Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH SEJARAH PERADABAN ISLAM

PADA MASA NABI FASE MADINAH

DOSEN PENGAMPU:

Dr. FATMAWATI S.Ag, M.Ag

DISUSUN OLEH :

Aisyah Maudina Fazriar ( 12105017 )

PRODI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAMFAKULTAS


USHULUDIN ADAB DAN DAKWAH IAIN PONTIANAK

2021/2022

Kata pengantar

Segala puji hanya milik Allah SWT. Shalawat beriring salam selalu
tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW. Berkat limpahan dan rahmat-Nya
penulis mampu menyelesaikan tugas makalah ini guna memenuhi tugas mata

1
kuliah sejarah peradaban islam. Dalam penyusunan tugas atau materi ini, tidak
sedikit hambatan yang penulis hadapi. Namun penulis menyadari bahwa
kelancaran dalam penyusunan materi ini tidak lain berkat bantuan, dorongan, dan
bimbingan dosen , sehingga kendala-kendala yang penulis hadapi dapat teratasi.

Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang

Pada masa nabi fase madinah. Makalah ini disusun oleh penulis dengan berbagai
rintangan. Baik itu yang datang dari diri penyusun maupun yang datang dari luar.
Namun dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari Allah akhirnya
makalah ini dapat terselesaikan.

Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan
menjadi sumbangan pemikiran kepada pembaca. Penulis sadar bahwa makalah ini
masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna. Untuk itu, kepada dosen mata
kuliah penulis meminta masukannya demi perbaikan pembuatan makalah
saya di masa yang akan datang dan mengharapkan kritik dan saran dari para
pembaca.

Pontianak, …........... 2022

Penyusun

Daftar isi

Kata pengantar.................................................................................................................2
Daftar isi...........................................................................................................................3
BAB I................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.............................................................................................................4

2
A. latar belakang..........................................................................................................4
B. rumusan masalah.....................................................................................................4
C. tujuan.......................................................................................................................4
BAB II...............................................................................................................................5
PEMBAHASAN...............................................................................................................5
PADA MASA NABI FASE MADINAH.................................................................................5
A. Fase Madinah........................................................................................................5
B. Perjanjian Hudaibiyah ..........................................................................................6
C. Fathul Makkah......................................................................................................7
D. Haji Wada'..........................................................................................................

BAB III...........................................................................................................................12
PENUTUP.......................................................................................................................12
1. Kesimpulan.............................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................14

BAB I

PENDAHULUAN
A. latar belakang

Pembinaan yang dilakukan oleh Rasulullah saw, dalam rangka membentuk


suatu masyarakat yang Islami adalah proses perjuangan yang sangat panjang dan

3
melelahkan serta banyak membutuhkan pengorbanan. Rasulullah saw telah
memulai pembinaan itu sejak di Makkah, dimana beliau berjuang
mempertaruhkan harta dan nyawanya untuk mencetak kader-kader yang
tangguh sehingga nantinya akan menjadi unsur terpenting dan utama dalam
pembentukan masyarakat Islam. Kita lihat bagaimana beliau melakukan
pembinaan kepada orang-orang terdekatnya yang senantiasa ditekan dan
dihalang-halangi, beliau harus melakukannya secara sembunyi-sembunyi. Adalah
rumah al-Arqam bin Abil-Arqam menjadi markas pembinaan Rasulullah kepada
para sahabat, di tempat seperti inilah lahir pribadi-pribadi Muslim yang tangguh,
dari pembinaan seperti inilah lahir manusia-manusia seperti Abu bakar As-
Shiddiq, Amar bin Yasir, Ali bin Abi Thalib, Bilal bin Raba dan sebagainya. Dimana
nantinya binaaan Rasul inilah yang akan menjadi penopang dan unsur utama
dalam terbentuknya masyarakat Islam di Madinah.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana keadaan umat Islam pada periode Madinah

2. Pembinaan Masyarakat

3. Perjanjian Hudaibiyah

4. Fathul Makkah

5. Haji Wada’

4
BAB II

PEMBAHASAN
A. Fase Madinah

Tidak dapat dipungkiri, Madinah adalah sebuah kota yang majemuk. Di


dalamnnya ada berbagai etnis yang memeluk berbagai agama. tidak heran
konflik antaretnis atau antarumat beragama pun seringkali terjadi. Hal inilah
yang kemudian mendorong Rasulullah saw. mengajak seluruh masyarakat
Madinah untuk membuat semacam kode etik yang disepakati oleh semua pihak,
sehingga dapat menjadi acuan dalam menegakkan hukum di bumi Madinah.
Tidak lama kemudian, ajakan itu terealisasi juga. Perjanjian yang berisi tentang
hak dan kewajiban setiap golongan warga Madinah itu kemudian dikenal dengan
sebutan “Piagam Madinah”. Adapun hal-hal pokok yang tertulis dalam perjanjian
ini adalah sebagai berikut:
Kaum muslimin Madinah adalah satu umat, dan akan memerangi siapa pun
yang melalukan kezaliman, kejahatan, dan permusuhan terhadap mereka. Kaum
Musyrikin Madinah tidak wajib melindungi harta dan jiwa kaum kafir Quraisy,
dan tidak akan merintangi tindakan kaum mukminin atas mereka. Kaum Yahudi
wajib turut serta bersama kaum mukminin dalam peperangan
Kaum Yahudi dari Bani ‘Auf dipandang sebagai bagian dari kaum mukminin.
Kaum Yahudi tetap pada agama mereka, dan demikian pula dengan kaum
muslimin. Kaum Yahudi dari berbagai kabilah Yahudi di Madinah diperlakukan
sama dengan orang-orang Yahudi dari Bani ‘Auf
Kaum Yahudi dan muslimin harus memikul biayanya masing-masing dalam
menjalankan kewajibannya memberikan pertolongan secara timbal balik ketika
melawan pihak lain yang memerangi salah satu pihak yang terikat dalam
perjanjian itu. Semua pihak harus senantiasa saling berbuat kebajikan dan saling
mengingatkan ketika ada yang berbuat zalim;
Semua pihak wajib saling membantu dalam melawan pihak yang menyerang
Madinah. Setiap orang dijamin keselamatannya untuk meninggalkan atau tetap
tinggal di Madinah, kecuali yang berbuat kejahatan, bahwasanya Allah-lah
pelindung pihak yang berbuat kebajikan dan taqwa.
Dengan perjanjian ini, kita lihat bahwa keberadaan Rasulullah saw. di Madinah
ternyata tidak hanya berperan sebagai rasul, melainkan ia juga berperan sebagai
seorang negarawa. Dengan piagam inilah kesatuan dan persatuan yang kokoh
dikalangan masyarakat Madinah dapat tercipta. Meskipun beberapa kali kaum

5
Yahudi menghianati perjanjian ini, dan melakukan taktik untuk memecah belah
persatuan kaum Muslimin di Madinah, namun keberadaa piagam ini tetap tidak
tergoyahkan. Hal ini tampak jelas ketika kaum muslimin tetap bersatu dalam
melewati serangkaian peristiwa, seperti pada perang Badar, Uhud, dan Khandaq.
Secara garis besar, langkah dakwahh yang dilakukan Rasulullah saw. di Madinah
bermuara pada satu tujuan, yaitu menciptakan perdamaian seutuhnya di bumi
Madinah, hal itu dapat kita lihat melalui tiga hal berikut ini

 Diperdamaikannya antara Aus dan Khazraj;


 Dipersaudarakannya kaum Muhajirin dan Anshar; serta
 Dipersatukannya masyarakat Madinah melalui Piagam Madinah.

A. Pembinaan Masyarakat

Diketahui bersama bahwa ketika Rasulullah saw tiba di kota Madinah,


maka bertemulah beberapa unsur kelompok masyarakat yang
berbeda, yang merupakan kewajiban sekaligus tantangan bagi beliau
untuk membentuknya menjadi sebuah masyarakat yang
bermartabat, dibangun di atas pondasi yang kokoh, dan memiliki tata
aturan yang mengatur tingkah laku dan cara pergaulan di antara
mereka. Pembentukan masyarakat Islami untuk pertama kalinya,
dikerjakan sendiri oleh Rasulullah saw. Dengan demikian beliau
memberi pelajaran kepada kita bagaimana seharusnya masyarakat
Islam itu terbentuk, langkah-langkah apa saja yang dilakukan oleh
Rasulullah dalam membina masyarakat Madinah yang heterogen itu,
menjadi satu keluarga besar, yang memperhatikan seluruh anggota
masyakaratnya tanpa memandang asal suku dan kabilahnya. Itulah
keluarga Islam "masyarakat Islam". Berikut penjelasan beberapa
langkah praktis yang dilakukan oleh Rasulullah dalam membentuk
masyarakat Islam itu.

1. Pembinaan Melalui Masjid

6
Sesampainya di Madinah, Rasulullah saw. segera menegakkan
masyarakat islam yang kokoh dan terpadu, dan sebagai langkah
pertama kearah itu, Rasulullah saw membangun masjid.Tidaklah
heran kalu masjid merupakan asas utama dan terpenting bagi
pembentukan masyarakat Islam, karena masyarakat Islam tidak akan
terbentuk kokoh dan rapi kecuali dengan adanya komitmen terhadap
sistem, aqidah dan tatanan Islam, hal ini hanya bisa ditumbuhkan
melalui semangat masjid. Masjid itu bukan sekedar tempat untuk
melaksanakan shalat semata, tetapi juga menjadi sekolah bagi orang-
orang Muslim untuk menerima pengajaran dan bimbingan-bimbingan
Islam, sebagai balai pertemuan dan tempat untuk mempersatukan
berbagai unsur kekabilahan dan sisa-sisa pengaruh perselisihan
semasa Jahiliyah, sebagai tempat untuk mengatur segala urusan dan
sekaligus sebagai gedung parlemen untuk bermusyawarah dan
menjalankan roda pemerintahan.

2. Pembinaan Melalui Persaudaraan Sesama Kaum Muslimin


Sebagai langkah selanjutnya, Rasulullah mempersaudarakan para
sahabatnya dari kaum Muhajirin dan Anshar. Sebab masyarakat
manapun, tidak akan berdiri tegak, kokoh tanpa adanya kesatuan dan
dukungan anggota masyarakatnya. Hal ini dilakukan oleh Rasulullah
dengan maksud merekatkan hubungan antara kabilah-kabilah kaum
Muhajirin dan lebih khusus merekatkan hubungan suku Aus dan suku
Khazraj yang sering berperang sebelum kedatangan Rasulllah ke
Madinah. Menurut Imam Abdur Rahman al-Khats'ami dalam kitabnya
Ar-Raudhul Unuf menyebutkan: "maksud dari persaudaraan ini
adalah untuk menghilangkan kesepian lantaran meninggalkan
kampung halaman mereka, dan menghibur karena berpisah dengan
keluarga, disamping agar mereka saling membantu satu sama lain".
[6] Untuk melihat gambaran kedekatan dan itsar di antara mereka.
Allah SWT menggambarkannya dengan indah dalam al-Qur'an, surat
al-hasyr ayat 9:

7
"Dan orang-orang yang telah menempati kota Madinah dan telah
beriman (Anshor) sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka
(Anshor) 'mencintai' orang yang berhijrah kepada mereka
(Muhajirin). dan mereka (Anshor) tiada menaruh keinginan dalam
hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka
(Muhajirin); dan mereka mengutamakan (orang-orang muhajirin),
atas diri mereka sendiri, Sekalipun mereka dalam kesusahan. dan
siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka Itulah orang
orang yang beruntung." (Q.S. Al-Hasyr:9)

3. Perjanjian Kaum Muslimin Dengan Orang-orang di Luar Islam


Setelah Rasulullah mengokohkan persatuan kaum Muslimin, dan
telah berhasil memancangkan sendi-sendi masyarakat Islam yang
baru, dengan menciptakan kesatuan aqidah, politik dan sistem
kehidupan di antara orang-orang Muslim, maka langka selanjutnya
yang dilakukan oleh Rasulullah adalah menawarkan perjanjian damai
kepada golongan atau pihak di luar Islam. Perhatian beliau pada saat
itu adalah bagaimana menciptakan keamanan, kebahagiaan dan
kebaikan bagi semua manusia, mengatur kehidupan di daerah itu
dalam satu kesepakatanSecara garis besar perjanjian antara
rasulullah dengan golongan di luar Islam yang kemudian dikenal
dengan nama Piagam Madinah, dapat disebutkan empat prinsip
hukum yang terkandung di dalamnya, yaitu :
 Bagian pertama: terdiri dari 28 pasal, isinya banyak
menyangkut hubungan anshar dan Muhajirin;
 Bagian kedua: menyangkut tentang hubungan umat Islam
dengan kaum Yahudi;
 Bagian ketiga: ditulis setelah perjanjian Hudaibiyah, karena
banyak orang yang pindah ke Madinah;
 Bagian keempat: berkenaan dengan kabilah yang baru masuk
Islam, isinya menjelaskan bahwa terhadap kabilah yang baru
masuk Islam berlaku apa yang sudah berlaku bagi kabilah
yang sudah lama memeluk Islam.

8
B. Perjanjian Hudaibiyah
Perkembanngan yang terjadi diJazirah Arab semakin menguntungkan
pihak kaum Muslimin. Sedikit demi sedikit sudah mulai terlihat sinyal-
sinyal kemenangan yang besar dan keberhasilan dakwah Islam. ketika
masih di Madinah, Rasulullah saw. bermimpi bahwa beliau bersama
para sahabat memasuki Masjidil Haram, mengambil kunci Ka’bah,
melaksanakan Tawaf dan Umrah, sebagian sahabat ada yang
mencukur, dan sebagian yang lain ada yang memendekkan
rambutnya.[8] Beliau menyampaikan mimpinya ini kepada para
sahabat, dn mereka tampak senang. Menurut perkiraan mereka,
pada tahun ini pula mereka bisa memasuki Mekkah. Tidak lama
kemudian, beliau mengumumkan hendak melakukan Umrah. Orang-
orang Badui yang mendengar niat Rasul in ijuga berdatangan untuk
bergabung. Kemudian Rasul mencuci pakaian dan menaiki unta
beliau yang bernama Al-Qashwa.[9] Keberangkatan Raasul tepat
pada hari senin tanggal 1 Dzulqa’idah 6H dan diantara istri beliau
yang ikut adalah Ummu Salamah, dan adapun jumlah sahabat yang
ikut ada 1400 orang.

1. Isi Perjanjian Hudaibiyah


1. Gencatan senjata selama sepuluh tahun.
2. Orang Islam dibenarkan memasuki Makkah pada tahun
berikutnya, tinggal di Makkah selama tiga hari sahaja dengan
hanya membawa senjata bersarung.
3. Bekerja sama kepada perkara yang membawa kebaikan.
4. Orang Quraisy yang lari ke pihak Islam tanpa kebenaran
keluarga dikembalikan semula.
5. Orang Islam yang lari ke pihak Quraisy tidak perlu
dikembalikan.
6. Kedua-dua pihak boleh membuat perjanjian dengan mana-
mana kabilah Arab tetapi tidak boleh membantu peperangan.

9
2. Hikmah Perjanjian Hudaibiyah
1. Berkembangnya syiar Islam
2. kehidupan masyarakat aman dan damai.
3. Pengiktirafan Rasulullah dan negara Islam di Madinah.
4. Membuka jalan kepada pembebasan Mekah daripada
Musyrikin Quraisy.
5. Orang Islam dapat membuat perhubungan dengan kabilah
Arab yang lain.

C. Fathul Mekkah (Pembebasan Kota Mekkah) (20 Ramadhan 8


Hijriah)
Fathul Mekkah merupakan peristiwa yang paling dinantikan kaum
muslimin. Sebab itu kejadian ini dianggap kemenangan yang
terpenting bagi Islam dan kaum muslimin. Dengan kemenangan itu,
Allah memuliakan Nabi-Nya secara khusus dan umat Islam pada
umumnya. Peristiwa Fathul Mekkah ini terjadi setelah melalui
rangkaian tahun yang terus-menerus diisi dengan dakwah, jihad dan
penyampaian risalah Islam. Dengan begitu, Fathul Mekkah menjadi
salah satu fase dakwah yang terpenting dalam Islam. Selain itu,
Fathul Mekkah seakan menjadi puncak perjuangan Rasulullah berada
diwilayah tersebut, sekaligus menjadi awal perjuangan generasi
setelahnya untuk menyempurnakan dakwah Islam ke seluruh penjuru
dunia. Inilah yang dilakukan para Khulafaur Rasyidin setelah
Rasulullah. Hasil Penting dari Peristiwa Pembebasan Mekkah, yaitu:
Rasulullah bersama kaum muslimin menghancurkan berhala di
Ka’bah dan sekitarnya. Dengan demikian, berakhirlah paganisme di
wilayah jazirah Arab. Masuknya Quraisy ke pangkuan Islam
menjadikan kabilah-kabilah Arab di seluruh Jazirah Arab bisa bertemu
Rasulullah untuk masuk Islam. Peristiwa inilah yang dilakukan
Rasulullah selama dua tahun: tahun 9 sampai 10 H. Banyak kabilah
yang berdatangan kepada Rasulullah untuk mengikrarkan keIslaman
mereka.

10
D. Haji Wada’
Haji Wada’ dikenal juga dengan nama Haji Perpisahan Nabi
Muhammad Saw. Rasulullah saw. Mengumumkan niatnya untuk
melaksanakan haji yang mabrur. Maka manusia datang berbondong-
bondong ke Madinah, yang semua hendak ikut beliau. Pada hari
sabtu 14 hari sebelum habisnya bulan Dzulqa’idah,[11]beliau
berkemas-kemas untuk berangkat, dengan menyiapkan bekal
perjalanan, berminyak dan mengenakan mantel.[12] Tahun kesebelas
Hijrah, haji pertama Rasulullah dan kaum Muslimin tanpa ada
seorang musyrik pun yang ikut didalamnya, Untuk pertama kalinya
pula, lebih dari 10.000 orang berkumpul di Madinah dan sekitarnya,
menyertai Nabi melakukan perjalanan ke Makkah, dan sekaligus
inilah haji terakhir yang dilakukan oleh Rasulullah. Rombongan haji
meninggalkan Madinah tanggal 25 Dzulqadah , Rasulullah disertai
semua isterinya, menginap satu malam di Dzi Al-Hulaifah, kemudian
melakukan Ihram sepanjang Subuh, dan mulai bergerak. Setelah
seluruh manasik haji dilakukan, Rasul memerintahkan untuk kembali
ke MadinahAl-Munawarah tanpa mengambil waktu untuk istirahat,
agar perjuangan ini terasa murni karena Allah dan di jalan-Nya.

11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Di Madinah Rasulullah saw membangun masyarakat baru
berlandaskan tauhid, keimanan yang kokoh. Dan beliau
memulainya dari masjid, sebab masyarakat Islam bisa terbentuk
dari kejama'ahan masjid. Di masjid kaum Muslimin saling bertemu,
bersilaturrahim, bertukar pikiran dan sebagainya. Kemudian
melihat strategi Rasulullah selanjutnya yaitu mempersaudarakan
sesama kaum Muslimin. Disini kita dapat melihat ketepatan
Rasulullah dalam mengambil langkah-langkah pembinaan, sebab
hanya dengan kesatuan dukungan ummatlah yang dapat
menegakkan masyarakat yang akan dibangun. Dan kesatuan ummat
itu hanya bisa terwujud bila ada persaudaraan dan saling mencintai,
ini penting untuk dilakukan Rasulullah sebab sisa-sisa kejahiliyahan
dan fanatisme kesukuan masih mungkin timbul bila tidak segera
dipersaudarakan baik antara Muhajirin dengan Anshar maupun
sesama kaum Anshar yang sebelumnya sering terjadi peperangan di
antara mereka. Disisi lain bertujuan untuk menumbuhkan saling
tolong menolong, dimana Kaum Muhajirin datang ke Madinah
tanpa membawa apa-apa. Dengan solidnya masyarakat Islam yang
didasari tauhid yang kokoh dan persatuan yang saling mencintai

12
maka untuk melakukan perjanjian dengan pihak luar akan bisa
dilakukan.

B. Kritik dan Saran


Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik
dan saran yang membangun dari para pembaca sangat kami
harapkan, agar penulisan makalah kami untuk kedepannya menjadi
lebih baik dari ini. Mudah-mudahan para pembaca dapat
memahami makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Shalab. 1957. Masyarakat Islam. Jogyakarta.


Beirut. 1999. Muassasah Arrisalah.
Muhammad Sa’id Ramadhan Al-Buthy. 2001. Sirah Nabawiyah.
Jakarta: Rabbani Press.
Syaikh Shafiyyur Rahman Al-Mubarakfury, Ar-Rahiqul Maktum,
Bahtsun Fis-Sirah An-Nabawiyah Ala Shahibiha Afdhalish-Shalati
Was-Salam.
Ahzami Samiun Jazuli. 2006. Hijra dalam Pandangan Al-Qur'an,
Jakarta: Gema Insani Press.
Ahmad Shalaby. 1957. Masyarakat Islam. Jogyakarta.
Haidar Putra dan Nurgaya Pasa. 2012. Pendidiakan Islam. Medan:
Kencana
Syaikh Shafiyyurrahman Al-Mubarakfuyi. Syirah Nabawiyah. 2009.
Jakarta: Pustaka Al-Kautsar.
Shahih Al-Bukhari. Kitabul Manasik. 2/631.

13
14

Anda mungkin juga menyukai