Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

ANALISIS KEBIJAKAN TENTANG PENDIDIKAN KARAKTER

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah


Studi Kebijakan Pendidikan Agama Islam

Dosen pengampu

Dr. Sutrisno, M. Pd

Disusun Oleh :

Betty Adinda Wijaya 210101210025

Hana Malihatul Azizah 210101210034

MAGISTER PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

PASCASARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

MAULANA MALIK IBRAHIM

MALANG

2022

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Yang Maha Esa atas segala limpahan rahmat
dan karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah mata kuliah Studi
Kebijakan Pendidikan Agama Islam dengan Dosen Pengampu Dr. Sutrisno, M. Pd
tepat pada waktunya.

Makalah ini berjudul “Analisis kebijakan tentang pendidikan karakter”


akan mengulas tentang pengertian dan tujuan pendidikan karakter, kebijakan
pendidikan karakter, faktor pendukung dan penghambat pendidikan karakter dan
analisis penerapan kebijakan pendidikan karakter. Dalam penyusunan makalah ini
tidak lepas dari bantuan, arahan dan masukan dari berbagai pihak, sehingga dapat
membantu dalam penyusunannya. Untuk itu tidak lupa saya mengucapkan terima
kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam menyelesaikan
makalah ini. Meski telah disusun secara maksimal, namun saya sebagai manusia
biasa menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Karenanya kami
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca sekalian. Akhir
kata, semoga dari makalah ini dapat diambil manfaatnya dan menambah
pengetahuan untuk para pembaca sekalian.

Malang, 24 Oktober 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................... ii

DAFTAR ISI.................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang...................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................................. 2
C. Tujuan Penulisan.................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian dan Tujuan Pendidikan Karakter........................................ 3


B. Kebijakan Pendidikan Karakter............................................................ 5
C. Faktor Pendukung dan Penghambat Pendidikan Karakter................... 7
D. Analisis Penerapan Kebijakan Pendidikan Karakter............................ 9

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan........................................................................................... 11
B. Saran..................................................................................................... 11

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan karakter saat ini merupakan topik yang marak diperbincangkan
dalam dunia pendidikan. Pendidikan merupakan salah satu proses yang di
dalamnya terdapat suatu aturan dan prosedur yang harus dimiliki oleh setiap
peserta didik. Setiap peserta didik memiliki tanggungjawab yang sama dalam
proses pembelajaran. Pendidikan menjadi pilar utama untuk memajukan generasi
penerus bangsa demi perkembangan intelektual anak. Perkembangan intelektual
tersebut nantinya akan membentuk kepribadian atau karakter anak. Merebaknya
sikap hidup yang buruk dan budaya kekerasan, atau merakyatnya bahasa ekonomi
dan politik, disadari atau tidak, telah ikut melemahkan karakter anak-anak bangsa,
sehingga menjadikan nilai-nilai luhur dan kearifan sikap hidup mati suri. Anak-
anak sekarang gampang sekali melontarkan bahasa oral dan bahasa tubuh yang
cenderung tereduksi oleh gaya ungkap yang kasar dan vulgar. Nilai-nilai etika dan
estetika telah terbonsai dan terkerdilkan oleh gaya hidup instan dan konstan.

Pendidikan berbasis karakter di negeri ini memang telah lama hilang.


Pelajaran di sekolah yang berupa pendidikan kewarganegaraan dan pendidikan
agama, seharusnya bisa menjadi penyaring untuk membendung arus merebaknya
budaya kekerasan, dinilai telah berubah menjadi mata pelajaran berbasis
indoktrinasi yang semata-mata mengajarkan dan mencekoki nilai baik dan buruk
saja, tanpa diimbangi dengan pola pembiasaan secara intensif yang bisa memicu
peserta didik untuk berperilaku dan bersikap sesuai dengan nilai-nilai luhur.

Pendidikan di sekolah tidak lagi cukup hanya dengan mengajar peserta


didik membaca, menulis, dan berhitung, kemudian lulus ujian dan nantinya
mendapat pekerjaan yang baik. Sekolah harus mapu mendidik peserta didik untuk
mampu memutuskan apa yang benar dan salah. Sekolah juga perlu membantu
orang tua untuk menemukan tujuan hidup setiap peserta didik. Lembaga
pendidikan, khususnya sekolah dipandang sebagai tempat yang strategis untuk

1
membentuk karakter siswa. Hal ini dimaksudkan agar peserta didik dalam segala
ucapan, sikap, dan perilakunya mencerminkan karakter yang baik dan kuat.
Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa pembentukan karakter
peserta didik yang baik dapat dilakukan di tempat ia mengenyam pendidikan sejak
dini mulai dari taman kanak-kanak, sekolah dasar, sekolah menengah, sampai
dengan perguruan tinggi.

Maka, sesuai dengan permasalahan di atas, dapat dikaji topik penting yakni
bahwa kebijakan pendidikan karakter yang dilaksanakan di sekolah di harapkan
dapat mengembangkan kemampuan berpikir sekaligus membentuk karakter
peserta didik yang baik untuk mencapai tujuan hidup dalam kehidupan.
B. Rumusan Masalah
Dari pemaparan latar belakang diatas, maka dapat diambil rumusan masalah
sebagai berikut :
1. Apa pengertian dan tujuan pendidikan karakter?
2. Bagaimana kebijakan pendidikan karakter di Indonesia?
3. Apa faktor pendukung dan penghambat pendidikan karakter?
4. Bagaimana analisis penerapan kebijakan pendidikan karakter?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan yang dijadikan landasan dalam penulisan makalah ini adalah
sebagai berikut :
1. Untuk mendiskripsikan pengertian dan tujuan pendidikan karakter
2. Untuk menganalisis kebijakan pendidikan karakter di Indonesia
3. Untuk menganalisis faktor pendukung dan penghambat pendidikan karakter
4. Untuk menganalisis penerapan kebijakan pendidikan karakter

2
BAB II
ISI

A. Pengertian dan Tujuan Pendidikan Karakter


Secara etimologi istilah karakter berasal dari bahasa latin character yang
berarti watak, tabiat, sifat-sifat kejiwaan, budi pekerti, kepribadian, dan akhlak.
Dalam kamus psikologi, arti karakter adalah kepribadian ditinjau dari titik tolak
etis atau moral, misalnya kejujuran seseorang. Secara istilah karakter diastikan
sebagai sifat manusia pada umumnya yang bergantung pada factor kehidupannya
sendiri. Karakter merupakan sifat kejiwaan, akhlak, atau budi pekerti yang
menjadi cirikhas seseorang atau sekelompok orang. Karakter merupakan nilai-
nilai peprilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri
sendiri, sesame amnesia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam
pikiran, sikap, perasaan, perkataan dan perbuatan berdasarkan norma-norma
agama, hukum, tata karma, budaya dan adat istiadat. Terdapat beberapa nilai
budaya yang dapat dijadikan karakter yakni ketakwaan, kearifan, keadilan,
kesetaraan, harga diri, percaya diri, harmoni, kemandirian kepedulian, kerukunan,
ketabahan, kreativitas, kompetitif, kerja keras, keuletan, kehormatan, kedisiplinan
dan keteladanan.1
Pendidikan karakter menurut Ratna Megawangi (2004) “sebuah usaha
untuk mendidik anak-anak agar dapat mengambil keputusan dengan bijak dan
mempraktikkannya dalam kehidupan sehari-hari sehingga mereka dapat
memberikan kontribusi yang positif kepada lingkungannya”.2
Dalam Islam, secara historis pendidikan karakter merupakan misi utama
para Nabi. Nabi Muhammad sebagai Rasul terakhir juga mempunyai pernyataan
bahwa dirinya diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia. Sebagaimana
sabda Nabi SAW. Mengidentifikasi bahwa pembentukan karakter merupakan
kebutuhan utama bagi tumbuhnya cara beragama yang dapat menciptakan
peradaban. Pada sisi lain, juga menunjukkan bahwa masing-masing manusia

1
Agus Zenul Fitri, Pendidikan Karakter (Jogjakarta: Ar Ruzz Media, 2012), hal 20-21
2
Dharma Dkk, Pendidikan Karakter (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2013), hal 5

3
memiliki karakter tertentu, namun belum disempurnakan.3 Thomas Lickona
mengidentifkasikan, dalam buku Education for Character, bahwa pendidikan
karakter adalah pendidikan untuk “membentuk” keperibadian seseorang melalui
pendidikan budi pekerti, yang hasilnya terlihat dalam tindakan nyata seseorang
yaitu tingkah laku yang baik, jujur, bertanggung jawab, menghormati har orang
lain, kerja keras dan sebagainya.4
Raharjo memaknai pendidikan karakter sebagai suatu proses pendidikan
secara holistis yang menghubungkan dimensi moral dengan ranah sosial dalam
kehidupan peserta didik sebagai fondasi bagi terbentuknya generasi yang
berkualitas yang mampu hidup mandiri dan memiliki prinsip suatu kebenaran
yang dapat dipertanggung jawabkan.5
Pendidikan karakter dilakukan melalui pendidikan nilai-nilai atau
kebajikan yang menjadi nilai dasar karakter bangsa. Kebajikan yang menjadi
atribut suatu karakter pada dasarnya adalah nilai. Menurut Pendidikan Nasional 18
nilai-nilai dalam pendidikan karakter adalah sebagai berikut : (a) Religius, (b)
Jujur, (c) Toleransi, (d) Disiplin, (e) Kerja Keras, (f) Kreatif, (g) Mandiri, (h)
Demokratis, (i) Rasa Ingin Tahu, (j) Semangat Kebangsaan, (k) Cinta tanah air, (l)
Menghargai Prestasi, (m) Bersahabat/Komunikatif, (n) Cinta Damai, (o) Gemar
Membaca, (p) Peduli Lingkungan, (q) Peduli Sosial, (r) Tanggung Jawab. Delapan
belas nilai untuk pendidikan karakter diatas merupakan perwujudan dari lima nilai
utama yang saling berkaitan yaitu religiusitas, nasionalisme, kemandirian, gotong
royong dan integritas yang terintegrasi dalam kurikulum.6
Pendidikan karakter bertujuan untuk membentuk dan membangun pola
piker sikap, dan perilaku pesertad didik agar menjadi pribadi yang positif
berakhlakul karimah, berjiwa luhur, dan bertanggung jawab. Secara substantive
tujuan pendidikan karakter adalah membimbing dan memfasilitasi anak agar
3
Bambang dkk Q-Anees, Pendidikan Karakter Berbasis Al Qur’an (Bandung: Simbiosa Rekatama
Media, 2009), 102
4
Thomas Lickona, Education for Charakter: How Our Schools Can Teach Respect and
Responsibility (New York: Bantam Books, 1991), hal 43
5
Zubaedi, Desain Pendidikan Karakter (Jakarta: Kencana, 2012).
6
Muhammad Zul Ahmadi, Hasnawi Haris, and Muhammad Akbal, “Implementasi Program
Penguatan Pendidikan Karakter Di Sekolah,” Phinisi Integration Review 3, no. 2 (2020): 305,
https://doi.org/10.26858/pir.v3i2.14971, hal 7

4
memiliki karakter positif (baik). Menurut kemendiknas, tujuan pendidikan
karakter antara lain:
1. Mengembangkan potensi kalbu/nurani/afektif peserta didik sebagai manusia
dan warga Negara yang memiliki nilai-nilai budaya dan karakter bangsa
2. Mengembangkan kebiasaan dan perilaku peserta didik yang terpuji dan
sejalan dengan nilai-nilai universal dan tradisi budaya bangsa yang religious
3. Menanamkan jiwa kepemimpinan dan bertanggung jawab peserta didik
sebagai generasi penerus bangsa
4. Mengembangkan kemampuan peserta didik untuk menjadi manusia yang
mandiri, kreatif, dan berwawasan kebangsaan
5. Mengembangkan lingkungan kehidupan sekolah sebagai lingkungan belajar
yang aman, jujur, penuh kreativitas dan persahabatan, serta dengan rasa
kebangsaan yang tinggi dan penuh kekuatan.7

Berdasarkan pemaparan diatas dapat dipahami bahwa tujuan dari


pendidikan karakter adalah memebntuk, menanamkan, memfasilitasi, dan
mengembangkan nilai-nilai positif pada peserta didik untuk bekal kehidupan yang
unggul dan bermartabat.

B. Kebijakan Pendidikan Karakter


Pemerintah Indonesia telah merumuskan kebijakan dalam rangka
pembangunan karakter bangsa. Dalam kebijakan Nasional Pembangunan Karakter
Bangsa Tahun 2010-2025 ditegaskan bahwa karakter merupakan hasil
keterpaduan empat bagian, yakni olah hati, olah piker, olah raga, serta olah rasa
dan karsa. Nilai-nilai karakter yang dijiwai oleh sila-sila pancasila pada masing-
masing bagian tersebut, dapat dikemukakan sebagai berikut :
1. Karakter yang bersumber dari olah hati antara lain beriman, bertakwa, jujur,
amanah, adil, tertib, taat peraturan, bertanggung jawab, berempati, berani
mengambil resiko, pantang menyerah, rela berkorban dan berjiwa patriotic
2. Karakter yang bersumber dari olah piker antara lain cerdas, kritis, kreatif,
inovatif, ingin tahu, produktif, berorientasi pada IPTEK, dan reflektif

7
Fitri, Pendidikan Karakter, hal 24

5
3. Karakter yang berusmber dari olah raga/kinestetika antara lain bersih, sehat
sportif, tangguh, andal, berdaya tahan, bersahabat, kooperatif, determinative,
kompetitif, ceria, dan gigih
4. Karakter yang bersumber dari olah rasa dan karsa antara lain kemanusiaan,
saling menghargai, gotong royong, kebersamaan, ramah, hormat, toleran,
nasionalis, peduli, kosmopolit(mendunia), mengutamakan kepentingan
umum, cinta tanah air, bangga menggunakan bahasa dan produk Indonesia,
dinamis, kerja keras dan beretos kerja.

Berdasarkan nilai-nilai karakter tersebut, kemendikbud mencanangkan


empat nilai karakter utama yang menjadi ujung tombak penerapan pendidikan
karakter dikalangan peserta didik yakni jujur (olah hati), cerdas (olah piker),
tangguh (olah raga) dan peduli (olah rasa dan karsa).8

Pada tanggal 6 September 2017, Presiden Joko Widodo telah


menandatangani Peraturan Presiden (PERPRES) No. 87 Tahun 2017 tentang
Penguatan Pendidikan Karakter yang berkaitan dengan penguatan pendidikan
karakter (PPK). Penerbitan PERPRES yang berkaitan dengan PPK tersebut
merupakan bagian dari Gerakan Nasional Revolusi Mental. Target utama
penguatan karakter peserta didik yakni dicoba lewat harmonisasi olah hati, olah
piker, olah raga, dan olah rasa dengan pelibatan dan kerja sama antara satuan
pendidikan, keluarga, dan masyarakat sebagai bagian dari Gerakan Nasional
Revolusi Mental (GNRM).9 Penguatan Pendidikan Karakter hadir dengan
pertimbangan bahwa dalam rangka mewujudkan bangsa yang berbudaya melalui
penguatan nilai-nilai religius, jujur, toleran, disiplin, bekerja keras, kreatif,
mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air,
menghargai prestasi, komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli
lingkungan, peduli sosial, dan bertanggung jawab, pemerintah memandang perlu
penguatan pendidikan karakter.

8
Dahlan Muchtar and Aisyah Suryani, “Pendidikan Karakter Menurut Kemendikbud,” Edumaspul:
Jurnal Pendidikan 3, no. 2 (2019): 50–57, https://doi.org/10.33487/edumaspul.v3i2.142. hal 53
9
Penguatan Pendidikan Karakter, “O f a H” 2 (n.d.): hal 466–74.

6
Penerbitan PERPRES tersebut diprakarsai oleh beberapa kebijakan-
kebijakan yang diberlakukan oleh pemerintah, adapun beberapa kebijakan yang
dikeluarkan pemerintah selama 10 tahun terakhir yakni:

1. UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional


2. Peraturan Presiden (PERPRES) No. 87 Tahun 2017 tentang Penguatan
Pendidikan Karakter (PPK)
3. Peraturan Menteri Pendiidkan dan Kebudayaan No. 20 Tahun 2015 tentang
Gerakan Pembudayaan Karakter di Sekolah
4. Permendikbud No 23 Tahun 2015 tentang Penumbuhan Budi Pekerti
5. Permendikbud No 20 Tahun 2018 tentang Penguatan Pendidikan Karakter
pada lembaga pendidikan Formal
6. Peraturan Gubernur (PERGUB) No. 86 Tahun 2019 tentang upaya
pencegahan dan penanggulangan tindak kekerasan bagi peserta didk di
satuan pendidikan dan lingkungan satuan pendidikan.10

C. Faktor Pendukung dan Penghambat Pendidikan Karakter


Pendidikan karakter diimplementasikan oleh sekolah mengalami beberapa
faktor pendukung dan penghambat, beberapa faktor yang mendorong
pembelajaran karakter disekolah yakni:
1. Faktor Internal :
a. Tingkat kecerdasan, bagi anak yang cerdas akan mudah menerima
informasi terkait karakter yang diajarkan oleh guru
b. Kreativitas, bagi anak yang kreatif akan menghasilkan hal-hal baru
berdasarkan pengalamannya menerima pendidikan karakter dari pihak
lain
c. Motivasi belajar, siswa yang memiliki motivasi tinggi akan lebih mudah
menyerap berbagai pembelajaran pendidikan karakter secara mudah
d. Sikap dan kebiasaan belajar, bagi siswa yang memiliki sikap dan
kebiasaan belajar yang bagus dan terencana, sistematis, dan tararahkan,

10
Karakter.

7
akan menjadikan pembelajaran karakter menjadi sesuatu yang bermakna
dalam rangka peningkatan kualitas diri.
2. Faktor eksternal :
a. Pengalaman pra sekolah, bagi siswa yang sudah terbiasa dengan
pendidikan perilaku yang baik yang diterima di jenjang pendidikan
sebelumnya
b. Pengaruh media massa
c. Lingkungan yang mendukung.11

Adapun factor pengahmbat pendidikan karakter yakni :

1. Peran orang tua


Kurangnya peran orang tua dalam menanamkan nilai karakter kepada
siswa. Dalam hal ini pola asuh menjadi hal yang paling utama bagi
pembentukan karakter anak/ individu. Namun terkadang orang tua
menerapkan pola asuh yang keliru. Mungkin menurut perspektif orang tua
tujuannya bagus, namun secara implementatif caranya keliru. Pola asuh
yang keliru tentu akan membawa dampak negatif bagi siswa/ individu.
Factor dari orang tua lainnya yakni faktor ekonomi. Disadari atau tidak,
status ekonomi turut mempengaruhi karakter anak/ individu. Dan yang
selanjutnya adalah gizi bagi anak.
2. Paran sekolah
Faktor penghambat pertama adalah guru, dan kemudian lingkungan
sekolah
3. Peran masyarakat yang di dalamnya terdapat faktor teman sebaya, budaya
dan kebiasaan masyarakat, dan kekerasan di masyarakat.
4. Peran media yang terkadang membawa hal negatif. Kehadiran teknologi
seperti dua mata pisau, disatu sisi bisa menambah ilmu pengetahuan, di
sisi lain justru memberikan dampak negatif bagi para siswa. Disadari atau
tidak, bahwa peran media dengan menampilkan public figure di dalamnya
dapat berpengaruh pada karakter siswa. Factor media selanjutnya yakni

11
Agus Zenul Fitri, Pendidikan Karakter (Jogjakarta: Ar Ruzz Media, 2012), hal 139-140

8
tayangan kekerasan yang sering muncul baik di media televisi maupun
media sosial memberikan dampak buruk terhadap perilaku siswa/ individu,
dan yang terakhir dari peran media adalah adanya prinsip bad issue good
news sementara semua orang menonton, menyimak dan mencerna berita
tersebut.
5. Kondisi terkini.12
D. Analisis Kebijakan Pendidikan Karakter
Penerapan kebijakan kebijakan pendidikan karakter yang dicanangkan oleh
pemerintah salah satunya dengan program penguatan pendidikan karakter (PPK)
yang tertuang dalam PERPRES No. 87 tahun 2017 disusul dengan peraturan
menteri pendidikan dan kebudayaan serta peraturan gubernur dinilai membawa
angin segar bagi penanaman karakter peserta didik, namun dalam proses
implementasi terdapat beberapa problema atau kendala, beberapa kendala tersebut
yakni:
1. Nilai-nilai karakter yang dikembangkan disekolah belum terjabarkan
dalam indicator yang representative, hal tersebut mengakibatkan kesulitan
dalam memahami tentang penguatan karakter
2. Sekolah belum dapat memilah nilai-nilai karakter yang sesuai dengan
visinya. Kurangnya pemahaman contoh-contoh karakter membuat sekolah
kurang bias mengimplementasikan peraturan tentang penguatan karakter
3. Pemahaman guru tentang konsep pendidikan karakter yang masih belum
menyeluruh
4. Guru belum memiliki kompetensi yang memadai untuk mengintegrasikan
nilai-nilai karakter pada mata pelajaran yang diampu.
5. Guru belum dapat menjadi teladan atas nilai-nilai karakter. Masih
ditemukan beberapa oknum guru yang tidak mencerminkan karakter yang
baik

Solusi yang ditawarkan dalam menyelesaikan beberapa problem dalam


implementasi kebijakan penguatan pendidikan karakter tersebut yakni:

12
Aiman Faiz et al., “Jurnal Basicedu” 5, no. 4 (2021): 1766–77.

9
1. Pemerintah memebri pemahaman yang jelas mengenai indicator-indikator
dalam penanaman nilai-nilai karakter, baik melalui penyuluhan pihak
kementrian pendidikan dan kebudayaan secara berkala sehingga sekolah
dapat mengimplementasikan kebijakan pemerintah tentang penguatan
pendidikan karakter
2. Pihak sekolah merumuskan nilai-nilai karakter apa saja yang sangat
mendesak atau penting yang harus diterapkan disekolah dan tertuang
dalam program tersebut
3. Pemerintah menggencarkan pelatihan-pelatihan kepada guru tentang
konsep dan penerapan nilai-nilai karakter
4. Guru-guru harus proaktif dalam memperbaharui pengetahuan terkait
pemahaman karakter
5. Pada program profesi keguruan harus menekankankan tentang pemahaman
nilai-nilai karakter dan harus ada uji kompetensi guru yang komprehensif
sehingga dihasilkan guru-guru yang berkarakter.13
6. Selain memiliki pengetahuan tentang pendidikan karakter guru harus
memiliki rasa sadar bahwa karakter yang baik juga perlu diterapkan pada
diri seorang guru.

13
Zakaria, “Analisis Kebijakan Penguatan Pendidikan Karakter (Ppk) Dalam Meningkatkan Mutu
Pendidikan Dasar Di Era Industri 4.0,” Dirasah: Jurnal Pemikiran Dan Pendidikan … 4, no. 1 (2021):
1–13, https://stai-binamadani.e-journal.id/jurdir/article/view/223%0Ahttps://stai-binamadani.e-
journal.id/jurdir/article/download/223/183, hal 10-11

10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pemaparan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa makna
pendidikan karakter terdiri dari komponen pengetahuan. Tujuan dari pendidikan
karakter sendiri merupakan upaya penanaman nilai-nilai positif maupun karakter
tertentu kepada siswa melalui program-program yang telah direncanakan dimana
didalamnya terdapat komponen pengetahuan, kesadaran kemauan dan tindakan
untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut. Kebijakan pendidikan karakter yang telah
dicanangkan oleh pemerintah masih belum bisa dilaksanakan secara menyeluruh
dan masih dijumpai beberapa hambatan, maka dalam proses penanaman
pendidikan karakter perlu adanya inovasi dan perbaikan-perbaikan system baik
oleh pihak lembaga maupun pihak pemerintah guna menjawab tantangan-
tantangan zaman yang kian menggerus karakter peserta didik Indonesia.
B. Saran
Demikian makalah ini kami tulis dan kami susun dengan berbagai
pertimbangan dan referensi. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah
ini, masih jauh dari sempurna dan banyak kalimat yang salah atau mungkin
kurang bisa dipahami. Untuk itu kritik dan saran yang membangun selalu kami
nantikan guna kesempurnaan makalah selanjutnya

11
DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Muhammad Zul, Hasnawi Haris, and Muhammad Akbal. “Implementasi


Program Penguatan Pendidikan Karakter Di Sekolah.” Phinisi Integration
Review 3, no. 2 (2020): 305. https://doi.org/10.26858/pir.v3i2.14971.

Dkk, Dharma. Pendidikan Karakter. Bandung: Remaja Rosda Karya, 2013.

Faiz, Aiman, Bukhori Soleh, Imas Kurniawaty, and Universitas Pendidikan


Indonesia. “Jurnal Basicedu” 5, no. 4 (2021): 1766–77.

Fitri, Agus Zenul. Pendidikan Karakter. Jogjakarta: Ar Ruzz Media, 2012.

Karakter, Penguatan Pendidikan. “O f a H” 2 (n.d.): 466–74.

Lickona, Thomas. Education for Charakter: How Our Schools Can Teach
Respect and Responsibility. New York: Bantam Books, 1991.

Muchtar, Dahlan, and Aisyah Suryani. “Pendidikan Karakter Menurut


Kemendikbud.” Edumaspul: Jurnal Pendidikan 3, no. 2 (2019): 50–57.
https://doi.org/10.33487/edumaspul.v3i2.142.

Q-Anees, Bambang dkk. Pendidikan Karakter Berbasis Al Qur’an. Bandung:


Simbiosa Rekatama Media, 2009.

Zakaria. “Analisis Kebijakan Penguatan Pendidikan Karakter (Ppk) Dalam


Meningkatkan Mutu Pendidikan Dasar Di Era Industri 4.0.” Dirasah: Jurnal
Pemikiran Dan Pendidikan … 4, no. 1 (2021): 1–13. https://stai-
binamadani.e-journal.id/jurdir/article/view/223%0Ahttps://stai-
binamadani.e-journal.id/jurdir/article/download/223/183.

Zubaedi. Desain Pendidikan Karakter. Jakarta: Kencana, 2012.

12

Anda mungkin juga menyukai