MAKALAH
Disusun Oleh:
SEMARANG
2023
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah swt. yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-
Nya, sehingga penulis mampu menyelesaikan makalah dengan judul “ Pendidikan
Karakter dan Masa Depan” ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga selalu
terlimpahkan kepada junjungan Nabi Muhammad S.A.W yang telah membimbing
umatnya ke jalan yang benderang. Makalah ini dibuat berdasarkan tugas yang
dibebankan kepada penulis dari dosen pengampu Prof. Dr. H. Fatah Syukur, M. Ag.
mata kuliah Isu Kontemporer Pendidikan.
Penulis
i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI....................................................................................................................... ii
A. Latar Belakang......................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.................................................................................................... 1
A. Kesimpulan ............................................................................................................ 14
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan karakter adalah aspek penting dalam membentuk masa
depan bangsa. Ini melibatkan pengembangan nilai-nilai, etika, dan sikap positif
pada individu sejak usia dini. Pendidikan karakter membantu menghasilkan
warga yang bertanggung jawab, jujur, disiplin, dan peduli terhadap lingkungan
serta masyarakat. Masa depan bangsa sangat dipengaruhi oleh generasi yang
memiliki karakter kuat, karena mereka mampu mengatasi tantangan dan
kontribusi positif bagi kemajuan negara. Oleh karena itu, pendidikan karakter
menjadi landasan penting dalam membentuk masa depan yang lebih baik bagi
bangsa.
Pendidikan karakter memiliki makna lebih tinggi dari pendidikan moral,
karena pendidikan karakter tidak hanya berkaitan dengan masalah benar-salah,
tetapi bagaimana menanamkan kebiasan (habit) tentang hal-hal yang baik dalam
3 kehidupan, sehingga anak atau peserta didik memiliki kesadaran, dan
pemahaman yang tinggi, serta dan kepedulian dan komitmen untuk menerapkan
kebajikan dalam kehidupan sehari-hari.1
Makalah ini bertujuan untuk mendalami terkait pendidikan karakter dan
masa depan bangsa. Dengan pemahaman yang lebih mendalam tentang
pendidika karakter dan masa depan bangsa tersebut, ketika masa depan terdapat
suatu problematika terkait masalah tersebut kita mampu menghadapi tantangan
tersebut dengan berpedoman pada hal mendasar yang akan dibahas di makalah
ini.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian pendidikan karakter?
2. Apa saja hakekat pendidikan karakter?
3. Apa saja landasan pendidikan karakter?
4. Bagaimana pendidikan karakter dan masa depan bangsa?
1 E. Mulyasa “Manajemen Pendidikan Karakter”, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2013), hal. 1-2.
1
5. Bagaimana pendidikan karakter di era global?
6. Bagimana implementasi pendidikan karakter di sekolah?
C. Tujuan Makalah
1. Untuk mengetahui pengertian pendidikan karakter
2. Untuk mengetahui hakekat pendidikan karakter
3. Untuk mengetahui landasan pendidikan karakter
4. Untuk mengetahui pendidikan karakter dan masa depan bangsa
5. Untuk mengetahui pendidikan karakter di era global
6. Untuk mengetahui implementasi pendidikan karakter di sekolah
2
BAB II
PEMBAHASAN
2 Abdul Halim Rofi’ie, Pendidikan Karakter adalah Sebuah Keharusan, Waskita, Vol. 1, No.
1, 2017, hal. 116-117.
3
proses manusiawi untuk menanamkan nilai-nilai karakter dan mewujudkan
insan kamil yang mempunyai pendidikan karakter yang sangat baik.
B. Hakikat Pendidikan Karakter
Secara harfiah karakter artinya ”kualitas mental atau moral, kekuatan
moral, nama atau reputasi”. Karakter berasal dari bahasa latin “kharakter”,
“kharassein”, “kharax”, dalam bahasa Inggris “character”, dari charassein
berarti membuat tajam, membuat dalam. Dalam kamus kata karakter diartikan
sebagai tabiat, watak, sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekeri yang
membedakan seseorang dengan orang lain. Nama dari jumlah seluruh ciri
pribadi yang meliputi hal-hal seperti perilaku, kebiasaan, kesukaan,
ketidaksukaan, kemampuan, kecenderungan, potensi, nilai-nilai, dan pola
pemikiran.3
Pendidikan karakter adalah sebuah upaya untuk membimbing perilaku
menusia menuju standar-standar baku. Fokus pendidikan karakter adalah pada
tujuan-tujuan etika, tetapi praktiknya meliputi penguatan kecakapan-kecakapan
yang penting yang mencakup perkembangan sosial siswa. Seseorang dapat
dikatakan berkarakter jika telah berhasil menyerap nilai dan keyakinan yang
dikehendaki masyarakat serta digunakan sebagai kekuatan moral dalam
hidupnya. Jadi suatu bangsa dapat dikatakan berkarakter jika bangsa itu
memiliki nilai dan keyakinan yang dilandasi tujuan dari bangsa itu sendiri. 4
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa hakekat
pendidikan karakter adalah kualitas atau kekuatan mental, moral, akhlak
seseorang yang dibentuk sehingga menghasilkan kepribadian atau watak yang
menjadi ciri khas orang tersebut. Jadi pendidikan karakter adalah pendidikan
budi pekerti plus, yaitu pendidikan yang melibatkan aspek teori pengetahuan
(conitif), perasaan (feeling), dan tindakan (action).
3 Majid Abdullah, dkk, Pendidikan Karakter Perspektif Islam, (Bandung: Rosda, 1998),
Hal:11.
4
Muchlas Samani, Hakekat Pendidikan Karakter dan Model Pendidikan Karakter,
(Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2012), hal. 51
4
C. Landasan Pendidikan Karakter
1. Landasan ontologi dari pendidikan karakter yaitu:
a) Tujuan pendidikan karakter; tujuan pendidikan karakter secara
substansial merujuk kepada upaya untuk membuat suatu perubahan
pembangunan karakter yang lebih baik. Pendidikan yang berorientasi
pada pembangunan karakter sangat diperlukan dalam rangka
mengembangkan, memproses, dan menguatkan sifat mulia manusia.
Proses ini dilakukan dengan keikhlasan dan ketulusan sehingga akan
mencapai kondisi diri yang terbaik.
b) Peserta Didik; Pendidikan yang berorientasi pada pengembangan
karakter harus melihat bahwa siswa adalah bibit-bibit yang memiliki
potensi keunggulan yang berbeda-beda.
c) Pendidik; Pendidik harus mempunyai grand design agar dapat
menguatkan karakter anak melalui pengkondisian suasana belajar di
sekolah antara guru-siswa, siswa-siswa, guru-guru. Semua ini akan
mempengaruhi secara positif/negatif tergantung pada suasana belajar
yang bagaimana yang akan disajikan dan akan berdampak kepada setiap
siswa.
d) Alat (praktis) pendidikan. Berdasarkan penelitian di Harvard University
Amerika Serikat ternyata kesuksesan seseorang tidak ditentukan
semata-mata oleh pengetahuan dan kemampuan teknis (hard Skill) saja,
tetapi lebih oleh kemampuan mengelola diri dan orang lain (Soft Skill).
Prinsip pengembanga karakter berkenaan dengan “diri yang terdalam”
yang ada dalam diri manusia yang sifatnya intangible dan harus didekati
dengan intrinsic education, berbeda dari instructional objective dalam
pendidikannya yang lebih bersifat pragmatis.
e) Lingkungan sosiokultural (dengan keluarga, sekolah dan masyarakat
dengan settingnya) yang menjadi fokus sasaran kajiannya. Untuk
membentuk bangsa yang mempunyai karakter, dibutuhkan peran
lingkungan dan genetis, keduanya akan membentuk genetis. Peran
5
lingkungan sangat penting, bermakna dalam penguatan dan
pembentukan karakter manusia.
2. Landasan epistemologi pendidikan karakter merupakan fenomenologi
dengan segala persyaratan dan perangkatnya yang disebut sebagai
komponen Pendidikan karakter berupa :
a) Moral Knowing; merupakan aspek pembentuk karakter seseorang,
nilai moral berupa respect terhadap kehidupan sekitarnya,
bertanggung jawab, jujur, adil, toleran, disiplin, diri dan memiliki
integritas serta pemahaman tentang prinsip-prinsip dasar dari moral
seperti respect terhadap nilai-nilai yang dimiliki setiap orang.
b) Moral Feeling; Moral feeling bisa dikategorikan ke dalam aspek
emosi dari karakter, dapat berkembang karena pengaruh lingkungan
sekolah dan keluarga.
c) Moral Action; Tindakan moral terdiri atas kompetensi, yaitu
keterampilan seseorang dalam melakukan sesuatu, yang ditunjukkan
dengan secara konsisten serta memberikan kontribusi kinerja yang
tinggi dalam suatu tugas, kainginan dan kebiasaan.
3. Landasan aksiologi pendidikan karakter merupakan kedewasaan peserta
didik dan perubahan perilaku sebagai acuan yang normatif. Seseorang
dikatakan memiliki karakter kuat apabila bisa menilai apa yang right,
peduli pada apa yang dianggap right dan melakukan apa yang sudah
dianggap right tersebut. Menurut Lickona, karakter seseorang dapat
dikatakan baik apabila orang tersebut telah melalui beberapa proses
yaitu mengetahui hal yang baik, menginginkan hal baik, selanjutnya
melakukan hal yang baik, meskipun mendapat tekanan dari luar maupun
godaan dari dalam. Seseorang dikatakan memiliki karakter kuat apabila
bisa menilai apa yang right, peduli pada apa yang dianggap right dan
melakukan apa yang sudah dianggap right tersebut. 5
5 Nurdin, Pendidikan Karakter, STAIN Sultan Qaimuddin Kendari, 2012, Hal. 72-74.
6
Dari beberapa landasan pendidikan karakter di atas dapat
disimpulkan bahwa landasan ontologi yaitu landasan yang berdasarakan
tujuan pendidikan karakter, peserta didik, pendidik, alat (praktis), dan
lingkungan sosial, sedangkan landasan epistemologi yaitu landasan
yang berkaitan dengan aspek pembentukan karakter seseorang, aspek
emosi dari karakter, dan keterampilan seseorang dalam melakukan
sesuatu, kemudian ada landasan aksiologi yang menjelaskan tentang
kedewasaan peserta didik dan perubahan perilaku yang telah dilakukan.
7
generasi muda adalah minimnya role mode berkualitas, yang dapat mengajarkan
dan menjadi tauladan nilai-nilai kebaikan.
6 Dwi Ammelia Galuh Primasari, Dencik, and M. Imansyah, "Pendidikan Karakter Bagi
Generasi Masa Kini.", Prosiding Seminar Nasional Program Pascasarjana Universitas PGRI
Palembang, 2019, hal. 1102-1105.
8
arif adalah bagaimana kita mengendalikan globalisasi itu sehingga globalisasi
sedapat mungkin dapat mendatangkan keuntungan dan kekayaan masa depan
(future wealth), bukan kerugian-kerugian.7
1. Dampingi anak mengakses gawai, dimana orang tua perlu bersama anak
dalam menggunakan media digital, menegosiasi waktu akses, dan memilih
media dan saluran. Waktu akses bagi anak-anak disarankan tidak lebih dari
2 jam dan bisa lebih panjang jika untuk kepentingan membangun kedekatan
dengan keluarga yang jauh.
2. Seleksi konten yang sesuai untuk anak yang dapat dilakukan dengan piranti
lunak dan pemahaman. Orang tua dapat menggunakan kategorisasi atau
rating yang digunakan penyedia konten.
3. Pahami informasi yang disediakan media digital, selektiflah mana yang
tepat dan mana yang tidak tepat untuk anak.
4. Analisislah konten digital untuk menemukan pola positif dan negatif.
5. Verifikasilah media digital.
6. Evaluasilah konten media dengan mendiskusikannya dengan anak.
7. Distribusikan konten media berdasarkan nilai-nilai yang disepakati. Orang
tua dan anak dapat saling berbagi konten media yang disepakati.
8. Memproduksi konten positif dan produktif bersama.
7 Suwarjo, Penguatan Karakter Peserta Didik dalam Menghadapi Era Digital, (Prosiding
Konferensi Pendidikan Nasional, ISSN: 2654-8607, 2015), hal. 4.
9
9. Berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan produktif terkait media digital.
10. Berkolaborasi menciptakan konten digital. 8
8 Herlina dkk, Digital Parenting: Mendidik Anak di Era Digital, (Bantul : Samudra Biru,
2018), hal. 10-12.
9 Tutuk Ningsih, Implementasi Pendidikan Karakter, (Purwokerto: STAIN Press, 2015), hal.
13.
10
secara memadai. Pengelolaan tersebut antara lain seperti nilai-nilai yang perlu
ditanamkan, muatan kurikulum, pembelajaran, penilaian, pendidik dan tenaga
kependidikan atau komponen terkait lainnya. Dengan demikian pengelolaan
sekolah merupakan salah satu media yang efektif dalam aplikasi pendidikan
karakter di sekolah, maka dari itu dibawah ini akan membahas mengenai
implementasi pendidikan karakter agar peserta didik mempunya karakter yang
baik.10
10 Zulhijrah, “Implementasi Pendidikan Karkter di Sekolah”, Tadrib, Vol. 1 No. 1 Juni 2015,
hal. 8.
11
pokok bahasan dari setiap mata pelajaran. Nilai-nilai tersebut dicantumkan
dalam silabus dan RPP, mengintegrasikan ke dalam kegiatan sehari-hari.
2. Menerapkan keteladanan yaitu pembiasaan keteladanan adalah kegiatan
dalam bentuk perilaku sehari-hari yang tidak diprogramkan karena
dilakukan tanpa mengenal batasan ruang dan waktu. Keteladanan ini
merupakan perilaku dan sikap guru dan tenaga pendidikan dan peserta didik
dalam memberikan contoh melalui tindakan-tindakan yang baik sehingga
diharapkan menjadi panutan bagi peserta didik lain. Misalnya nilai disiplin,
kebersihan dan kerapian, kasih sayang, kesopanan, perhatian, jujur dan kerja
keras. Kegiatan ini meliputi berpakaian rapi, berbahasa yang baik, rajin
membaca, memuji kebaikan dan keberhasilan orang lain, datang tepat
waktu.
3. Pembiasaan rutin yaitu pembinaan rutin merupakan salah satu kegiatan
pendidikan karakter yang terintegrasi dengan kegiatan sehari-hari di
sekolah, seperti upacara bendera, senam, doa bersama, ketertiban,
pemeliharaan kebersihan (jum’at bersih). 11
12
masyarakat sekitar. Pendidikan karakter bertujuan mengembangkan nilai-nilai
yang membentuk karakter bangsa yaitu Pancasila, meliputi:
12 Ma’mur Asmani, Buku Panduan Pendidikan Karakter di Sekolah, (Yogyakarta: Diva Press,
2011), hal. 57-58.
13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Maka dapat dipahami bahwa Pendidikan karakter adalah sebuah sistem
yang menanamkan nilai-nilai karakter pada peserta didik, yang mengandung
komponen pengetahuan, kesadaran individu, tekat, serta adanya kemauan dan
tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai, baik terhadap Tuhan, diri sendiri,
sesama manusia, lingkungan, maupun bangsa yang pada akhirnya akan
mewujudkan insan kamil. Fokus pendidikan karakter adalah pada tujuan-tujuan
etika, tetapi praktiknya meliputi penguatan kecakapan-kecakapan yang penting
yang mencakup perkembangan sosial siswa.
14
memfasilitasi anak menemukan dan mengembangkan karakter yang baik, agar
mempunyai karakter yang baik.
15
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Majid, dkk. 1998. “Pendidikan Karakter Perspektif Islam”. Bandung:
Rosda.
Herlina dkk. 2018. Digital Parenting: Mendidik Anak di Era Digital. (Bantul:
Samudra Biru).
16