengan manusia lainnya
sebagai bagian dari kecintaan terhadap tanah air dan bangsa (Langgulung,
2004: 303).
b. Peran Sekolah
Pengaruh pendidikan di dalam rumah tangga terhadap perkembangan
anak sangat besar, mendasar, dan mendalam, begitu pun halnya dengan
pengaruh pendidikan di Sekolah. Akan tetapi pengaruh peran keluarga
tersebut boleh dikatakan terbatas pada perkembangan aspek afektif saja,
sementara pendidikan di sekolah dalam tataran praktisnya lebih cenderung
pada segi perkembangan aspek kognitif (pengetahuan) dan psikomotor
(keterampilan). Pengaruh yang diperoleh anak didik di sekolah hampir
seluruhnya berasal dari guru yang mengajar di kelas. Jadi, guru yang
dimaksud di sini ialah pendidik yang memberikan pelajaran kepada murid
biasanya guru adalah pendidik yang memegang mata pelajaran di sekolah
(Tafsir. 1992:75).
Oleh karenanya ada beberapa tugas yang harus dilakukan oleh seorang
pendidik muslim tentang syarat dan sifat guru, antara lain: pertama, guru
harus mengetahui karakter murid; kedua, guru harus selalu berusaha
meningkatkan keahliannya baik dalam bidang yang diajarkannya maupun
dalam cara mengajarkannya; dan ketiga, guru harus mengamalkan ilmunya
serta tidak berbuat sesuatu yang berlawanan dengan ilmu yang telah
diajarkannya (Tafsir. 1992:79).
c. Peran Masyarakat
Masyarakat memiliki peran yang besar dalam membentuk kepribadian
seseorang. Oleh karenanya, peran masyarakat sangat dibutuhkan dalam
pendidikan Islam. Karena anak akan belajar dari lingkungan terdekatnya,
maka seluruh elemen masyarakat harus mampu menciptakan sebuah
lingkungan yang positif demi tumbuhkembangnya karakter anak yang
positif pula. Apabila orang tua dengan segala kesibukan dan keterbatasan
waktunya tidak mampu memberikan pendidikan yang baik di rumah, maka
orang tua wajib memberikan sekolah yang terbaik agar putra-putrinya
mendapatkan pendidikan yang terbaik pula. Selain itu, orangtua juga wajib
15
memilih lingkungan di mana mereka tinggal secara selektif, karena
lingkungan memiliki peran yang besar dalam membentuk kepribadian
seorang anak.12
C. Prinsip-prinsip Pendidikan Karakter
Prinsip pendidikan karakter terdiri dari beberapa prinsip. Berdasarkan grand
design yang di kembangkan Kemendiknas (2010), secara psikologis dan sosial kultural
pembentukan karakter dalam diri individu manusia (kognitif, efektif, konatif, dan
psikomotorik) dalam konteks interaksi sosial kultural (dalam keluarga, sekolah, dan
masyarakat) dan berlangsung sepanjang hayat.
Ada beberapa prinsip yang bisa dijadikan pedoman bagi promosi pendidikan
karakter di sekolah yaitu:
1. Karaktermu di tentukan oleh apa yang kamu lakukan, bukan apa yang kamu yakini.
Prinsip ini ingin memberikan verifikasi konkret tentang karakter seorang individu
dengan memberikan prioritas pada unsur psiko-motorik yang menggerakkan
seseorang untuk bertindak. Pemahaman, pengertian, keyakinan akan nilai secara
objektif oleh seorang individu akan membantu mengarahkan individu tersebut pada
sebuah keputusan berupa tindakan. Namun, verifikasi nyata sebuah perilaku
berkarakter hanya bisa dilihat dan fenomena luar berupa perlaku dan tindakan, Jadi,
perlaku berkarakteritu ditentukan oleh perbuatan, bukan melalui kata kata seseorang
2. Setiap keputusan yang kamu ambil menentukan akan menjadi orang macm apa
dirimu. Individu mengukuhkan karakter pribadinya melalui setiap keputusan yang
diambilnya. Hanya dari keputusannya inilah seorang individu mendefinisikan
karakternya sendiri, Oleh karena itu, karakter seseorang itu bersifat dinamis. Ia
bukanlah kristalisasi pengalaman masa lalu, melainkan kesediaan setiap individu
untuk terbuka dan melatihkan kebebasannya itu dalam membentuk jenis manusia
macam apa dirinya itu melalui keputusan-keputusan dalam hidupnya. Untuk inilah
setiap keputusan menjadi semacam Jalinan yang membingkai, membentuk jenis
manusia macam apa yang diinginkannya.
3. Karakter yang baik mengandalkan bahwa hal yang baik itu dilakukan dengan cara-
cara yang baik, bahkan seandainya pun kamu harus membayarnya secara mahal
sebab mengandung risiko Pribadi yang berproses membentuk dirinya menjadi

12
Musrifah, “Pendidikan Karakter dalam Perspektif Islam”, Edukasia Islamika, Volume 1,
Nomor 1, (2016), 1128-131.

16
manusia yang baik, juga akan memilih cara cara yang baik bagi pembentukan
dirinya.13
Menurut Solikan (2012) pendidikan karakter harus didasarkan pada prinsip-
prinsip sebagai berikut:
1. Mempromosikan nilai-nilai dasar etika sebagai basis karakter
2. Mengidentifikasi karakter secara komprehensif supaya mencakup pemikiran,
perasaan, dan perilaku
3. Menggunakan pendekatan yang tajam, proaktif dan efektif untuk membangun
karakter
4. Menciptakan komunitas sekolah yang memiliki kepedulian
5. Memberi kesempatan kpeada peserta didik untuk menunjukkan perilaku yang baik
6. Memiliki cakupan terhadap kurikulum yang bermakna dan menantang yang
menghargai semua peserta didik, membangun karakter mereka, dan membantu
mereka untuk sukses
7. Mengusahakan tumbuhnya motivasi diri pada para peserta didik
8. Memfungsikan seluruh staf sekolah sebagai komunitas moral yang berbagi tanggung
jawab untuk pendidikan karakter dan setia pada nilai dasar yang sama
9. Adanya pembagian kepemimpinan moral dan dukungan luas dalam membangun
inisiatif pendidikan karakter
10. Memfungsikan keluarga dan anggota masyarakat sebagai mitra dalam usaha
membangun karakter
11. Mengevaluasi karakter sekolah, fungsi staf sekolah sebagai guru-guru karakter, dan
manifestasi karakter posisitf dalam kehidupan peserta didik.14
Berbeda dengan Solikan , Doni Koesoema menyebutkan prinsip-prinsip
pendidikan karakter lebih ditekankan pada pemberiaan pada suatu motivasi yang dapat
membuat anak atau peserta didik menjadi tergugah hatinya untuk berbuat kebajikan.
Berikut beberapa prinsip yang bisa dijadikan pedoman bagi promosi pendidikan
kartakter di sekolah :
1. Karaktermu ditentukan oleh apa yang kamu lakukan, bukan apa yang kamu katakan
atau kamu yakini

13
Doni Koesoema, Pendidikan Karakter; Strategi Mendidik Anak di Zaman Global. (Jakarta: Grasindo, 2011),
218.
14
Solikan 2012. Model pembinaan pendidikan karakter di sekolah menengah pertama. Artikel.
www.google.com/artikel detail-28524.html (diakses pada tanggal 11 januari 2013).

17
2. Setiap keputusan yang kamu ambil menentukan akan menjadi orang seperti apa
dirimu
3. Karakter yang baik mengandaikan bahwa hal yang baik itu dilakukan dengan cara-
cara yang baik bahkan seandainya pun kamu harus membayar mahal disebabkan
mengandung resiko sampai kehilangan nyawa
4. Jangan pernah mengambil perilaku buruk yang dilakukan orang lain sebagai
patokan bagi dirimu. Kamu dapat memilih yang lebih baik dari mereka.
5. Bayaran bagi mereka yang mempunyai karakter baik adalah kamu menjadi pribadi
yang lebih baik. Ini akan membuat dunia menjadi tempat yang lebih baik untuk
dihuni.
Pandangan Doni Koesoema ini bisa dilihat dari uraiannya memandang bahwa
prinsip pendidikan karater lebih ditekankan pada bagaimana memberikan pengertian
tentang makna pendidikan karater dan dampaknya bagi kehidupan. Dengan kata lain,
bentuk-bentuk prilaku yang kita lakukan akan menjadi cerminan pendidikan karakter
kita. Bagaimana seorang pendidik menanamkan pendidikan karakter? Sangat
bergantung pada perilakunya ketika melakukan pembelajaran di sekolah. Apa yang
anak dengar dan lihat, itulah yang dianggap benar dan ia akan mengikutinya maka dari
itu jadilah pendidik yang santun dan berakhlak mulia agar peserta didik dapat
menjadikan diri kita sebagai teladan bagi kehidupannya dimasa mendatang.15
D. Pendidikan Karakter Sebagai Ruh Pengembangan SDM Religius
Islam memberikan pembelajaran yang tegas tentang karakter atau akhlak. Apa
yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad Saw., selaku pembawa agama Islam, harus
diteladani oleh semua umat Islam. Nabi Muhammad Saw. Berhasil membangun
karakter umat Islam setelah menempuh waktu sekitar 13 tahun dan dengan kerja keras
yang takkenal lelah.
Dengan ketentuan agama yang utuh baik kuantitas dan kualitasnya, seorang
Muslim akan memiliki karakter mulia seperti yang sudah dipraktikkan oleh Nabi
Muhammad beserta para sahabatnya. Dengan demikian, agama memiliki peran besar

15
Doni Koesoema, Pendidikan Karakter; Strategi Mendidik Anak di Zaman Global. (Jakarta: Grasindo, 2011),
106.

18
dalam membangunan karakter manusia. Agama menjamin pemeluknya nemiliki
karakter mulia, jika ia memiliki komitmen tinggi dengan ajaran agamanya.16
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kata peran diartikan sebagai perangkat
tingkah atau sikap yang diharapkan dimiliki oleh orang yang berkedudukan
dimasyarakat. Kemudian, pendidikan karakter menurut Badan Penelitian dan
Pengembangan Pusat Kurikulum dan Perbukuan adalah usaha menanamkan kebiasaan-
kebiasaan yang baik sehingga peserta didik mampu bersikap dan bertindak berdasarkan
nilai-nilai yang telah menjadi kepribadiannya.
Berdasarkan pengertian tersebut dalam pendidikan karakter memuat
mengenai pendidikan afektif, pendidikan nilai-niai, dan juga pendidikan moral.
Pendidikan afektif mengembangkan aspek emosi, atau peraasaan yang umumnya
terdapat dalam pendidikan humaniora dan seni, Namun juga dihubungkan dengan
sistem nilai-nilai hidup, sikap, dan keyakinan untuk mengembangkan moral dan watak
seseorang. Pendidikan nilai-nilai membantu untuk mengenali, memilih, dan
menetapkan nilai-nilai tertentu sehingga dapat digunakan sebagai landasan
pengambilan keputusan untuk berperilaku secara konsisten dan menjadi kebiasaan
dalam hidup bermasyarakat. Sementara pendidikan moral mengembangkan pola
perilaku seseorang sesuai dengan kehendak masyarakatnya.
Kehendak ini berwujud moralitas atau kesusilaan yang berisi nilai-nilai dan
kehidupan yang berada dalam masyarakat. Sehingga dalam pendidikan karakter
seseorang dapat dikatakan berkarakter atau berwatak jika telah berhasil menyerap nilai
dan keyakinan yang dikehendaki masyarakat serta digunakan sebagai kekuatan moral
dalam hidupnya . Jadi, yang dimaksud peran pendidikan karakter merupakan
seperangkat sikap atau tingkah laku yang merupakan usaha menanamkan kebiasaan-
kebiasaan yang baik (habituation) agar peserta didik mampu bersikap dan bertindak
berdasarkan nilai-nilai yang telah menjadi kepribadiannya dan sesuai dengan kehendak
masyarakatnya.17
Islam memandang manusia sebagai makhluk Allah SWT yang memiliki
keunikan dan keistimewaan tertentu. Sebagai salah satu makhlukNya karakteristik

16
M. Furqon Hidayatullah, Guru Sejati: Membangun Insan Berkarakter Kuat & Cerdas,
(Surakarta: Yuma Pustaka, 2010), 26.

17
Zuriah, N. Pendidikan Moral & Budi Pekerti dalam Perspektif Perubahan. (Jakarta: PT Bumi
Aksara,2011), 19.

19
eksistensi manusia harus dicari dalam relasi dengan pencipta dan makhluk Allah SWT
lainnya. Sekurangkurangnya ada empat relasi manusia, yaitu:
1. Hubungan manusia dengan dirinya sendiri (hablun minunnas) yang ditandai
dengan kesadaran untuk melakukan amal ma'ruf nahi munkar atau sebaliknya
mengumbar nafsu- nafsu.
2. Hubungan antar manusia hablun minannás) dengan usaha membina silaturahmi
atau memutusnya.
3. Hubungan manusia dengan alam sekitar (hahlun minal 'alam) dengan upaya
pelestarian dan pemanfaatan alam dengan sebaikbaiknya atau sebaliknya
menimbulkan kerusakan.
4. Hubungan manusia dengan sang pencipta (hablun minallâh) dengan kewajiban
ibadah kepadaNYA atau justru menjadi ingkar dan syirik.18
Menurut Kemendiknas Badan Penelitian dan Pengembangan Kurikulum untuk
lebih memperkuat pelaksanaan pendidikan karakter pada satuan pendidikan telah
teridentifikasi 18 nilai yang bersumber dari agama, Pancasila, budaya, dan tujuan
pendidikan nasional, yaitu: (1) religius, (2) jujur, (3) toleransi, (4) disiplin, (5) kerja
keras, (6) kreatif, (7) mandiri, (8) demokratis, (9) rasa ingin tahu, (10) semangat
kebangsaan, (11) cinta tanah air, (12) menghargai prestasi, (13)
bersahabat/komunikatif, (14) cinta damai, (15) gemar membaca, (16) peduli
lingkungan, (17) peduli sosial, (18) tanggung jawab.
Nilai-nilai yang dikembangkan oleh sekolah ditanamkan melalui kegiatan
intrakurikuler dan ekstrakurikuler agar peserta didik terbiasa mengaplikasikan nilai-
nilai tersebut dalam kehidupan sehari-hari sehingga terbentuklah perilaku peserta didik
yang baik sebagai bekal dalam kehidupan bermasyarakat.
Sedangkan kecerdasan spiritual menurut Zohar dan Marshal yaitu landasan
yang diperlukan untuk memfungsikan kecerdasan intelektual dan kecerdasan emosional
secara efektif. Etika Spiritual yang berhasil dibentuk akan menjadi pondasi dasar bagi
pembentukan karakter-karakter yang lain sebab karakter-karakter yang lain pada
dasarnya merupakan pengembangan karakter dasar yang bersifat lebih spesifik .19

18
Hanna Djumhana Bastaman, Integrasi Psikologi Dengan Islam, (Yogyakarta : Yayasan Insan
Kamil dan Pustaka Pelajar, 1995), 54.

19
Supriyoko, K. Pendidikan Karakter Membangun Delapan Karakter Emas Menuju Indonesia
Bermartabat, (Yogyakarta: Samudra Biru, 2011),75.

20
Berkait dengan acuan bagi pengembangan SDM berdasarkan konsep Islam
(pendidikan karakter) yang mengedepankan pengembangan dimensi kecerdasan
intelektual, emosional dan spiritual, menjadi membentuk manusia yang berakhlak
mulia atau dalam istilah penulis disebut SDM paripurna, yangsenantiasa menyembah
Allah yang menebarkan rahmat bagi alam semesta danbertaqwa kepada Allah. Inilah
yang menjadi arah tujuan pengembangan SDM menurut konsep pendidikan karakter
dalam bingkai Islam.
Secara konseptual, Sumber daya manusia (SDM) memandang manusia sebagai
suatu kesatuan jasmani dan rohani. Oleh karenanya, kualitas SDM yang dimiliki oleh
suatu bangsa dapat dilihat sebagai suatu sinergi antara kualitas rohani dan jasmani yang
dimiliki oleh individu dari warga bangsa yang bersangkutan. Kualitas jasmani dan
rohani tersebut disebut sebagai kualitas fisik dan non fisik. Lebih lanjut, wujud kualitas
fisik ditampakkan oleh postur tubuh, kekuatan, daya tahan, kesehatan, dan kesegaran
jasmani. 37 Emil Salim dalam Anggan Suhandana. Pendidikan Nasional Sebagai
Instrumen Pengembangan SDM,Cet. III. (Bandung: Mizan, 1997), h. 151
Dari definisi SDM di atas dapat diambil kesimpulan bahwa yang dimaksud
SDM itu adalah tenaga ataukekuatan/ kemampuan yang dimiliki oleh seseorang berupa
daya pikir, daya cipta, karsa dan karya yangmasih tersimpan dalam dirinya sebagai
energi potensial yang siap dikembangkanmenjadi daya-daya berguna sesuai dengan
keinginan manusia itu sendiri. Dalam arti manusia yang sempurna atau "insân kâmil".
Insân kâmil artinya manusia sempurna, yang berasal dari kata al insan yang artinya
manusia dan al kâmil yang artinya sempurma. Konsep insan kamil ini merujuk pada
diri Nabi Muhammad SAW sebagai contoh manusia ideal. Jati diri Nabi Muhammad
SAW yang demikian tidak semata-mata dipahami dengan pengertian Muhammad SAW
sebagai utusan Allah SWT tetapi sebagai nur (cahaya/roh) ilahi yang menjadi pangkal
dan poros di kehidupan didunia ini.20

20
Yusuf Suit, Sikap Mental dalam Manajemen SDM, Cet. I. (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1996), 35.

21
22
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Pendidikan karakter adalah sebuah proses pendidikan yang mengajarkan
kebiasaan cara berpikir dan berperilaku yang membantu individu untuk hidup dan
bekerja sama sebagai keluarga, masyarakat, dan bernegara dan membantu mereka
untuk membuat keputusan yang dapat dipertanggungjawabkan. Dengan kata lain
pendidikan karakter mengajarkan anak didik berpikir cerdas, mengaktivasi otak secara
alami.
Dalam perspektif islam pendidikan karakter disebut akhlak. Yang dimaksud
akhlak yaitu sesuatu yang sudah melekat atau tertanam kuat dalam diri seseorang, yang
dengannya melahirkan perbuatan-perbuatan atau tingkah laku yang mana perbuatan
dan tingkah laku tersebut tanpa melalui proses pemikiran dan perenungan terlebih
dahulu. Artinya perbuatan itu dilakukan secara spontanitas atau reflek.
Nilai-nilai yang terkandung dalam pendidikan karakter dalam islam meliputi
nilai-nilai ilahiyah, nilai-nilai insaniyah, dan nilai-nilai yang tercermin dalam
kepribadian Rasulullah SAW yang sudah sering kita dengar yaitu sidiq, amanah,
fatonah, dan tabligh.
Tujuan dari pendidikan karakter senada dengan tujuan pendidikan nasional
yang telah dirumuskan dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun
2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Pasal 1 Ayat 1 yaitu mengarahkan
peserta didik untuk memiliki kecerdasan atau memiliki ilmu pengetahuan, pendidikan
juga diarahkan pada pengembangan spiritual keagaamaan dan akhlak mulia. Oleh
karena itu pendidikan karakter berperan penting dalam pengembangan kepribadian dan
sumber daya manusia yang religius karena pendidikan karakter pada dasarnya
diarahkan untuk pengembangan akhlak mulia yang tidak bertentangan dengan norma-
norma yang ada.
B. Saran
Demikianlah pokok bahasan yang dapat kami sampaikan, semoga makalah ini
dapat bermanfaat untuk kalangan banyak. Karena keterbatasan pengetahuan dan
referensi, penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu
kritik dan saran yang membangun diharapkan agar makalah ini dapat disusun menjadi
makalah yang lebih baik lagi di masa yang akan datang.

23
DAFTAR PUSTAKA

Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Tangerang : CV Dua Sehati, 2012).

Djumhana Bastaman, Hanna. Integrasi Psikologi Dengan Islam, Yogyakarta : Yayasan Insan
Kamil dan Pustaka Pelajar, 1995.
Febriani Musyadad, Vina dkk. Pendidikan Karakter. Jakarta : Yayasan Kita Menulis, 2022.

Hidayatullah, M. Furqon. Guru Sejati: Membangun Insan Berkarakter Kuat & Cerdas,
Surakarta: Yuma Pustaka, 2010.

K, Supriyoko. Pendidikan Karakter Membangun Delapan Karakter Emas Menuju Indonesia


Bermartabat, Yogyakarta: Samudra Biru, 2011.

Koesoema, Doni. Pendidikan Karakter; Strategi Mendidik Anak di Zaman Global. Jakarta:
Grasindo, 2011.

M. Koni, Satria. “Pendidikan Karakter dalam Tinjauan Islam”. TADBIR: Jurnal Manajemen
Pendidikan Islam. (2017). 13-14.

Musrifah. “Pendidikan Karakter dalam Perspektif Islam”, Edukasia Islamika, Volume 1,


Nomor 1, (2016), 128-131.

Mustaqim. Pendidikan Karakter dalam Pandangan Islam. Fakultas Tarbiyah Institut Agama
Islam (IAI) Ngawi.

N, Zuriah. Pendidikan Moral & Budi Pekerti dalam Perspektif Perubahan. Jakarta: PT Bumi
Aksara, 2011.
Nur Aidah, Siti. Pembelajaran Pendidikan Karakter, Jawa Timur : KBM Indonesia, 2020.

Rahman, Abdul dkk. Konsep Pendidikan Akhlak, Moral, dan Karakter dalam Islam. Bogor :
Guepedia, 2020.

Riza, Muhammad. “Pendidikan Karakter dalam Perspektif Islam”. Jurnal As-Salam, Vol.1,
No. 1, (2016). 76-81.
Solikan 2012. Model pembinaan pendidikan karakter di sekolah menengah pertama. Artikel.
www.google.com/artikel detail-28524.html (diakses pada tanggal 15 Maret 2022)

Suit, Yusuf. Sikap Mental dalam Manajemen SDM, Cet. I. Jakarta: Ghalia Indonesia, 1996.

24
Sukiyat, Strategi Implementasi Pendidikan Karakter, Surabaya : CV. Jakad Media Publishing,
2020.

25

Anda mungkin juga menyukai