Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

HUKUM MENGGALANG DANA MASJID DIJALAN UMUM


Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah “Fiqih Kontemporer”

Dosen Pengampu:
Dr. H Sudirman, S.Ag, M.Ag

Oleh:
Fadhlan Haqqan Sileuw
NIM.210101210075

PASCASARJANA
MAGISTER PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM
MALANG
2022
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Puji dan syukur senantiasa diucapkan kepada Allah SWT yang begitu
banyak memberikan nikmat-nikmatnya yakni nikmat kesehatan, nikmat
kesempatan, serta nikmat Iman dan Islam sehingga dengan nikmat Iman dan Islam
itulah sampai saat ini kita tetap yakin bahwa Allah SWT sebagai Tuhan kita yang
Satu dan Muhammad sebagai Nabi dan Rasul, Al-qur’an sebagai imam dan Islam
adalah agama pilihan. Salawat dan salam senantiasa tercurahkan kepada baginda
Nabi Muhammad Saw, keluarga, sahabat, tabiut tabi’in, orang-orang shaleh serta
kaum mukminin-mukminat, muslimin-muslimat yang senantiasa menjalankan
petunjuk-petunjuk Nya.
Banyak hal yang penulis peroleh dari proses penyusunan makalah ini, yang
berhubungan dengan penggalangan dana dijalan umum. Paling tidak didalam
makalah ini dapat memberikan informasi kepada pembaca terutama kepada penulis
sendiri dan mengambil pelajaran yang sangat penting seputar topik penggalagan
dana dijalan umum. Oleh karena itu, ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya
penulis sampaikan kepada semua pihak yang terlibat dalam penyelesaian makalah
ini baik yang terlibat secara langsung maupun tidak langsung. Serta tentunya
penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih sangat jauh dari kata
sempurna. Oleh karena hal tersebut, segala saran dan kritik yang membangun
sangatlah penulis butuhkan demi kesempurnaan penulisan makalah di masa yang
akan datang.

Malang, 22 Oktober 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

COVER

KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii

DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1


A. Latar Belakang .......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan....................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................3


A. Penggalangan Dana ................................................................................... 3
B. Pengaturan Penggalangan Dana di Dalam UU ......................................... 6
C. Penggalangan Dana Masjid di Jalan Raya Dalam Perspektif Hukum
Islam.......................................................................................................... 8

BAB III PENUTUP ............................................................................................. 15


A. Kesimpulan ............................................................................................. 15
B. Saran ....................................................................................................... 15

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 16

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penggalangan dana merupakan sebuah usaha yang dilakuakn guna
mengumpulkan kontribusi sukarela dalam bentuk materi apapun dengan cara
mengajak atau meminta kepada seluruh lapisan masyarakat. Kondisi filantropi
di Indonesia dalam bidang sosial terbilang tinggi sehingga kegiatan berkonsep
penggalangan atau meminta sumbangan sangat besar. Cara-cara yang
ditumpuh untuk mendapatkan dana sebenarnya dapat dikatakan sangat banyak
macamnya, seperti menyebarkan proposal, hingga meminta dengan cara bakti
sosial di jalanan, dan lain-lain.
Kegiatan menggalang dana banyak dilakukan oleh berbagai instansi
maupun lembaga-lembaga nirlaba dengan berbagai macam tujuan. Berbagai
macam tujuan dilakukan seperti membantu korban bencana alam, untuk
membiayai kampanye politik, membantu pembangunan fasilitas umum dan
yang lainnya. Dan masjid merupakan salah satu fasilitas umum yang dalam
usaha mencari dana pembangunan dengan cara meminta sumbangan.
Kegiatan penggalian dana di jalan raya menjadi jalan pintas takmir
masjid dalam mencari dana pembangunan. Cara meminta sumbangan di jalan
raya ini sangat menjanjikan dengan dalil mengajak masyarakat untuk
bersedekah.
Kegiatan ini merupakan salah satu bentuk nyata bahwa kondisi
religiuitas sosial di masyarakat masih sering terjadi proses perangkulan agama
sebagai alat legitimasi untuk kepentingan tertentu. Penggalian dana yang
dilakukan masih sering mennggunakan jargon agama dengan sedikit iming-
iming balasan surga nantinya. Daerah yang kondisi keagamaan masyarakatnya
cenderung konservatif, tekstual dan skriptual sangat pasti sangat kental dengan
praktek semacam ini.1

1
Moch. Cholid Wardi, (2012), Pencarian Dana Masjid di Jalan Raya dalam Perspektif
Hukum Islam, Jurnal al-Ihkam, Vol. 7, No. 2, hlm. 332.

1
Massifnya penggalian sumber dana masjid di jalanan kini menimbulkan
pemandangan yang semakin memprihatinkan. Proyek tersebut tidak hanya
cukup dengan memasang keranjang sebagai tempat sumbangan di pinggir jalan
tetapi bahkan sampai berdiri di tengah jalan raya. Tidak hanya sekadar berdiri,
tetapi juga dibarengi sedikit menodongkan keranjang sambil berteriak-teriak.
Usaha ini terlihat sangat nekat dan mengundang bahaya dengan memilih
mencari dana di jalan utama antar kota. Semua fenomena tersebut seakan sudah
menjadi tradisi di beberapa daerah apabila ada renovasi atau pembangunan
masjid.
Penggalangan dana tersebut selain sangat berbahaya bagi penggalang
dana juga sangat mengganggu dan dapat juga menimbulkan kekacauan bagi
pengguna jalan. Dalam Islam, sangat tidak dibenarkan perbuatan yang dapat
merugikan dan mengganggu orang lain. Karena tidak mungkin ada suatu
perbuatan baik namun justru lebih nyata mendatangkan bahaya. Jika para
penggalang dana bermaksud baik dengan mengajak para pengguna jalan sedikit
menyisihkan sedekahnya untuk pembangunan masjid, namun justru kebalikan
dengan akibat dari yang mereka lakukan. Mengganggu di tengah jalan justru
dapat menimbulkan bahaya yang fatal bagi kedua pihak, penggalang dan
pengguna jalan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu penggalangan dana?
2. Bagaimana Pengaturan Penggalangan Dana di Dalam UU?
3. Bagaimana Penggalangan Dana masjid di Jalan Raya dalam Perspektif
Hukum Islam?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mendeskripsikan pengertian penggalangan dana
2. Untuk Menganalisis Pengaturan Penggalangan Dana di Dalam UU
3. Untuk Menganalisis Pencarian Dana di Jalan Raya dalam Perspektif
Hukum Islam

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Penggalangan Dana
1. Pengertian Penggalangan Dana
Penggalangan dana atau teyan (bahasa Inggris: fundraising) adalah
proses pengumpulan kontribusi sukarela dalam bentuk uang atau sumber
daya lain dengan meminta sumbangan dari individu, perusahaan, yayasan,
atau lembaga pemerintah. Tujuan penggalangan dana bermacam-macam,
antara lain untuk memperoleh dana operasi organisasi nirlaba, untuk
membiayai kampanye politik, dan bahkan untuk memodali perusahaan.
Secara umum, penggalangan dana, pengumpulan dana ataupun
penggalian dana adalah usaha mengumpulkan kontribusi secara sukarela.
Kontribusi tersebut dapat berupa uang atau sumber daya lain. Dilakukan
dengan banyak cara, dapat dengan meminta sumbangan dari individu,
perusahaan, yayasan atau lembaga pemerintah. Tujuannya sendiri secara
khusus sangat beragam namun secara umum dapat disimpulkan yaitu untuk
memperoleh dana operasi organisasi nirlaba.2
Gambaran umum dari praktek kegiatan ini secara pendekatan dan
cara mengajak hampir sama di seluruh tempat. Dalam kegiatan tersebut
melibatkan beberapa orang yang ditempatkan di pinggir jalan raya dan tidak
jauh dari mereka berdiri meminta sumbangan akan terlihat pos
penggalangan dana sebagai tempat istirahat. Teknis meminta yang
digunakan tidak hanya duduk saja tetapi para petugas tersebut akan meminta
dengan berdiri di pinggir jalan raya dalam beberapa tempat tidak setengah-
setengah mereka pun akan berdiri di tengah jalan raya, tepat di garis marka
putih tengah jalan. Tidak hanya berdiri dengan dalih tidak memaksa mereka
tetap terkesan memaksa dengan cara menodongkan tangan sambal
membawa wadah supaya pengendara jalan dapat memasukkan sedikit
sumbangan. Kegiatan tersebut biasanya diiringi dengan ajakan untuk

2
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Penggalangan_dana, diakses pada tanggal 10 Oktober
2022 Pukul 23:17 WIB.

3
bersedekah dan menyisihkan harta untuk kepentingan pembangunan rumah
Allah. Selain ajakan bersedekah, himbauan untuk berhati-hati di jalan raya
tidak lupa disuarakan.
2. Faktor Yang Menyebabkan Massifnya Penggalian Dana
Setidaknya terdapat empat factor secara eksternal yang menjadi
sebab maraknya penggalian dana di jalan raya, yaitu letak geografis, sosial
budaya dan ekonomi.
a. Geografis
Letak geografis dari masing-masing suatu daerah mempengaruhi tingkat
kebutuhan terhadap suatu hal. Dalam kasus ini, di Indonesia yang
mayoritas penduduknya merupakan pemeluk agama Islam, mejadikan
masjid sebagai sebuah kebutuhan yang sangat penting sebab merupakan
tempat ibadah mereka. Oleh karena itu, adanya keberadaan masjid
merupakan sebuah jawaban dari kebutuhan yang harus dipenuhi atas
realitas tersebut.
b. Sosial Budaya
Dalam diri setiap individu yang beragama, pasti memiliki semangat
keagamaan yang tinggi serta berusaha mengekspresikan hal tersebut
dalam kehidupan yang nyata salah satunya dengan cara aktif dalam
membantu mengembangkan kegiatan di bidang keagamaan.selain itu
masyarakat kita juga memiliki kepedulian yang tinggi terhadap saudara-
saudara kita yang membutuhkan bantuan keuangan dari kita, dalam hal
ini misalnya adanya musibah yang menimpa sehingga sangat dibutuhkan
bantuan-bantuan yang seperti ini yakni penggalian dana dari masjid yang
selanjutnya untuk dapat langsung disalurkan kepada yang
membutuhkan, kondisi ini merupakan kondisi yang sangat mendesak
sehingga mengubah keperluan dana pada awalnya.
c. Ekonomi
Salah satu faktor yang vital yang menjadi alasan banyaknya kegiatan
menggalang dana adalah masalah ekonomi. Masalah pendanaan yang
menjadi kebutuhan masyarakat terkadang tidak benar-benar
direncanakan secara matang. Karena yang mereka inginkan adalah

4
memiliki masjid yang besar dan bagus. Akibatnya masyarakat
melakukan maneuver dengan cara penggalangan atau pengumpulan
sedekah, cara alternatif ini dalam sehari dapat menghasilkan dana yang
cukup besar, ditambah cara ini tidak memerlukan biaya operasional yang
besar dan usaha yang berlebih, karena cukup dengan medirikan pos kecil
sebagai pos penggalangan dana.
3. Dampak Penggalangan Dana di Jalan Raya
Kegiatan penggalian dana dijalan raya memang tidak kita jumpai di
hampir setiap hari. Namun, praktrek semacam ini masih sangat sering
dilakukan di beberapa daerah. Untuk meminimalisir praktek kegiatan
seperti ini dibeberapa daerah mengeluarkan perda sendiri-sendiri yang
ditujukan kepada setiap daerahnya untuk tidak melakukan penarikan
sumbangan di jalan raya. Karena secara jelas terdapat beberapa dampak
negatif yang terlihat yang dapat berakibat fatal. Beberapa dampak negative
yang ditimbulkan dari adanya penarikan sumbangan di jalan raya,
diantaranya adalah;
a. Menggangu Pengguna Jalan
Mengadakan penarikan sumbangan atau dana merupakan suatu hal yang
baik karena dapat dikatakan ini merupakan salah satu kepedulian kita
terhadap saudara kita misalnya yang sangat membutuhkan dikarenakan
terkena musibah ataupun bencana alam, dan bahkan untuk keperluan
pembangunan masjid. Akan tetapi secara tidak langsung kegiatan
penggalangan dana ini juga dapat menganggu pengguna jalan lainya,
terlebih ini dilakukan pada saat hari kerja, dampaknya membuat
kemacetan yang Panjang dan juga tidak sedikit yang mengeluh karena
hal tersebut.
b. Mendatangkan Kesan Yang Negatif
Warga Indonesia merupakan warga yang sangat beragam dan
kebhinekaan sangat terjalin satu sama lainnya, artinya dimanapun tidak
dapat diketahui dengan jelas warga yang muslim dan non-muslim. Aspek
sosiologis yang sangat beragam dan psikologis setiap individu yang
beragam pula, seharusnya setiap perbuatan yang mengatasnamakan

5
agama harus diperhatikan dengan sangat baik. Karena realitasnya seperti
itu, maka implikasi dari kegiatan tersebut yaitu dapat memberikan citra
jelek sebab adanya kegiatan “pencegatan” pengguna jalan dengan
argumentasi untuk kepentingan Islam. Padahal memelihara agama
adalah hal pertama yang harus dijadikan landasan dalam beragama.3

B. Pengaturan Penggalangan Dana di Dalam UU


Indonesia merupakan negara dengan masyarakat yang memiliki sifat
kedermawanan yang tinggi. Bahkan World Giving Index edisi X tahun 2019
menempatkan Indonesia pada urutan ke-10 sebagai negara paling dermawan
selama satu dekade terakhir dan sebagai negara paling dermawan pada tahun
2018. Permasalahan sosial dan kemanusiaan menjadi alasan utama bagi
masyarakat untuk memberikan bantuan atau sumbangan kepada pihak-pihak
yang membutuhkan, seperti peristiwa bencana alam, wabah, bencana sosial,
dan lain sebagainnya. Penyaluran sumbangan dana sosial dan kemanusiaan ini
tidak terbatas untuk wilayah dalam negeri, tetapi juga luar negeri, salah satu
contohnya sumbangan kemanusiaan untuk Palestina. Besarnya antusiasme
masyarakat Indonesia untuk membantu masyarakat Palestina terbukti dengan
terkumpulnya dana mencapai puluhan milyar dalam hitungan hari. Sifat
kedermawanan masyarakat yang tinggi perlu mendapat apresiasi, namun
sayangnya hal tersebut belum diikuti dengan sistem penggalangan,
pengumpulan, penyaluran dana, dan pelaporan yang baik. Kepatuhan terhadap
regulasi diperlukan untuk memastikan penggalangan dana dilakukan secara
akuntabel, transparan, dan tidak digunakan untuk kepentingan lain.
Regulasi yang mengatur sumbangan masyarakat diatur dalam UU No.
9 Tahun 1961 tentang Pengumpulan Uang dan Barang dan PP Nomor 29 Tahun
1980 tentang Pelaksanaan Pengumpulan Sumbangan. Selain itu terdapat UU
No. 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat, UU No. 41 Tahun 2004 tentang
Zakat, UU No. 11 Tahun 2008 jo. UU No. 19 Tahun 2016 tentang Informasi
dan Transaksi Elektronik, UU No. 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan

3
Moch. Cholid Wardi, (2012), Pencarian Dana Masjid di Jalan Raya dalam Perspektif
Hukum Islam,…hlm. 335.

6
Informasi Publik, dan UU No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan
Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang, serta beberapa peraturan
pelaksana lainnya. Berdasarkan ketentuan UU No. 9 Tahun 1961,
pengumpulan uang atau barang ditujukan untuk kepentingan pembangunan di
bidang kesejahteraan sosial, mental/agama/kerohanian, kejasmanian dan
bidang kebudayaan dengan izin pejabat yang berwenang yaitu Menteri Sosial,
gubernur, dan bupati/walikota. Izin pengumpulan uang dan barang juga
dibatasi, hanya diberikan kepada perkumpulan atau organisasi masyarakat.
Dalam perkembangan saat ini, pengumpulan sumbangan sosial dan
kemanusiaan banyak dilakukan tanpa mengikuti ketentuan peraturan
perundang-undangan seperti penggalangan dana dilakukan oleh perorangan,
menggunakan rekening pribadi, dan tidak membuat pelaporan secara
transparan. Hal ini antara lain disebabkan oleh regulasi yang sudah tidak sesuai
dengan perkembangan jaman, tersebar dan bersifat sektoral, serta keterbatasan
pengetahuan masyarakat terhadap regulasi penggalangan dan pengelolaan
sumbangan sosial kemanusiaan. UU No. 9 Tahun 1961 sudah berusia 60 tahun
sehingga tidak sesuai lagi dengan perkembangan masyarakat, seperti larangan
penggunaan dana untuk operasional pengelolaan sumbangan, proses izin
berjenjang sesuai lingkup penggalangan dana (lokal, regional, dan nasional),
birokrasi perizinan yang tidak sederhana, dan kemajuan teknologi seperti
penggalangan dana sosial kemanusiaan melalui media massa dan media sosial.
Peraturan yang tersebar dalam berbagai regulasiserta tidak secara
komprehensif dan spesifik mengatur penggalangan, pengelolaan, penyaluran,
dan pelaporan dana masyarakat membuat masyarakat sulit mencari rujukan
dasar hukum penggalangan dana sosial dan kemanusiaan. Dampaknya, banyak
praktik penggalangan dana yang tidak sesuai dengan ketentuan perundang-
undangan dan mengabaikan hak-hak donatur seperti hak untuk: mengetahui
visi misi organisasi yang disumbang, tujuan sumbangan; menerima laporan
keuangan secara transparan; kepastian sumbangan tepat sasaran dan dikelola
secara tepat; mengetahui apakah pihak yang meminta sumbangan adalah staf
organisasi atau sukarelawan; mendapat keleluasaan untuk bertanya dan
menerima jawaban secara cepat, tepat, dan jujur; meminta agar nama donatur

7
tidak diumumkan secara terbuka dan donatur berhak mendapat pengakuan dan
penghargaan yang layak.4

C. Penggalangan Dana Masjid di Jalan Raya Dalam Perspektif Hukum Islam

Sebenarnya ada banyak macam bentuk penggalangan dana yang kita


sering jumpai dijalan umum, baik itu dilakukan oleh suatu organisasi,
kelompok masyarakat, mahasiswa, ataupun suatu lembaga seperti
KitaBisa.com. Tujuan dari penggalangan dana yang dilakukan oleh kelompok-
kelompok ini memiliki tujuannya masing-masing, ada yang bertujuan untuk
membangun masjid/merenovasi masjid yang biasanya dilakukan oleh Sebagian
besar kelompok masyarakat, ada yang memiliki tujuan untuk memberikan
donasi kepada korban bencana alam yang biasanya dilakukan oleh para
mahasiswa, dan ada yang memberikan donasinya melalui KitaBisa.com, dan
masih banyak lagi lembaga yang mirip dengan KitaBisa.com. Ini semua sering
kita lihat dan sering kali kita jumpai pada kehidupan kita sehari-hari, apalagi
Indonesia merupakan salah satu negara yang tercatat memiliki rasa kepedulian
sosial yang tinggi terhadap pembangunan masjid dan juga sesuatu yang
menyulitkan masyarakat kita apabila terkena bencana yang memerlukan
bantuan dari kita.
Kata penggalangan dana ini merupakan suatu kata yang memiliki
berbagai makna serta memiliki tujuan yang bermacam-macam pula, itu
tergantung dari salah satu perkumpulan itu sendiri ingin menggunakan kata
penggalagan dan sebagai aksi, ada yang menggunakan kata penyaluran dana,
sedekah, meminta sumbangan, fundaiser, dan yang lebih terkini yakni
filantropi. Ini semua memiliki suatu makna yang hampir sama yaitu tentang
rasa kemanusiaan untuk menyumbangkan waktu, uang, tenaga, dan bahan
pokok untuk menolong orang lain yang lebih membutuhkan. Didalam hukum
Islam sendiri, penulis menemukan bahwa ada banyak macam dalil serta hadits
yang membolehkan serta ada pula yang melarang kegiatan tersebut, akan tetapi
pada kesimpulannya sistem penggalangan dana ini diperbolehkan secara sah

4
hukumonline.com, 19 Maret 2020; news.detik.com, 31 Mei 2021; Kompas, 5 Juni 2021;
Republika, 7 Juni 2021.

8
apabila dapat memenuhi syarat, serta tujuan yang benar. Didalam al-Qur’an
Allah SWT berfirman:
َ ْ ُْ َ َ‫ه‬ َ ‫ه‬ ُ َ َ ْ ُْ َ ْ ْ َ َ ْ ُ َ ََ ََ
٢ ‫اب‬
ِ ‫ۗان اّٰلل ش ِديد ال ِعق‬
ِ ‫انۖواتقوا اّٰلل‬
ِ ‫ولا تعاونوا على ال ِاث ِم والعدو‬
“Tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan
takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan
permusuhan. Bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah sangat
berat siksaan-Nya.”5(al-Qur’an, al-Maidah [5]:2).

Didalam potongan ayat ini, sangat jelas bahwasannya Allah SWT


memerintahkan untuk saling tolong-menolong dalam kebaikan, bukan dalam
dosa atau melanggar aturan-Nya, ini sangat sesuai dengan tujuan penggalangan
dana diatas yaitu untuk saling menolong terhadap saudara kita yang
membutuhkan dan menjadi dosa yang sangat besar apabila kegiatan
penggalangan dana tersebut dilakukan untuk keperluan pribadi. Pada
kesempatan kali ini penulis ingin memberikan salah satu contoh dari
penggalangan dana masjid agar dapat mewakili segala jenis penggalangan dana
yang ada dimasyarakat, secara hukum Indonesia dan hukum Islam
Penggalangan Dana Masjid Tinjauan Hukum di Indonesia, al-Qur`an
dan al-Hadits, Pertama, pada dasarnya, meminta sumbangan harus dengan izin
pejabat yang berwenang, namun, meminta sumbangan untuk pembangunan
masjid, yakni untuk amal peribadatan yang dilakukan khusus ditempat-tempat
ibadat, merupakan pengumpulan sumbangan yang dibolehkan menurut
Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 1980 tentang Pelaksanaan
Pengumpulan Sumbangan, dan tidak memerlukan izin penyelenggaraan.
Kedua, dalam tinjauan al-Qur`an dan al-Hadits, terdapat beberapa hal
yang perlu dilihat. Secara spesifik, al-Qur`an tidak pernah memerintahkan
umat Muslim untuk membangun masjid kecuali hanya kepada pemerintah. al-
Qur`an hanya memerintahkan kepada umat Muslim untuk memakmurkan
masjid. Hal ini mengindikasikan bahwa membangun masjid yang banyak itu
tidak dianjurkan oleh Islam, tetapi memakmurkan masjid yang ada adalah

5
Departemen Agama RI, Al-Hikmah: Al-Quran dan Terjemahnya, (Bandung: CV Penerbit
Diponegoro, 2009), hlm. 106.

9
kewajiban bagi seluruh umat Muslim. Di antara ayat al-Qur`an yang
memerintahkan untuk memakmurkan masjid adalah:

َ ٰۤ ُ ْ ُ ْ ْ ُ ْ َ ٰٓ َ ٰ ‫َ َ َ ُْ ْ َْ َ ْ ْ ُ ُ ْ َ ٰ َ ه‬
‫اّٰلل ش ِه ِد ْي َن على انف ِس ِهم ِبالكف ِرۗ اول ِٕىك‬ ِ ‫ما كان ِللمش ِر ِكين ان يعمروا مس ِجد‬
‫ه‬ ٰ ‫َ ه‬ ْ َ َ ُ ٰ ُ ُ َ َْ ْ َ َ
ِ ‫اّٰلل َم ْن ا َم َن ِب‬
‫اّٰلل‬ ِ ‫ ِانما َيع ُم ُر َم ٰس ِجد‬١٧ ‫ح ِبطت اعمال ُه ْمْۚ َو ِفى الن ِار ه ْم خ ِلد ْون‬
ْ‫ك َا ْن ي ُك ْو ُنوا‬
َ ٰۤ ُ ٰٓ َ َ َ ‫ه‬ َ ْ َ ْ ََ َ ٰ َٰ َ ٰ َ ‫َو ْال َي ْوم ْال ٰاخر َو َا َق‬
‫ام الصلوة َواتى الزكوة ولم يخش ِالا اّٰللۗفعسى اول ِٕى‬ ِ ِ ِ
َ ْ َ ْ ُْ َ
١٨ ‫ِمن المهت ِدين‬
“Tidaklah pantas bagi orang-orang musyrik itu memakmurkan masjid-
masjid Allah, sedangkan mereka bersaksi bahwa diri mereka kafir.
Itulah orang-orang yang sia-sia amal mereka dan di dalam nerakalah
mereka kekal. Sesungguhnya yang (pantas) memakmurkan masjid-
masjid Allah hanyalah orang yang beriman kepada Allah dan hari
Akhir, mendirikan salat, menunaikan zakat, serta tidak takut (kepada
siapa pun) selain Allah. Mereka itulah yang diharapkan termasuk
golongan orang-orang yang mendapat petunjuk.”6 (al-Qur’an, at-
Taubah [9]:17-18).

Kita harus menggarisbawahi kata dari memakmurkan masjid, kata


tersebut juga memiliki makna yang bervariasi, akan tetapi dari kebanyakan
orang mengartikan sebagai mempermewah suasana masjid/memperindah
dalam segi desain. Tidak salah apabila melakukan hal tersebut untuk menarik
perhatian jamaah agar antusias untuk turut datang ke masjid tersebut, akan
tetapi ini merupakan suatu hal yang bersifat duniawi, alangkah baiknya kita
memakmurkan masjid dengan cara selalu datang untuk shalat berjamaah dan
juga mengikuti kegiatan didalam masjid tersebut, tapi pada kenyataannya saat
ini kemamkuran diartikan sebagai hal yang sifatnya duniawi.
Kemudian perintah untuk membangun masjid terdapat di dalam Hadits,
seperti:
َ َ
َْ ًَْ َُ ُ ََ َ َ ْ ْ َ َ َ ْ َ ً َ
ِ ِ ‫َم ْن َبنى َم ْس ِجدا‬
‫ّٰلل ك َمفح ِص قط ٍاة أو أصغر بنى اّٰلل له بيتا ِفى الجن ِة‬

“Siapa yang membangun masjid karena Allah walaupun hanya


selubang tempat burung bertelur atau lebih kecil, maka Allah
bangunkan baginya (rumah) seperti itu pula di surga.” (Hadits

6
Departemen Agama RI, Al-Hikmah: Al-Quran dan Terjemahnya…, hlm. 189.

10
Riwayat. Ibnu Majah no. 738. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan
bahwa sanad hadits ini shahih)

Kendati pun Islam memerintahkan umatnya untuk membangun masjid


melalui Hadits Nabi di atas, namun perintah untuk memakmurkannya lebih
banyak dan lebih kuat. Hal ini menunjukkan bahwa memakmurkan masjid
lebih penting atau lebih diperintahkan daripada mambangun masjid secara
fisik. Memakmurkan masjid dalam konteks ini adalah melakukan berbagai
kegiatan ibâdah dan kegiatan lain, seperti menyelenggarakan aktivitas
intelektual, sosial, kebudayaan dan lain sebagainya di masjid. Tujuannya, agar
masjid memiliki eksistensi yang memberikan makna bagi kehidupan umat
Muslim.7 Kalaupun Hadits tersebut dijadikan sebagai dasar pembangunan
masjid, bagaimana status hukumnya ketika dilakukan dengan cara-cara yang
tidak Islami. Sebagai sebuah ilustrasi, ketika ada seseorang yang tidak
memiliki harta dan dia ingin melakukan shadaqah, kemudian sebagai solusinya
dia melakukan pencurian dan hasilnya dishadaqahkan (melakukan
kemungkaran untuk sebuah kebajikan), maka dapat dipastikan bahwa amalnya
tersebut tidak sah.
Ketiga, masalah lain yang harus dilihat adalah unsur mengganggu jalan
yang pada akhirnya dapat menimbulkan kemudharatan. Dalam hal ini, Islam
melarang umatnya untuk melakukan sesuatu yang dapat menggangu jalan.
Salah satu Hadits yang menerangkan tentang hal itu adalah:
ُ َ ْ َ َ َ ََْ ُ ُْ ُ َ َ َ َ َ ُ ْ َ ُ َ
َ َ ََْ ُ َ
‫ ال ِإيمان‬: ‫ع ْن أ ِبي هريرة ر ِضي اّٰلل عنه قال قال رسول اّٰللِ صلى اّٰلل علي ِه وسلم‬
َ َ
َ َ َ ُ َ ُ َ ْ َ َ ً ُ َ ُّ َ َ
َ َْ َ ُ َ ْ ْ ْ ُ ْ
‫ وأدناها‬،‫ لا ِإله ِإلا اّٰلل‬: ‫ فأفضلها قول‬،‫ أو ِبضع و ِستون شعبة‬،‫ِبض ٌع َو َس ْبعون‬
ْ َ َ َ ٌ

َ ْ َ ٌ َ ْ ُ ُ ََْ َ َ ََ ْ ُ َ َ
‫ان‬ ِ ‫ والحياء شعبة ِمن ال ِإيم‬،‫يق‬ ِ ‫ِإماطة الأذى ع ِن الط ِر‬
“Iman itu mempunyai tujuh puluh cabang atau enam puluh cabang,
adapun yang paling utama adalah membaca lâ ilâha illâ Allah dan
yang paling rendah adalah menghilangkan penderitaan dari jalan dan
malu merupakan salah satu dari cabang iman”. 8

7
Syahidin, Pemberdayaan Umat Berbasis Masjid, (Bandung: Alfabeta, 2007), hlm. 16.
8
Diriwayatkan oleh al-Bukhâri, no. 9 dan dalam al-Adabul Mufrad, no. 598; Muslim, 35
[58], dan lafazh hadits di atas adalah lafazh riwayat imam Muslim; Ahmad, II/414, 445; Abu Dawud,
no. 4676; At-Tirmidzi, no. 2614; An-Nasâ-I, VIII/110; Ibnu Mâjah, no. 57; Ibnu Hibban, no. 166,
181, 191-at-Ta’lîqâtul Hisân ‘ala Shahîh Ibni Hibbân).

11
Keempat, problematika pencarian dana untuk pembangunan masjid di
jalan raya yang memiliki keterkaitan secara langsung dengan nash al-Hadits
adalah metode meminta-minta yang dilakukan dengan cara tidak terhormat.
Padahal, cara yang lebih terhormat bahkan professional masih banyak. Akan
tetapi karena lemahnya manajemen kemasjidan, maka kendala keuangan juga
menjadi sebuah permasalahan. Rasûlullâh Saw. bersabda:
ُ َْ َ َ ََ ُ َ َ ُ ْ َ ُ َ َ
‫ ال َيد‬: ‫اّٰلل عل ْي ِه َو َسل َم قال‬ ‫اّٰلل عنه ع ِن النبي صلى‬ ‫ام َر ِض َي‬ٍ ‫ع ْن ح ِك ْي ِم ْب ِن ِح َز‬
ِ ِ ْ
ْ‫ َو َمن‬،‫ َو َخ ْي ُر الص َد َقة َع ْن َظ ْهر غ ًنى‬،‫ َو ْاب َدأ ب َم ْن َت ُع ْو ُل‬،‫الس ْف َلى‬ ْ ْ
ُّ ‫ال ُع ْل َيا َخ ْي ٌر م َن ال َيد‬
ِ ِ ِ ِ ِ ِ
ُ ‫ َو َم ْن يَ ْس َت ْغن ُي ْغن ِه‬،‫اّٰلل‬
‫اّٰلل‬ ُ ‫يَ ْس َت ْعف ْف ُيعف ُه‬
ِ ِ ِ ِ
“Tangan yang di atas lebih baik daripada tangan yang di bawah. Dan
mulailah dari orang yang menjadi tanggunganmu. Dan sebaik-sebaik
sedekah adalah yang dikeluarkan dari orang yang tidak
membutuhkannya. Barangsiapa menjaga kehormatan dirinya maka
Allâh akan menjaganya dan barangsiapa yang merasa cukup maka
Allâh akan memberikan kecukupan kepadanya.”9

Pada realitas masyarakat pelaku-pencari dana untuk pembangunan


masjid di jalan raya, kegiatan penggalangan dana yang dilakukannya
mencerminkan perilaku meminta-minta yang mempunyai dampak ekspresi
kelemahan umat Muslim. Oleh karenanya, kegiatan itu harus benar-benar
diperhatikan dan dikritisi supaya tidak bertolak belakang dengan konsep Islam
yang sebenarnya.
Masyarakat yang melakukan aktivitas pencarian dana di jalan raya
justru menghadirkan kemudlaratan, baik bagi diri sendiri maupun bagi orang
lain. Kemudian pada wilayah ushûl fiqh, aktivitas pencarian dana di jalan raya
itu dapat dikaitkan dengan konsep sadd al-dzarî’ah.10 Konsep ini berarti bahwa
meskipun syara’ tidak menetapkan secara jelas mengenai hukum sesuatu
perbuatan, namun karena perbuatan itu ditetapkan sebagai washilah (perantara)
bagi perbuatan yang dilarang, maka hukum perbuatan yang menjadi washilah
ini dihukumi sebagaimana ditetapkannya hukum syara’ terhadap hal yang

9
Muhammad Fu'âd Abd al-Bâqi, al-Lu'lu' wa al-Marjân, vol I (Beirut: Maktabah al-
'Ilmiyah, t.t.), hlm. 217.
10
Muhammad Abû Zahrah, Ushûl al-Fiqh, (Beirut: Dâr al-Fikr, 1958), hlm. 290.

12
pokok. Dengan kata lain, ketika tindakan membahayakan diri sendiri dan orang
lain itu dilarang, maka kegiatan itu menjadi tidak diperbolehkan dengan alasan
li sadd al-dzarî’ah. Demikian halnya dengan pencarian dana di jalan raya yang
hukum asalnya adalah mubah akan menjadi haram ketika aktivitas tersebut
mengandung unsur yang dapat membahayakan jiwa.
Sebenarnya motivasi munculnya kegiatan pencarian dana di jalan raya
adalah karena minimnya sumber daya manusia pelaku pencari dana sehingga
tidak mampu melakukan aktivitas yang lebih profesional dan Islami. Mereka
menganggap jalan sebagai satus-atunya aset yang efektif dan edisien untuk
menggalang dana. Di samping itu, ada berbagai faktor yang juga turut
mendorong dilakukannya aktivitas tersebut, yaitu letak geografis, sosial-
budaya, ekonomi, dan motivasi vertikal (pahala). Padahal dari dimensi hukum
Islam, kegiatan ini banyak menuai permasalahan, misalnya mendatangkan
unsur madlarah, mengarah pada aktivitas meminta-minta, dapat merendahkan
martabat Islam, adanya prosentase, dan pembangunannya tidak mengarah pada
unsur dlarûrah. Oleh karenanya, berdasarkan semua ‘illah yang ada, maka
hukum pencarian dana di jalan raya adalah haram li sadd al-dzarî’ah.
Merujuk pada pengertian diatas bahwasannya ada beberapa hal yang
menyebabkan kegiatan penggalangan dana ini bisa menjadi haram dan menjadi
halal hukumnya apabila itu berada dalam situasi yang darurat, masjid yang
kurang bagus dalam segi keindahan tidak dapat dikatakan darurat, artinya
masjid tersebut dapat masih bisa digunakan dengan layak, tidak ada kendala
bagi para jamaah masjid tersebut, dikatakan darurat apabila kondisinya sudah
tidak mampu untuk menampung atau bahkan adanya unsur yang dapat
mengganggu para jamaah dalam melakukan ibadah, seperti misalnya lantai
yang lubang, atap yang bocor, atau bisa jadi bangunan yang sudah tua, yang
mengharuskan masjid tersebut untuk direnovasi kembali, inilah makna kondisi
masjid yang darurat sesungguhnya. Penggalangan dana darurat ini juga seperti
penggalangan dana untuk korban bencana alam, wabah penyakit, peperangan
dan lain sebagainya, dari pengertian darurat menurut Syara’ Keputusan
Muktamar Nahdlatul Ulama ke-13 di Menes Banten Pada Tanggal 13 Rabiuts
Tsani 1357 H./12 Juli 1938 M) “Sesungguhnya yang diartikan darurat itu, yaitu

13
urusan yang apabila tidak dikerjakan, maka akan binasa atau mendekati binasa”
atau dengan kata lain, kondisi darurat atau kebutuhan yang sangat mendesak
membuat seseorang boleh mengerjakan hal-hal yang dilarang oleh syari’at.
Keterangan, dari Asybah wan Nazhair:

‫ فالضرورة بلوغه‬: ‫ وقال أيضا‬.‫الضرورة تبيح المحظورات بعدم نقصانها عنها‬

‫حدا إن لم يتناول الممنوع هلك أو قارب وهذا يبيح تناول الحرام‬

)‫(الأشباه والنظائر‬
“Darurat dapat menghalalkan larangan tanpa terkurangi, pengertian
darurat adalah jika sudah mencapai batas maksimal, yang sekiranya
tidak memakan sesuatu yang dilarang, maka ia akan mati atau
mendekati mati. Dalam hal ini boleh memakan makanan yang
haram.”11

11
Djamaluddin Miri, Ahkamul Fuqaha, Solusi Problematika Aktual Hukum Islam,
Keputusan Muktamar, Munas dan Konbes Nahdlatul Ulama, (Surabaya: LTN NU Jawa Timur,
2004), hlm. 200.

14
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Kegiatan menggalang dana banyak dilakukan oleh berbagai instansi


maupun lembaga-lembaga nirlaba dengan berbagai macam tujuan. Salah
satu diantaranya adalah untuk membantu pembangunan fasilitas umum
masjid, masjid merupakan salah satu fasilitas umum yang dalam usaha
mencari dana pembangunan dengan cara meminta sumbangan.
2. Masyarakat yang melakukan aktivitas pencarian dana di jalan raya justru
menghadirkan kemudlaratan, baik bagi diri sendiri maupun bagi orang lain.
Minimnya sumber daya manusia pelaku pencari dana sehingga tidak mampu
melakukan aktivitas yang lebih profesional dan Islami. Mereka menganggap
jalan sebagai satusatunya aset yang efektif dan edisien untuk menggalang
dana
B. Saran

Demikian makalah ini penulis tulis dan penulis susun dengan berbagai
pertimbangan dan referensi. Penulis memohon maaf yang sebesar-besarnya
atas segala kekurangan yang terdapat pada makalah ini baik itu berupa
kesalahan dari segi bahasa, tulisan dan lain sebagainya, penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran guna membantu menyempurnakan segala
kekurangan dari makalah ini guna menjadikan makalah ini sangat layak untuk
menjadi informasi dan ilmu yang bermanfaat pada saudara-saudari kita.

15
DAFTAR PUSTAKA

Departemen Agama RI, Al-Hikmah: Al-Quran dan Terjemahnya, (Bandung: CV


Penerbit Diponegoro, 2009)

al-Bukhâri, no. 9 dan dalam al-Adabul Mufrad, no. 598; Muslim, 35 [58], dan lafazh
hadits di atas adalah lafazh riwayat imam Muslim; Ahmad, II/414, 445; Abu
Dawud, no. 4676; At-Tirmidzi, no. 2614; An-Nasâ-I, VIII/110; Ibnu Mâjah,
no. 57; Ibnu Hibban, no. 166, 181, 191-at-Ta’lîqâtul Hisân ‘ala Shahîh Ibni
Hibbân).

Djamaluddin Miri, Ahkamul Fuqaha, Solusi Problematika Aktual Hukum Islam,


Keputusan Muktamar, Munas dan Konbes Nahdlatul Ulama, (Surabaya:
LTN NU Jawa Timur, 2004)

https://id.m.wikipedia.org/wiki/Penggalangan_dana, diakses pada tanggal 10


Oktober 2022 Pukul 23:17 WIB.

hukumonline.com, 19 Maret 2020; news.detik.com, 31 Mei 2021; Kompas, 5 Juni


2021; Republika, 7 Juni 2021.

Moch. Cholid Wardi, (2012), Pencarian Dana Masjid di Jalan Raya dalam
Perspektif Hukum Islam, Jurnal: al-Ihkam, Vol. 7, No. 2

Muhammad Abû Zahrah, Ushûl al-Fiqh, (Beirut: Dâr al-Fikr, 1958)

Muhammad Fu'âd Abd al-Bâqi, al-Lu'lu' wa al-Marjân, vol I (Beirut: Maktabah al-
'Ilmiyah, t.t.)

Syahidin, Pemberdayaan Umat Berbasis Masjid, (Bandung: Alfabeta, 2007)

16

Anda mungkin juga menyukai