Anda di halaman 1dari 19

PENDIDIKAN KARAKTER DAN MASA DEPAN BANGSA

MAKALAH

Disusun Guna Memenuhi Tugas

Mata Kuliah: Isu Kontemporer Pendidikan

Dosen Pengampu: Prof. Dr. H. Fatah Syukur, M. Ag.

Disusun Oleh:

Farokhi Maulida (2103016083)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO

SEMARANG

2023
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah swt. yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-
Nya, sehingga penulis mampu menyelesaikan makalah dengan judul “ Pendidikan
Karakter dan Masa Depan” ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga selalu
terlimpahkan kepada junjungan Nabi Muhammad S.A.W yang telah membimbing
umatnya ke jalan yang benderang. Makalah ini dibuat berdasarkan tugas yang
dibebankan kepada penulis dari dosen pengampu Prof. Dr. H. Fatah Syukur, M. Ag.
mata kuliah Isu Kontemporer Pendidikan.

Terima kasih juga kami ucapkan kepada teman-teman yang telah


berkontribusi dengan memberikan ide-idenya sehingga makalah ini bisa disusun
dengan baik dan rapi. Penulis menyadari bahwa karya makalah ini masih jauh dari
kata kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari
pembaca yang bersifat kontruktif demi kesempurnaan makalah ini. Semoga
makalah ini bisa membawa manfaat kepada pembaca dan juga bagi penulis sendiri.

Semarang, 27 Oktober 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................................... i

DAFTAR ISI....................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................. 1

A. Latar Belakang......................................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah.................................................................................................... 1

C. Tujuan Makalah ....................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................... 3

A. Pengertian Pendidikan Karakter .............................................................................. 3

B. Hakikat Pendidikan Karakter................................................................................... 4

C. Landasan Pendidikan Karakter ................................................................................ 5

D. Peran Pendidikan Karakter dalam Membentuk Masa Depan Bangsa ..................... 7

E. Pendidikan Karakter di Era Global.......................................................................... 8

F. Implementasi Pendidikan Karakter di Sekolah...................................................... 10

BAB III PENUTUP ......................................................................................................... 14

A. Kesimpulan ............................................................................................................ 14

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 16

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan karakter adalah aspek penting dalam membentuk masa
depan bangsa. Ini melibatkan pengembangan nilai-nilai, etika, dan sikap positif
pada individu sejak usia dini. Pendidikan karakter membantu menghasilkan
warga yang bertanggung jawab, jujur, disiplin, dan peduli terhadap lingkungan
serta masyarakat. Masa depan bangsa sangat dipengaruhi oleh generasi yang
memiliki karakter kuat, karena mereka mampu mengatasi tantangan dan
kontribusi positif bagi kemajuan negara. Oleh karena itu, pendidikan karakter
menjadi landasan penting dalam membentuk masa depan yang lebih baik bagi
bangsa.
Pendidikan karakter memiliki makna lebih tinggi dari pendidikan moral,
karena pendidikan karakter tidak hanya berkaitan dengan masalah benar-salah,
tetapi bagaimana menanamkan kebiasan (habit) tentang hal-hal yang baik dalam
3 kehidupan, sehingga anak atau peserta didik memiliki kesadaran, dan
pemahaman yang tinggi, serta dan kepedulian dan komitmen untuk menerapkan
kebajikan dalam kehidupan sehari-hari.1
Makalah ini bertujuan untuk mendalami terkait pendidikan karakter dan
masa depan bangsa. Dengan pemahaman yang lebih mendalam tentang
pendidika karakter dan masa depan bangsa tersebut, ketika masa depan terdapat
suatu problematika terkait masalah tersebut kita mampu menghadapi tantangan
tersebut dengan berpedoman pada hal mendasar yang akan dibahas di makalah
ini.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian pendidikan karakter?
2. Apa saja hakekat pendidikan karakter?
3. Apa saja landasan pendidikan karakter?
4. Bagaimana pendidikan karakter dan masa depan bangsa?

1 E. Mulyasa “Manajemen Pendidikan Karakter”, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2013), hal. 1-2.

1
5. Bagaimana pendidikan karakter di era global?
6. Bagimana implementasi pendidikan karakter di sekolah?
C. Tujuan Makalah
1. Untuk mengetahui pengertian pendidikan karakter
2. Untuk mengetahui hakekat pendidikan karakter
3. Untuk mengetahui landasan pendidikan karakter
4. Untuk mengetahui pendidikan karakter dan masa depan bangsa
5. Untuk mengetahui pendidikan karakter di era global
6. Untuk mengetahui implementasi pendidikan karakter di sekolah

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Pendidikan Karakter


Pendidikan Menurut UU Sisdiknas adalah “Usaha sadar dan terencana
untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik
secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memilki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.
Sedangkan makna karakter menurut Depdiknas adalah “bawaan hati, jiwa,
kepribadian, budi pekerti, perilaku, personalitas, sifat, tabiat dan watak”. Jadi,
yang disebut berkarakter sebenarnya adalah berkepribadian, berperilaku,
bersifat, bertabiat, dan berwatak.
Maka dapat dipahami bahwa Pendidikan karakter adalah sebuah sistem
yang menanamkan nilai-nilai karakter pada peserta didik, yang mengandung
komponen pengetahuan, kesadaran individu, tekat, serta adanya kemauan dan
tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai, baik terhadap Tuhan, diri sendiri,
sesama manusia, lingkungan, maupun bangsa yang pada akhirnya akan
mewujudkan insan kamil. Pendidikan karakter, menurut Ratna Megawangi
adalah sebuah usaha untuk mendidik anak-anak agar dapat mengambil
keputusan dengan bijak dan mempraktekkannya dalam kehidupan sehari-hari,
sehingga mereka dapat memberikan kontribusi yang positif pada lingkungan.
Sedangkan menurut pendapat Fakhry Gaffar juga memberikan definisi
pendidikan karakter sebagai sebuah proses transformasi nilai-nilai kehidupan
untuk ditumbuhkembangkan dalam kepribadian seseorang sehingga menjadi
satu dalam perilaku kehidupan orang itu. 2
Dari beberapa pengertian dan pendapat menurut para ahli yang telah
dipaparkan, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa pendidikan karakter yaitu

2 Abdul Halim Rofi’ie, Pendidikan Karakter adalah Sebuah Keharusan, Waskita, Vol. 1, No.
1, 2017, hal. 116-117.

3
proses manusiawi untuk menanamkan nilai-nilai karakter dan mewujudkan
insan kamil yang mempunyai pendidikan karakter yang sangat baik.
B. Hakikat Pendidikan Karakter
Secara harfiah karakter artinya ”kualitas mental atau moral, kekuatan
moral, nama atau reputasi”. Karakter berasal dari bahasa latin “kharakter”,
“kharassein”, “kharax”, dalam bahasa Inggris “character”, dari charassein
berarti membuat tajam, membuat dalam. Dalam kamus kata karakter diartikan
sebagai tabiat, watak, sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekeri yang
membedakan seseorang dengan orang lain. Nama dari jumlah seluruh ciri
pribadi yang meliputi hal-hal seperti perilaku, kebiasaan, kesukaan,
ketidaksukaan, kemampuan, kecenderungan, potensi, nilai-nilai, dan pola
pemikiran.3
Pendidikan karakter adalah sebuah upaya untuk membimbing perilaku
menusia menuju standar-standar baku. Fokus pendidikan karakter adalah pada
tujuan-tujuan etika, tetapi praktiknya meliputi penguatan kecakapan-kecakapan
yang penting yang mencakup perkembangan sosial siswa. Seseorang dapat
dikatakan berkarakter jika telah berhasil menyerap nilai dan keyakinan yang
dikehendaki masyarakat serta digunakan sebagai kekuatan moral dalam
hidupnya. Jadi suatu bangsa dapat dikatakan berkarakter jika bangsa itu
memiliki nilai dan keyakinan yang dilandasi tujuan dari bangsa itu sendiri. 4
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa hakekat
pendidikan karakter adalah kualitas atau kekuatan mental, moral, akhlak
seseorang yang dibentuk sehingga menghasilkan kepribadian atau watak yang
menjadi ciri khas orang tersebut. Jadi pendidikan karakter adalah pendidikan
budi pekerti plus, yaitu pendidikan yang melibatkan aspek teori pengetahuan
(conitif), perasaan (feeling), dan tindakan (action).

3 Majid Abdullah, dkk, Pendidikan Karakter Perspektif Islam, (Bandung: Rosda, 1998),
Hal:11.
4
Muchlas Samani, Hakekat Pendidikan Karakter dan Model Pendidikan Karakter,
(Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2012), hal. 51

4
C. Landasan Pendidikan Karakter
1. Landasan ontologi dari pendidikan karakter yaitu:
a) Tujuan pendidikan karakter; tujuan pendidikan karakter secara
substansial merujuk kepada upaya untuk membuat suatu perubahan
pembangunan karakter yang lebih baik. Pendidikan yang berorientasi
pada pembangunan karakter sangat diperlukan dalam rangka
mengembangkan, memproses, dan menguatkan sifat mulia manusia.
Proses ini dilakukan dengan keikhlasan dan ketulusan sehingga akan
mencapai kondisi diri yang terbaik.
b) Peserta Didik; Pendidikan yang berorientasi pada pengembangan
karakter harus melihat bahwa siswa adalah bibit-bibit yang memiliki
potensi keunggulan yang berbeda-beda.
c) Pendidik; Pendidik harus mempunyai grand design agar dapat
menguatkan karakter anak melalui pengkondisian suasana belajar di
sekolah antara guru-siswa, siswa-siswa, guru-guru. Semua ini akan
mempengaruhi secara positif/negatif tergantung pada suasana belajar
yang bagaimana yang akan disajikan dan akan berdampak kepada setiap
siswa.
d) Alat (praktis) pendidikan. Berdasarkan penelitian di Harvard University
Amerika Serikat ternyata kesuksesan seseorang tidak ditentukan
semata-mata oleh pengetahuan dan kemampuan teknis (hard Skill) saja,
tetapi lebih oleh kemampuan mengelola diri dan orang lain (Soft Skill).
Prinsip pengembanga karakter berkenaan dengan “diri yang terdalam”
yang ada dalam diri manusia yang sifatnya intangible dan harus didekati
dengan intrinsic education, berbeda dari instructional objective dalam
pendidikannya yang lebih bersifat pragmatis.
e) Lingkungan sosiokultural (dengan keluarga, sekolah dan masyarakat
dengan settingnya) yang menjadi fokus sasaran kajiannya. Untuk
membentuk bangsa yang mempunyai karakter, dibutuhkan peran
lingkungan dan genetis, keduanya akan membentuk genetis. Peran

5
lingkungan sangat penting, bermakna dalam penguatan dan
pembentukan karakter manusia.
2. Landasan epistemologi pendidikan karakter merupakan fenomenologi
dengan segala persyaratan dan perangkatnya yang disebut sebagai
komponen Pendidikan karakter berupa :
a) Moral Knowing; merupakan aspek pembentuk karakter seseorang,
nilai moral berupa respect terhadap kehidupan sekitarnya,
bertanggung jawab, jujur, adil, toleran, disiplin, diri dan memiliki
integritas serta pemahaman tentang prinsip-prinsip dasar dari moral
seperti respect terhadap nilai-nilai yang dimiliki setiap orang.
b) Moral Feeling; Moral feeling bisa dikategorikan ke dalam aspek
emosi dari karakter, dapat berkembang karena pengaruh lingkungan
sekolah dan keluarga.
c) Moral Action; Tindakan moral terdiri atas kompetensi, yaitu
keterampilan seseorang dalam melakukan sesuatu, yang ditunjukkan
dengan secara konsisten serta memberikan kontribusi kinerja yang
tinggi dalam suatu tugas, kainginan dan kebiasaan.
3. Landasan aksiologi pendidikan karakter merupakan kedewasaan peserta
didik dan perubahan perilaku sebagai acuan yang normatif. Seseorang
dikatakan memiliki karakter kuat apabila bisa menilai apa yang right,
peduli pada apa yang dianggap right dan melakukan apa yang sudah
dianggap right tersebut. Menurut Lickona, karakter seseorang dapat
dikatakan baik apabila orang tersebut telah melalui beberapa proses
yaitu mengetahui hal yang baik, menginginkan hal baik, selanjutnya
melakukan hal yang baik, meskipun mendapat tekanan dari luar maupun
godaan dari dalam. Seseorang dikatakan memiliki karakter kuat apabila
bisa menilai apa yang right, peduli pada apa yang dianggap right dan
melakukan apa yang sudah dianggap right tersebut. 5

5 Nurdin, Pendidikan Karakter, STAIN Sultan Qaimuddin Kendari, 2012, Hal. 72-74.

6
Dari beberapa landasan pendidikan karakter di atas dapat
disimpulkan bahwa landasan ontologi yaitu landasan yang berdasarakan
tujuan pendidikan karakter, peserta didik, pendidik, alat (praktis), dan
lingkungan sosial, sedangkan landasan epistemologi yaitu landasan
yang berkaitan dengan aspek pembentukan karakter seseorang, aspek
emosi dari karakter, dan keterampilan seseorang dalam melakukan
sesuatu, kemudian ada landasan aksiologi yang menjelaskan tentang
kedewasaan peserta didik dan perubahan perilaku yang telah dilakukan.

D. Peran Pendidikan Karakter dalam Membentuk Masa Depan Bangsa


Indonesia bersiap diri dengan melakukan refolusi pada bidang
pendidikan yaitu dengan menerapkan pendidikan karakter. Pendidikan karakter
dianggap sebagai usaha pembinaan yang baik bagi remaja sebagai generasi
muda yang diandalkan dalam meneruskan pembangunan dan kemajuan negara.
Masa remaja yang sangat rentan, sehingga perlu adanya upaya pembinaan
karakter remaja untuk menjadi sosok yang sesuai harapan bangsa, yang akan
menggantikan generasi senior di masa mendatang. Sebagaimana dengan
pendapat Kristiawan yang menyatakan bahwa pendidikan karakter bagi remaja
dilaksanakan dengan tujuan sebagai tameng dan pengendalian diri agar tidak
mudah terjerumus ke dalam karakter negatif. Pendidikan usia remaja
merupakan momen yang berharga untuk menentukan karakter seseorang setelah
dewasa.

Masalah karakter bangsa menjadi bagian dari masalah kultural (budaya)


yang juga merupakan bagian dari sistem. Maksudnya, mulai menipisnya atau
bahkan lenyapnya beberapa budaya yang ada dahulu, tergantikan oleh budaya
lain yang bertolak belakang dengan karakter bangsa. Salah satu budaya yang
mulai menipis adalah budaya malu. Akhir-akhir ini budaya malu sepertinya
sudah tercabut dari akar budaya kita. Misalnya para pejabat yang tersandung
kasus korupsi, mereka masih bisa tersenyum dan saat diwawancarai media tidak
tampak rasa bersalah, penyesalan atau malu sedikit pun. Ditambah masalah lain
yang tak ringan juga, yang dapat menghambat pelaksanaan pembinaan karakter

7
generasi muda adalah minimnya role mode berkualitas, yang dapat mengajarkan
dan menjadi tauladan nilai-nilai kebaikan.

Pada peringatan Hari Pendidikan Nasional pernah menyampaikan


bahwa pendidikan karakter memiliki fungsi dan peran strategis bagi kemajuan
bangsa. Karenanya, harus ada komitmen yang kuat untuk menjalankannya
sebagai bagian dari jati diri bangsa. Komitmen tersebut mengacu pada Ada 5
nilai karakter bangsa supaya menjadi manusia unggul, yang menjadi acuan
komitmen pelaksanaan pendidikan karakter, yaitu:

1. manusia Indonesia yang bermoral, berakhlak dan berperilaku yang baik


2. mencapai masyarakat cerdas dan rasional
3. manusia Indonesia di masa depan adalah manusia yang inovatif dan terus
mengejar kemajuan
4. memperkuat semangat dan terus mencari solusi dalam berbagai kesulitan
5. manusia Indonesia harus menjadi patriot yang sejati, mencintai bangsa,
negara serta tanah air.6

Dapat disimpulkan bahwa dari beberapa penjelasan diatas tentang


pendidikan karakter dan masa depan bangsa yaitu dengan cara pembentukan
karakter memerlukan pengembangan keteladanan melalui proses pembelajaran,
pelatihan, dan pembiasaan yang terus-menerus dalam jangka panjang, akan
menjadikan generasi yang mempunyai karakter yang baik untuk kehidupan
masa depan bangsa yang akan datang.

E. Pendidikan Karakter di Era Global


Isu pendidikan karakter terkait dengan fenomena global. Di era Digital,
globalisasi akan terus berjalan, dan tak seorangpun dapat menghentikannya.
Suka atau tidak suka, tiap-tiap bangsa, tiap-tiap negara yang “bergaul dengan”
dan tidak mengisolasikan diri dari peradaban dunia abad ini pasti berhadapan
dengan globalisasi yang difasilitasi oleh teknologi digital. Kalimat yang cukup

6 Dwi Ammelia Galuh Primasari, Dencik, and M. Imansyah, "Pendidikan Karakter Bagi
Generasi Masa Kini.", Prosiding Seminar Nasional Program Pascasarjana Universitas PGRI
Palembang, 2019, hal. 1102-1105.

8
arif adalah bagaimana kita mengendalikan globalisasi itu sehingga globalisasi
sedapat mungkin dapat mendatangkan keuntungan dan kekayaan masa depan
(future wealth), bukan kerugian-kerugian.7

Penguatan karakter tidak cukup dilakukan di sekolah. Di era digital


seperti sekarang ini, keluarga harus terlibat aktif dalam memfasilitasi anak
menemukan dan mengembangkan karakter yang baik. Karena setiap anak
sangat akrab dengan piranti digital yang di dalamnya menawarkan “apa saja”
(bisa hal positif dan negatif), maka tidak berlebihan jika dikatakan bahwa di era
digital karakter anak sangat dipengaruhi oleh informasi digital yang paparkan
melalui piranti digital. Oleh karena itu orang tua perlu memahami cara-cara
mendampingi anak dalam menghadapi media digital. Herlina, Setiawan, dan
Adikara, memberikan tips pengasuhan digital sebagai berikut.

1. Dampingi anak mengakses gawai, dimana orang tua perlu bersama anak
dalam menggunakan media digital, menegosiasi waktu akses, dan memilih
media dan saluran. Waktu akses bagi anak-anak disarankan tidak lebih dari
2 jam dan bisa lebih panjang jika untuk kepentingan membangun kedekatan
dengan keluarga yang jauh.
2. Seleksi konten yang sesuai untuk anak yang dapat dilakukan dengan piranti
lunak dan pemahaman. Orang tua dapat menggunakan kategorisasi atau
rating yang digunakan penyedia konten.
3. Pahami informasi yang disediakan media digital, selektiflah mana yang
tepat dan mana yang tidak tepat untuk anak.
4. Analisislah konten digital untuk menemukan pola positif dan negatif.
5. Verifikasilah media digital.
6. Evaluasilah konten media dengan mendiskusikannya dengan anak.
7. Distribusikan konten media berdasarkan nilai-nilai yang disepakati. Orang
tua dan anak dapat saling berbagi konten media yang disepakati.
8. Memproduksi konten positif dan produktif bersama.

7 Suwarjo, Penguatan Karakter Peserta Didik dalam Menghadapi Era Digital, (Prosiding
Konferensi Pendidikan Nasional, ISSN: 2654-8607, 2015), hal. 4.

9
9. Berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan produktif terkait media digital.
10. Berkolaborasi menciptakan konten digital. 8

Dapat disimpulkan bahwa dari beberapa penjelasan diatas tentang


pendidikan karakter di era global tidak cukup dilakukan di sekolah. Di era
digital seperti sekarang ini, keluarga harus terlibat aktif dalam memfasilitasi
anak menemukan dan mengembangkan karakter yang baik, agar mempunyai
karakter yang baik juga.

F. Implementasi Pendidikan Karakter di Sekolah


Implementasi pendidikan karakter pada satuan pendidikan sekolah
dipengaruhi oleh dua faktor utama, yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
Faktor internal sekolah antara lain: peran kepala sekolah, tata tertib sekolah,
keberadaan silabus, kurikulum yang mendukung, integritas siswa, kedisiplinan
guru, profesionalisme guru, sarana prasarana sekolah yang mendukung, visi dan
misi sekolah, kedisiplinan peserta didik, integritas karyawan, penerapan sanksi
bagi yang melanggar tata tertib secara tegas dan komitmen warga sekolah
terhadap pembinaan dan pendidikan karakter bangsa. Sedangkan faktor
eksternal sekolah antara lain: kondisi lingkungan sekolah, kondisi masyarakat
di luar sekolah, budaya masyarakat sekitar, lingkungan keluarga, dan peran
tokoh masyarakat.9

Dapat disimpulkan bahwa implementasi pendidikan karakter terdapat


dua faktor yaitu faktor internal dan eksternal yang sangat mempengaruhi
pendidikan karakter di sekolah memiliki karakter yang baik.

Pendidikan karakter di sekolah juga sangat terkait dengan manajemen


atau pengelolaan sekolah. Pengelolaan yang dimaksud adalah bagaimana
pendidikan karakter direncanakan (planning), dilaksanakan (actuating), dan
dikendalikan (evaluation) dalam kegiatan-kegiatan pendidikan di sekolah

8 Herlina dkk, Digital Parenting: Mendidik Anak di Era Digital, (Bantul : Samudra Biru,
2018), hal. 10-12.
9 Tutuk Ningsih, Implementasi Pendidikan Karakter, (Purwokerto: STAIN Press, 2015), hal.

13.

10
secara memadai. Pengelolaan tersebut antara lain seperti nilai-nilai yang perlu
ditanamkan, muatan kurikulum, pembelajaran, penilaian, pendidik dan tenaga
kependidikan atau komponen terkait lainnya. Dengan demikian pengelolaan
sekolah merupakan salah satu media yang efektif dalam aplikasi pendidikan
karakter di sekolah, maka dari itu dibawah ini akan membahas mengenai
implementasi pendidikan karakter agar peserta didik mempunya karakter yang
baik.10

Dapat disimpulkan dari penjelasan diatas mengenai pendidikan karakter


di sekolah juga sangat terkait dengan manajemen atau pengelolaan sekolah.
Pengelolaan yang dimaksud adalah bagaimana pendidikan karakter
direncanakan (planning), dilaksanakan (actuating), dan dikendalikan
(evaluation) dalam kegiatan-kegiatan pendidikan di sekolah secara memadai.

Implementasi merupakan kegiatan untuk merealisasikan rencana


menjadi tindakan nyata dalam rangka mencapai tujuan secara efektif dan
efisien, sehingga akan memiliki nilai. Dalam pelaksanaan pendidikan karakter
merupakan kegiatan inti dari pendidikan karakter. Penerapan pendidikan di
sekolah setidaknya dapat ditempuh melalui empat alternatif strategi secara
terpadu. Pertama, mengintegrasikan konten pendidikan karakter yang telah
dirumuskan kedalam seluruh mata pelajaran. Kedua, mengintegrasikan
pendidikan karakter kedalam kegiatan sehari-hari di sekolah. Ketiga,
mengintegrasikan pendidikan karakter kedalam kegiatan yang diprogamkan
atau direncanakan. Keempat, membangun komunikasi kerjasama antar sekolah
dengan orang tua peserta didik. Di bawah ini terdapat beberapa implementasi
pendidikan karakter disekolah yang berkitan dengan pembiasaan-pembiasaan
yang evektif yaitu:

1. Mengintegrasikan keseluruhan mata pelajaran yaitu pengembangan nilai-


nilai pendidikan budaya dan karakter bangsa diintegrasikan kedalam setiap

10 Zulhijrah, “Implementasi Pendidikan Karkter di Sekolah”, Tadrib, Vol. 1 No. 1 Juni 2015,
hal. 8.

11
pokok bahasan dari setiap mata pelajaran. Nilai-nilai tersebut dicantumkan
dalam silabus dan RPP, mengintegrasikan ke dalam kegiatan sehari-hari.
2. Menerapkan keteladanan yaitu pembiasaan keteladanan adalah kegiatan
dalam bentuk perilaku sehari-hari yang tidak diprogramkan karena
dilakukan tanpa mengenal batasan ruang dan waktu. Keteladanan ini
merupakan perilaku dan sikap guru dan tenaga pendidikan dan peserta didik
dalam memberikan contoh melalui tindakan-tindakan yang baik sehingga
diharapkan menjadi panutan bagi peserta didik lain. Misalnya nilai disiplin,
kebersihan dan kerapian, kasih sayang, kesopanan, perhatian, jujur dan kerja
keras. Kegiatan ini meliputi berpakaian rapi, berbahasa yang baik, rajin
membaca, memuji kebaikan dan keberhasilan orang lain, datang tepat
waktu.
3. Pembiasaan rutin yaitu pembinaan rutin merupakan salah satu kegiatan
pendidikan karakter yang terintegrasi dengan kegiatan sehari-hari di
sekolah, seperti upacara bendera, senam, doa bersama, ketertiban,
pemeliharaan kebersihan (jum’at bersih). 11

Maka dapat disimpulkan dari pembiasaan-pembiasaan ini akan efektif


membentuk karakter peserta didik secara berkelanjutan dengan pembiasaan
yang sudah biasa mereka lakukan secara rutin tersebut.

Peran pendidikan dalam pembangunan karakter adalah sangat strategis


karena untuk membentuk karakter peserta didik yang efektif hanya dapat
dilakukan melalui pendidikan, dalam hal ini warga sekolah (kepala sekolah,
guru, karyawan, dan siswa) memiliki peran yang sangat penting dalam
pembangunan nilai-nilai karakter dan moral siswa. Menurut buku Pedoman
Pelaksanaan Pendidikan Karakter Pusat Kurikulum dan Perbukuan Kemdikbud
(2011) menyebutkan bahwa pelaksanaan pendidikan karakter di satuan
pendidikan perlu melibatkan seluruh warga sekolah, orang tua siswa, dan

11 Ardi Wiyani dkk, Manajemen Pendidikan Karakter; Konsep dan Implementasinya di


Sekolah. (Yogyakarta: PT Pustaka Insan Madani 2012), hal. 10-11.

12
masyarakat sekitar. Pendidikan karakter bertujuan mengembangkan nilai-nilai
yang membentuk karakter bangsa yaitu Pancasila, meliputi:

1. mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia berhati baik,


berpikiran baik, dan berperilaku baik.
2. membangun bangsa yang berkarakter Pancasila.
3. mengembangkan potensi warga negara agar memiliki sikap percaya diri,
bangga pada bangsa dan negaranya serta mencintai umat manusia.

Pendidikan karakter berfungsi:

1. membangun kehidupan kebangsaan yang multikultural


2. membangun peradaban bangsa yang cerdas, berbudaya luhur, dan mampu
berkontribusi terhadap pengembangan kehidupan umat manusia;
mengembangkan potensi dasar agar berhati baik, dan berperilaku baik serta
keteladanan
3. membangun sikap warga negara yang cinta damai, kreatif, mandiri, dan
mampu hidup berdampingan dengan bangsa lain dalam suatu harmoni.12

Dapat disimpulkan dari beberapa penjelasan di atas yaitu dengan adanya


Peran pendidikan dalam pembangunan karakter adalah sangat strategis karena
untuk membentuk karakter peserta didik yang efektif hanya dapat dilakukan
melalui pendidikan.

12 Ma’mur Asmani, Buku Panduan Pendidikan Karakter di Sekolah, (Yogyakarta: Diva Press,
2011), hal. 57-58.

13
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Maka dapat dipahami bahwa Pendidikan karakter adalah sebuah sistem
yang menanamkan nilai-nilai karakter pada peserta didik, yang mengandung
komponen pengetahuan, kesadaran individu, tekat, serta adanya kemauan dan
tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai, baik terhadap Tuhan, diri sendiri,
sesama manusia, lingkungan, maupun bangsa yang pada akhirnya akan
mewujudkan insan kamil. Fokus pendidikan karakter adalah pada tujuan-tujuan
etika, tetapi praktiknya meliputi penguatan kecakapan-kecakapan yang penting
yang mencakup perkembangan sosial siswa.

Landasan ontologi dari pendidikan karakter ada beberapa macam yaitu:


tujuan pendidikan karakter, peserta didik, alat (praktis) pendidikan, lingkungan
sosiokultural sedangkan landasan epistemologi pendidikan karakter merupakan
fenomenologi dengan segala persyaratan dan perangkatnya yang disebut
sebagai komponen pendidikan karakter berupa : moral knowing, moral feeling,
moral action. Landasan aksiologi pendidikan karakter merupakan kedewasaan
peserta didik dan perubahan perilaku sebagai acuan yang normatif. Seseorang
dikatakan memiliki karakter kuat apabila bisa menilai apa yang right, peduli
pada apa yang dianggap right dan melakukan apa yang sudah dianggap right
tersebut.

Pendidikan karakter dan masa depan bangsa yaitu dengan cara


pembentukan karakter memerlukan pengembangan keteladanan melalui proses
pembelajaran, pelatihan, dan pembiasaan yang terus-menerus dalam jangka
panjang, akan menjadikan generasi yang mempunyai karakter yang baik untuk
kehidupan masa depan bangsa yang akan datang.

Sedangakan pendidikan karakter di era global tidak cukup dilakukan di


sekolah saja. Namun harus dilakukan di lingkungan keluarga juga. Seperti
contoh di era digital seperti sekarang ini, keluarga harus terlibat aktif dalam

14
memfasilitasi anak menemukan dan mengembangkan karakter yang baik, agar
mempunyai karakter yang baik.

Implementasi pendidikan karakter pada satuan pendidikan sekolah


dipengaruhi oleh dua faktor utama, yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
Faktor internal sekolah antara lain: peran kepala sekolah, tata tertib sekolah,
keberadaan silabus, kurikulum yang mendukung, integritas siswa, kedisiplinan
guru, profesionalisme guru, sarana prasarana sekolah yang mendukung, visi dan
misi sekolah, kedisiplinan peserta didik, integritas karyawan, penerapan sanksi
bagi yang melanggar tata tertib secara tegas dan komitmen warga sekolah
terhadap pembinaan dan pendidikan karakter bangsa. Sedangkan faktor
eksternal sekolah antara lain: kondisi lingkungan sekolah, kondisi masyarakat
di luar sekolah, budaya masyarakat sekitar, lingkungan keluarga, dan peran
tokoh masyarakat.

15
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Majid, dkk. 1998. “Pendidikan Karakter Perspektif Islam”. Bandung:
Rosda.

Asmani, Ma’mur. 2011. Buku Panduan Pendidikan Karakter di Sekolah.


Yogyakarta: Diva Press.

E. Mulyasa. 2013. Manajemen Pendidikan Karakter. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Herlina dkk. 2018. Digital Parenting: Mendidik Anak di Era Digital. (Bantul:
Samudra Biru).

Ningsih, Tutuk. 2015. Implementasi Pendidikan Karakter. Purwokerto: STAIN


Press.

Nurdin. 2012. Pendidikan Karakter. STAIN Sultan Qaimuddin Kendari.

Primasari, Dwi Ammelia Galuh, Dencik, and M. Imansyah. 2019. "Pendidikan


Karakter Bagi Generasi Masa Kini." Prosiding Seminar Nasional Program
Pascasarjana Universitas PGRI Palembang.

Rofi’ie, Abdul Halim. 2017. “Pendidikan Karakter adalah Sebuah Keharusan”,


Waskita, Vol. 1, No. 1.

Samani, Muchlas. 2012. Hakekat Pendidikan Karakter dan Model Pendidikan


Karakter. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.

Suwarjo. 2015. “Penguatan Karakter Peserta Didik Dalam Menghadapi Era


Digital”. (Prosiding Konferensi Pendidikan Nasional, ISSN: 2654-8607).

Wiyani, Ardi, dkk. 2012. Manajemen Pendidikan Karakter; Konsep dan


Implementasinya di Sekolah. Yogyakarta: PT Pustaka Insan Madani.

Zulhijrah. 2015. “Implementasi Pendidikan Karakter di Sekolah”, Tadrib, Vol. 1


No. 1.

16

Anda mungkin juga menyukai