Anda di halaman 1dari 17

Visi

Pada tahun 2028 menghasilkan perawat vokasi yang unggul dalam penerapan keterampilan
keperawatan lansia berbasis IPTEK Keperawatan

MAKALAH PENDIDIKAN KARAKTER


“Konsep Pendidikan Karakter”

Dosen Pembimbing : Suliswati, S.Kep.,M.Kes.


Kelas : 1 Reguler B
ANGGOTA KELOMPOK :

1. Septiah Lestari (P3.73.20.1.19.071)


2. Yaasiqa Dwi Atmaja (P3.73.20.1.19.077)
3. Yosevphina Loka (P3.73.20.1.19.078)
4. Yuni Eka Ramadhani (P3.73.20.1.19.079)
5. Yunita Putri (P3.73.20.1.19.080)

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAKARTA III
TAHUN 2019
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah. Puji syukur hanya milik Allah SWT. Hanya karena izin-Nya kami dapat
menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Tak lupa kami kirimkan shalawat serta salam
kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW, beserta keluarganya, para sahabatnya, dan
seluruh insan yang dikehendaki-Nya. Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas
kelompok mata kuliah Pendidikan Karakter yang berjudul “Konsep Pendidikan Karakter”

Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran konstruktif dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini di
kemudian hari. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyelesaian makalah ini.

Bekasi,26 Maret 2020

Tim Penyusun

i
Daftar Isi
KATA PENGANTAR....................................................................................................................................................I
DAFTAR ISI..................................................................................................................................................................II
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................................................................1
A. LATAR BELAKANG.............................................................................................................................................. 1
B. RUMUSAN MASALAH.......................................................................................................................................... 1
C. TUJUAN....................................................................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN............................................................................................................................................... 3
A. PENGERTIAN......................................................................................................................................................... 3
B. TUJUAN FUNGSI DAN MEDIA........................................................................................................................... 4
C. PENTINGNYA PENDIDIKAN KARAKTER...................................................................................................... 4
D. RUANG LINGKUP PENDIDIKAN KARAKTER...............................................................................................5
E. PENGEMBANGAN DISPLIN MAHASISWA..................................................................................................... 6
F. KEMANDIRIAN...................................................................................................................................................... 6
G. ASPEK KARAKTER.............................................................................................................................................. 7
H. KOMPETENSI KEPROFESIONAL.....................................................................................................................8
I. PERAN PENDIDIKAN DALAM PENANAMAN KARAKTER....................................................................... 11
BAB III PENUTUP.....................................................................................................................................................13
A. KESIMPULAN.......................................................................................................................................................13
B. SARAN.................................................................................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................................................14

ii
BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pendidikan karakter akhir-akhir ini semakin banyak diperbincangkan di tengah tengah
masyarakat Indonesia. Sikap dan perilaku masyarakat dan bangsa Indonesia sekarang cenderung
mengabaikan nilai-nilai luhur yang sudah lama dijunjung tinggi dalam sikap dan perilaku sehari-
hari. Nilai-nilai karakter mulia, seperti kejujuran, kesantunan, kebersamaan, dan religius, sedikit
demi sedikit mulai terganti oleh budaya asing sehingga nilai-nilai karakter tersebut tidak lagi
dianggap penting.
Beberapa negara yang telah menerapkan pendidikan karakter sejak pendidikan dasar di
antaranya adalah Amerika Serikat, Jepang, Cina, dan Korea. Hasil penelitian di negara-negara ini
menyatakan bahwa implementasi pendidikan karakter yang tersusun secara sistematis berdampak
positif pada pencapaian akademis.
Sebagai bagian dari bangsa Indonesia yang memiliki peradaban yang mulia, dan peduli
dengan pendidikan bangsa, sudah seharusnya kita berupaya untuk menumbuhkan nilai-nilai itu
kembali. Salah satu upaya ke arah itu adalah melakukan pembinaan karakter di semua aspek
kehidupan masyarakat, terutama melalui bidang pendidikan. Pendidikan merupakan salah satu
aspek penting dalam pembentukan karakter. Oleh karena itu, di dalam makalah ini akan dibahas
mengenai konsep dasar pendidikan karakter.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian dari pendidikan karakter?
2. Apa tujuan dari pendidikan karakter?
3. Apa fungsi dari pendidikan karakter?
4. Apa saja media dari pendidikan karakter?
5. Apa itu ruang lingkup pendidikan karakter?
6. Bagaimana pengembangan disiplin mahasiswa di kampus?
7. Apa itu kemandiran dalam pendidikan karakter?
8. Bagaimana cara membangun aspek kerakter\

1
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui apa pengertian dari pendidikan karakter?
2. Untuk mengetahui apa tujuan dari pendidikan karakter?
3. Untuk mengetahui apa fungsi dari pendidikan karakter?
4. Untuk mengetahui apa saja media dari pendidikan karakter?
5. Untuk mengetahui apa itu ruang lingkup pendidikan karakter?
6. Untuk mengetahui bagaimana pengembangan disiplin mahasiswa di kampus?
7. Untuk mengetahui apa itu kemandiran dalam pendidikan karakter?
8. Untuk mengetahui bagaimana cara membangun aspek kerakter

2
BAB II

PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Kata “karakter” mempunyai banyak sekali definisi dari para ahli. Menurut Poerwadarminta,
kata karakter berarti tabiat, watak sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang
membedakan seseorang dengan orang lain. Lebih jauh seorang tokoh psikologi Amerika yang
bernama Alport, mendefinisikan karakter sebagai penentu bahwa seseorang sebagai pribadi
(character is personality evaluated). Sedangkan menurut Ahmad Tafsir menganggap bahwa
karakter yaitu spontanitas manusia dalam bersikap, atau perbuatan yang telah menyatu dalam diri
manusia, sehingga ketika muncul tidak perlu dipikirkan lagi

Pendidikan karakter juga diartikan sebagai upaya penanaman kecerdasan dalam berfikir,
penghayatan dalam bentuk sikap, dan pengamalan dalam bentuk perilaku yang sesuai dengan
nilai-nilai luhur yang menjadi jati dirinya, diwujudkan dalam interaksi dengan Tuhannya, diri
sendiri, masyarakat dan lingkungannya.

Thomas Lickona. Lickona (1991) menyatakan bahwa pendidikan karakter adalah suatu usaha
yang disengaja untuk membantu seseorang sehingga ia dapat memahami, memperhatikan, dan
melakukan nilai-nilai etika yang inti. Pengertian yang disampaikan Lickona di atas
memperlihatkan adanya proses perkembangan yang melibatkan pengetahuan (moral knowing),
perasaan (moral feeling), dan tindakan (moral action), sekaligus juga memberikan dasar yang
kuat untuk membangun pendidikan karakter yang koheren dan komprehensif.

3
B. TUJUAN FUNGSI DAN MEDIA
Pendidikan karakter pada intinya bertujuan membentuk bangsa yang tangguh, kompetitif,
berakhlak mulia, bermoral, bertoleransi tinggi, bergotong royong, berjiwa patriotik, berkembang
dinamis, berorientasi ilmu pengetahuan dan teknologi yang semuanya dijiwai oleh iman dan
takwa kepada Tuhan yang Maha Esa berdasarkan Pancasila.

Pendidikan karakter berfungsi untuk :

1. Mengembangkan potensi dasar agar berhati baik, berpikiran baik, dan berperilaku baik
2. Memperkuat dan membangun perilaku bangsa yang multikultur
3. Meningkatkan peradaban bangsa yang kompetitif dalam pergaulan dunia.
Pendidikan karakter dilakukan melalui berbagai media yang mencakup keluarga, satuan
pendidikan, masyarakat sipil, masyarakat politik, pemerintah, dunia usaha, dan media massa.
Pendidikan karakter dimulai pertama kali dari keluarga,kedua sekolah ketiga lingkungan sosial.
Pendidikan karakter ini harus dilakukan oleh semua pihak. Kerjasama yang baik antara orang tua,
guru dan masyarakat, akan membantu dalam proses pelaksanaan pendidikan karakter, sehingga
akan tercapai tujuan yang dikehendaki bersama.

C. PENTINGNYA PENDIDIKAN KARAKTER


Penguatan pendidikan moral atau pendidikan karakter di masa sekarang sangat perlu untuk
mengatasi krisis moral yang sedang melanda bangsa ini. meningkatnya pergaulan bebas,
maraknya angka kekerasan anak-anak dan remaja, kejahatan seperti pencurian, perampokan,
penggunanaan narkoba dan pornografi, serta korupsi sudah menjadi masalah sosial yang hingga
saat ini belum dapat diatasi secara tuntas.

Menurut Lickona ada tujuh alasan mengapa pendidikan karakter itu harus disampaikan:

1. Merupakan cara terbaik untuk menjamin anak-anak (siswa) memiliki kepribadian yang
baik dalam kehidupannya;

2. Merupakan cara untuk meningkatkan prestasi akademik;

3. Sebagian siswa tidak dapat membentuk karakter yang kuat bagi dirinya di tempat lain;

4
4. Mempersiapkan siswa untuk menghormati pihak atau orang lain dan dapat hidup dalam
masyarakat yang beragam;

5. Berangkat dari akar masalah yang berkaitan dengan problem moral-sosial, seperti
ketidaksopanan, ketidakjujuran, kekerasan, pelanggaran kegiatan seksual, dan etos kerja
(belajar) yang rendah;

6. Merupakan persiapan terbaik untuk menyongsong perilaku di tempat kerja; dan

7. Mengajarkan nilai-nilai budaya merupakan bagian dari kerja peradaban.

D. RUANG LINGKUP PENDIDIKAN KARAKTER


Pendidikan karakter dilakukan melalui berbagai ruang lingkup yaitu: keluarga, satuan
pendidikan, masyarakat, pemerintah, dunia usaha, dan media massa.

1. Lingkup Keluarga, merupakan wahana pembelajaran dan pembiasaan nilai-nilai kebaikan


yang dilakukan oleh orang tua dan orang dewasa lain di keluarga, sehingga melahirkan
anggota keluarga yang berkarakter.
2. Lingkup satuan pendidikan, merupakan wahana pembinaan dan pengembangan karakter
yang dilaksanakan dengan pendekatan sebagai berikut:
a. Pengintegrasian pada semua mata pelajaran;
b. Pengembangan budaya sekolah;
c. Melalui kegiatan kurikuler dan ekstra kurikuler;
d. Pembiasaan perilaku dalam kehidupan sehari-hari di lingkungan sekolah.
3. Lingkup pemerintahan, merupakan wahana pengembangan karakter bangsa melalui
keteladanan penyelenggara negara, elit pemerintah, elit politik dan konsep akan
pentingnya pendidikan karakter.
4. Lingkup Masyarakat sipil, merupakan wahana pengembangan dan pendidikan karakter
melalui keteladanan tokoh dan pemimpin masyarakat serta berbagai kelompok
masyarakat yang tergabung dalam organisasi sosial.
5. Lingkup masyarakat politik, merupakan wahana untuk melibatkan warga negara dalam
penyaluran aspirasi politik.
6. Lingkup Dunia Usaha, merupakan wahana interaksi para pelaku sektor riil yang
menopang bidang perekonomian nasional, yang ditandai misalnya menguatnya daya
saing dan meningkatnya lapangan kerja.

5
7. Lingkup media massa, merupakan fungsi dan sistem yang memberi pengaruh signifikan
terhadap publik, terutama terkait dengan pengembangan nilai-nilai kehidupan, nilai-nilai
kebaikan, nilai-nilai jati diri bangsa. Media massa perlu bersifat selektif dalam
pemberitaan dan program tayangannya.

E. PENGEMBANGAN DISPLIN MAHASISWA


Seorang mahasiswa perlu memiliki sikap disiplin dengan melakukan latihan yang memperkuat
dirinya sendiri untuk selalu terbiasa patuh dan mempertinggi daya kendali diri. Sikap disiplin
yang timbul dari kesadarannya sendiri akan dapat lebih memacu dan tahan lama, dibandingkan
dengan sikap disiplin yang timbul karena adanya pengawasan dari orang lain. Seorang
mahasiswa yang bertindak disiplin karena ada pengawasan ia akan bertindak semaunya dalam
proses belajarnya apabila tidak ada pengawas. Karena itu perlu ditegakkan di bangku
perkuliahan berupa koreksi dan sanksi.

Menurut Maman Rachman dalam Tu’u (2004) pentingnya disiplin bagi mahasiswa sebagai
berikut:

a. Memberi dukungan bagi terciptanya perilaku yang tidak menyimpang.


b. Membantu mahasiswa memahami dan meyesuaikan diri dengan tuntutan lingkungan.
c. Cara menyelesaikan tuntutan yang ingin ditunjukkan peserta didik terhadap lingkungannya.
d. Untuk mengatur keseimbangan keinginan individu satu dengan individu lainnya.
e. Menjauhi mahasiswa melakukan hal-hal yang dilarang .
f. Mendorong mahasiswa melakukan hal-hal yang baik dan benar.
g. Peserta didik belajar hidup dengan kebiasaan-kebiasaan yang baik, positif dan bermanfaat
baginya dan lingkungannya.
h. Kebiasaan baik itu menyebabkan ketenangan jiwanya dan lingkungannya.

F. KEMANDIRIAN
Karakter kemandirian adalah proses yang menyangkut unsur-unsur normatif. ini mengandung
makna bahwa kemandirian merupakan suatu proses yang terarah. karena perkembangan
kemandirian sejalan dengan hakikat eksistensial manusia, maka arah perkembangan tersebut
harus sejalan dengan dan berlandaskan pada tujuan hidup manusia.

6
Berikut adalah ciri-ciri kemandirian dalam diri manusia

1. Ada rasa tanggung jawab

2. Mampu bekerja sendiri secara mandiri (jarang meminta pertolongan orang lain)

3. Memiliki sikap kreatif,

4. Punya insiatif,

5. Menguasa ketrampilan dan keahlian sesuai dengan bidang kerjanya

6. Menghargai waktu

7. Punya rasa aman jika memiliki pendapat yang berbeda dengan orang lain

8. Memiliki menyelesaikan persoalan

9. Mampu menimbangan dengan baik problem yang dihadapi secara intelegen

10. Puas dengan pekerjaan yang dilakukannya.

11. Punya percaya diri

12. Dapat melayani diri sendiri, terutama untuk hal-hal pribadi

G. ASPEK KARAKTER
Dalam mendidik aspek karakter meliputi 3 aspek, Aspek Moralitas, Aspek Religiusitas, Aspek
Psikologi

1.Aspek Moralitas

John Dewey berpendapat bahwa pendidikan moral menjadi hal yang utama bagi misi
setiap sekolah. Pandangan Dewey ini dilatarbelakangi oleh realitas sosial yang semakin
kompleks di satu sisi, dan fungsi serta tujuan pendidkan di sisi lain. Pandangan Dewey diatas
menunjukkan bahwa memang pertama kali dan yang paling utama dalam pendidikan adalah
pendidikan moral. Oleh karena itu, di dalam pendidikan karakter terdapat aspek utama yang
bahkan menjadi unsur utama dari keberadaan pendidikan karakter yaitu pendidikan moral atau
moralitas itu sendiri

7
2.Aspek Religiusitas

Posisi agama dalam pendidikan karakter di samping menjadi fondasi juga menjadi
kontributor bagi rumusan tolak ukur batasan-batasan good character yang dimaksudkan. Tanpa
menempatkan agama sebagai salah satu aspek dalam menimbang-rumuskan pendidikan karakter
akan menjadikan pendidikan karakter kering dari nuansa-nuansa dinamis di dalamnya. Namun
demikian, mesti juga dipertimbangkan bahwa karakter manusia baik dalam konteks individu
maupun sosial menunjukkan kompleksitas disorientasinya sehingga muncul manusia-manusia
yang tidak berkarakter.

3.Aspek Psikologi

Aspek psikologi, karakter inheren di dalam dimensi psikologis manusia. Melihat dan
memahami serta memproyeksikan suatu karakter tanpa melihat dimensi kejiwaan manusia akan
muspro karena rancangan bangun karakter manusia ada dan berfondasi pada dimensi kejiwaan
manusia. Dimensi ini dalam pandangan Lickona sebagai bentuk dari the emotional side of
character. Menurutnya, sisi emosional karakter seperti sisi intelektual yang sangat terbuka untuk
dikembangkan baik di lingkungan sekolah maupun di keluarga.

H. KOMPETENSI KEPROFESIONAL
Kompetensi keprofesionalan yang berkarakter :

1) Kompetensi Pedagogik

Kompetensi pedagogik meliputi pemahaman guru terhadap peserta didik, perancangan dan
pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk
mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. Secara rinci setiap subkompetensi
dijabarkan menjadi indikator esensial sebagai berikut;

a) Memahami peserta didik secara mendalam memiliki indikator esensial: memahami


peserta didik dengan memanfaatkan prinsip-prinsip perkembangan kognitif; memahami
peserta didik dengan memanfaatkan prinsip-prinsip kepribadian; dan mengidentifikasi
bekal ajar awal peserta didik.
b) Merancang pembelajaran, termasuk memahami landasan pendidikan untuk kepentingan
pembelajaran memiliki indikator esensial: memahami landasan kependidikan;

8
menerapkan teori belajar dan pembelajaran; menentukan strategi pembelajaran
berdasarkan karakteristik peserta didik, kompetensi yang ingin dicapai, dan materi ajar;
serta menyusun rancangan pembelajaran berdasarkan strategi yang dipilih.
c) Melaksanakan pembelajaran memiliki indikator esensial: menata latar (setting)
pembelajaran; dan melaksanakan pembelajaran yang kondusif.
d) Merancang dan melaksanakan evaluasi pembelajaran memiliki indikator esensial:
merancang dan melaksanakan evaluasi (assessment) proses dan hasil belajar secara
berkesinambungan dengan berbagai metode; menganalisis hasil evaluasi proses dan hasil
belajar untuk menentukan tingkat ketuntasan belajar (mastery learning); dan
memanfaatkan hasil penilaian pembelajaran untuk perbaikan kualitas program
pembelajaran secara umum.
e) Mengembangkan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensinya, memiliki
indikator esensial: memfasilitasi peserta didik untuk pengembangan berbagai potensi
akademik; dan memfasilitasi peserta didik untuk mengembangkan berbagai potensi
nonakademik.

2) Kompetensi Kepribadian

Kompetensi kepribadian merupakan kemampuan personal yang mencerminkan


kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik,
dan berakhlak mulia. Secara rinci subkompetensi tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut:

a) Kepribadian yang mantap dan stabil memiliki indikator esensial: bertindak sesuai dengan
norma hukum; bertindak sesuai dengan norma sosial; bangga sebagai guru; dan memiliki
konsistensi dalam bertindak sesuai dengan norma.
b) Kepribadian yang dewasa memiliki indikator esensial: menampilkan kemandirian dalam
bertindak sebagai pendidik dan memiliki etos kerja sebagai guru.
c) Kepribadian yang arif memiliki indikator esensial: menampilkan tindakan yang
didasarkan pada kemanfaatan peserta didik, sekolah, dan masyarakat serta menunjukkan
keterbukaan dalam berpikir dan bertindak.
d) Kepribadian yang berwibawa memiliki indikator esensial: memiliki perilaku yang
berpengaruh positif terhadap peserta didik dan memiliki perilaku yang disegani.

9
e) Akhlak mulia dan dapat menjadi teladan memiliki indikator esensial: bertindak sesuai
dengan norma religius (iman dan taqwa, jujur, ikhlas, suka menolong), dan memiliki
perilaku yang diteladani peserta didik.

3) Kompetensi Sosial

Kompetensi sosial merupakan kemampuan guru untuk berkomunikasi dan bergaul secara
efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta didik,
dan masyarakat sekitar. Kompetensi ini memiliki subkompetensi dengan indikator esensial
sebagai berikut:

a) Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik memiliki
indikator esensial: berkomunikasi secara efektif dengan peserta didik.
b) Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan sesama pendidik dan tenaga
kependidikan.
c) Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan orang tua/wali peserta didik
dan masyarakat sekitar.

4) Kompetensi Profesional

Kompetensi profesional merupakan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan


mendalam, yang mencakup penguasaan materi kurikulum mata pelajaran di sekolah dan
substansi keilmuan yang menaungi materinya, serta penguasaan terhadap stuktur dan metodologi
keilmuannya. Setiap subkompetensi tersebut memiliki indikator esensial sebagai berikut:

a) Menguasai substansi keilmuan yang terkait dengan bidang studi memiliki indikator
esensial: memahami materi ajar yang ada dalam kurikulum sekolah; memahami struktur,
konsep dan metode keilmuan yang menaungi atau koheren dengan materi ajar; memahami
hubungan konsep antar mata pelajaran terkait; dan menerapkan konsep-konsep keilmuan
dalam kehidupan sehari-hari.
b) Menguasai struktur dan metode keilmuan memiliki indikator esensial menguasai langkah-
langkah penelitian dan kajian kritis untuk memperdalam pengetahuan/materi bidang studi.

Keempat kompetensi tersebut di atas bersifat holistik dan integratif dalam kinerja guru. Oleh
karena itu, secara utuh sosok kompetensi guru meliputi

10
a) pengenalan peserta didik secara mendalam
b) penguasaan bidang studi baik disiplin ilmu (disciplinary content) maupun bahan
ajar dalam kurikulum sekolah
c) penyelenggaraan pembelajaran yang mendidik yang meliputi perencanaan dan
pelaksanaan pembelajaran, evaluasi proses dan hasil belajar, serta tindak lanjut
untuk perbaikan dan pengayaan dan
d) pengembangan kepribadian dan profesionalitas secara berkelanjutan

I. PERAN PENDIDIKAN DALAM PENANAMAN KARAKTER


Sistem pendidikan yang ada di Indonesia terlalu banyak berorientasi dengan pengembangan
otak kiri (kognitif), serta kurang mengembangkan otak kanan (afektif, empati, rasa). Padahal
pengembangan karakter lebih berkaitan dengan optimalisasi otak kanan. Mata pelajaran yang
berkaitan dengan otak kanan pun (seperti budi pekerti, agama) pada prakteknya lebih banyak
mengoptimalkan otak kiri ( seperti “hapalan”, atau hanya sekedar tahu).

Padahal pembentukan karakter harus dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan yang
melibatkan aspek “knowledge, feeling, loving dan acting”. Pembentukan karakter dapat
diibaratkan sebagai pembentukan seseorang menjadi body builder (binaragawan) yang
memerlukan “latihan otot-otot akhlak” secara terus menerus agar menjadi kokoh dan kuat.

Pada dasarnya, anak yang kualitas karakternya rendah adalah anak yang tingkat
perkembangan emosi-sosialnya rendah, sehingga anak beresiko besar mengalami kesulitan dalam
belajar, berinteraksi sosial, dan tidak mampu mengontrol diri. Mengingat pentingnya penanaman
karakter di usia dini dan mengingat usia prasekolah merupakan masa persiapan untuk sekolah
yang sesungguhnya, maka penanaman karakter yang baik di usia prasekolah merupakan hal yang
sangat penting untuk dilakukan.

Thomas Lickona (1991) mendefinisikan orang yang berkarakter sebagai sifat alami seseorang
dalam merespons situasi secara bermoral—yang dimanifestasikan dalam tindakan nyata melalui
tingkah laku yang baik, jujur, bertanggung jawab, menghormati orang lain dan karakter mulia
lainnya. Pengertian ini mirip dengan apa yang diungkapkan oleh Aristoteles, bahwa karakter itu
erat kaitannya dengan “habit” atau kebiasaan yang terus menerus dilakukan.

11
Menurut Berkowitz dkk.(1998), kebiasaan berbuat baik tidak selalu menjamin bahwa
manusia yang telah terbiasa tersebut secara sadar (cognition) menghargai pentingnya nilai-nilai
karakter (valuing). Misalnya seseorang yang terbiasa berkata jujur karena takut mendapatkan
hukuman, maka bisa saja orang ini tidak mengerti tingginya nilai moral dari kejujuran itu sendiri.
Oleh karena itu, pendidikan karakter memerlukan juga aspek emosi.

Oleh Lickona (1991), komponen ini adalah disebut “desiring the good” atau keinginan untuk
berbuat baik.Pendidikan tidak lagi mementingkan kecerdasan otak kiri (IQ), yang lazim disebut
headstart. Namun, saat ini yang lebih dipentingkan adalah kecerdasan emosi yang lebih banyak
menggunakan otak kanan, yang disebut heartstart. Pada metode headstart, anak ditekankan
“harus bisa” sehingga ada kecenderungan anak dipaksa belajar terlalu dini. Hal ini membuat
anak stres, karena ada ketidaksesuaian dengan dunia bermain dan bereksplorasi yang saat itu
sedang dialaminya. Sebaliknya, pola heartstart menekankan pentingnya anak mendapatkan
pendidikan karakter (social emotional learning), belajar dengan cara yang menyenangkan (joyful
learning), dan terlibat aktif sebagai subjek bukan menjadi objek (active learning).

Sebagian besar kunci sukses menurut hasil penelitian mutakhir sesungguhnya lebih banyak
ditentukan oleh pemberdayaan otak kanan (kecerdasan emosi) daripada otak kiri (kecerdasan
intelektual). Namun ternyata kurikulum di sekolah justru sebaliknya. Hal ini menjadi sumber
kerawanan bagi anak : melakukan tawuran, terjerumus pada narkoba, dan lain-lain, karena anak
merasa terlalu terbebani dan stres.

12
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Pendidikan karakter bertujuan menciptakan seseorang/mahasiswa agar memiliki kerendahan
hati, memiliki keberanian (courage) dalam arti mereka benar-benar punya keberanian
menegakkan
sesuatu yang dianggap benar dan bertanggung jawab, serta tidak memiliki keraguan. Pentingnya
pendidikan karakter ini pada hakikatnya memiliki dua tujuan, yaitu membantu mahasiswa untuk
menjadi cerdas dan pintar (smart), dan menjadi manusia yang baik (good).

Tujuan pendidikan karakter adalah penanaman nilai dalam diri siswa dan pembaruan tata
kehidupan bersama yang lebih menghargai kebebasan individu.

Implikasi pendidikan karakter mempunyai berbagai penyaluran yaitu di lingkungan Keluarga, di


Sekolah, di Perguruan Tinggi, dan di lingkungan luar. Orientasi-orientasi pembelajaran ini lebih
ditekankan pada keteladanan dalam nilai pada kehidupan nyata, baik di sekolah maupun di
wilayah publik.

Dalam mewujudkan karakter individu, diperlukan pengembangan diri secara holistic, yang
bersumber pada olah hati, olah pikir, olah raga, dan olah karsa. Seperti yang telah dikemukakan
dari konfigurasi nilai yang terdapat dalam ranah olah hati, olah pikir, olah raga, dan olah
rasa/karsa masing-masing diambil satu nilai sebagai nilai-nilai utama karakter yang
dikembangkan secara nasional, termasuk dilingkungan disekitar.

B. SARAN
Untuk membentuk karakter dalam diri dibutuhkan strategi pembetukan karakter yaitu,
Keteladanan, Intervensi, Pembiasaan yang dilakukan secara konsisten, Penguataan.
Membiasakan sikap displin dan mandiri juga membantu proses pembetukan karakter

13
DAFTAR PUSTAKA
Admin. (2017, Agustus 1). PusatKementrianAnak.com. Diakses Maret 26, 2020, Dari Ciri-ciri
Kemandirian: https://pusatkemandiriananak.com/ciri-ciri-kemandirian/

Afid, B. (2015, Januari 17). wordpress.com. Diakses 2020, Dari konsep dasar pendidikan
karakter: https://afidburhanuddin.wordpress.com/2015/01/17/konsep-dasar-pendidikan-
karakter/

Anonim. (2015). Konsep Dasar Pendidikan Karakter. In Anonim, Konsep Dasar Pendidikan
Karakter (pp. 19-37). http://eprints.walisongo.ac.id/.

Hadiman, D. (2018). Aspek-Aspek Dalam Pendidikan Karakter. Diakses Maret 26, 2020, Dari
http://docplayer.info/: http://docplayer.info/34262295-Aspek-aspek-dalam-pendidikan-
karakter.html

Prasetyo, I. J. (2017, Januari 24). Mengapa Perlu Adanya Pendidikan Karakter. Diakses Maret
26, 2020, Dari DinasPendidikan.blorakab.go.id:
http://dinaspendidikan.blorakab.go.id/home/mengapa-perlu-adanya-pendidikan-karakter/

Sudrajat, a. (2011). Mengapa Pendidikan Karakter. Jurnal Pendidikan Karakter, 2-12.

14

Anda mungkin juga menyukai