Anda di halaman 1dari 28

GURU DAN PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA

DITULIS OLEH :

KELOMPOK 9

NAMA : EVA IRMALA (1052019007)

KESUMA PRAMADANI (1052019013)

SAKILA SAFANIKAH (1052019024)

SEMESTER/UNIT : VI/1

PRODI : PGMI

MATA KULIAH : KETERPADUAN IPTEK DAN ISLAM

DOSEN PENGAMPU : NINA RAHAYU, M. Pd.

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) LANGSA

TAHUN AJARAN 2021-2022


PENGANTAR

Penulis mengucapkan puji syukur kepada Allah SWT karena diberikan kesehatan
sehingga makalah ini dapat diselesaikan. Tidak lupa pula shalawat dan salam penulis sanjung
sajikan kepangkuan Nabi Muhammad SAW beserta segenap keluarga dan sahabat beliau.
Makalah yang berjudul “Guru dan Pendidikan Karakter Bangsa” ini akan membahas
tentang pengertian dan tujuan pendidikan karakter bangsa, prinsip-prinsip dan media
pendidikan karakter, sumber dan nilai-nilai dalam pendidikan karakter, urgensi pendidikan
karakter bagi pembangunan bangsa, kontruksi pendidikan karakter bagi pembangunan
bangsa, kontruksi pendidikan karakter Islami, serta peran guru dalam pembentukan dan
pengembangan pendidikan karakter.
Penulis telah membuat makalah ini dengan sebaik-baiknya.Namun jika ada kesalahan
di dalam makalah ini, penulis mohon agar dapat dimaklumi.Penulis juga menerima saran dan
kritik para pembaca.Semoga makalah ini bisa bermanfaat.Akhir kata, penulis ucapkan
terimakasih kepada semua pihak yang bersangkutan.

Langsa, 1 Mei 2022

Kelompok 9

ii
DAFTAR ISI

PENGANTAR....................................................................................................................i

DAFTAR ISI......................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................1

A. Latar Belakang..........................................................................................1

B. Rumusan Masalah.....................................................................................

C. Tujuan Masalah.........................................................................................

BAB II PEMBAHASAN...............................................................................................

A. Pengertian dan Tujuan Pendidikan Karakter Bangsa..........................

B. Prinsip-prinsip dan Media Pendidikan Karakter..................................

C. Sumber dan Nilai-nilai dalam Pendidikan Karakter.............................

D. Urgensi Pendidikan Karakter bagi Pembangunan Bangsa...................

E. Kontruksi Pendidikan Karakter bagi Pembangunan Bangsa...............

F. Kontruksi Pendidikan Karakter Islami..................................................

G. Peran Guru dalam Pembentukan dan Pengembangan Pendidikan

Karakter.....................................................................................................

BAB III PENUTUP.......................................................................................................

A. Kesimpulan.................................................................................................

B. Saran...........................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sendi-sendi yang menopang sebuah bangsa diantaranya adalah berupa
karakter dan mentalitas rakyatnya, hal tersebut menjadi pondasi yang kukuh dari tata
nilai bangsa tersebut. Keruntuhan sebuah bangsa ditandai dengan semakin lunturnya
tat nilai dan karakter bangsa tersebut, walaupun secara fisik bangsa tersebut masih
berdiri tegak. Karakter dan mentalitas rakyat yang kukuh dari suatu bangsa tidak
terbentuk secara alami, melainkan melalui interaksi sosial yang dinamis dan
serangkaian program pembangunan yang diarahkan oleh pemimpin bangsa tersebut.
Rakyat suatu bangsa,
Banyak faktor yang memberikan pengaruh besar terhadap kehandalan karakter
dan mental.Secara eksternal, faktor globalisasi merupakan faktor paling strategis yang
membawa pengaruh besar terhadap tata nilai, karakter dan mentalitas suatu bangsa,
adapun faktor internalnya ialah arah pembangunan dunia pendidikan.
Guru mempunyai peran dan kedudukan yang sangat strategis dalam
pembangunan nasional khususnya dalam bidang pendidikan. Dalam UU No 14 Tahun
2005 tentang Guru dan Dosen sebagai pendidik professional dengan tugas utama
mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi
peserta didik. Adapun faktor kompetensi sebagai pendidik sangatlah penting, terlebih
objek yang menjadi sasaran pekerjaannya adalah peserta didik yang diibaratkan kertas
putih, gurulah yang akan menentukan apa yang hendak dituangkan dalam kertas
tersebut, berkualitas tidaknya tergantung kepada sejauhmana guru bisa menempatkan
dirinya sebagai pendidik yang memiliki kapasitas dan kompetensi professional dalam
mengarahkan individu-individu menjadi sosok yang memilki karakter dan mentalitas
yang bisa diandalkan dalam proses pembangunan bangsa. Berdasarkan hal tersebut
maka penulis membuat makalah ini yang berisi tentang guru dan pendidikan karakter
bangsa.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pada uraian dalam latar belakang di atas, maka rumusan masalah
makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Apa pengertian dan tujuan dari pendidikan karakter?
2. Apasaja prinsip-prinsip dan media pendidikan karakter?
3. Apa saja sumber dan nilai-nilai pendidikan karakter?
4. Bagaimana urgensi pendidikan karakter bagi pembangunan bangsa?
5. Bagaimana kontruksi pendidikan karakter Islami bagi pembangunan bangsa?
6. Bagaimana peran guru dalam pembentukan dan pengembangan pendidikan
karakter?

C. Tujuan Masalah
Tujuan penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengertian dan tujuan pendidikan karakter.
2. Untuk mengetahui prinsip-prinsip dan media pendidikan karakter.
3. Untuk mengetahui sumber dan nilai-nilai pendidikan karakter.
4. Untuk mengetahui urgensi pendidikan karakter bagi pembangunan bangsa.
5. Untuk mengetahui kontruksi pendidikan karakter Islami bagi pembangunan
bangsa.
6. Untuk mengetahui peran guru dalam pembentukan dan pengembangan
pendidikan karakter.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian dan Tujuan Pendidikan Karakter Bangsa
a. Hakikat Pendidikan karakter
Secara sederhana pendidikan dapat dimaknai sebagai usaha untuk
membantupeserta didik dalam mengembangkan seluruh potensi (hati, piker, rasa, dan
karsa, serta raga) untuk menghadapi masa depan.
Dalam makna yang lebih luas pendidikan adalah setiap tindakan atau
pengalaman yang memberikan efek formatif pada pikiran, karakter atau pada
percakapan fisik seseorang.Pendidikan pada filosofinya memiliki tiga fungsi inheren.
Pertama, memberikan sosialisasi kepada anak-anak muda tentang esensi nilai-
nilai budaya seperti halnya hak yang sama dalam memperoleh kesempatan kejenjang
sosial yang lebih tinggi, atau hak dalam berkompetisi, serta hak dalam mencapai
moralitas religius. Dalam kaitan ini pendidikan sudah seharusnya mamberikan
penekanan pada perlunya kepemilikan tanggung jawab moral didalam masyarakat.
Jika normal-norma semacam ini terlewatkan dalam pendidikan, maka yang akan
muncul kemudian adalah egoisme dan individualisme. Agar hal ini dapat berlangsung
dengan baik, maka nilai-nilai kewargaan (citizenship) dan atau kewarganegaraan
(civic), serta pendidikan keagamaan yang harus menjadi bahan ajar wajib disekolah-
sekolah.
Fungsi kedua, terkait dengan kewajiban para pendidik dalam melatih peserta
didik agar mampu calistung (baca tulis hitung) menjadi memiliki keterampilan yang
diperlukan dalam dunia kerja.Ketiga memberikan arahan kepada para anak-anak
muda bagaimana dapat menempatkan dirinya secara tepat dan sepadan dalam
masyarakat.Dari ketiga fungsi filosofis ini pendidikan tersebut, tergambarkan secara
jelas bagaimana krusialnya peran karakter dalam pendidikan.1
Dipihak lain, pendidikan dapat dilihat dari tiga dimensi, yaitu dlaam dimensi
jangka pendek, jangka menengah, dan jangka panjang. Dalam dimensi jangka pendek,
pendidikan dimaknai sebagai proses pembelajaran, dalam jangka menengah sebagai
proses persiapan untuk bekerja, dan dalam jangka panjang sebagai proses
pemberdayaan. Ketiga hal tersebut berlangsung secara berkelanjutan dan
mewujudkanberupa apa yang disebut pendidikan sepanjang hayat (lifelong

1
Muchlas Samani, Hariyanto, Konsep dan Model Pendidikan Karakter, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2017), Cet ke-6. Hlm 1-2

3
education). Sepanjang kontinum tersebut amat diperlukan berbagai upaya
pembentukan karakter.
Beberapa ahli pendidikan juga memiliki pendapat yang beragam antara
pengertian pendidikan dan pengajaran, namun pada umumnya para ahli sependapat
bahwa pengajaran merupakan bagian dari pendidikan ;
Pedidikan bersifat universal lebih luas dari pada pengajaran; pendidikan
meliputi pengajaran.Pendidikan memiliki pengertian ialah segala usaha orang dewasa
dalam pergaulan dengan anak-anak untuk memimpin perkembangan jasmani maupun
rohaninya kearah kedewasaan.
Dalam kemus bahasa Indonesia, karakter diartikan dengan’ sifat-sifat
kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorng dengan yang lain atau
tabiat dan watak seseorang. Istilah karakter itu sendiri berasal dari bahasa yunani
“charassein” yang berarti mengukir sehingga karakter di ibaratkan seperti mengukir
batu permata atau permukaan besi yang keras, tetapi pengertian ini mengalami
perubahan sehingga karakter selanjutnya diartikan dengan sebuah tanda khusus atau
pola prilaku seseorang.2
Karakter itu sendiri memiliki hubungan dengan kekuatan moral yang
berkonotasi positif bukan netral sehingga orang-orang memiliki yang karakter adalah
orang yang memiliki kualitas moral tertentu yag menjadi karakteristiknya.

b. Pengertian karakter dan pendidikan karakter


Karakter dimaknai sebagai cara berpikir dan berprilaku yang khas tiap
individu untuk hidup dan bekerja sama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat,
bangsa, dan Negara. Individu yang berkarakter baik adalah individu yang dapat
membantu keputusan dan siap mempertanggung jawabkan setiap akibat dari
keputusannya. Karakter dapat dianggap sebagai nilai-nilai prilaku mansia yang
berhubungan dengan tuhan yang maha esa diri sendiri, sesame manusia lingkungan,
dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan
perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hokum, tata karma, budaya, adat istiadat,
dan estetika. Karakter adalah prilaku yang tampak dalam kehidupan sehari-hari dalam
bersikap maupun dalam bertindak.

2
Muchlas Samani, Hariyanto, Konsep dan Model Pendidikan Karakter, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2017), Cet ke-6. Hlm 3

4
B. Prinsip-prinsip dan Media Pendidikan Karakter
1. Prinsip-prinsip Pendidikan Karakter
Pendidikan karakter harus didasarkan pada prinsip-prinsip sebagai berikut:
a) Mempromosikan nilai-nilai dasar etika/akhlak mulia sebagai basis karakter,
b) Mengidentifikasi karakter secara komprehensif supaya mencakup pemikiran,
perasaan dan perilaku
c) Menggunakan pendekatan yang tajam, proaktif dan efektif untuk membangun
karakter
d) Menciptakan komunitas sekolah yang memiliki kepedulian
e) Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menunjukkan perilaku
yang baik
f) Memiliki cakupan terhadap kurikulum yang bermakna dan menantang yang
menghargai semua peserta didik, membangun karakter mereka, dan
membangun mereka untuk sukses
g) Mengusahakan tumbuhnya motivasi diri pada para peserta didik
h) Memfungsikan seluruh staf sekolah sebagai komunitas moral yang berbagi
tanggungjawab untuk pendidikan karakter dan setia pada nilai dasar yang sama
i) Adanya pembagian kepemimpinan moral dan dukungan luas dalam
membangun inisiatif pendidikan karakter
j) Memfungsikan keluarga dan anggota masyarakat bsebagai mitra dalam usaha
membangun karakter
k) Mengevaluasi karakter sekolah, fungsi staf sekolah sebagai guru-guru
karakter, dan manifestasi karakter positif dalam kehidupan peserta didik.3

2. Media Pendidikan Karakter


Membentuk karakter jujur pada peserta didik memang tidak bisa dilakukan
dengan sekedar menyampaikan materi kepadanya. Pihak sekolah harus
menyediakan media ataupun alat bantu yang dapat mendukung terciptanya iklim
kejujuran pada dirinya.
a) Kotak Kejujuran
Kontak kejujuran adalah sebuah wadah untuk barang-barang yang
ditemukan di sekitar sekolah, mulai dari dasi, kopiah, hingga uang.Peserta

3
Pupuh Fathurrohman, Aa Suryana, Feni Fatriani, Pengembangan Pendidikan Karakter, (Bandung: PT
Refika Aditama, 2017), cet ke 2. Hlm 145-146.

5
didik atau personil sekolah yang menemukan barang berharga di lingkungan
sekolah diwajibkan untuk memasukkannya ke dalam kotak itu. Sehingga, jika
ada seseorang yang merasa kehilangan, ia bisa langsung melihat ke kotak
tersebut, dengan seizing guru yang menjaganya. Kunci dari kotak kejujuran
tersebut dapat dipegang oleh salah seorang guru yang diberikan amanat.

b) Buku Kontak Bina Prestasi (KOBINSI)


Buku Kontak Bina Prestasi adalah buku catatan yang disediakan oleh
pihak sekolah untuk mengawasi berbagai kegiatan siswa selama berada di luar
sekolah.Kemudian buku tersebut secara berkala dilaporkan peserta didik
kepada wali kelasnya untuk dievaluasi dan dinilai.
Tujuan dibuatnya buku itu adalah memantau kegiatan keagamaan
peserta didik selama ada di rumah, seperti shalat lima waktu dan mengaji Al-
Qur’an. Buku tersebut berisi catatan tentang kerajinan ibadah peserta didik
yang harus ia isi sendiri, sehinnga bisa melatih sikap jujur dan
kedisiplinannya, bahkan saat di luar sekolah sekalipun.

c) Kantin Kejujuran
Kantin kejujuran adalah kantin sekolah sebagaimana biasanya yang
didesain untuk membina karakter jujur siswa.Kantin kejujuran ini dapat
dikelola langsung oleh sekelompok siswa ataupun pihak tertentu yang
dipercaya sekolah.Ciri khas dari kantin kejujuran ini adalah tidak ada
penunggunya.Jadi, kantin tersebut sudah didesain dengan susunan makanan
dan minuman yang dilengkapi dengan label harga dan tersedia juga
kotak/kaleng pembayaran yang sudah didi dengan uang pecahan sehingga
setiap pembeli makanan dan minuman dapat melakukan transaksi ataupun
pembayaran dengan sendiri dan mengambil pecahan uangnya sendiri.Semua
transaksi berjalan tanpa pengawasan, hanya berbekal kejujuran. Warung ini
akan melatih kejujuran, sebuah nilai kehidupan yang menjadi cikal bakal
terbebas dari korupsi.4

C. Sumber dan Nilai-nilai dalam Pendidikan Karakter


4
Hamdan Husein Batubara. “Strategi dan Media Pendidikan”, Indonesian Journal of Islamic Education.Vol,
4 No, 2 (2017). 149.

6
Sumber pendidikan karakter yang hendaknya dikembangkan dan digali dari
nilai-nilai yang menjadi karakter bangsa indonesia, sebagai berikut:
1. Nilai agama
Nilai agama itu sangat penting karena agama menjadi rujukan utama dari bangsa
indonesia yang mayoritas masyarakatnya beragama. Oleh karena itu, baik
dikehidupan individu maupun sosial semuanya didasari oleh agama dan
kepercayaan.Secara kenegaraan pun didasari dengan nilai-nilai agama.Maka dari itu
nilai-nilai pendidikan karakter harus didasarkan pada ajaran keagamaan.
2. Nilai pancasila
Nilai pancasila merupakan prinsip dalam kehidupan berbangsa dan bernegara Negara
Kesatuan Republik Indonesia.Pancasila terdapat dalam UUD 1945 yang kemudian
dijabarkan dalam pasal-pasal UUD 1945.Hal tersebut yakni kehidupan dalam
berpolitik, ekonomi, hukum, seni, dan budaya yang diatur dengan nilai-nilai yang
mengandung pancasila. Pendidikan karakter ini mewmpunyai misi untuk
mempersiapkan warga negara memiliki kemampuan dan kemauan untuk menerapkan
nilai-nilai pancasila sebagai warga negara indonesia yang baik.
3. Nilai budaya bangsa
Budaya sebagai sebuah kebenaran bahwa manusia hidup bermasyarakat didasari oleh
nilai budaya masyarakat yang diakui.Nilai budaya menjadi dasar konsep komunikasi
antar anggota masyarakat.Dan posisi budayab yang strategis tersebut menjadikan nilai
budaya menjadi sumber nilai pendidikan karakter.
4. Tujuan pendidik nasional
Tujuan pendidikan nasional dalam setiap pendidikan nasional yaitu untuk
mengembangkan kemampuan, membentuk watak dan peradaban bangsa yang
bermatabat serta mencerdaskan kehiupan bangsa agar menjadimanusia yang beriman
dan berwatak Tuhan YME, sehat cakap, kreatif, berilmu, mandiri, demokrasi, dan
bertanggung jawab. Ada beberapa poin dari tujuan tersebut yang sangat dekat dengan
tujua pembentukan karakter.kedekatan inilah yang menjadi dasar pentingnya
pengimplementasian pendidikan karakter.5
Ada beberapa pilar karakter yang berasal dari nilai-nilai luhur universal, yaitu;
Pertama, karakter cinta Tuhan dan segenap ciptaan-Nya; Kedua, kemandirian dan
tanggung jawab; Ketiga, kejujuran/ amanah; Keempat, hormat dan santun; Kelima,

5
Bahan Penelitian Penguatan Metodologi Pembelajaran Berdasarkan Nilai-Nilai Budaya untuk Membentuk
Daya Saing dan Karakter Bangsa, hlm. 7-8

7
dermawan, suka tolong-menolong dan gotong royong / kerjasama; Keenam, percaya
diri dan pekerja keras; Ketujuh, kepemimpinan dan keadilan; Kedelapan, baik dan
rendah hati; Kesembilan, karakter toleransi, kedamaian, dan kesatuan. “Berdasarkan
18 nilai-nilai agama, pancasila, budaya, dan tujuan pendidikan nasional, pusat
kurikulum kementerian Pendidikan Nasional memutuskan batasan/deskripsi nilai-nilai
pendidikan karakter sebagai berikut:
1. Nilai karakter dalam hubungannya dengan Tuhan;
a. Religius
Sikap dan perilaku yang patuh, pemikiran, perkataan, dan tindakan seseorang
yang diupayakan selalu berdasarkan pada nilai-nilai ketuhanan dan ajaran
agamanya.
2. Nilai karakter dalam hubungannya dengan diri Sendiri;
a. Jujur;
Perilaku yang didasarkan pada upaya yang menjadikan dirinya sebagai orang yang
selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan, baik terhadap
diri sendri dan pihak lainnya.
b. Bertanggung jawab;
Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya
sebagaimana yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat,
lingkungan (alam, sosial,dan karakter), negara dan Tuhan YME.
c. Bergaya hidup sehat;
Segala upaya untuk menerapkan kebiasaan yang baik dalam menciptakan hidup
yang sehat dan menghindarkan kebiasaan buruk yang dapat menggangu
kesehatan.
d. Disiplin;
Tindakan yang menunjukkan perikalu tertib dan p[atuh pada berbagai ketentuan
dsn perturan.
e. Kerja keras;
Perilaku yang menunjukkan upaya yang sungguh-sungguh dalam mengatasi
berbagai hambatan guna menyelesaikan tugas (belajar/pekerjaan) dengan sebaik-
baiknya.
f. Percaya diri;
Sikap ini diyakini akan kemampuan diri sendiri terhadap pemenuhan tercapainya
setiap keinginan dan harapannya.
8
g. Berjiwa wirausaha;
Sikap dan perilaku yang mandiri dan pandai atau memiliki bakat mengenali
produk baru, menentukan cara produksi baru, memasarkannya, serta mampu
mengatur permodalan operasinya.
h. Berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif;
Berpikir dan melakukan sesuatu secara kenyataan atau logika untuk menghasilkan
cara atau hasil yang baru dam yang terakhir dari apa yang telah dimiliki.
i. Mandiri
Sikap dan perilaku yang tidak mudah ketergantungan pada orang lain dalam
menyelesaikan tugas-tugasnya.
j. Rasa ingin tahu;
Sikap dan tindindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih
mendalamdan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar.
k. Cinta ilmu;
Cara berpikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan
penghargaan yang tinggi terhadap pengetahuan. Dan kebiasaan menyediakan atau
meluangkan waktu untuk membaca berbagai bacaan yang memberikan kebijakan
bagi dirinya sendiri.
3. Nilai karakter dalam hubungannya dengan sesama;
a. Tanggung jawab;
Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang
seharusnya dilakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial,
dan budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa.
b. Bersahabat/ komonikasi;
Tindakan yang memperhatikan rasa senang berbicara, bergaul, dan bekerja sama
dengan orang lain.
c. Menghargai prestasi orang lain;
Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang
berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang
lain.
d. Peduli sosial;
Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberikan bantuan kepada orang lain dan
masyarakat yang membutuhkan.
e. Demokratis;
9
Cara berfikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban
dirinya dan orang lain.
4. Nilai karakter dalam hubungannya dengan lingkungan;
a. Peduli lingkungan;
Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mencegah kerusakan pada
lingkungan alam disekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk
memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi dan selalu ingin memberi
bantuan bagi orang lain dan masyarakat yang membutuhkan.
5. Nilai karakter dalam hubungannya dengan kebangsaan;
a. Semangat kebangsaan;
Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa
dan negara diatas kepentingan diri dan kelompoknya.
b. Nasionalis;
Cara berpikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan
penghargaan yang paling tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya,
ekonomi, dan politik bangsanya. 6
Nilai-nilai pendidikan karakter di atss mampu diimplementasikan oleh sekolah
dengan baik melalui pendidikan karakter.Dalam hal ini Otten menambahkan
“integritas (integrity) sebagai penyempurna rumusan nilai-nilai karakter yang penting
untuk ditanamkan kiepada peserta didik.
Penambahan integritas dalam pilar-pilar pendidikan karakter, dimaksudkan
untuk memberikan suatu ketegasan di dlaam menaati suatu nilai-nilai moral, sehingga
individu yang jujur, dapat dipercaya, dan terhormat. Penanaman nilai-nilai karakter
pada peserta didik merupakan sebuah modal dasar bagi bangsa indonesia untuk
mengatasi permasalahan rusaknya karakter bangsa.
D. Urgensi Pendidikan Karakter bagi Pembangunan Bangsa
Menteri pendidikan nasional, mohammad Nuh, sebagaimana dikutip Prayitno
dan Belferik Maullah, mengungkapkan bahwa ada tiga persoalan utama pendidikan
generasi muda yang perlu diperhatikan; visi, kompetensi, dan karakter.7Karakter
merupakan bagian intergal manusia yang harus dibangun, agar generasi muda
memiliki sikap dan pola pikir yang berdasarkan moral yang kokoh dan banar.Oleh
6
Pupuh fathurrohman, dkk.,Pengembangan Pendidikan Karakter (Bandung: Refika Aditama,2017), hlm. 124-
126.
7
Prayitno dan Belferik Manulang, Pendidikan Karakter dalam Pembangunan Bangsa, (Jakarta: Grasindo,
2017).hlm v.

10
sebab itu mendidik karakter itulah yang seharusnya diusahakan dengan sungguh-
sungguh.Bukan kepintaran yang diutamakan, melainkan karakter, watak teguh yang
disertai oleh kemauan.Orang yang mempunyai karakter sangat mudah mencapai
kepintaran.Tetapi kepintaran tidak dapat membangun karakter yang tak ada pada
seseorang, ilmu itu maju dengan sempurna dan bermanfaat di tangan orang-orang
yang memiliki karakter baik.8
Pendidikan karakter adalah usaha paling penting yang pernah diberikan kepada
manusia.Pembangunan karakter adalah tujuan yang luar biasa dari sistem pendidikan
yang benar.Orang tua dan guru harus sadar bahwa pembangunan tabiat yang agung
adalah tugas utama bagai mereka. Daniel Goleman mengungkapkan bahwa
keberhasilan seseorang di masyarakat, ternyata hanya 80% yang dipengaruhi oleh
kecerdasan emosi (EQ) dan 20% dipengaruhi oleh kecerdasan otak (IQ). Remaja yang
memiliki karakter dan kecerdasan emosi akan lebih terhindar dari masalah kenakalan
remaja seperti tawuran, narkoba, miras, dan perilaku seksi bebas. 9
Karakter bangsa merupakan aspek terpenting dari SDM karena kualitas
karakter bangsa yang menentukan kemajuan suatu bangsa. Karakter yang berkualitas
itu perlu dibentuk dan dibina sejak usia dini. Usia dini merupakan usia masa kritis
bagi pembentukan karakter seseorang. Menurut Freud kegagalan penanaman
kepribadian yang baik di usia dini ini akan membentuk pribadi yang bermasalah di
masa dewasanya kelak. Kesuksesan orang tua membimbing anaknya dalam mengatasi
konflik kepribadian di usia dini sangat menentukan kesuksesan anak dalam kehidupan
sosial di masa dewasanya nanti.10
Urgensi pembangunan karakter bangsa sangat ditegaskan pula oleh Menteri
Pertahanan, yang melihatnyadari segi ancaman terhadap Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI) karena pengaruh globalisasi, maka bela negara sabgat penting:
Menurut Purnomo; “Ancaman perang, juga bisa berwujud kekuatan non fisik (soft
power) dengan memberikan pengaru kepada hati dan pemikiran manusia yang
merupakan benteng pertahanan terakhir bangsa dalam menghadapi berbagai ancaman.
Sumber daya manusia yang hanya menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi tanpa
memiliki kesadaran moral bela negara akan membahayakan keberlangsungan hidup
bangsa dan negara. 11
Dengan demikian, aplikasi pendidikan karakter pada saat ini
8
Muhammad Hatta, Kumpulan Karangan, (Djakarta: Penerbil dan balai Buku Indonesia), hlm. 61-62
9
Sofan Amri dkk, Implementasi Pendidikan dalam Pembelajran, (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2016), hlm. 53.
10
Mukhlas Samani, Konsep dan Model Pendidikan Karakter, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2016), hlm. 53.
11
Ibid., hlm. 14-15

11
merupakan persoalan penting dan genting, terutama dalam menghadapi era globalisasi
sekarang ini. Jalan yang paling ampuh untuk membentuk karakter bangsa itu adalah
melalui jalur pendidikan, baik informal, maupun formal yang berdasarkan ajaran
agama (islam) dan budaya serta adat kebiasaan yang tidak bertentangan dengan ajaran
agama.
Demikian juga halnya terhadap nilai-nilai kebangsaan, dalam beberapa hal
mulai bergeseran keluar dari norma-norma yang dijunjung tinggi oleh bangsa.Perilaku
dan tindakan yang kurang baik atau bahkan kurang berkarakter, telah menjerat hampir
semua komponen bangsa mulai dari lembaga legislatif, eksekutif, dan yudikatif hingga
masyarakat awam.Pada masa sekarang, sifat-sifat kepahlawanan, dan perilaku
mengutamakan kepentingan masyarakat luas dan mempertahankan keutuhan bangsa,
seringkali bergeser ke arah sifat-sifat yang mementingkan kepentingan individu dan
kelompoknya.setelah itu muncullah kekel;iruan orientasib yang merusak tatanan
kehidupan berbangsa. 12
Pendidikan karakter juga harus ditumbuh kembangkan sejak dini dan
berkelanjutan, mulai dari lingkungan keluarga, lingkungan sekolah , hingga
lingkungan masyarakat luas. Pendidikan karakter diajarkan secara sistematis dan
holistik dengan menggunakan metode dalam tiga tahapan ;Knowing the good (Moral
Knowing), Feeliing the good (Moral feeling), dan Acting the good (Moral Action).
Metode ini mudah diajarkan sebab dia hanya bersifat pengetahuan atau
kongnitif.Sehingga tumbuh kesadaran bahwa seseorang mau melakukan kebajikan
karena dia cinta dengan perilaku kebajikan itu.Tujuan akhir pendidikan karakter,
yakni untuk membentuk pribadi yang secara spontan mampu melakukan kebajikan
yang sesuai dengan nilai-nilai yang diajarkan. Pendidikan karakter mutlak harus
dilaksanakan di dalam lingkungan keluarga.Karena keluarga merupakan sumber
utama dan pertama bagi anak untuk memperoleh dan membentuk serta
mengembangkan karakter. Hal ini didasari oleh beberapa kondisi realistis tentang
hubungan keluarga (orang tua) dengan anak yaitu:
1. Bahwa keluarga adalah tempat dimana anak tersebut bergaul untuk pertama
kalinya.
2. Keluarga merupakan komunitas yang selalu bersama anak, yang berarti anak
mempunyai lebih banyak waktu berkumpul dengan keluarga.

12
Prayitno dan Belferik Manulang, Pendidikan Karakter dalam Pembangunan Bangsa, (Jakarta: Grasindo,
2017).hlm 2.

12
3. Keluaga dan anak saling terkait dengan ikatan emosional.13
E. Kontruksi Pendidikan Karakter bagi Pembangunan Bangsa
Konstruksi ialah peroses pembangunan , yang mana dalam pengertian
konstruksi pendidikan karakter ialah membangun dan memberi pemahaman
mengenai karakter baik, yang kemudia siswa mampu untuk merefleksikan
pemahammannya
Bangsa yang maju adalah bangsa yang tidak hanya memiliki kekayaan
material, tetapi juga didukung oleh sumber daya manusia yang berkarakter.
Keberhasilan pembangunan bangsa Indonesia tidak hanya diukur dari seberapa besar
nilai barang atau jasa yang dihasilkan oleh warganya, tetapi juga dilihat dari
terciptanya hubungan harmonis antara masyarakat dan Negara serta antar kelompok
masyarakat, terciptanya persatuan bangsa, terpenuhinya kebutuhan seluruh
masyarakat Indonesia, terpenuhinya rasa keadilan, terjaminnya hak-hak azasi manusia
dan demokrasi, dan terpeliharanya moral bangsa Indonesia. Dalam hal ini pendidikan
karakter memang memiliki peran yang strategis, sebab banyak bangsa berhasil karena
didukung karakter warga negaranya.
Salah satu bapak pendiri bangsa, adalah presiden pertama Republik Indonesia,
Ir. Soekarno, menegaskan bahwa “bangsa ini harus dibangun dengan mendahulukan
pembangunan karakter (character building), inilah yang akan membuat Indonesia
menjadi bangsa yang besar, maju dan jaya serta bermartabat. Kalau character building
ini tidak dilakukan, maka bangsa Indonesia akan menjadi bangsa kuli”. (Muchlas
samani 2012).Karakter berfungsi sebagai kekuatan mental dan etik yang mendorong
suatu bangsa merealisasikan cita-cita kebangsaannya dan menampilkan keunggulan-
keunggulan kom- paratif, kompetitif, dan dinamis di antara bangsa-bangsa lain.
Upaya untuk mengimplementasikan pendidikan karakter adalah melalui
pendekatan holistic, yaitu mengintegrasikan pekembangan karakter kedalam setiap
aspek kehidupan sekolah. Berikut ciri-ciri pendekatan holistic
1. segala sesuatu disekolah diatur berdasarkan perkembangan hubungan antara siswa,
gur, dan mayarakat.
2. Sekolah merupakan masyarakat peserta didik yang peduli dimana ada ikatan yang
jelas yang menghubungkan siswa, guru, dan sekolah
3. Pembelajaran emosional dan social setara dengan pembelajaran akademik
4. Kerjasama dan kolaborasi diantara siswa menjadi hal yang lebih utama dibandingkan
persaingan.
5. Nilai-nilai seperti keadilan, rasa hormat, dan kejujuran menjadi bagian pembelajaran
sehari-hari baik didalam maupun diluar kelas
6. Siswa-siswa diberikan banyak kesempatan untuk memperaktikan perilaku moralnya
melalui kegiatan-kegiatan seperti pembelajaran memberikan pelayanan.
7. Disiplin dan pengelolaan kelas menjadi fokus dalam memecahkan masalah
dibandingkan hadiah dan hukuman.

13
Dicky Sertiadi, Keluarga Sebagai Sumber Pendidikan Karakter Bagi Anak, Vol. 14, No, 2 (2018), hlm. 142.

13
8. Model pembelajaran yang berpusat pada guru harus ditinggalkan dan beralih ke kelas
demokrasi dimana guru dan siswa berkumpul untuk membangun kesatuan norma, dan
memecahkan masalah.
Mengacu pada konsep pendekatan holistic dilanjutkan dengan upaya yang
dilakukan lembaga pendidikan, para pendidik perlu meyakini bahwa peroses
pendidikan karakter tersebut harus dilakukan secara berkelanjutan, sehingga nilai-
nilai moral yang telah tertanam dala peribadi anak tidak hanya sampai pada tingkatan
pendidikan tertentu atau hanya muncul dilingkungan keluarga atau masyarakat saja.
Selain itu, peraktik-peraktik moral yang dibawa anak tidak terkesan bersifat
formalitas, namun benar-benar tertanam dalam jiwa anak.
Untuk pembangunan bangsa diperlukan karakter berbasis nilai Pancasila,
seperti tangguh, kompetitif, berakhlak mulia, bermoral, bertoleran, bergotong-royong,
patriotik, dinamis, berbudaya, dan berorientasi ipteks jika hendak memajukan Negara
Republik Indonesia. Karakter yang berlandaskan falsafah Pancasila artinya setiap
aspek karakter harus dijiwai ke lima sila, Pancasila secara utuh dan komprehensif
yang dapat dijelaskan sebagai berikut:
a) Bangsa yang Ber-Ketuhanan Yang Maha Esa, adalah bentuk kesadaran dan
perilaku iman dan takwa serta akhlak mulia sebagai karakteristik pribadi
bangsa Indonesia. Karakter Ber-Ketuhanan Yang Maha Esa seseorang
tercermin, antara lain, hormat dan bekerja sama antara pemeluk agama dan
penganut kepercayaan, saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah
sesuai dengan agama dan kepercayaannya itu; tidak memaksakan agama
dan kepercayaannya kepada orang lain
b) Bangsa yang menjunjung kemanusiaan yang adil dan beradab, yaitu sikap
dan perilaku menjunjung tinggi kemanusian yang adil dan beradab
diwujudkan dalam perilaku hormat menghormati antarwarga negara sebagai
karakteristik pribadi bangsa Indonesia. Karakter kemanusiaan seseorang
tercermin antara lain dalam pengakuan atas persamaan derajat, hak, dan
kewajiban; saling mencintai; tenggang rasa; tidak semena-mena terhadap
orang lain; gemar melakukan kegiatan kemanusiaan; menjunjung tinggi
nilai kemanusiaan; berani membela kebenaran dan keadilan; merasakan
dirinya sebagai bagian dari seluruh umat manusia serta mengembangkan
sikap hormat-menghormati.
c) Bangsa yang mengedepankan persatuan dan kesatuan bangsa, adalah
bangsa yang memiliki komitmen dan sikap yang selalu mengutamakan
persatuan dan kesatuan Indonesia di atas kepentingan pribadi, kelompok,

14
dan golongan merupakan karakteristik pribadi bangsa Indonesia. Karakter
kebangsaan seseorang tecermin dalam sikap menempatkan persatuan,
kesatuan, kepentingan, dan keselamatan bangsa di atas kepentingan pribadi
atau golongan; rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan negara;
bangga sebagai bangsa Indonesia yang bertanah air Indonesia serta
menunjung tinggi bahasa Indonesia; memajukan pergaulan demi persatuan
dan kesatuan bangsa yang ber-Bhinneka Tunggal Ika.
d) Bangsa yang demokratis dan menjunjung tinggi hukum dan hak asasi
manusia, yaitu sikap dan perilaku demokratis yang dilandasi nilai dan
semangat kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan merupakan karakteristik pribadi warga negara
Indonesia. Karakter kerakyatan seseorang tercermin dalam perilaku yang
mengutamakan kepentingan masyarakat dan negara; tidak memaksakan
kehendak kepada orang lain; mengutamakan musyawarah untuk mufakat
dalam mengambil keputusan untuk kepentingan bersama; beritikad baik dan
bertanggung jawab dalam melaksanakan keputusan bersama; menggunakan
akal sehat dan nurani luhur dalam melakukan musyawarah; berani
mengambil keputusan yang secara moral dapat dipertanggungjawabkan
kepada Tuhan Yang Maha Esa serta nilai-nilai kebenaran dan keadilan.
e) Bangsa yang mengedepankan keadilan dan kesejahteraan, yaitu bangsa
yang memiliki komitmen dan sikap untuk mewujudkan keadilan dan
kesejahteraan merupakan karakteristik pribadi bangsa Indonesia. Karakter
berkeadilan sosial seseorang tecermin antara lain dalam perbuatan yang
mencerminkan sikap dan suasana kekeluargaan dan kegotongroyongan;
sikap adil; menjaga keharmonisan antara hak dan kewajiban; hormat
terhadap hak-hak orang lain; suka menolong orang lain; menjauhi sikap
pemerasan terhadap orang lain; tidak boros; tidak bergaya hidup mewah;
suka bekerja keras; menghargai karya orang lain. 14
F. Kontruksi Pendidikan Karakter Islami
Menurut terminology islam, pengertian karakter memiliki kedeketan dengan
pengertian akhlak. secara terminologi akhlak diartikan sebagai suatu keadaan yang
melekat pada jiwa manusia, yang dari padanya lahir perbuatan-perbuatan dengan
mudah tanpa melaui peroses penilaian atau pertimbangan. Jika keadaan tersebut
14
Samrin, Pendidikan Karakter (Sebuah Pendekatan Nilai), Jurnal Al-Ta’dib, Vol. 9 No. 1, 2016, h. 130-131

15
melahirkan perbuatan yang baik dan terpuji, maka disebut akhlak yang baik.Abd.
Hamid menyatakan:
‫االء خلقهى صفات االنسان االءدابية‬
Artinya: “Akhlak ialah segala sifat manusia yang terdidik”
Memahami pernyataan tersebut dapat dimengerti bahwa sifat atau potensi
yang dibawa manusia sejak lahir, sangat tergantung bagaimana cara pembinaan dan
pembentukannya. Apabila pengaruhnya positif, maka sama seperti pendidikan
karakter, pendidikan akhlak juga outputnya adalah akhlak mulia dan sebaliknya
apabila pembinaannya negatif, yang terbentuk adalah akhlak mazmumah.
Akhlak dalam islam memiliki sasaran yang lebih luas, yakni mencakup sikap
lahiriyah dan batiniyah maupun pikiran sehingga tidak dapat disamakan dengan etika,
karena etika atau moral terbatas pada sopan santun antar sesama manusia saja serta
hanya berkaitan dengan tingkah laku lahiriyah. Islam merupakan agama yang
sempurna, sehingga tiap ajaran yang ada dalam islam memiliki dasar pemikiran,
begitu pula dengan pendidikan karakter. Adapun yang menjadi dasar pendidikan
karakter atau akhlak adalah Al-quran dan hadis, dengan kata lain dasar-dasar yang
lain senantiasa dikembalikan kepada Al-quran dan hadist.
Secara umum, nilai yang dikonstruksi pada siswa adalah nilai yang berkaitan
dengan nilai-nilai akhlak atau budi pekerti.Namun secara lebih spesifik dapat
dipaparkan bahwa nilai-nilai pendidikan karakter Islami yang dikonstruksi pada siswa
mencakup religius, jujur, disiplin, peduli sosial, cinta damai, menghargai prestasi,
kerja keras, mandiri dan tanggung-jawab.Nilai-nilai karakter Islami yang dikonstruksi
pada siswa memiliki dua sumber, yakni dari Dinas Pendidikan dan JSIT (Jaringan
Sekolah Islam Terpadu). Adapun nilai karakter yang dimaksud berasal dari dinas
adalah nilai karakter yang diwajibkan untuk dikontruksi pada siswa berdasarkan
Kementrian Pendidikan danKebudayaan tahun 2018, antara lain; religius, jujur,
toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat
kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat/komunikatif, cinta
damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, dan tanggung jawab.
Sementara nilai karakter yang dimaksud berasal dari JSIT (Jaringan Sekolah Islam
Terpadu) adalah nilai-nilai karakter yang bersumber dari Alquran dan sunnah. Di
mana JSIT (Jaringan Sekolah Islam Terpadu) mewajibkan sekolah yang berada dalam
jaringannya untuk mengkonstruksi nilai-nilai karakter tersebut hingga terdapat 10

16
karakter Islami pada siswa. Berikut 10 rincian karakter (muwashoffat) yang harus ada
pada siswa, antara lain:
1) Aqidah yang bersih (Salimul Aqidah)
2) Ibadah yang benar (Shohihul Ibadah)
3) Pribadi yang matang (Matinul Khuluq)
4) Mandiri (Qodirun Alal Kasbi),
5) Cerdas dan berpengetahuan (Mutsaqqoful Fikri)
6) Sehat dan kuat (Qowiyul Jismi)
7) Bersungguh-sungguh dan disiplin (Mujahidun Linafsihi)
8) Tertib dan cermat (Munazhzhom Fi Syu`nihi)
9) Efisien (Harisun `Ala Waqtihi)
10) Dan bermanfaat (Nafiun Lighoirihi)
Tidak semua nilai karakter yang diwajibkan oleh Dinas Pendidikan
dikonstruksi dengan penekanan yang sama. Akan tetapi ada beberapa nilai yang lebih
ditekankan kepada siswa.Terutama nilai yang mengarah pada tercapainya visi sekolah
yakni mewujudkan agar siswa menjadi siswa yang sholeh, berpengetahuan, mandiri
dan pelopor perubahan.
Nilai karakter yang paling penting dikonstruksi pada siswa adalah nilai
karakter yang berkenaan dengan pembinaan akhlak dan pelaksanaan ibadah seperti
sholat, membaca Al quran, kejujuran, cinta damai, peduli sosial, tanggung jawab,
mandiri, disiplin, kerja keras, dan menghargai prestasi. Selain itu, mereka juga
dihimbau untuk mencintai negara dengan senantiasa menggunakan dan bangga
terhadap bahasa Indonesia.
Setelah dilakukan konstruksi atas nilai karakter Islami yang ada maka tentunya
ada bentuk karakter Islami yang diinginkan.Setiap guru, baik wali kelas maupun guru
bidang studi melihat karakter Islami melalui perilaku siswa. Setelah proses konstruksi,
diharapkan karakter yang ada pada siswa adalah karakter yang berkaitan dengan
akhlak mahmudah atau akhlak terpuji. Di mana akhlak tersebut dibagi menjadi tiga
bagian, yakni: akhlak kepada Allah, akhlak kepada sesama manusia, dan akhlak
kepada lingkungan.
Akhlak siswa pada Allah dilihat dalam sholat wajibnya yang tepat waktu,
konsistensi sholat sunnah, kejujuran dalam bersikap di sekolah, maupun hal lainnya.
Akhlak kepada sesama manusia bisa dilihat melalui interaksinya kepada teman dan
guru.Sementara akhlak kepada lingkungan, diharapkan lebih peduli pada lingkungan
17
kelas dan sekolah, sejauh mana siswa tergerak untuk membersihkan ataupun
mengutip sampah yang nampak berserakan, maupun menjaga kebersihan kelasnya.
1. Tantangan dalam Proses Konstruksi Pendidikan Karakter Islami
Secara garis besar, tiga aspek paling dominan yang menjadi tantangan dalam
proses konstruksi pendidikan karakter Islami, meliputi: aspek siswa, aspek fasilitas
maupun aspek guru. Tantangan pada aspek siswa adalah latar belakang siswa dan
lingkungan tempat asalnya, sewaktu masih sekolah dasar, polapendidikan yang
diterapkan orang tua pada siswa di rumah, juga pola pikir orang tua terhadap
pemahaman karakter Islami itu sendiri.
Terdapat perbedaan karakter antara siswa yang berasal dari Sekolah Islam
Terpadu dan siswa yang berasal dari sekolah umum.Sebagai contoh, siswa yang
berasal dari Sekolah Islam Terpadu sudah mengetahui batasan aurat, batasan
pergaulan antara lawan jenis, bahkan juga sudah memiliki pengetahuan keislaman
secara baik. Sementara yang berasal dari sekolah umum, belum mengerti akan hal itu.
Maka menjadi tantangan bagi guru dan sekolah untuk memberi pengetahuan kepada
siswa dan mengingatkan kepada mereka akan hal itu.
Pola pikir orang tua dan pola asuh orang tua juga merupakan tantangan dalam
proses konstruksi. Sebagai contoh ketika sekolah menekankan bahwa siswa harus
memiliki aqidah yang lurus, ternyata masih ada orang tua yang berpendapat bahwa
tidak masalah jika tubuh anaknya menjadi tempat bersemayam jin atau yang disebut
oleh orang tua adalah nenek moyang keluarga mereka. Di mana bersemayamnya
tubuh nenek moyang itu adalah untuk menjaga anaknya.
Jika sekolah berupaya menggalakkan kepada siswa untuk sholat shubuh tepat
waktu, namun orang tua tidak bisa membantu membangunkan anak mereka maka hal
ini tentu saja menjadi kebiasaan yang sulit diterapkan ke anak.Meskipun begitu,
sekolah tentu terus berupaya mewujudkan kebiasaan itu yang kemudian dilaksanakan
melalui program menginap yang dilakukan sebulan sekali agar siswa terbiasa sholat
shubuh tepat waktu dan berjamaah.Namun program itu hanya dilakukan sebulan kali
maka perannya tidak besar jika setiap harinya siswa tidak dibangunkan oleh orang
tuanya. Selain itu dilakukan juga upaya mengunjungi rumah siswa melalui kegiatan
home visit, namun tidak berarti setelah diadakan komunikasi dengan orang tua
ternyata jawaban orang tua juga tidak mendukung dengan alasan kasihan, orang tua
tetap tidak membangunkan siswa untuk sholat shubuh pada waktunya.

18
Guru yang mengajar tidak memiliki visi yang sama. Meskipun pihak sekolah
menekankan bahwa harus ada ayat-ayat Al quran maupun hadis sebagai sumber
rujukan guru dalam menyampaikan sebuah materi namun ternyata hal itu tidak
disampaikan kepada siswa. Rujukan itu hanya tertulis di alatalat kelengkapan
pembelajaran, namun tidak disampaikan kepada para siswa sebagai proses konstruksi
karakter Islami. Meskipun secara penampilan maupun adab, para guru bidang studi
memberikan contoh yang baik buat para siswa. Namun dengan tidak adanya visi yang
sama dalam mengkonstruksi karakter Islami pada siswa merupakan salah satu
tantangan buat sekolah.
Tantangan terakhir berasal dari aspek fasilitas sekolah, di mana sekolah belum
memiliki fsilitas lengkap disebabkan gedung sekolah masih dalam tahap
pembangunan.Sarana dan prasarana pendidikan yang membantu kelancaran
pelaksanaan pendidikan, terutama dalam mencapai tujuan pengajaran secara efektif
dan efisien.15
Maka dapat diambil kesimpulan bahwa tantangan dalam proses konstruksi
pendidikan karakter Islami pada siswa terdiri dari tiga aspek, yakni
1) Aspek siswa yang meliputi: latar belakang sekolah dasar siswa, pola asuh dan pola
pikir orang tua;
2) Aspek guru, yakni: tidak semua guru memiliki visi yang sama dalam melakukan
proses konstruksi;
3) Aspek fasilitas sekolah, yakni: keterbatasan sekolah dalam menyediakan fasilitas
yang mendukung proses konstruksi disebabkan masih berada di gedung
sementara.16

G. Peran Guru dalam Pembentukan dan Pengembangan Pendidikan Karakter


Peran guru dalam membentuk peserta didik sangatlah penting. Arahan guru menjadi

petunjuk jalan bagi kegiatan siswanya. Sekali saja guru menyampaikan hal yang salah kepada

peserta didiknya, saat itu pula telah menyesatkan anak didiknya. Sehingga, seorang guru

sebelum dan selama menjadi guru, ia harus memiliki karakter guru. Ngainun Naim

mengemukakan tentnag karakter yang harus dimiliki oleh guru yaitu: guru hendaknya
15
Rahmat Hidayat,Ilmu Pendidikan Islam: Menuntun Arah Pendidikan Islam Indonesia, Medan: LPPPI, 2016, h
121
16
Elsa Suryani dan Rahmat Hidayat, Konstruksi Pendidikan Karakter Islami Siswa SMPIT Al-Munadi Medan,
Universitas Dharmawangsa, Vol. III No. 01, 2018, h. 41

19
menjadi orang yang memiliki wawasan yang luas, apa yang disampaikan oleh guru harus

merupakan sesuatu yang benar dan memberikan manfaat, seorang guru harus menekankan

sikap yang objektif dalam menghadapi setiap permasalahan, seorang guru hendaknya

memiliki dedikasi, motivasi, dan loyalitas yang kuat, memiliki kualitas dan kepribadian

moral, guru harus membentuk wtak humanis anak didiknya serta guru juga harus melek

informasi dan teknologi.

Seorang guru disekolah tidak hanya berperan sebagai pengajar atau sebagai pendidik

akademi saja tetapi juga harus bisa menjadi seorang pendidik karakter, moral dan juga

budaya bagi siswanya. Guru dapat menggabungkan pendidikan karakter disetiap mata

pelajaran melalui kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan, seperti mata pelajaran yang

berkaitan dengan proses atau nilai-nilai pada setiap mata pelajaran yang dapat dikaitkan

dengan kehidupan sehari-hari.

Menurut LICKONA, guru juga dapat berperan sebagai seorang model, yaitu orang yang

mempunyai adap yang baik dan positif dengan cara menunjukkan rasa hormat dan tanggung

jawab pada saat kegiatan pembelajaran yang berlangsung baik itu didalam maupun diluar

kelas. Guru bisa memberikan contoh dalam berbagai hal yang berkaitan dengan moral beserta

alasannya, yaitu dengan cara menunjukkan cara mereka beretika dalam bertindak tertama

dalam lingkungan sekolah.

Peran guru dalam pengembangan karakter yang dimaksud adalah guru wali kelas, dimana

guru wali kelas yang sering berinteraksi melaksanakan kegiatan pembelajaran dikelas secara

langsung bersama para siswa. Guru wali kelas dalam kegiatan pengembangan karakter siswa

berperan sebagai model pengembangan kRkter yang dapat memberikan contoh pada kegiatan

pembelajaran sehari-hari seperti pelaksanaan pembiasaan yang dilakukan sebelum dan

sesudah kegiatan pembelajaran. 17

17
Rismawati Nur Afifah, Amrozi Khamidi, peran guru dalam pengembangan karakter peserta didik ditingkat
sekolah dasar, jurnal inspirasi manejemen pendidikan. Vol. 10. No. 101. 2022. Hlm. 137.

20
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari uraian di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa :

21
1. Pendidikan karakter merupakan suatu upaya yang dirancang secara sistematis untuk

membantu peserta didik memahami nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan

dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan

kebangsaan yang terwujud, dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan,

yang berdasarkan norma-norma, agama, hukum, tata kerama, budaya, dan adat istiadat

yang melibatkan aspek pengetahuan, perasaan, dan tindakan. Tetapi, karena manusia

hidup dalam lingkungan sosial dan budaya tertentu, maka perkembangan karakter

individu seseorang hanya dapat dilakukan dalam lingkungan sosial dan budaya yang

bersangkutan.

2. Strategi-strategi dalam perkembangan pendidikan karakter salah satunya yaitu

strategi Pendidikan Karakter melalui (Multiple Talent Approach) Strategi ini

bertujuan untuk mengembangkan seluruh potensi anak didik yang merupakan

Pengembangan potensi yang membangun self concept yang menunjang kesehatan

mental.

3. Tujuan Pendidikan Karakter Bangsa diantaranya adalah:

 mengembangkan potensi afektif peserta didik sebagai manusia dan warga

Negara yang memiliki nilai-nilai budaya dan karakter bangsa.

 mengembangkan kebiasaan dan perilaku peserta didik yang terpuji dan sejalan

dengan nilai-nilai universal dan tradisi budaya dan karakter bangsa.

 menanamkan jiwa kepemimpinan dan tanggung jawab peserta didik sebagai

generasi penerus bangsa.

 mengembangkan kemampuan peserta didik menjadi manusia yang mandiri,

kreatif, berwawasan kebangsaan.

22
 mengembangkan lingkungan kehidupan sekolah sebagai lingkungan belajar

yang aman, jujur, penuh kreativitas, dan persahabatan, serta dengan rasa

kebangsaan yang tinggi dan penuh kekuatan.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas, dapat disarankan bahwa:

1. pendidikan karakter sebaikanya harus ditanamkan sejak kecil pada anak agar karakter-

karakter baik dapat bertumbuh dalam dirinya sejak dini.

2. Pelaksanan pendidikan karakter bukan lagi sasarannya anak usia dini hingga remaja,

tetapi juga harus dilaksanakan hingga usia dewasa.

3. lingkungan sekolah yang positif dapat membantu seorang peserta didik dalam

membangun karakternya. Oleh karena itu, pihak sekolah hendaknya menciptakan

lingkungan sekolah yang positif.

4. sebaiknya, guru berperan sebagai orang tua siswa di sekolah dapat menanamkan

pendidikan karakter kepada mereka dengan member teladan dan disiplin tentang

pendidikan karakter yang baik.

DAFTAR PUSTAKA

23
Amri, Sofan, (2016) “Implementasi Pendidikan dalam Pembelajran”, (Jakarta: Prestasi

Pustaka)

Batubara, Husein, Hamdan, (2017) “Strategi dan Media Pendidikan”, Indonesian Journal of

Islamic Education.

Bahan Penelitian Penguatan “Metodologi Pembelajaran Berdasarkan Nilai-Nilai Budaya

untuk Membentuk Daya Saing dan Karakter Bangsa.

Fatriani Feni, Aa Suryana, Pupuh Fathurrohman, (2017) “Pengembangan Pendidikan

Karakter”, (Bandung: PT Refika Aditama)

Hariyanto, Muchlas Samani, (2017) “Konsep dan Model Pendidikan Karakter”, (Bandung:

PT Remaja Rosdakarya)

Hatta, Muhammad “Kumpulan Karangan”, (Djakarta: Penerbil dan balai Buku Indonesia)

Hidayat, Rahmat, ( 2016) “Pendidikan Islam: Menuntun Arah Pendidikan Islam Indonesia,

Medan: LPPPI

Hidayat Rahmat, Suryani Elsa, (2018) “Konstruksi Pendidikan Karakter Islami Siswa SMPIT

Al-Munadi Medan, Universitas Dharmawangsa.

Khamidi Amrozi, Afifah Nur Rismawati, (2022), “ Peran guru dalam pengembangan karakter

peserta didik ditingkat sekolah dasar, jurnal inspirasi manejemen pendidikan

Manulang Belferik, Prayitno, (2017) “Pendidikan Karakter dalam Pembangunan Bangsa,

(Jakarta: Grasindo).

Samrin, (2016) “Pendidikan Karakter”, (Sebuah Pendekatan Nilai), Jurnal Al-Ta’dib.

Sertiadi Dicky, (2018) “Keluarga Sebagai Sumber Pendidikan Karakter Bagi Anak”

24
Samani, Mukhlas, (2016) “Konsep dan Model Pendidikan Karakter”, (Bandung: Remaja

Rosdakarya)

25

Anda mungkin juga menyukai