Anda di halaman 1dari 32

PEMBINAAN KARAKTER DISIPLIN SISWA

MELALUI KEGIATAN KEAGAMAAN DI SD N 2


SOKAYASA
Disusun untuk memenuhi salah satu tugas individu mata
kuliah SeminarPenelitian

Dosen Pengampu :

1. Drs. Yuli Witanto, M.Pd.


2. Siti Maryatul Kiptiyah, S.Si, S.Pd., M.Pd

Oleh :

Gandhini Anugrah
1401420267

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2023
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................... i


DAFTAR ISI ................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1
A. Latar Belakang .................................................................................. 1
B. Identifikasi Masalah .......................................................................... 7
C. Rumusan Masalah ............................................................................. 7
D. Tujuan Penelitian .............................................................................. 7
E. Manfaat Penelitian ............................................................................ 8
BAB II KAJIAN PUSTAKA ....................................................................... 9
A. Kajian Teori ...................................................................................... 9
B. Kajian Penelitian Relevan ................................................................. 19
C. Pertanyaan Penelitian ........................................................................ 21
BAB III METODE PENELITIAN ............................................................... 22
A. Pendekatan Penelitian ....................................................................... 22
B. Setting Penelitian .............................................................................. 22
C. Sumber Data ..................................................................................... 23
D. Metode dan Instrumen Pengumpulan Data ........................................ 23
E. Keabsahan Data ................................................................................ 24
F. Analisis Data..................................................................................... 25
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 28

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada dasarnya pendidikan adalah salah satu kebutuhan yang sangat
penting bagi kehidupan manusia, kelompok masyarakat atau bangsa. Oleh
karena itu, pembaharuan pendidikan perlu dilakukan secara terencana, terarah,
dan berkesinambungan oleh para pemangku kebijakan dibidang pendidikan,
sehingga pendidikan sebagai salah satu sektor pembangunan yang
bertanggungjawab atas pengembangan sumber daya manusia benar-benar
dapat memberikan sumbangan yang nyata, positif dan signifikan dalam usaha
turut serta mencerdaskan kehidupan bangsa sebagimana yang tertuang dalam
pembukaan UUD 1945.
Eksitensi suatu bangsa ditentukan oleh karakter yang dimiliki bangsa
tersebut. Bangsa yang memiliki karakter kuat akan mampu menjadikan dirinya
sebagai bangsa yang bermartabat. Dalam Kamus Psikologi sebagaimana
dikutip oleh M. Furqon Hidayatullah dalam buku Guru Sejati: Membangun
Insan Berkarakter Kuat dan Cerdas dinyatakan bahwa karakter adalah
kepribadian ditinjau dari titik tolak etis atau moral. Secara istilah, karakter
diartikan sebagai sifat manusia pada umumnya dimana manusia mempunyai
banyak sifat yang tergantung pada kehidupan sendiri. Karakter adalah sifat
kejiwaan, akhlak, atau budi pekerti yang menjadi ciri khas seseorang atau
sekelompok orang. Defenisi dari “The stamp of individually or group
impressed by nature, education or habit.” Karakter merupakan nilai-nilai
perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri
sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam
pikiran, sikap, perasaan, perkataan, perbuatan berdasarkan norma-norma
agama, hukum, tata krama, budaya, dan adat istiadat. Karakter dapat juga
diartikan sama dengan akhlak dan budi pekerti, sehingga karakter bangsa
identik dengan akhlak bangsa atau budi pekerti bangsa. Bangsa yang
berkarakter adalah bangsa yang berakhlak dan berbudi pekerti, sebaliknya

1
bangsa yang tidak berkarakter adalah bangsa yang tidak atau kurang berakhlak
atau tidak memiliki standar norma perilaku yang baik. Menurut (Tadkiroatun
Musfiroh, dalam Silkyanti, 2019), karakter mengacu kepada serangkaian sikap
(attitude), perilaku (behavior), motivasi (motivation) dan keterampilan (skill).
Pembinaan karakter sangat penting untuk dilakukan mengingat
pentingnya karakter itu sendiri untuk kelangsungan bangsa dan untuk dirinya
sendiri. Pendidikan karakter adalah suatu sistem penamaan nilai-nilai karakter
yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan
untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa,
diri sendiri, sesama, lingkungan, maupun kebangsaan. Sedangkan menurut
(Omeri, 2015) pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai
karakter yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan dan
tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut baik terhadap Tuhan yang
Maha Esa, diri sendiri, sessama lingkungan, maupun kebangsaan. Pentinya
pendidikan karakter juga dijelaskan melalui pendapat Lickona bahwa ada
tujuh alasan mengapa pendidikan karakter itu harus disampaikan yaitu : (1)
Cara terbaik untuk menjamin anak -anak (siswa) memiliki kepribadian yang
baik dalam kehidupannya. (2) Cara untuk meningkatkan prestasi akademik.
(3) Sebagian siswa tidak dapat membentuk karakter yang kuat bagi dirinya
sendiri di tempat lain. (4) Mempersiapkan siswa untuk menghormati pihak lain
atau orang lain dan dapat hidup dalam masyarakat yang beragam. (5)
Berangkat dari akar masalah yang berkaitan dengan masalah moral – sosial,
seperti ketidaksopanan, ketidakjujuran,kekerasan, pelanggaran kegiatan
seksual, dan etos kerja (belajar) yang rendah. (6) Sebagai persiapan terbaik
untuk menyongsong perilaku di tempat kerja. (7) Mengajarkan akan nilai-nilai
budaya merupakan bagian dari kerja peradaban. Oleh karena itu, pendidikan
karakter harus terus menerus ditumbuh kembangkan agar nilai-nilai karakter
yang tertanam dapat menyelesaikan berbagai permasalahan-permasalahan
siswa di sekolah maupun dimasyarakat.
Pembinaan karakter dapat dilakukan sejak dini di sekolah dasar, karena
sekolah dasar merupakan periode pendidikan yang sangat penting untuk

2
menentukan arah pengembangan potensi peserta didik. Menurut (Hakam,
dalam Ansori, 2020) sekolah dasar memiliki peran penting dalam
pembangunan fondasi karakter individu. Atas dasar itu, maka seluruh aktivitas
pendidikannya harus mampu memfasilitasi penanaman dan pengembangan
nilai peserta didik agar berbudi pekerti yang luhur. Sekolah sebagai
lembaga pendidikan bertanggung jawab terhadap pembentukan karakter siswa
(character building). Oleh karena itu, karakter tidak hanya tumbuh dan
berkembang pada setiap individu manusia, tetapi juga pada organisme atau
institusi pendidikan. Karakter siswa tidak mungkin tumbuh dan berkembang
jika sekolah tersebut tidak berkarakter (Ansori,2020). Dengan kata lain, hanya
pada institusi pendidikan berkarakterlah, peserta didik akan tumbuh dan
berkembang sebagai manusia yang berkarakter. Ajat Sudrajat dan Ari Wibowo
(2013) menjelaskan bahwa untuk membangun karakter peserta didik sekolah
perlu menerapkan tiga program, yaitu (1) kultur sekolah bermutu yang
mencakup mutu input, mutu akademik, dan mutu nonakademik; (2) kultur
sekolah Islam dengan fokus penanaman karakter religius, keterbukaan,
kepedulian, kebersamaan, dan kerja sama; (3) kultur disiplin dengan fokus
penanaman karakter antara lain religius .
Terdapat penelitian yang menunjukkan bahwa banyak sekolah dengan
program pendidikan karakter telah sukses mengurangi perilaku indisipliner
dan peningkatan kehadiran siswa di sekolah, sedikit siswa yang putus
sekolah, (Wynne & Ryan, 1997 dalam Ghamrawi, 2015 hal .130). Menurut
( Berkowitz & Hoppe dalam Ansori, 2020) penerapan program pendidikan
karakter di sekolah telah meningkatkan prestasi akademik yang lebih tinggi,
penurunan siswa yang putus sekolah, dan sedikit perilaku berisiko siswa.
Selain itu, pendidikan karakter sangat menentukan kehidupan dimasa
depannya bagaimana anak didik terbentuk karena terbiasanya melihat,
memperhatikan dan meniru orang terdekatnya salah satunya yaitu guru.
Sekolah akan lebih nyaman, tenteram dan proses pembelajaran akan kondusif
bahkan outputnya bisa sesuai harapan bila para siswa memiliki sifat dan
perilaku yang terpuji sesuai dengan nilai-nilai karakter yang diperoleh dari

3
gurunya. Hal tersebut menjadikan pembinaan karakter siswa pada satuan
pendidikan khususnya di Indonesia dewasa ini merupakan suatu kemutlakan
untuk dilaksanakan.
Salah satu dari nilai-nilai karakter yang harus dikembangkan Di sekolah
dasar adalah karakter disiplin. Karakter disiplin merupakan salah satu karakter
yang sangat penting dan harus dibiasakan kepada siswa dengan berbagai cara.
Membina karakter disiplin tidak akan bisa dibentuk dengan waktu yang
singkat namun harus dilaksanakan dengan cara melatih diri secara terus
menerus dan berkelanjutan. Disiplin terjadi dan terbentuk sebagai hasil dan
dampak pembinaan yang cukup panjang yang dilakukan sejak dari dalam
keluarga dan berlanjut dalam suatu pendidikan di sekolah. Disiplin ditujukan
untuk membangun rasa tanggung jawab siswa. Pendidikan karakter disiplin
merupakan hal penting untuk diperhatikan dalam rangka membina karakter
seseorang. Berbekal nilai karakter disiplin akan mendorong tumbuhnya nilai-
nilai karakter baik lainnya, seperti tanggungjawab, kejujuran, kerjasama, dan
sebagainya (Curvin & Mindler 1999:12, dalam Wuryandani, et.al., 2014)
mengemukakan bahwa ada tiga dimensi disiplin, yaitu (1) disiplin untuk
mencegah masalah; (2) disiplin untuk memcahkan masalah agar tidak semakin
buruk; dan (3) disiplin untuk mengatasi siswa yang berperilaku di luar kontrol.
Hasil akhir dari pembinaan karakter disiplin sebenarnya menjadikan diri
individu terbiasa dengan sesuatu yang benar tanpa melanggar aturan-aturan
yang telah ditetapkan Merujuk pada pendapat (Hamedoglu dalam Huda et.al.,
2021) menyebutkan bahwa dengan kedisiplinan, siswa tahu apa yang harus
dilakukan dan belajar memiliki tanggung jawab, memahami batas batas
sosialnya dimana dan bagimananya ia harus berprilaku. Ia juga menyebutkan
pembinaan displin merupakan bagian yang penting dalam pembelajaran.
Dengan adanya penerapan dan pembinaan karakter diharapkan mampu
mencegah siswa melakukan kejahatan yang dapat merugikan diri sendiri itu
sendiri maupun orang lain.
Dengan pembinaan karakter akan tertanam nilai-nilai karakter yang baik
dalam diri individu. Nilai karakter yang baik akan menuntun seseorang dalam

4
berperilaku dikehidupan sehari-hari. Dalam rangka pembinaan karakter
tentunya sekolah memiliki strategi yang tepat dan baik dalam menegakkan
sistem atau aturan yang tegas sehingga siswa dapat dipersiakan dengan baik
untuk menjadi warga negara yang memiliki disiplin yang tinggi.
Dalam kenyataannya saat sekarang ini pembinaan karakter, terutama
pada karakter disiplin kurang begitu dikedepankan. Melainkan hanya
memandang dari salah satu sisi tujuan pendidikan yaitu sisi akademik. Pada
dasarnya akademik yang tinggi tanpa diringi karakter yang baik juga akan
tidak membuahkan hasil yang maksimal dan begitu pula sebaliknya. Dimasa
seperti saat ini siswa sangat jauh dengan sikap karakter disiplin yang mana
pada kenyataan tepancar dengan jelas siswa memiliki kemampuan akademik
namun tidak diiringi dengan kakater yang baik. Contoh nyata dapat kita lihat
peserta didik banyak meraih olimpiade, kejuaraan olahraga dan bahkan
kejuraan seni dan bakat namun dalam keseharian disekolah peserta didik tidak
terbiasa mendisiplikan diri mengucapkan salam saat masuk ke suatu ruangan
ataupun berpapasan dengan guru. Hal seperti ini lah yang akan merusak
generasi muda di era berikutnya jika pendidikan karakter masih
dikesampingkan. Dapat kita ketahui permasalahan disiplin masih banyak
terjadi dilanggar oleh peserta didik.
Permasalahan disiplin lain yang sering terjadi diantarana yaitu: pertama
siswa kurang serius dalam berdoa sebelum dan sesudah belajar, kedua siswa
belum seluruhnya terbiasa mengucapkan salam, ketiga masih ada siswa yang
belum berpakain sesuai aturan. Selain itu, dalam (Wuryandani, 2014) contoh
perilaku tidak disiplin antara lain datang ke sekolah tidak tepat waktu,
tidak memakai seragam, duduk atau berjalan dengan seenaknya menginjak
tanaman yang jelas-jelas sudah dipasang tulisan “dilarang menginjak
tanaman”, membuang sampah sembarangan, mencorat coret dinding
sekolah, membolos sekolah, mengumpulkan tugas tidak tepat waktu, dan lain-
lain. Oleh karena itu, pengembangan karakter disiplin di sekolah dasar harus
dilakukan secara optimal sehingga harapannya di tingkat selanjutnya siswa
sudah memiliki bekal perilaku disiplin yang kuat. Mengingat demikian

5
pentingnya pendidikan karakter disiplin di sekolah dasar, maka perlu
dilakukan berbagai kebijakan yang dapat mendukung keberhasilan pendidikan
karakter disiplin secara optimal.
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan penulis di SD N 2 Sokayasa,
bahwa di sekolah tersebut terdapat masalah pendidikan yang ada salah satunya
yaitu penyimpangan yang dilakukan oleh siswa yang berkaitan dengan
karakter disiplin siswa seperti adanya beberapa anak yang belum memakai
seragam sekolah saat pembelajaran dilakukan, siswa tidak melaksanakan
sholat berjamaah. Kemudian masalah lain yang ada di SD N 2 Soakaysa yaitu
masih terdapat beberapa anak yang meninggalkan sekolah padahal belum
waktunya untuk pulang sekolah. Dalam hal pengumpulan tugas pun masih
terdapat beberapa siswa yang tidak tepat waktu dalam pengumpulannya. Hal
tersebut dikarenakan kurangnya kesadaran siswa akan kedisiplinan. Untuk
mengatasi masalah tersebut diketahui bahwa di disekolah tersebut telah
melakukan pembinaan pendidikan karakter sekolah melalui kegiatan
keagamaan seperti pembiasaan sholat berjamaah yang dilakukan siswa setiap
harinya, hafalan Asmaul Husna yang dilakukan setiap pagi dan pembiasaan
sholat dhuha saat jam istirahat. Dengan adanya kegiatan tersebut diharapkan
akan dapat membantu siswa dalam pembentukkan kepribadiannya menjadi
lebih baik lagi terutama dalam hal kedisiplinan.
Kondisi tersebut menjadi daya tarik peneliti untuk melaksanakan
penelitian berkaitan dengan kegiatan keagamaan yang mampu membina
karakter disiplin siswa. Kegiatan keagaman dipandang merupakan salah satu
cara untuk membina karakter disiplin siswa. Sekolah tidak hanya mendidik
siswa mampu dalam bidang akademik namun sekolah harus mampu
membentuk karakter dispilin siswa baik dispilin belajar maupun disiplin dalam
kegiatan keagamaan. Kegiatan keagamaan adalah suatu usaha yang dilakukan
untuk mewujudkan atau mengaplikasikan iman ke dalam suatu bentuk-bentuk
perilaku keagamaan dalam kehidupan sehari-hari. Melalui kegiatan kegamaan
ini, siswa dapat lebih meningkatkan kesadaran dalam memahami nilai-nilai
agama sekaligus membina karakter disiplin pada diri siswa. Oleh karena itu,

6
judul yang diambil peneliti dalam penelitian ini adalah “Pembinaan Karakter
Disiplin Siswa melalui Kegiatan Keagamaan di SD N 2 Sokayasa.”

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang dipaparkan diatas, maka dapat diidentifikasi
masalah sebagai berikut:
1. Terdapat siswa yang tidak memakai seragam saat pembelajaran, siswa
yang meniggalkan sekolah sebelum waktu pulang sekolah, mengumpulkan
tugas tidak tepat waktu.
2. Hal tersebut disebabkan oleh kurangnya kesadaran siswa akan
kedisiplinan.
3. Disekolah tersebut telah melakukan pembinaan pendidikan karakter
sekolah melalui kegiatan keagamaan.

C. Rumusan Masalah
Berdasarkan fokus masalah diatas, maka dapat dirumuskan masalah yaitu:
1. Bagaimana pelaksanaan pembinaan karakter disiplin siswa melalui kegiatan
keagamaan di SD N 2 Sokayasa ?
2. Apa saja faktor penghambat dan pendukung dalam pembinaan karakter
disiplin melalui kegiatan keagamaan di SD N 2 Sokayasa ?

D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini yaitu:
1. Mendeskripsikan pelaksanaan pembinaan karakter disiplin siswa melalui
kegiatan keagamaan di SD N 2 Sokayasa.
2. Mengatahui faktor penghambat dan pendukung dalam pembinaan karakter
disiplin melalui kegiatan kegamaan di SD N 2 Sokayasa.

7
E. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk menambah wawsan dan
pengetahuan pembaca terhadap pelaksanaan pembinaan karakter dispin
siswa melalui kegiatan keagamaan.
2. Manfaat Praktis
a) Bagi siswa
Bagi siswa hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu cara
pemaksimalan pemberian pendidikan karakter untuk siswa, sehingga
pembiasaan karakter disiplin dapat siswa terapkan disekolah maupun
lingkungan masyarakat
b) Bagi guru
Bagi guru hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi suatu masukan
bagaimana solusi dalam mengatasi permasalahan penyimpangan yang
dilakukan oleh siswa yang berkaitan dengan karakter disiplin.
c) Bagi peneliti
Bagi peneliti lainnya, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi
pemacu dalam meneliti karakter siswa terutama karakter disiplin.
d) Bagi sekolah
Bagi sekolah atau lembaga pendidikan, hasil penelitian ini diharapkan
dapat menjadi masukan bagimana solusi dalam mengatasi permasalah
penyimpangan yang dilakukan oleh siswa yang berkaitan dengan
karakter disiplin.

8
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori
1. Tinjauan tentang Pembinaan Karakter Disiplin
a. Pengertian Pembinaan Karakter Disiplin
Secara harfiah pembinaan berarti pemeliharaan secara dinamis
dan berkesinambungan. Pembinaan yaitu proses, perbuatan, cara
membina, pembaharuan, penyempurnaan, usaha, tindakan, dan
kegiatan yang dilakukan secara berdaya guna dan berhasil, guna
memperoleh hasil yang lebih baik. Dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia (2013) Pembinaan artinya adalah pembaharuan,
penyempurnaan, atau usaha dan tindakan serta kegiatan yang
dilakukan secara efisien dan efektif untuk memperoleh hasil yang
baik(KBBI edisi tiga, 2002: 20). Membina dilakukan srebagai bentuk
usaha supaya lebih sempurna, maju, dan baik. Pembinaan yang
dimaksud penulis dalam penelitian ini yaitu serangkaian usaha, tindakan
dan kegiatan-kegiatan.
“Pembinaan bila jika di kaitkan dengan membangun manusia
merupakan bagian dari pendidikan, pelaksanaan pembinaan adanya dari
sisi praktis, pengembangan sikap, kemampuan dan kecakapan”
Dikarenakan pembinaan adalah sesuatu tindakan yang baik, maka istilah
ini bisa digunakan sebagai proses suatu kegiatan yang hampir sama
dengan makna pendidikan yang dikemukakan oleh Muhammad
Azmi(2006: 24)yaitu proses menumbuhkan potensi dasar manusia,
proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang
dengan usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan
pelatihan proses, cara, perbuatan mendidik. Kemudian ( Marzuki
2015: 95, dalam Zaman, 2017) mengutarakan bahwa pembinaan
karakter identik dengan pembentukan dan pembangunan.
Istilah karakter berasal dari bahasa Yunani “charassein” yang

9
berarti mengukir. Membentuk karakter diibaratkan seperti mengukir
batu permata atau permukaan besi yang keras. Dalam Kamus Bahasa
Indonesia (2008) karakter diidentifikasikan sebagai sifat-sifat kejiwaan,
akhlak, atau budi pekerti yang membedakan seseorang dari orang lain.
Pengertian karakter secara harfiah adalah kualitas mental atau moral,
kekuatan moral, nama, atau reputasinya (Hornby dan Parnwell, 1972 :
49). akhlak, atau budi pekerti yang menjadi ciri khas seseorang atau
sekelompok orang.
Karakter adalah ciri khas oleh suatu benda atau makhluk, yang
merupakan perwujudan nilai-nilai kemanusiaan yang berhubungan
dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, masyarakat, dan
lingkungan. Di samping itu karakter juga bisa dikatakan sebagai sifat-
sifat kejiwaan, budi pekerti, gaya dalam diri seseorang yang berasal dari
bentukan dan tempaan yang didapatkan di lingkungan sekitarnya yang
bisa membuat orang terlihat berbeda dari yang lain.
Disiplin berasal dari bahasa Latin Discere yang berarti belajar.
Dari kata ini kemudian muncul kata disciplina artinya pengajaran atau
pelatihan. Seiring perkembangan waktu disiplin kemudian diartikan
sebagai kepatuhan terhadap peraturan atau tunduk kepada pengawasan
dan pengendalian diri. Disiplin merupakan pengaruh dirancang
membantu anak menghadapi lingkungan. Disiplin tumbuh dari
kebutuhan menjaga keseimbangan antara kecenderungan dan keinginan
individu untuk berbuat agar memperoleh suatu, dengan pembatasan
atau peraturan yang diperlukan oleh lingkungan terhadap
dirinya (Siri Nam, dalam Zahara et.al., 2020).
Disiplin diartikan sebagai ketaatan pada peraturan yang berlaku.
Sedangkan secara terminologis, istilah disiplin mengandung arti sebagai
keadaan tertib dimana para pengikut itu tunduk dengan senang hati
kepada ajaranajaran yang para pemimpinnya. Sukardi (1983:102)
mengatakan bahwa disiplin mempunyai dua arti yang berbeda, tetapi
keduanya mempunyai hubungan yang berarti: (1) disiplin dapat

10
diartikan suatu rentetan kegiatan atau latihan yang berencana, yang
dianggap perlu untuk mencapai tujuan, (2) disiplin dapat diartikan
sebagai hukuman terhadap tingkah laku yang tidak diinginkan atau
melanggar ketentuan-ketentuan peraturan atau hukum yang berlaku.
Sebagai indikator karakter disiplin Kemendiknas
mengungkapkan bahwa indikator karakter disiplin meliputi: 1)
membiasakan hadir tepat waktu; 2) membiasakan mematuhi aturan; 3)
menggunakan pakaian sesuai dengan ketentuan. Mengutip menurut AS.
Moenir (Hudiyono, 2012: 74) disiplin adalah ketaatan terhadap aturan.
Disiplinisasi adalah usaha yang dilakukan untuk menciptakan keadaan
di suatu lingkungan kerja yang tertib, berdaya guna, dan berhasil guna
melalui suatu sistem pengaturan yang tepat.
Berdasarkan beberapa pendapat diatas, dapat dipahami bahwa
pengertian pembinaan karakter disiplin adalah serangkaian usaha,
tindakan dan kegiatan-kegiatan yang bertujuan untuk membentuk
mental atau moral seseorang yang disiplin/patuh terhadap aturan yang
berlaku. Pembinaan karakter diperlukan untuk melatih seseorang agar
mereka bisa membedakan yang baik dan buruk, sehingga seseorang
dapat memilih antara melakukan maupun menjauhi perilaku tertentu.
b. Unsur-unsur Karakter Disiplin
Menurut (Sobur & Mashur dalam Anam et.al., 2014) ada empat
unsur kedisiplinan yaitu: 1) Peraturan yaitu pola yang diterapkan untuk
membentuk tingkah laku yang telah diterapkan oleh orang tua atau guru.
Dengan adanya peraturan dapat memberikan pedoman pada anak didik
untuk bertingkah laku sesuai dengan aturan yang berlaku
dilingkunganya. 2) Hadiah yaitu bentuk penghargaan untuk suatu hasil
yang baik. Penghargaan berupa hadiah merupakan motivasi untuk
mengulangi prilaku yang dihiraukan dan disetujui secara sosial. Hadiah
ini dapat berupa kata pujian, senyuman, atau yang berbentuk
penghargaan materi. 3) Hukuman yaitu pemberian baik berupa kata-
kata maupun sentuhan fisik atau suatu bentuk aktivitas pedagogik

11
seperti membaca, merangkum, menyelesaikan soal dan sebagainya
kepada anak didik karena suatu kesalahan, perlawanan, atau
pelanggaran sebagai pembalasan. 4) Konsistensi yaitu tingkat
keseragaman atau stabilitas dalam mendisiplinkan anak dimana suatu
perbuatan yang telah distandarkan harus dijalankan secara terus
menerus sehingga akan membentuk prilaku anak didik sesuai dengan
norma yang ada dalam masyarakat.
c. Manfaat Karakter Disiplin
Membentuk karakter disiplin pada siswa SD merupakan upaya
membentuk karakter anak agar ia bisa mengendalikan diri dan
berperilaku sesuai dengan nilai-nilai tertentu itulah sebabnya disiplin
sangat diperlukan bagi anak karena anak akan mengerti konsep mana
yang boleh dilakukan dan mana yang tidak boleh dilakukan, anak
memiliki penyesuaian pribadi dan sosial yang baik serta pengendalian
diri yang baik.
Menurut (Brazelton, dalam Nurul 2020) beberapa manfaat yang dapat
diraih dalam karakter disiplin antara lain:
 Pengendalian diri dan mengenali dorongan diri apa yang
menggerakkan, apa yang menyakiti orang lain, serta belajar
menahan diri bersikap seperti itu.
 Mengenali perasaaan diri dan apa yang menyebabkannya, apa
namannya, bagaimana mengekspresikannya, atau bagaimana
menyimpan bila perlu.
 Membayangkan perasaan orang lain, memahami apa yang
menyebabkannya, peduli pada perasaan orang lain, dan mengetahui
efeknya terhadap orang lain.
 Menumbuhkan rasa keadilan dan motivasi untuk berlaku adil.
 Mendahulukan kepentingan orang lain, merasa bahagia ketika
memberi, bahkan rela berkorban untuk orang lain.
Dari uraian diatas, dapat diketahui bahwa manfaat karakter disiplin

12
yaitu membantu anak untuk mengembangkan komtrol dirinya dan
membantu anak untuk mengembangkan perilaku kontrol dirinnya dan
membentuk anak dalam mengenali perilakunnya yang salah lalu
memperbaikinnya.
d. Pentingnya Pembinaan Karakter Disiplin
Dalam dunia pendidikan, disiplin menjadi prasyarat dalam
pembentukan sikap, prilaku dan tata kehidupan. Menurut Elizabeth B.
Hurlock dalam bukunya “Perkembangan Anak” mengemukakan,
bahwa disiplin itu penting untuk perkembangan anak, karena
disebabkan beberapa hal yaitu: (Minarti hal,195, dalam Zahara et.al.,
2020).
1) Disiplin memberi anak rasa aman dengan memberitahukan apa yang
boleh dan yang tidak boleh dilakukan;
2) Dengan disiplin membantu anak menghindari perasaan bersalah dan
rasa malu akibat perilaku yang salah;
3) Disiplin memungkinkan anak hidup menurut standar yang disetujui
kelompok sosial dan dengan demikian memperoleh persetujuan
sosial;
4) Dengan disiplin, anak belajar bersikap menurut cara yang akan
mendatangkan pujian yang akan ditafsirkan anak sebagai tanda
kasih sayang dan penerimaan,
5) Disiplin yang sesuai dengan perkembangan berfungsi sebagai
motivasi pendorong ego yang mendorong anak mencapai yang
diharapkan darinya; serta,
6) Disiplin membantu anak mengembangkan hati nurani, pembimbing
dalam pengambilan keputusan dan pengendalian perilaku.
Dari uraian diatas dapat diketahui bahwa pembinaan disiplin sangat
penting serta dibutuhkan oleh setiap siswa. Disiplin yang tumbuh
dengan sadar akan membentuk sikap, perilaku, dan tata kehidupan yang
teratur sehungga akan menjadikan siswa sukses baik dalam belajar
maupun dalam lingkungan kehidupannya.

13
e. Tujuan Pembinaan Karakter Disiplin
Menurut E. Mulyasa tujuan dari disiplin untuk membantu peserta
didik menemukan dirinya, mengatasi, mencegah timbulnya
masalahmasalah disiplin, serta berusaha menciptakan situasi yang
menyenangkan dalam pembelajaran sehingga mereka mentaati segala
peraturan yang telah ditetapkan. Dalam bukunya Leadership in
Elementary School Administration an Supervision, Elsbree menjelaskan
bahwa: “He should accept the philosophy that discipline any action have
two purpose”. Kedua tujuan itu adalah:
1) Menolong anak menjadi matang pribadinya dan berubah sifat
ketergantungan ke arah tidak ketergantungan; dan,
2) Mencegah timbulnya persoalan-persoalan disiplin dan menciptakan
situasi dan kondisi dalam belajar mengajar agar mengikuti segala
peraturan yang ada dengan penuh perhatian (Sahertian, dalam
Zahara et.al., 2020).
Melalui pembinaan tentunya siswa dapat mengetahui hal apa yang
boleh dilakukan dan tidak boleh dilakukan. Dengan adanya tujuan
disiplin peserta didik dapat belajar hidup dengan aturan yang baik dan
kebiasaankebiasaan yang baik sehingga dapat bermanfaat bagi dirinya
sendiri dan lingkungan. Dengan adanya aturan atau tata tertib tentunya
sekolah memiliki ketertiban, keberhasilan penyelenggaraan program-
program sekolah, tercapainya tujuan pendidikan dan keamanan
dilingkungan sekolah.
Dari penjelasan diatas mengenai tujuan disiplin dapat disimpulkan
bahwa tujuan dari karakter disiplin yaitu untuk melatih siswa agar
mampu mengatur dirinya sendiri dengan baik serta dapat mengontrol
tingkah lakunya gar dapat mengerjakan tugasnya secara optimal.
2. Tinjauan tentang Kegiatan Keagamaan
a. Pengertian Kegiatan Keagamaan
Kegiatan keagaman terdiri dari dua kata yaitu kegiatan dan
keagamaan. Aktivitas berasal dari kata dalam bahasa Inggris “activity”

14
yang berarti “aktivitas, kegiatan, atau kesibukan”. Dalam Ensiklopedi
administrasi dikatakan “aktivitas adalah suatu perbuatan yang
mengandung maksud tertentu dan memang dikendalikan oleh yang
melakukan. Kegiatan atau aktivitas dapat diartikan sebagai perbuatan
atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dalam kehidupan sehari-
hari berupa ucapan, perbuatan ataupun kreatifitas ditengah lingkungan.
Sedangkan keagamaan adalah sifat-sifat yang terdapat dalam agama
atau segala sesuatu mengenai agama (Poerwodarminto, 1997, p. 20).
Menurut Jalaludin keagamaan adalah segala sesuatu mengenai agama
dalam arti sosiologis, sebagai pengejawantahan kepercayaan agama
dalam bentuk yang nyata dan bisa diamati.
Kegiatan keagamaan adalah segala aktifitas kegiatan agama
Islam untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan,
pengajaran atau latihan bagi peranannya di masa yang akan datang.
Kegiatan keagamaan adalah segala bentuk aktifitas yang dilakukan
seseorang yang berhubungan dengan agama. Dalam upaya
mengembangkan kegiatan keagamaan, seorang guru yang kreatif selalu
berupaya mencari cara agar agenda kegiatan yang direncanakan dapat
berhasi sesuai dengan harapkan (Nyimas, 2017).
Dari penjelasan diatas mengenai pengertian kegiatan keagamaan
dapat disimpulkan bahwa kegiatan keagamaan merupakan usaha yang
dilakukan seseorang atau kelompok yang dilaksanakan secara terus
menerus yang berhubungan dengan nilai-nilai keagamaan.
b. Tujuan Kegiatan Keagamaan
Dalam (Lestari, 2020) Kegiatan keagamaan berfungsi
mempersiapkan siswa menjadi anggota masyarakat yang memahami
dan mengamalkan nilai-nilai ajaran agamanya danmmenjadi ahli ilmu
agama. Sementara dalam PP RI No. 55 Tahun 2007 tentang pendidikan
keagamaan bertujuan untuk mengembangkan kemampuan siswa dalam
memahami, menghayati, mengamalkan nilai-nilai agama yang
menyerasikan penguasaannya dalam ilmu pengetahuan, teknologi dan

15
seni. Kegiatan keagamaan dimaksudkan agar seluruh warga sekolah
terutama yang beragama Islam bisa menjalankan sebagian syariat Islam
di sekolah.
c. Peran Kegiatan Keagamaan
Dalam (Hanafi et.al., 2021) Kegiatan keagamaan di sekolah
memegang peran yang penting karena menjadi wahana dalam
mengembangkan nilai-nilai keagamaan yang secara teori telah mereka
dapatkan. Dalam kegiatan keagamaan inilah para peserta didik dapat
mengasah dan mengaplikasikan nilai-nilai karakter keagamaan
dengan lebih kompleks.
d. Tujuan Kegiatan Keagamaan
Dalam (Hanafi et.al., 2021) Kegiatan keagamaan dimaksudkan
untuk meningkatkan kemampuan peserta didik dalam memadukan,
mengintegrasikan, menerapkan pengetahuan, sikap dan keterampilan
yang telah dipelajari kedalam situasi kehidupan nyata, baik dalam
lingkungan keluarga, sekolah maupun di masyarakat. Penyelenggaraan
kegiatan keagamaan juga harus mampu meningkatkan pemahaman,
keyakinan, penghayatan dan pengalaman peserta didik tentang makna
agama Islam sehingga menjadi manusia yang memiliki wawasan luas
mengenai keimanan dan ketaqwaan kepada Allah Swt,dengan begitu,
setiap amalan dan perbuatan yang dilakukan oleh peserta didik dalam
kesehariannya tidak hanya sekedar menirukan orang lain, akan tetapi
dilakukan secara sadar dengan berlandaskan kepada pengetahuan dan
konsep nilai-nilai ajaran agama Islam.
Dalam (Ratnasari, 2020) menjelaskan bahwa tujuan dari
Kegiatan keagamaan yaitu:
1) Membangun kesadaran siswa bahwa kegiatan keagamaaan akan
memotivasi sikap beragama yang baik dan kontinyu
2) Membangun pribadi siswa yang terbiasa dalam melaksanakan
ibadah
3) Menciptakan generasi dengan tingkat kecerdasan spiritual (SQ)

16
yang baik, sehingga akan melahirkan generasi yang menjunjung
tinggi etika, moral dan nilai- nilai religius.
4) Meningkatkan kemampuan siswa, beraspek kognitif, afektif, dan
psikomotorik
5) Pengembangan bakat dan minat siswa dalam upaya pembinaan
pribadi menuju pembinaan manusia seutuhnya yang positif
Dari penjelasan diatas mengenai tujuan kegiatan keagamaan
dapat disimpulkan bahwa tujuan dari kegiatan keagamaan adalah untuk
meningkatkan ataupun membangun kesadaran siswa tentang agama
islam sehingga menjadi manusia yang memiliki wawasan luas dalam
hidupnya.
e. Fungsi Kegiatan Keagamaan
Dalam (Zahroh et.al., 2020) menjelaskan bahwa fungsi kegiatan
keagamaan, yaitu:
1) Meningkatkan pemahaman terhadap agama sehingga mampu
mengembangkan dirinya sejalan dengan norma-norma agama dan
mampu mengamalkan dalam perkembangan ilmu
pengetahuan,teknologi dan budaya
2) Meningkatkan kemampuan peserta didik sebagai anggota
masyarakat dalam mengadakan hubungan timbal balik dengan
lingkungan sosial,budaya dan alam sekitar.
3) Menyalurkan dan mengembangkan potensi dan bakat peserta didik
agar dapat menjadi manusia yang berkreativitas tinggi dan penuh
karyad.
4) Melatih sikap disiplin,kejujuran,kepercayaan dan tagung jawab
dalam menjalankan tugasnya.
5) Menumbuhkan kembangkan akhlak islami yang mengintergrasikan
hubungan dengan Allah ,Rasul,Manusia dan alam semesta bahkan
diri sendirif.
6) Mengembangkan sensitifitas peserta didik dalam melihat persoalan-
persoalan sosial keagamaan sehingga menjadi insan yang proaktif

17
terhadap permasalahan sosial dan dakwahg.
7) Memberikan bimbingan dan arahan serta pelatihan kepada peserta
didik agar memiliki fisik yang sehat,bugar,kuat , cekatan dan
terampilh.
8) Memberi peluang peserta didik agar memiliki kemampuan untuk
komunikasi dengan baik,baik verbal maupun non verbali
9) Melatih kemampuan peserta didik untuk bekerja dengan sebaik-
baiknya,secara mandiri maupun kelompok
10) Menumbuhkan kembangkan kemampuan pesert didik untuk
memecahkan masalah sehari-hari.
f. Bentuk-bentuk Kegiatan Keagamaan
Bentuk-bentuk kegiatan keagamaan harus dikembangkan
dengan mempertimbangkan tingkat pemahaman dan kemampuan
peserta didik serta tuntutan lokal dimana madrasah atau sekolah umum
berada.10Berpijak pada panduan tentang Kegiatan Ekstrakulikuler
Pendidikan Agama Islam pada sekolah umum yang diterbitkan oleh
Departemen Agama R.I, ada delapan bentuk kegiatan ekstrakulikuler
keagamaan yang bisa di kembangkan yaitu :
1) Pelatihan ibadah meliputi aktivitas-aktivitas yang tercakup dalam
rukun islam selain membaca dua kalimat syahadatyaitu
salat,zakat,puasa, dan haji ditambah dengan bentuk ibadah lainnya
yang bersifat sunnah ataupun fardhu kifayah.
2) Tilawah Tahsin al-qur’an (TTQ). Kegiatan ini merupakan program
pelatihan baca al-qur’andengan penekanan pada metode baca yang
benar dan kefasihan bacaan berdasarkan kaidah-kaidah dalam ilmu
tajwid.
3) Apresiasi seni dan Kebudayaan Islam. Bentuk kegiatan ini bisa
mencakup pada pelatihan kaligrafi,rebana,vokal grup
shalawatan,qasidah,grup marawis atau grup teater yang khusus
mengangkat persoalan-persoalan tradisi dan kebudayaan islam.
4) Peringatan Hari-Hari Besar Islam (PHBI). Kegiatan ini

18
dimaksudkan untuk memperingati Maulid Nabi Muhammad
SAW,Isra’Mi’raj,dsb.
5) Tadabbur dan Tafakkur Alam. Kegiatan ini merupakan kegiatan
karyawisata ke suatu lokasi tertentu untuk melakukan
pengamatan,penghayatan dan perenungan terhadap alam ciptaan
Allah swt.
6) Pesantren kilat (Sanlat). Pesantren Kilat adalah kegiatan yang
dilaksanakan oleh sekolah pada waktu libur sekolah. Kegiatan ini
dapat dilaksanakan di sekolah ataupun di luar lingkungan sekolah
seperti mushalla,masjid,pondok pesantren kilat harus dapat
mengkondisikan suasana kehidupan yang islami dengan adanya
kebersamaan,kekerabatan yang saling menunjang sesuai ajaran
Islam.
7) Kegiatan Perpustakaan yang dimaksud untuk menghidupkan dan
melestarikan tradisi keperpustakaan melalui pengelolaan yang baik.
Bentuk pengelolaan meliputi : pengadaan buku-buku,
majalah,buletin, surat kabar yang berhubungan dengan wawasan
keislaman dan ilmu pengetahuan, penanganan manajemen
perpustakaan.
8) Kunjungan Studi. Ini merupakan kegiatan kunjungan atau
silaturahmi ke tempat-tempat tertentu dengan maksud melakukan
studi atau mendapatkan informasi tertentu yang berkaitan dengan
kegiatan pembelajaran.
9) Setiap hari Jum’at (bagi yang memiliki masjid) mengadakan sholat
Jum’at.
B. Kajian Penelitian Relevan
Dalam peneltian ini, peneliti akan memaparkan hasil penelitian yang
dianggap relevan. Berikut beberapa yang terkait:
Pertama, Alfi Khairil Huda, Maria Montessori, Yalvema Miaz, Rifma
(2021) dalam jurnalnya yang berjudul “Pembinaan Karakter Disiplin Siswa
Berbasis Nilai Religius di Sekolah Dasar” berkesimpulan bahwa sekolah telah

19
menerapkan pembinaan karakter disiplin siswa berbasis religius. Dalam
pelaksanaan pembinaan karakte disiplin siswa ditemui berbagai hal yang
mempengaruhi. Secara keseluruhan penerapan pembinaan disiplin siswa
berbasis religius di SDIT Syahiral Ilm sudah terlaksana dengan baik dan
berkesinambungan.
Jurnal tersebut memiliki kesamaan dengan penelitian yang akan
dilakukan penulis yaitu sama-sama membahas pembinaan karakter disiplin
pada siswa SD dengan menggunakan penelitian kualitatif deskriptif.
Perbedaannya terletak pada fokus pembinaan yang dilakukan. Pada penelitian
ini berfokus pada pembinaan karakter disiplin berbasis nilai religius sedangkan
penulis sendiri berfokus pada pembinaan karakter melalui kegiataan
keagaaman.
Kedua, Badrus Zaman, M.Pd.I (2017) dalam jurnalnya yang berjudul
“Pembinaan Karakter Siswa Melalui Pelaksanaan Shalat Sunnah Dhuha di
Sekolah Dasar Islam Terpadu Nur Hidayah Surakarta” berkesimpulan bahwa
Proses Pembinaan karakter Melalui Pelaksanaan Shalat sunnah Dhuha
dilakukan dengan cara memberikan a) pengetahuan moral (dengan tausiyah
dan motivasi), b) perasaan bermoral (siswa diberi kesempatan berfikir dalam
memilih dan memilah perilaku yang baik) c) perilaku moral (siswa dituntut
berperilaku baik dalam pengalaman ajaran-ajaran agama maupun nilai-
nilai moral dan etika universal). Adapun karakter yang diharapkan dari
pembinaan melalui shalat dhuha adalah sebagai berikut: a) Karakter Cinta
Tuhan (mengerjakan ibadah sunnah disamping ibadah wajib) b)Karakter
Percaya Diri dan Tanggungjawab (berani memimpin doa dan bersedia
memimpin doa setiap ada jadwal bergilir) c) Karakter Disiplin (selalu
mengerjakan shalat dhuha tepat waktu sebelum KBM).
Jurnal tersebut memiliki kesamaan dengan penelitian yang akan
dilakukan oleh penulis yaitu sama-sama membahas kegiatan keagamaan yang
dilakukan disekolah dengan menggunakan penelitian kualitatif deskriptif.
Perbedaannya terletak pada fokus penelitian, pada penelitian ini berfokus pada
pembinaan karakter secara umun, sedangkan penulis sendiri hanya berfokus

20
pada pembinaan karakter disiplin saja.
Ketiga, Yoyo Zakaria Ansori (2020) dalam jurnalnya yang berjudul
“Pembinaaan Karakter Siswa Melalui Pembelajaran Terpadu di Sekolah Dasar”
berkesimpulan bahwa Kurikulum 2013 menekankan pada pembentukan
karakter siswa. Jadi, pembelajaran di Sekolah Dasar untuk mengintegrasikan
dimensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan menjadi satu kesatuan,
menggabungkan kompetensi dari beberapa pelajaran dasar untuk dihubungkan
satu sama lain sehingga saling memperkuat, menggabungkan kompetensi inti
dari setiap pelajaran sehingga setiap pelajaran masih memiliki kompetensi dasar
sendiri dan menghubungkan berbagai mata pelajaran dengan lingkungan di
sekitarnya. Pembelajaran terpadu ini berperan penting dalam pembinaan
karakter siswa di sekolah dasar
Jurnal tersebut memiliki kesamaan dengan penelitian yang akan dilakukan
penulis yaitu sama-sama membahas mengenai pembinaan karakter dengan
menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif. Perbedaannya terletak pada
fokus penelitian. Pada penelitian ini berfokus ada pembinaan karakter secara
menyeluruh melalui pembelajaran terpadu, sedangkan penulis sendiri berfokus
pada pembinaan karakter berupa karakter disiplin dengan melalui kegiatan
keagamaan.

C. Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan paparan di atas, maka dirumuskan pertanyaan penelitian
sebagai berikut :
1. 1.Bagaimana strategi guru dalam pelaksanaan pembinaan karakter disiplin
di SD N 2 Sokayasa?
2. Kegiatan keagamaan apa saja yang dilakukan untuk membina karakter
disiplin siswa di SD N 2 Sokayasa?
3. Apakah ada faktor penghambat dan pendukung pembinaan karakter disiplin
siswa melalui kegiatan keagamaan di SD N 2 Sokayasa?
4. Bagaimana solusi untuk meminimalisir faktor penghambat pembinaan
karakter disiplin melalui kegiatan keagamaan di SD N 2 Sokayasa?

21
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini bersifat Kualitatif deskriptif. Bogdan dan Taylor dalam
(Maleong, 2014) mendefinisikan penelitian kualitatif sebagai prosedur
penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan
dari orang-orang dan perilaku yang diamati dari fenomena yang
terjadi.Menurut Bogdan dan Biklen (1982) penelitian kualitatif berusaha
memahami dan menafsirkan makna dari pendapat dan perilaku yang
ditampilkan manusia dalam suatu situasi menurut perspektif peneliti
sendiri.Sementara untuk memfasilitasi perkembangan pemikiran para ahli
dengan menggunakan metode deskriptif. Lebih lanjut (Maleong, 2014)
mengemukakan bahwa penelitian deskriptif menekankan pada data berupa
kata-kata, gambar, dan bukan angka-angka yang disebabkan oleh adanya
penerapan metode kualitatif. Selain itu, semua yang dikumpulkan
berkemungkinan menjadi kunci terhadap apa yang sudah diteliti. Metode
penelitian deskriptif menurut Kutha dalam (Ansori, 2020) adalah analisis yang
dilakukan dengan cara mendeskripsikan fakta-fakta yang kemudian disusul
dengan analisis, tidak semata-mata menguraikan, melainkan juga memberikan
pemahaman dan penjelasan secukupnya.
Berdasarkan penjelasan tersebut, maka penulis menagnggap penelitian
kualitatif metode deskriptif tepat untuk digunakan penelitian ini. hal ini karena
metode ini dapat mendeskripsikan atau mengkonstruksikan wawancara-
wawancara mendalam terhadap subjek penelitian sehingga dapat memberikan
gambaran yang jelas mengenai pelaksanaan pembinaan karakter disiplin
melalui kegiatan keagamaan di SD N 2 Sokayasa.

B. Setting Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada hari Rabu, 12 April 2023 dari pukul
08.00-10.30 WIB. Tempat penelitian ini berada di SD N 2 Sokayasa, yang

22
berlokasi di Desa Sokayasa, Kecamatan Banjarnegara, Kabupaten
Banjarnegara, Jawa Tengah. Kegiatan penelitian ini dilaksanakan pada tahun
ajaran 2022/2023.

C. Sumber Data
Menurut Lofland dan Lofland (Moleong, 2007) sumber data utama
dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah
data tambahan seperti dokumen dan lain-lain. Sumber data yang digunakan
dalam penelitian ini berasal dari subjek penelitian yang merupakan seorang
informan yang memberikan informasi terhadap data atau hal-hal yang berkaitan
ataupun diperlukan oleh peneliti terhadap penelitian yang dilakukan. Adapun
Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah kepala sekolah, guru kelas V dan
siswa kelas V SD N 2 Sokayasa.

D. Metode dan Instrumen Pengumpulan Data


Dalam penelitian ini menggunakan Metode pengumpulan data
observasi, wawancara, dan dokumentasi. Untuk membantu peneliti dalam
mengumpulkan data, digunakan instrument pembantu yang sesuai dengan
teknik pengumpulan data yang digunakan, yaitu pedoman observasi dan
pedoman wawancara.
1. Observasi
Observasi adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui
suatu pengamatan dengan diserai pencatatan-pencatatan terhadap keadaan
atau perilaku objek sasaran. Metode ini dilakukan agar untuk memperoleh
gambaran riil suatu peristiwa atau kejadian untuk menjawab pertanyaan
penelitian. Dalam observasi peneliti mencari data tentang pelaksanaan
pembinaan karakter melalui kegiatan keagamaan di SD N 2 Sokayasa.
2. Wawancara
Wawancara merupakan pertemuan dua orang yang dilakukan untuk
bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat
dikontruksikan makna dalam suatu topik tertentu. Wawancara adalah

23
percakapan dengan maksud tertentu yang dilakukan oleh dua pihak, yaitu
pewawancara yang memperikan suatu pertanyaan dan terwawancara yang
memberikan jawaban atas pertanyaan tersebut. Melalui wawancara ini
penelti ingin mengetahui bagaimana pelaksanaan pembinaan karakter
melalui kegiatan keagamaan di SD N 2 Sokayasa.
3. Dokumentasi
Menururt Sugiyono ( 2015 : 329 ) dokumentasi adalah suatu cara
yang digunakan untuk memperoleh data dan informasi dalam bentuk, arsip
,dokumen,tulisan angka dan gambar yang berupa laporan serta keterangan
yang dapat mendukung penelitian. Metode dokumentasi ini digunakan
untuk mencari data mengenai hal-hal tau variabel yang berupa catatan
sejarah berdirinya SD N 2 Sokayasa dan letak geografis.

E. Keabsahan Data
Keabsahan data adalah standar kebenaran suatu data hasil penelitian
yang lebih menekankan pada data/informasi dari pada sikap dan jumlah orng.
Pada dasarnya uji kebasahan data dalam sebuah penelitian, hanya ditekankan
pada uji validitas dan realibilitas. Dalam penelitian kualitatif, temuan atau data
dapat dinyatakan valid apabila tidak ada perbedaan antara yang dilaporkan
peneliti dengan apa yang sesungguhnya terjadi pada objek yang diteliti.
Formulasi pemeriksaan keabsahan data menyangkut kriteria derajat
kepercayaan (credibility), keteralihan (tranferability), kebergantungan
(dependability),dan kepastian (confirmability). Dari empat kriteria
tersebut,pendekatan kualitatif memiliki delapan teknik pemeriksaan data, yaitu
perpanjangan keikutsertaan, ketekunan pengamatan, triangulasi, pengecekan
sejawat, kecukupan referensi, kajian kasus negatif, pengecekananggota, dan
uraian rinci (Moleong, 2001: 175-187).
Dalam penelitian ini menggunakan penggunaan triangulasi sebagai
teknik keabsahan data. Triangulasi pada hakikatnya merupakan pendekatan
multimetode yang dilakukan peneliti pada saat mengumpulkan dan
menganalisis data. Terkait dengan keabsahan data, triangulasi berarti suatu

24
teknik pemeriksaan keabsahan data yang dilakukan dengan cara memanfaatkan
hal-hal (data) lain untuk pengecekan atau perbandingan data (Moleong,
2001:178).
Dalam penelitian ini, uji keabsahan menggunakan tringulasi sumber dan
dan triangulasi teknik. Trianggulasi sumber menekankan pada memperoleh data
yang valid dengan cara menggunakan metode yang sama kepada beberapa
subyek penelitian. Sebagai contoh adalah menguji keterangan hasil wawancara
dengan menggunakan hasil wawancara dari subyek yang lain. Trianggulasi
teknik menekankan pada penggunaan beberapa teknik pengumpulan data pada
subyek yang sama. Contoh penggunaan trianggulasi teknik ini adalah menguji
hasil wawancara dengan hasil observasi atau dokumen.
Berdasarkan teknik trianggulasi tersebut diatas, maka dimaksud untuk
mengecek kebenaran data keabsaahan data-data yang diperoleh dilapangan
tentang pelaksanaan pembinaan karakter disiplin melalui kegiatan keagamaan
di SD N 2 Sokayasa yang bersumber dari observasi, wawancara , maupun
dokumentasi sehingga dapat dipertanggungjawabkan seluruh data yang
diperoleh dilapangan dalam penenlitian ini.

F. Analisis Data
Noeng Muhadjir (1998: 104) mengemukakan pengertian analisis data
sebagai “upaya mencari dan menata secara sistematis catatan hasil observasi,
wawancara, dan lainnya untuk meningkatkan pemahaman peneliti tentang
kasus yang diteliti dan menyajikannya sebagai temuan bagi orang lain. Dalam
melakukan analisis data yang diperoleh peneliti, peneliti menggunakan teknik
analisis data model Miles and Huberman untuk menganalisis data dalam
penelitian kali ini. Miles dan Huberman (1992:20) menggambarkan proses
analisis data penelitian kualitatif sebagai berikut.

25
Gambar 1. Proses Analisis Data Penelitian Kualitatif
Gambar tersebut memperlihatkan sifat interaktif pengumpulan data
dengan analisis data, pengumpulan data merupakan bagian integral dari
kegiatan analisis data. Reduksi data adalah upaya menyimpulkan data,
kemudian memilah-milah data dalam satuan konsep tertentu, kategori tertentu,
dan tema tertentu. Hasil reduksi data diolah sedemikian rupa supaya terlihat
sosoknya secara lebih utuh. Ia boleh berbentuk sketsa, sinopsis, matriks, dan
bentuk lainnya; itu sangat diperlukan untuk memudahkan pemaparan dan
penegasan kesimpulan.
1. Reduksi data
Reduksi data adalah proses pemilihan, pemustan perhatian pada
penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data kasar yang muncul
dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Proses ini berlangsung terus
menerus selama penelitian berlangsung, bahkan sebelum data benar-benar
terkumpul sebagaimana terlihat dari kerangka konseptual penelitian,
permasalahan studi, dan pendekatan pengumpulan data yang dipilih
peneliti. Reduksi data meliputi: (1) meringkas data, (2) mengkode, (3)
menelusur tema, (4) membuat gugus-gugus. Caranya: seleksi ketat atas
data, ringkasan atau uraian singkat, dan menggolongkannya ke dalam pola
yang lebih luas.
Dalam penelitian ini penulis mereduksi data wawancara dengan
memeriksa dengan cermat semua hasil catatan yang diperoleh dari setiap
wawancara dengan responden berkaitan dengan pelaksanaan pembinaan

26
karakter melalui kegiatan keagamaan di Kelas V SD N 2 Sokayasa
kemudian menyerderhanakannya menjadi kalimat yang efektif.
2. Penyajian data
Penyajian data adalah kegiatan ketika sekumpulan informasi
disusun, sehingga memberi kemungkinan akan adanya penarikan
kesimpulan dan pengambilan tindakan. Bentuk penyajian data kualitatif
dapat berupa teks naratif berbentuk catatan lapangan, matriks, grafik,
jaringan, dan bagan.
Dalam penelitian ini, penulis menyajikan data melalui observasi
dengan cara menyusun data yang relevan, sehingga menjadi informasi yang
dapat disimpulkan dan memiliki makna tertentu agar peneliti lain ataupun
pembaca laporan penelitian mengerti apa yang telah terjadi dan apa yang
perlu ditindak lanjuti untuk mencapai tujuan penelitian yaitu
mendeskripsikan pelaksanaan pembinaan karakter disiplin siswa melalui
kegiatan keagamaan di kelas V SD N 2 Sokayasa.
3. Penarikan Kesimpulan
Upaya penarikan kesimpulan dilakukan peneliti secara terusmenerus
selam berada di lapangan. Dari permulaan pengumpulan data, peneliti
kualitatif mulai mencari arti benda-benda, mencatat keteraturan pola-pola
(dalam catatan teori), penjelasan-penjelasan, konfigurasi-konfigurasi yang
mungkin, alur sebab akibat, dan proposisi.
Penarikan kesimpulan dalam penelitian ini dengan cara
membandingkan antara data yang diperoleh dalam proses penelitian seperti
hasil wawancara guru dengan hasil observasi berkaitan dengan pelaksanaan
pembinaan karakter disiplin melalui kegiatan keagamaan di kelas V SD N 2
Sokayasa.

27
DAFTAR PUSTAKA

Anam, Choirul, and Suharningsih Suharningsih. "Model Pembinaan


Disiplin Santri (Studi Kasus Pondok Pesantren Darul Fiqhi
Kabupaten Lamongan)." Kajian Moral dan Kewarganegaraan 2.2
(2014): 469-483.
Ansori, Yoyo Zakaria. "Pembinaan karakter siswa melalui pembelajaran
terpadu di sekolah dasar." Jurnal Educatio Fkip Unma 6.1 (2020):
177-186.
Fauzi, Arif. PEMBENTUKAN KARAKTER DISIPLIN SISWA DI SD AL
IRSYAD AL ISLAMIYYAH 02 PURWOKERTO KABUPATEN
BANYUMAS. Diss. IAIN Purwokerto, 2018.
Febriandari, Efi Ika. "Penerapan metode disiplin positif sebagai bentuk
pembinaan pendidikan karakter disiplin anak." Karya Ilmiah Dosen
1.1 (2018).
Hanafi, M. Arif, et al. "Optimalisasi Kegiatan Keagamaan Dalam
Meningkatkan Sikap Spiritual Siswa di SMPN 3 Waru Sidoarjo."
QUDWATUNA 4.1 (2021): 34-53.
Huda, Alfi Khairil, et al. "Pembinaan Karakter Disiplin Siswa Berbasis Nilai
Religius Di Sekolah Dasar." Jurnal Basicedu 5.5 (2021): 4190-4197.
Indonesia, Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa. "A. Kegiatan Keagamaan."
Lestari, Fatikha Anggun. Upaya Guru PAI dalam Membentuk Karakter
Religius Siswa Kelas XI melalui Kegiatan Keagamaan Harian di
SMKN 1 Jenangan Ponorogo. Diss. IAIN Ponorogo, 2020.
Muhlisin, Muhammad, and Edi Nurhidin. "Konstruksi Kedisiplinan Melalui
Habituasi Kegiatan Keagamaan." Indonesian Journal of Islamic
Education Studies (IJIES) 3.2 (2020): 236-251.
Noviyanto, Roif. IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER
MELALUI KEGIATAN KEAGAMAAN DI MI MATHLA’UL
ANWAR LANDBAW KECAMATAN GISTING KABUPATEN
TANGGAMU. Diss. UIN Raden Intan Lampung, 2017.
Nurul, Qomariyah. PENDIDIKAN KARAKTER DISIPLIN DALAM
EKSTRAKURIKULER KEPRAMUKAAN DI MI
MUHAMMADIYAH 01 SIRAU KEMRANJEN BANYUMAS.
Diss. IAIN Purwokerto, 2020.
Octaviani, Rika, and Elma Sutriani. "Analisis Data dan Pengecekan
Keabsahan Data." (2019).
Purwanto, Purwanto. Penanaman Nilai-Nilai Spiritual melalui Kegiatan
Keagamaan untuk Membentuk Karakter Siswa (Studi Kasus Di
Kelas Xi Mipa 1 Madrasah Aliyah Negeri 1 Kudus). Diss. IAIN

28
KUDUS, 2021.
Rahayu, Veni. Pembinaan Karakter Religius Peserta Didik di Madrasah
Aliyah Negeri Majenang Kabupaten Cilacap. Diss. IAIN
Purwokerto, 2016.
Rahminawati, Nan. "Model Pengembangan Kegiatan Keagamaan pada
Ikatan Remaja Masjid (IRMA) Luqman SMA Negeri 10 Bandung."
Ta’dib: Jurnal Pendidikan Islam 6.2 (2017): 321-328.
Rantauwati, Henny Sri. "Kolaborasi Orang Tua Dan Guru Melalui
Kubungortu Dalam Pembentukan Karakter Siswa SD." Jurnal Ilmiah
WUNY 2.1 (2020).
Ratnasari, Nevi. PERSEPSI MAHASISWA TERHADAP URGENSI UNIT
KEGIATAN MAHASISWA (UKM) UKI ULIN NUHA SEBAGAI
PUSAT KEGIATAN KEAGAMAAN DI IAIN PONOROGO. Diss.
IAIN Ponorogo, 2020.
Rijali, Ahmad. "Analisis data kualitatif." Alhadharah: Jurnal Ilmu Dakwah
17.33 (2019): 81-95.
Saeroji, Muhammad Abdurrohim, and M. Darojad Ariyanto. Implementasi
Pendidikan Karakter Siswa Melalui Kegiatan Keagamaan di Sekolah
Menengah Pertama Muhammadiyah 5 Kecamatan Kerjo Kabupaten
Karanganyar Tahun Pelajaran 2017/2018. Diss. Universitas
Muhammadiyah Surakarta, 2018.
Silkyanti, Fella. "Analisis Peran Budaya Sekolah yang Religius dalam
Pembentukan Karakter Siswa." Indonesian Values and Character
Education Journal 2.1 (2019): 36-42.
Sulistiyani, Irma. Penanaman Nilai-nilai Religius melalui Kegiatan
Keagamaan pada Siswa di SMP PGRI 1 Sempor. Diss. IAIN
Purwokerto, 2017.
Syukri, Icep Irham Fauzan, Soni Samsu Rizal, and M. Djaswidi Al
Hamdani. "Pengaruh Kegiatan Keagamaan Terhadap Kualitas
Pendidikan." Jurnal Penelitian Pendidikan Islam,[SL] 7.1 (2019):
17-34.
Tangahu, Isma, and Lisdawati Muda. "Kepemimpinan Kepala Sekolah
dalam Mengembangkan Kegiatan Ekstrakurikuler Keagamaan di
Sekolah Dasar Negeri 01 Lemito." Jurnal Ilmiah AL-Jauhari: Jurnal
Studi Islam dan Interdisipliner 5.1 (2020): 47-76.
Utami, Septi Wahyu. "Penerapan pendidikan karakter melalui kegiatan
kedisiplinan siswa." Jurnal Pendidikan 4.1 (2019): 63-66.
Wuryandani, Wuri, Bunyamin Maftuh, and Dasim Budimansyah.
"Pendidikan karakter disiplin di sekolah dasar." Jurnal Cakrawala
Pendidikan 33.2 (2014).

29
Zahara, Siti, Umil Muhsinin, and Kiki Fatmawati. Strategi Guru Dalam
Membangun Karakter Disiplin Siswa Kelas II Dalam Pembelajaran
Daring SDN 165 Catur Rahayu Kecamatan Dendang. Diss. UIN
Sulthan Thaha Saifuddin Jambi, 2020.
Zahroh, Ni’Matuz, and Akhmad Khamdani. "Kegiatan Keagamaan Dalam
Menunjang Pembelajaran PAI Peserta Didik Di SD Yimi."
Tadrisuna: Jurnal Pendidikan Islam dan Kajian Keislaman 3.1
(2020): 17-31.
Zulaikhah, Siti. "Penguatan Pendidikan Karakter Melalui Pendidikan
Agama Islam Di Smpn 3 Bandar Lampung." Al-Tadzkiyyah: Jurnal
Pendidikan Islam 10.1 (2019): 83-93.
Zaman, Badrus. "Pembinaan Karakter Siswa Melalui Pelaksanaan Shalat
Sunnah Dhuha di Sekolah Dasar Islam Terpadu Nur Hidayah
Surakarta." TAMADDUN: Jurnal Pendidikan Dan Pemikiran
Keagamaan 18.2 (2017): 1-21.

30

Anda mungkin juga menyukai