Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH


(Nilai Rasa Hormat Dan Nilai Rasa Kepedulian)

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pendidikan Karakter

Dosen pengampu: Drs. Agus Gunawan, M.Pd

Disusun oleh :

Amanda Wulandari 20211510164


Windy Auliasari 20211510019

PGSD-2D

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS


KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS KUNINGAN
2023

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat, karunia, dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang merupakan tugas mata
kuliah Strategi Pembelajaran yang berjudul “Pendidikan karakter disekolah : Nilai rasa
hormat dan nilai kepedulian”.
Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak
yang telah memberikan dukungan, kasih, dan kepercayaan yang begitu besar. Harapan
kami, makalah ini dapat membantu dalam mencari referensi untuk membuat karya tulis
ilmiah yang baik dan benar.
Penulis memperoleh informasi ini dari berbagai sumber baik dari internet maupun
buku. Kritik dan saran kami harapkan untuk membangun makalah ini menjadi lebih
baik. Akhir kata penulis berharap agar makalah ini bermanfaat bagi pembaca dan dapat
menambah wawasan.

Kuningan, Maret 2023

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................

DAFTAR ISI...................................................................................................

DAFTAR TABEL...........................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.......................................................................................

B. Rumusan Masalah..................................................................................

C. Tujuan Penulisan.....................................................................................

D. Manfaat Penulisan...................................................................................

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Pendidikan Karakter.............................................................

B. Nilai Rasa Hormat Di Sekolah...............................................................

C. Nilai Rasa Kepedulian Di Sekolah.........................................................

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan............................................................................................

B. Saran.......................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional dalam Pasal 1 ayat (1) disebutkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, 4 kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Menurut Doni Koesoema A.
mengartikan pendidikan sebagai proses internalisasi budaya ke dalam diri individu dan
masyarakat menjadi beradab. Menurut Sudirman. Pendidikan adalah usaha yang
dijalankan oleh seseorang atau sekelompok orang untuk mempengaruhi seseorang atau
sekelompok orang lain agar menjadi dewasa atau mencapai tingkat hidup dan
penghidupan yang lebih tinggi dalam arti mantap.
Istilah karakter digunakan secara khusus dalam konteks pendidikan baru muncul
pada akhir abad 18, terminologi karakter mengacu pada pendekatan idealis spiritualis
yang juga dikenal dengan teori pendidikan normatif, dimana yang menjadi prioritas
adalah nilai-nilai transenden yang dipercaya sebagai motivator dan dominisator sejarah
baik bagi individu maupun bagi perubahan nasional. Istilah karakter berasal dari bahasa
Yunani, charassein, yang berarti to engrave atau mengukir. Sedangkan istilah karakter
secara harfiah berasal dari bahasa latin “Charakter”, yang antara lain berarti: watak,
tabiat, sifat-sifat kejiwaan, budi pekerti, kepribadian atau akhlak. Sedangkan secara
istilah menurut Mochtar, karakter diartikan sebagai sifat manusia pada umumnya dimana
manusia mempunyai banyak sifat yang tergantung dari faktor kehidupannya sendiri.
Jadi pendidikan karakter juga dapat dijelaskan sebagai suatu sistem pendidikan
yang bertujuan untuk menanamkan nilai-nilai karakter tertentu kepada peserta didik yang

1
di dalamnya terdapat komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, serta tindakan
untuk melakukan nilai-nilai tersebut.

B. Rumusan Masalah
1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan pendidikan karakter di sekolah ?
2. Jelskan dan harus bagiamana karakter nilai rasa hormat disekolah ?
3. Jelaskan dan harus bagaiamana karakter nilai rasa kepedulian di sekolah ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pendidikan karakter di sekolah
2. Untuk mengetahui karakter nilai rasa hormat di sekolah
3. Untuk mengetahui karakter niali rasa kepdeulian di sekolah

D. Manfaat
Diharapkan dapat memberikan informasi mengenai pendidikan karakter nilai rasa hormat
dan nilai rasa kepedulian dan upaya guru dan peserta didik dalam menumbuhkan nilai
rasa hormat dan nilai rasa kepdulian di sekolah.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Pendidikan Karakter Di Sekolah

Pendidikan karakter adalah pendidikan yang di selenggarakan untuk membentuk


agar peserta didik memiliki kepribadian dan perilaku yang sesuai dengan karakter seperti
dinyatakan dalam tujuan pendidikan. Pendidikan karakter di selenggarakan untuk
mendorong meningkatnya potensi, bakat, kemampuan seseorang melalui proses yang
sistematis dalam bentuk manusia yang berkarakter (indrawan et al., 2020).

Pada dasaarnya pendidikan karakter bertujuan untuk meningkatkan mutu


penyelenggara dan hasil pendidikan yang mengarah pada pencapaian pembentukan
karakter atau akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu, dan seimbang, sesuai
standar kompetensi lulusan. Melalui pendidikan karakter diharapkan oeserta didik
mampu secara mandiri meningkatkan dan menggunakan pengetahuannya, mengkaji dan
menginternalisasi serta mempersonalisasi nilai-nilai karakter dan akhlak mulia sehingga
terwujud dalam perilaku sehari-hari (Indrawan et al., 2020).

B. Nilai Hormat Di Sekolah

Sikap hormat dan tanggung jawab merupakan nilai karakter utama yang akan
melahirkan nilai-nilai yang lainnya sebagaimana menurut Lickona (1991), “ Respect and
responsibility are two foundational moral values that schools should teach. There are
such as honesty fairness, tolerance, prudence, self-discipline, he compasston,
cooperation, courage, and a host of democratic values are from of respect and/or
responsibility or ai acting respectfulty and responsibility” . Sikap hormat dan
bertanggung jawab adalah dua nilai moral dasar yang harus diajarkan di sekolah.
Beberapa nilai yang lain seperti nilai kejujuran, keadilan. toleransi, kebijaksanaan,
2
disiplin diri, tolong menolong. peduli sesama, kerja sama. keberanian, dan sikap
demokratis merupakan bentuk dari rasa hormat dan tanggung jawab ataupun sebagai
media pendukung untuk bersikap hormat dan bertanggung jawab.

1. Pengertian Sikap Hormat

Definisi sikap hormat dikemukakan oleh I.ickona (1991). "Respect means showing
regard for the worth someone or somethung. It takes three major froms: respect for
oneself. respect for other people. and respect for all fi and the environment that sustains
them". Maksudnya. rasa hormat berarti menunjukkan penghargaan terhadap seseorang
atau sesuatu. Terdapat tiga hal yang menjadi pokok. yaitu penghormatan terhadap diri
sendiri, penghormatan terhadap orang lain dan penghormatan terhadap semua bentuk
kehidupan dan lingkungan yang saling menjaga satu sama lain. Sementara menurut Akin
(1995) 1)/Respect means show ing consideraton for yourself and others. It means
showing regard fur people who are different, and for proper rules, authoriryand the
environment” 2) Show ing regard for the worth of someone or something. It includes
respect (self-esteem).respect for others, and respect for the environment, including other
life forms". Rasa hormat menunju penghargaan kita terhadap harga diri orang lain atau
hal lain selain diri kita. Terdapat juga hal yang menjadi pokok: penghormatan terhadap
diri sendiri. penghormatan terhadap orang lain, penghormatan kepada semua bentuk
kehidupan dan lingkungan yang saling menjaga satu sama lain. Penghormatan terhadap
diri sendiri mengharuskan kita untuk memperlakukan apa yang ada pada hidup kita
sebagai manusia yang memiliki nilai secara alami oleh karena itu perilaku merusak diri
merupakan manifestasi kurangnya penghormatan terhadap din sendiri seperti anarkis,
perkelahian. dan penyalahgunaan narkoba. Sehingga menurut Fathurrahman (2020)
hormat terhadap dini sendiri kemudian dijadikan pegangan bahwa kerusakan fungsi tubuh
yang diumbulkan dari penggunaan barang terlarang merupakan tindakan yang tidak
dibenarkan. Menghormati diri sendiri adalah perlakuan diri sebagai sesuatu yang
memiliki nilai inheren, artinya memandang diri sendiri sebagai manusia yang diberikan
potensi oleh Tuhan yang kemudian dimanfaatkan dengan baik tidak digunakan untuk
merusak diri sendiri. Sehingga hormat terhadap diri sendiri kemudian dijadikan pegangan

3
bahwa kerusakan fungsi tubuh yang ditimbulkan dari penggunaan barang terlarang
merupakan undakan yang tidak dibenarkan.

Sementara penghormatan terhadap orang lain mengharuskan kita untuk


memperlakukan semua orang bahkan orang yang kita benci sebagai manusia yang
memiliki nilai tinggi dan memiliki hak yang sama dengan kita sebagai individu. Hal
tersebut merupakan antisari dari Golden Rule (Perlakukanlah orang lain sebagaimana
engkau memperlakukan dirimu sendiri). Sementara Penghormatan kepada semua bentuk
kehidupan dan lingkungan, dapat dijelaskan bahwa tindakan kasar yang dilakukan
terhadap hewan juga menjadi sesuatu yang dilarang sehingga diharuskan untuk berlaku
baik dengan cara melindungi alam dan lingkungan.

2. Upaya Guru dalam menumbukan Nilai Rasa Hormat

Dalam pembelajaran di sekolah peserta didik mesti mampu memperlihatkan rasa


hormat, guru harus berupaya mencegah terjadinya perilaku menyimpang yang akan
merusak norma yang berlaku. Oleh karena itu cara untuk mengangkat rasa hormat
meliputi:

1. Menciptakan lingkungan kelas yang demokratis. dimana semua hak peserta


pembelajaran dihormati. Perlihatkan diri sendiri pada setiap peserta didik setiap
hari
2. Berharap peserta pembelajaran menjadi sopan dan santun. Kekonsistenan dengan
mengunakan model "silahkan" "terima kasih”, “permisi”, dan sebagainya
3. Benar-benar mendengarkan setiap pendapat dan kontribusi dari peserta
pembelajaran. Buat aturan kepada peserta didik agar mereka memperlihatkan
penuh rasa hormat kepada yang lain
4. Perlihatkan perhargaan pada perbedaan. Ciptakan suatu suasana dimana
perbedaan individu itu dirayakan, dan semua peserta pembelajaran merasa
menyatu dan saling ketergantungan:
5. Didik peserta pembelajaran dengan proses keputusan yang sederhana dan dorong
mereka untuk menggunakan itu. Kemampuan rasa hormat mereka untuk

4
memutuskan diri mereka sendirian. Layani mereka sebagai penasihat dan
konsultan
6. Saat peserta pembelajaran merasa susah untuk memahami bagaimana dampak
perilaku mereka terhadap yang lain, sarankan mereka menerapkan latihan
reversibility, Tanya pada mereka, “apakah kamu ingin untuk menerima treatment
semacam ini?
(Akin. et.all, 1995).

3. Perwujudan dari sikap hormat peserta didik di sekolah dapat terlihat dari
perilaku mereka dalam :

1. bersikap sopan dan santun kepada warga sekolah.


Sopan dan santun ditunjukan dengan perbuatan atau perilaku yang sesuai dengan
norma dan adat isuadat yang berlaku pada masyarakat setempat, sopan dapat
terlihat pada tingkah-laku seperti menggunakan pakaian yang baik dan menutup
aurat, cara berjalan di depan orang yang lebih dewasa dengan menundukkan
kepala, serta santun dapat diwujudkan dalam gaya berbicara dengan teman yang
lebih dewasa. sebaya, maupun dibawah usianya atau menggunakan bahasa yang
baik seperti mengucapkan terima kasih. maaf. tolong. pujian, dan memberikan
dorongan/ motivasi kepada peserta didik yang lain dan kepada guru
2. menghormati aturan yang telah ditetapkan
Menghormati aturan adalah taat pada peraturan yang berlaku baik lingkungan
keluarga. sekolah. maupun df masyarakat.
3. menghargai perbedaan pendapat. suku, agama. maupun ras.
dalam hal mengahargai perbedaan. peserta didik diupayakan untuk menanamkan
kerja sama sekalipun berbeda latar belakang, peserta didik perlu menyadiri
tentang kedudukannya, baik df kelas maupun di luar kelas.

Jadi hormat dan patuh kepada guru harus diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Baik ketika bertemu di sekolahan maupun di jalan. Contoh hormat dan patuh kepada guru
dapat dilakukan dengan beberapa cara, di antaranya sebagai berikut: Rendah hati, sopan,
dan menghargai guru. Mereka adalah orangtua di sekolah. Mengucapkan salam ketika
bertemu dengannya. Memerhatikan dan mendengarkannya di dalam maupun di luar

5
kelas. Melaksanakan serta mematuhi perintah dan nasehatnya dengan ikhlas. Sementara
cara yang dapat dilakukan seorang siswa dalam hormat dan patuh terhadap guru, yakni:
Menghormati dan memuliakannya, mengikuti nasihatnya. Mengamalkan ilmunya dan
membaginya kepada orang lain. Tidak melawan, menipu, dan membuka rahasia guru.
Memuliakan keluarga dan sahabat karib guru. Murid harus mengikuti sifat guru yang
baik akhlak, tinggi ilmu dan keahlian, berwibawa, santun dan penyayang. Murid harus
memuliakan guru dan meyakini ilmunya. Menghormati dan selalu mengenangnya,
meskipun sudah wafat. Murid mendoakan keselamatan guru. Menunjukkan rasa terima
kasih terhadap ajaran guru. Berlaku sopan ketika berhadapan dengan guru, misalnya;
duduk dengan tawadu’, menyimak perkataan guru dan tidak membuat guru mengulangi
perkataan. Tidak berpaling atau menoleh tanpa keperluan jelas, terutama saat guru
berbicara kepadanya. Berkomunikasi dengan guru secara santun dan lemah-lembut

C. Nilai Kepedulian Di Sekolah

1. Pengertian Nilai Kepedulian

Peduli merupakan terhadap sesuatu diluar dari dirinya sendiri. Peduli juga sering
dihubungkan dengan kehangatan, postif, penuh makna, dan hubungan (Phillips, 2007).
Boyatzis dan McKee (2005) menegaskan bahwa kepedulian merupakan wujud nyata dari
empati dan perhatian.

Manusia merupakan makhluk sosial, makhluk yang tidak dapat hidup sendiri dan
selalu membutuhkan bantuan oranglain dalam menjalani kehidupannya. Darmiyati Zuchdi
(2011: 170) menjelaskan bahwa, peduli sosial merupakan sikap dan tindakan yang selalu
ingin memberi bantuan kepada masyarakat yang membutuhkan. Oleh karena itu kita
sebagai makhluk sosial harus peduli antar sesama.

Menurut Swanson (2000), ada lima dimensi penting dalam kepedulian.


1. Mengetahui Berusaha keras memahami kejadian- kejadian yang memiliki makna
dalam kehidupan orang lain. Pada aspek ini menghindari asumsi tentang kejadian
yang dialami orang lain sangat penting, berpusat pada kebutuhan orang lain,

6
melakukan penilaian yang mendalam, mencari isyarat verbal dan nonverbal, dan
terlibat pada kedua isyarat tersebut.
2. Turut hadir Hadir secara emosi dengan menyampaikan ketersedian, berbagi
perasaan, dan memantau apakah orang lain terganggu atau tidak dengan emosi yang
diberikan.
3. Melakukan Melakukan sesuatu bagi orang lain, seperti melakukannya untuk diri
sendiri, apabila memungkinkan, seperti menghibur, melindungi, dan
mendahulukan, seperti melakukan tugas-tugas dengan penuh keahlian dan
kemampuansaat mempertahankan martabat.
4. MemungkinkanMemfasilitasi perjalanan hidup dan kejadian yang tidak biasa yang
dimiliki oleh orang lain dengan memberikan informasi, memberikan penjelasan,
memberikan dukungan, fokus pada perhatian yang sesuai, dan memberikan
alternatif.
5. Mempertahankan keyakinan Mendukung keyakinan orang lain akan
kemampuannya menjalani kejadian atau masa transisi dalam hidupnya dan
menghadapi masa yang akan datang dengan penuh makna. Tujuan tersebut untuk
memungkinkan orang lain dapat memaknai dan memelihara sikap yang penuh
harapan.

2. Peduli Sosial Salah Satu Pendidikan Karakter

Dalam pendidikan karakter terdapat beberapa karakter yang ingin dikembangkan


oleh pemerintah dan satuan pendidikan, misalnya karakter religius, kejujuran, toleransi,
disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan,
cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat/komunikatif, cinta damai, gemar
membaca, peduli akan lingkungan, peduli sosial dan bertanggung jawab.
Ada sekitar 18 karakter yang diusulkan oleh pemerintah untuk dikembangkan
oleh seorang guru terhadap peserta didik.Salah satu karakter terpenting yang perlu untuk
dikembangkan oleh guru terhadap peserta didik adalah karakter peduli sosial. Menurut
Retno Listyarti (2012: 7) peduli sosial adalah sikap dan tindakan yang selalu ingin
memberi bantuan pada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan. Sedangkan
menurut KBBI (2008: 1036) yang dimaksud dengan peduli sosial adalah sikap

7
mengindahkan (memprihatinkan) sesuatu yang terjadi dalam masyarakat. Sedangkan
menurut Pusat Studi PAUD Lembaga Penelitian Universitas Negeri Yogyakarta, peduli
sosial atau peduli terhadap sesama adalah suatu sikap anak yang mampu memahami
kondisi orang lain sesuai dengan pandangan orang lain tersebut, bukan sesuai dengan
pandangannya sendiri. Pemahaman sikap ini harus dengan latihan-latihan dengan cara
anak dihadapkan pada situasi nyata (2009: 15-16).
Di dalam kepedulian sosial, peserta didik diharapkan mampu mengembangkan
sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan kepada orang lain. Karakter peduli
sosial ini dibutuhkan peserta didik sebagai bekal untuk hidup di lingkungan sosialnya.
Unsur sosial yang terpenting yaitu interaksi di antara manusia (S. Nasution, 1983: 14).
Hal yang sangat ditakuti saat peserta didik berinteraksi dengan peserta didik yang lain
adalah pilih-pilih teman. Anak akan cenderung memilih teman yang satu golongan
dengannya. Misalnya anak yang termasuk golongan atas hanya mau berteman dengan
anak yang segolongan dengannya. Sedangkan anak yang memiliki golongan rendah
merasa malu dan enggan untuk berteman dengan anak yang bergolongan lebih tinggi.
Pada kenyataannya sistem golongan sosial menimbulkan batas-batas dan rintangan
ekonomi, kultural, dan sosial yang mencegah pergaulan dengan golongan-golongan lain
(S. Nasution, 1983: 32).
Salah satu tujuan dari pendidikan karakter adalah untuk menghindari terjadinya
batas-batas pergaulan dalam golongan-golongan yang ada di lingkungan kelas tersebut.
Tujuan yang lain dari pendidikan karakter adalah untuk membentuk bangsa yang
tangguh, kompetitif, berakhlak mulia, bermoral, bertoleran, bergotong royong, berjiwa
patriotik, berkembang dinamis, berorientasi ilmu pengetahuan dan teknologi yang
semuanya dijiwai oleh iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa (Sri Narwanti,
2011: 16). Sikap gotong royong inilah yang akan dibangun di dalam diri peserta didik di
sekolah yang diharapkan dapat menghapuskan pergaulan yang selalu pilih- pilih.

3. Peran Guru Dalam Mengembangkan Karakter Peduli Sosial Dalam Kegiatan


Pembelajaran di Kelas

Berbagai komponen pendidikan di sekolah sangat mendukung tercapainya tujuan


pendidikan. Salah satu komponen sentral dalam system pendidikan adalah peserta didik.

8
Sosok peserta didik umumnya merupakan sosok anak yang membutuhkan bantuan orang
lain untuk bisa tumbuh dan berkembang ke arah kedewasaan (Dwi Siswoyo, dkk, 2008:
87).
Gurulah yang berperan sebagai orang lain dalam membantu peserta didik untuk bisa
tumbuh dan berkembang ke arah kedewasaan. Di dalam proses pembelajaran juga perlu
diciptakan budaya peduli sosial. Banyak hal yang bisa dilakukan oleh guru dalam
menciptakan budaya peduli sosial ini. Budaya yang perlu dibangun di dalam kelas saat
pembelajaran yang berkaitan dengan karakter peduli sosial misalnya menciptakan
interaksi sosial yang baik, saling menghormati dan mendukung satu sama lain.
Interaksi sosial adalah hubungan timbal balik antara individu yang satu dengan
individu yang lain. Kegiatan interaksi sosial jika dilakukan dengan baik akan
mengembangkan sikap/karakter peduli sosial. Salah satu cara yang dapat dipakai seorang
guru dalam meletakkan landasan kerja agar terjadi partisipasi diskusi yang lebih baik
adalah dengan memulai tahun ajaran dengan kegiatan-kegiatan yang dapat membantu
siswa lebih nyaman dengan satu sama lain (Thomas Lickona, 2008: 129).

9
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Hormat dan Kepedulian merupakan nilai dalam pendidikan karakter, oleh
karena itu satuan pendidikan utamanya sekolah dituntut untuk mengenalkan,
memahami, menginternalisasi dan berusaha untuk diwujudkan dalam
kehidupan sehari-hari di sekolah. Hormat dan kepedulian merupakan
landasan,tidak hanya dibolehkan tetapi mengharuskan para guru untuk
memberikan pendidikan tersebut untuk membangun manusia-manusia yang
secara etis berilmu dan dapat memposisikan diri mereka sebagai bagian dari
masyarakat yang bertanggung jawab.
B. Saran
Harapan kami, makalah ini dapat membantu pembaca dalam mencari
referensi. Penulis juga mengharapkan kritik dan saran yang membangun dalam
makalah ini untuk lebih baik kedepannya. Dan diharapkan, pembaca mencari dan
membaca sumber referensi lain sebagai bahan perbandingan dengan makalah ini.

10
DAFTAR PUSTAKA

Efendi, R., & Ningsih, A. R. (2022). Pendidikan Karakter di Sekolah. Penerbit Qiara


Media.
Sulistiawati, A., & Nasution, K. (2022). Upaya Penanaman Pendidikan Karakter di
Sekolah Dasar Telaah Pendekatan Struktural Fungsional Talcott
Parsons. Jurnal Papeda: Jurnal Publikasi Pendidikan Dasar, 4(1), 24-33.
Faslia, F., Irwan, I., Agus, J., & Syahirah, Y. (2023). Edukasi Pendidikan Karakter
Disiplin, Tanggung Jawab dan Rasa Hormat pada Siswa Sekolah Dasar. Jurnal
Abdidas, 4(1), 14-21.

11

Anda mungkin juga menyukai