Anda di halaman 1dari 17

SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM

Dosen Pengampu:
H. Bustami Kabul, LC. MA

Disusun Oleh:
Kelompok 9
 Khairani Aprillia Noor (210406012) FT
 Khansa Hafizhah (211000092) FKM
 M. Safii Sinaga (210308080) Fak. Pertanian
 M Rizky Ananda (211301074) Psikologi
 Raisya Shabira Suri (210802043) FMIPA

UNIVERSITAS SUMATER UTARA


MEDAN
2021
ii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. yang telah
memberi kemudahan dalam menyusun makalah, sehingga makalah ini dapat saya selesaikan
tepat waktu.

Dan tak lupa sholawat beriring salam dihadiahkan kepada Nabi Besar Muhammad SAW.
yang telah membawa umatnya dari zaman kegelapan menuju zaman yang terang benderang
seperti sekarang ini.

Adapun tujuan utama penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah
Agama Islam, dengan mendiskusikan materi yang telah diberikan yaitu Sejarah Peradaban Islam.

Penulis juga mengucapkan terima kasih yang kepada bapak H. Bustami Kabul, LC. MA
selaku dosen pengampu mata kuliah Agama Islam, dan kepada teman-teman yang sudah
membantu.

Dalam menyusun makalah ini kami menyadari sepenuhnya bahwa terdapat banyak
kekurangan dan kekeliruan, maka dari itu kami mengharapkan saran dan kritik positif yang
membangun dari pembaca guna menjadi acuan agar penulis bisa menjadi lebih baik di masa
mendatang.

Dan yang terakhir saya berharap semoga makalah ini bisa bermanfaat khususnya kepada
kami sebagai penulis dan umumnya kepada pembaca. Atas perhatiannya, penulis mengucapkan
terima kasih.

Medan, November 2021


Penulis

(Kelompok 9)
iii

DAFTAR ISI

Halaman
COVER ..................................................................................................................................................... i
KATA PENGANTAR .................................................................................................................ii
DAFTAR ISI ............................................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................................... 1
I.I LATAR BELAKANG .................................................................................................. 1
I.II RUMUSAN MASALAH ............................................................................................ 1
I.III TUJUAN ..................................................................................................................... 1
I.IV METODE PEMBUATAN MAKALAH .................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................................. 5
II.I PERODE KLASIK...................................................................................................... 5
II.IIPERIODE PERTENGAHAN .................................................................................... 10
II.III PERIODE MODERN .............................................................................................. 15
BAB III PENUTUP ................................................................................................................... 16
III.I KESIMPULAN ......................................................................................................... 16
III.II SARAN.................................................................................................................... 16
BAB I PENDAHULUAN
I.I LATAR BELAKANG
Sejarah Peradaban Islam adalah keterangan mengenai pertumbuhan dan
perkembangan peradaban Islam dari satu waktu ke waktu lain, sejak zaman
lahirnya Islam sampai sekarang.

I.II RUMUSAN MASALAH


1. Apa pengertian Sejarah Peradaban Islam?
2. Bagaimana pembagian Sejarah Peradaban Islam?
3. Apa peran umat Islam terhadap Sejarah Peradaban Islam?
4. Mengapa perlu diketahui tentang Sejarah Peradaban Islam?

I.III TUJUAN
1. Mengetahui pengertian Sejarah Peradaban Islam
2. Memahami pembagian Sejarah Peradaban Islam
3. Mengetahui peran utama umat Islam terhadap Sejarah Peradaban Islam
4. Memahami pentingnya Sejarah Peradaban Islam

I.IV METODE PEMBUATAN MAKALAH


Metode yang digunakan dalam pembuatan makalah yaitu pencarian dari berbagai sumber
seperti jurnal, beberapa situs dari internet, kemudian ditambah dengan pemahaman sendiri.
BAB II PEMBAHASAN
II.I PERIODE KLASIK
Periode klasik adalah periode perkembangan islam yang dimulai pada abad VII M-XII M
atau dalam kata lain periode klasik dimulai saat zaman nabi Muhammad sampai masa Abbasiyah.
Pada periode ini islam mulai membangun pemikiran-pemikiran mengenai peradaban islam.
Peradaban islam pada masa nabi Muhammad SAW merupakan puncak peradaban islam
disepanjang sejarahnya.
Nabi Muhammad SAW lahir dari kalangan kaum Quraisy terkemukaka. Beliau
menyiarkan agama islam pertama kalinya di Makkah selam kurun waktu 11 tahun. Kemudian
beliau hijrah bersama kaum muslim ke Madinah. Di Madinah beliau mendapat sambutan baik
sehingga di samping menjadi agamawan (rasul) beliau juga menjadi tokoh masyarakat yang dapat
melekatkan dasar-dasar kemasyarakatan dalam mencapai terbentuknya masyarakat tamaddun.
Pada periode klasik (650-1250 M), Islam mengalami dua fase penting :
 Fase ekspansi, integrasi dan puncak kemajuan (650-1000 M). Pada fase inilah Islam di bawah
kepemimpinan para khalifah mengalami perluasan pengaruh yang sangat signifikan, ke arah
barat melalui Afrika Utara Islam mencapai Spanyol dan ke arah Timur melalui Persia, Islam
sampai ke India.
 Fase disintegrasi (1000-1250 M) yang ditandai dengan perpecahan dan kemunduran politik
umat Islam hingga berpuncak pada terenggutnya Baghdad oleh bala tentara Hulagu di tahun
1258 M.

A. Perkembangan Kebudayaan Islam Masa Klasik Fase I (650-1000 M)


Periode klasik fase pertama dikenal sebagai masa ekpansi dan integrasi Islam. Masa ini
sesungguhnya telah dimulai sejak kepemimpinan Rasulullah SAW sampai dengan pertengahan
Dinasti Abbasiyah pada tahun 1000 M. Dikatakan masa ekspansi, karena sebelum Rasulullah
wafat tahun 632 M, seluruh semenanjung Arabia telah tunduk di bawah kekuasaan Islam dan
ekspansi ke daerah-daerah di luar Arabia pada zaman Khalifah pertama, Abu Bakar Siddiq.
Beberapa catatan penting tentang perkembangan Negara Islam pada masa klasik fase pertama ini
adalah :

1. Perkembangan Islam Masa Rasulullah


a. Lahirnya Negara Madinah
Hijrahnya Rasulullah dari Mekah ke Madinah merupakan awal kemajuan Islam, yaitu
dengan diproklamasikannya sebuah Negara dengan nama Madinah al-Munawwarah bagi kota
Yastrib. Setibanya di Madinah, Rasulullah SAW disambut dengan penuh suka cita oleh sahabat-
sahabat Anshar dan Nabi resmi menjadi pemimpin penduduk kota itu. Berbeda dengan periode
Mekkah, pada periode Madinah, Islam merupakan kekuatan politik. Ajaran Islam yang
berkenaan dengan kehidupan masyarakat banyak turun di Madinah. Nabi Muhammad bukan
saja berkedudukan sebagai pemimpin agama, tetapi juga sebagai kepala negara. Dengan kata
lain, dalam diri Nabi terkumpul dua kekuasaan, kekuasaan spiritual dan kekuasaan duniawi.
Kedudukannya sebagai Rasul secara otomatis merupakan kepala negara.
Dalam rangka memperkokoh masyarakat dan negara baru itu, Rasul segera meletakkan
dasar-dasar kehidupan bermasyarakat. Dasar pertama, pembangunan masjid. Selain tempat
shalat, masjid juga sebagai sarana penting untuk mempersatukan kaum muslimin dan tempat
bermusyawarah masalah-masalah yang dihadapi. Bahkan pada masa Nabi, masjid juga
berfungsi sebagai pusat pemerintahan. Dasar kedua adalah ukhuwah islamiyyah, persaudaraan
sesama muslim. Nabi mempersaudarakan golongan Muhajirin dan Anshar. Upaya yang
dilakukan Rasulullah ini bermakna menciptakan suatu bentuk persaudaraan yang baru, yaitu
persaudaraan berdasarkan agama, menggantikan persaudaraan berdasarkan darah
(Muakhakhah). Dasar ketiga, hubungan persahabatan dengan pihak-pihak lain yang tidak
beragama Islam. Di Madinah, selain orang Arab Islam, juga terdapat golongan masyarakat
Yahudi dan golongan masyarakat Arab yang masih menganut agama nenek moyang mereka.
Agar stabilitas masyarakat dapat diwujudkan, Nabi Muhammad mengadakan perjanjian untuk
menjamin kebebasan beragama dan seluruh anggota masyarakat wajib mempertahankan
keamanan negeri itu dari serangan luar. Perjanjian ini dalam pandangan ketatanegaraan sering
disebut dengan Konstitusi Madinah. Piagam Madinah berfungsi untuk mengantisipasi gejala
perpecahan dan menyatukan umat agar berdiri sebuah negara yang kuat.
Sejak lahirnya Negara Madinah, Islam semakin kuat, kaum Muslimin sering memenangkan
peperangan. Rasul membuat batas wilayah sebagai basis territorial dengan membuat parit saat
perang Khandak, membuat lembaga pelengkap pemerintahan, semisal angkatan perang,
pengadilan, pendidikan, bait al mal, menunjuk ahli-ahli yang bertindak sebagai pendamping
Nabi. Namun, semua pengikut Nabi Muhammad siap diperintah untuk menjalankan tugas
apapun. Oleh Nabi Muhammad para sahabat dibebankan tugas-tugas dakwah dan politik,
meskipun saat itu tidak ada pejabat/ pegawai yang digaji.
b. Perluasan Wilayah Pada Masa Rasulullah
Sejarah Islam di zaman nabi Muhammad SAW terbagi menjadi dua periode yaitu periode
Mekkah dan periode Madinah. Pada periode Mekkah (13 tahun) pengikut nabi Muhammad
masih sangat sedikit, sementara kegiatan keagamaan lebih ditekankan kepada penanaman
akidah, dan pembinaan akhlak. Posisi umat Islam pada periode ini sangat lemah. Mereka berada
di bawah tekanan dan penindasan kaum quraisy. Dakwah nabi Muhammad mendapat tantangan
dari warga mekkah. Sedangkan periode Madinah berlangsung selama 10 tahun, dan pokok
ajaran Islam berkembang secara komprehensif. Pada waktu Nabi Muhammad wafat, wilayah
kekuasaan Madinah telah mencakup seluruh jazirah Arabia. Husein Muknis menyatakan, sejak
pertama berdiri hingga wafatnya Nabi, wilayah kekuasan Islam sudah meliputi seluruh jazirah
Arabia. Perkembangan wilayah Negara Islam dapat dibagi menjadi beberapa fase yaitu:
1. Sejak Rajab 1 H sampai Rajab 2 H. Pada fase ini, kekuasaan Nabi menjadi sempurna atas
seluruh bagian kota Madinah dan sekitarnya. Pada masa ini, Nabi mengirim sepuluh
ekspedisi, baik ghazwah (ekspedisi militer yang di pimpim Nabi Saw) maupun syariyah
(ekspedisi militer yang di pimpim sahabat).
2. Mulai dari perang Badar sampai Perang Khandaq berakhir (17 Ramadhan 2H/13 Maret 624
M-Dzulqa’dah 5H/April 627 M). Pada fase ini, Madinah menetapkan kekuasaannya atas
seluruh tanah Hijaz (kecuali Mekkah dan Thaif). Pada masa ini kelompok-kelompok besar
Yahudi di Madinah yang berkhianat terusir atau dihukum berat, sehingga Negara Madinah
menjadi kekuatan politik dan militer terbesar di Hijaz dan sekitar Najd.
3. Mulai Muharam 6 H sampai Jumadil Akhir 6 H (Juni 627 M - November 628 M). Pada fase
ini Negara Madinah berhasil menggabungkan seluruh daerah di perbatasan Najd dengan
Madinah. Ini berarti menambah wilayah Islam seluas 40 mil persegi di sebelah timur, yang
membuka jalan untuk peluasan wilayah kekuasaan lebih lanjut ke arah Najd sehingga
Quraisy Mekkah menjadi terkepung.
4. Mulai ekspedisi ke Hasma sampai dilaksanakannya ‘Umrah Al-Qadha ‘umrah setahun
setelah perjanjian Hudaibiyah), (Jumadil akhir 6H/November 628 M–Dzulqadah 7 H/ Maret
629 M). Pada fase ini ekspedisi Islam mengarah ke Utara Madinah, mencapai Wadi Al-
Qura dan Daumat al-Jandal, sehingga umat Islam dapat menguasai Khaibar, Fadak, dan
Wadi Al-Quran.
5. Dari Dzulhijah 7 H sampai penaklukan Thaif, DzulQaidah 8 H (April 629 M-Februari 630
M). Peristiwa penting yang termasuk dalam fase ini adalah penaklukan kota Mekkah.

2. Islam pada Masa Khulafaurrasyidin (632-661 M)


3. Setelah Rasulullah wafat pada tahun 632 M, umat muslim dihadapkan kepada suatu krisis
konstitusional. Rasul tidak menunjuk penggantinya. Sejumlah suku melepaskan diri dari
kekuasaan Madinah dan menolak memberi penghormatan kepada khalifah yang baru. Sebagian
dari mereka bahkan menolak Islam. Ada golongan yang telah murtad, ada yang mengaku dirinya
sebagai nabi. Ada juga golongan yang tidak mau lagi membayar zakat karena mengira zakat
sebagai upeti kepada Nabi Muhammad SAW. Yang masih tetap patuh kepada agama Islam adalah
penduduk Mekkah, Madinah dan Thaif.
4. Setelah Rasulullah Saw meninggal dunia, beliau digantikan oleh keempat orang sahabat
terdekat, yakni Abu Bakar, Umar, Usman dan Ali. Mereka kemudian dikenal dengan Khulafa’ al-
Rasyidin, berarti para khalifah yang mendapat petunjuk dari Allah. Disebut demikian karena
dibanding dengan rata-rata khalifah setelahnya, mereka masih konsisten menjaga apa yang pernah
dicontohkan oleh Rasulullah Saw berupa akhlak dan petunjuk-petunjuk Allah `khususnya dalam
menjalankan kekhalifahannya.

3. Perkembangan Negara Islam pada masa Bani Umayyah (661-750 M)


Memasuki masa kekuasaan Muawiyah yang menjadi awal kekuasaan Bani
Umayyah. Pemerintahan yang bersifat demokratis berubah menjadi monarchiheridetis (kerajaan
turun temurun). Kekahalifahan Bani Umayyah diperoleh melalui kekerasan, diplomasi dan tipu
daya, tidak dengan pemilihan atau suara terbanyak. Kepemimpinan ini dimulai ketika Mu’awiyah
mewajibkan seluruh rakyatnya untuk menyatakan setia terhadap anaknya, Yazid. Mu’awiyah
bermaksud mencontoh monarchi di Persia dan Byzantium.

Kekuasaan Bani Umayyah berumur kurang lebih 90 tahun. Ibu kota negara dipindahkan
dari Madinah ke Damaskus, tempat ia berkuasa sebagai gubernur sebelumnya. Khalifah-khalifah
besar Dinasti Bani Umayyah ini adalah Mu’awiyah ibn Abi Sufyan (661-680 M), Abd al-Malik
ibn Marwan (685-705 M), al-Walid ibn Abdul Malik (705-715 M), Umar ibn Abdul Aziz (717-
720 M), dan Hasyim ibn Abdul al-Malik (724-743 M).
Ekpansi yang terhenti pada masa khalifah Usman dan Ali dilanjutkan kembali oleh dinasti
ini. Di zaman Mu’awiyah, Tunisia dapat ditaklukkan. Di sebelah Timur, Mu’awiyah dapat
menguasai daerah Khurasan sampai ke sungai Oxus dan Afghanistan sampai ke Kabul. Angkatan
lautnya melakukan serangan ke ibukota Byzantium, Konstantinopel. Kemudian dilanjutkan oleh
khalifah Abd al-Malik, berhasil menundukkan Balkh, Bukhara, Khawarizm, Ferghana dan
Samarkand. Tentranya sampai ke India dan dapat menguasai Balukhistan, Sind an daerah Punjab
sampai Maltan.
Ekspansi ke Barat secara besar-besaran dilanjutkan oleh al-Walid ibn Abdul Malik. Masa
pemerintahan Walid, Umat Islam merasakan kemakmuran, kesejahteraan dan kebahagiaan.
Pemerintahannya berjalan selama 10 tahun. Ekspedisi militer dilakukan dari Afrika Utara menuju
wilayah barat daya, benua Eropa, pada tahun 711 M. Setelah Aljazair dan Maroko dapat
ditaklukkan, Tariqbin Ziyad, pemimpin pasukan Islam menyeberangi selat yang memisahkan
antara Maroko dan benua Eropa. Di tempat yang sekarang dikenal dengan Gibraltar (jabal Tariq).
Tentara Spanyol dapat dikalahkan. Menyusul kota-kota lain seperti Seville, Elvira, dan Toledo
yang dijadikan ibukota Spanyol yang baru setelah jatuhnya Kordova. Dengan keberhasilan
Ekspansi ke beberapa daerah, baik di timur maupun barat, wilayah kekuasaan Islam masa Bani
Umayyah ini betul-betul sangat luas. Daerah-daerah itu meliputi Spanyol, Afrika Utara, Syria,
Palestina, Jazirah Arabia, Irak, sebagian Asia Kecil, Persia, Afghanistan, Pakistan, Purkmenia,
Uzbek dan Kirgis di Asia Tengah.
Kemajuan-Kemajuan yang dicapai yaitu :
 Bani Umayyah berhasil memperluas daerah kekuasaan Islam ke berbagai penjuru dunia,
seperti Spanyol, Afrika Utara, Suria, Palestina, Semenanjung Arabia, Irak, sebagian kecil
Asia, Persia, Afghanistan, Pakistan, Rukhmenia, Uzbekistan, dan Kirgis.
 Islam memberikan pengaruh bagi kehidupan masyarakat luas, Sikap fanatik Arab sangat
efektif dalam membangun bangsa Arab yang besar.
 Telah berkembang ilmu pengetahuan secara tersendiri dengan masing-masing tokoh
spesialisnya. Antara lain, dalam Ilmu Qiro’at (7 qiro’at) yang terkenal yaitu: Ibnu katsir
(120 H), Ashim (127 H), dan Ibnu Amr (118 H).
 Perkembangan dalam hal administrasi ketatanegaraan, seperti adanya Lembaga Peradilan
(Qadha), Kitabat, Hajib, Barid, dan sebagainya.
4. Perkembangan Negara Islam masa Khilafah Bani Abbas I (750-1000 M)
Kekuasaan Khilafah Abbasiyah melanjutkan kekuasaan dinasti Bani
Umayyah. Dinamakan khilafah Abbasiyah karena para pendiri dan penguasa dinasti ini adalah
keturunan al-Abbas paman Nabi Muhammad Saw. Dinasti Abbasiyah didirikan oleh Abdullah al-
Shaffah ibn Muhammad ibn Ali ibn Abdullah ibn al-Abbas. Kekuasaannya berlangsung dalam
rentang waktu yang panjang dari tahun 132 H (750 M)- 656 H (1258 M). Selama dinasti ini
berkuasa, pola pemerintahan yang diterapkan berbeda-beda sesuai dengan perubahan politik,
sosial dan budaya.
Berdasarkan perubahan pola pemerintahan dan politik, para sejarawan membagi masa
pemerintahan Bani Abbas menjadi lima periode :
 Periode pertama ( 132 H/750 M – 232 H/847 M ), disebut periode pengaruh Persia pertama.
 Periode kedua ( 232 H/847 M – 334 H/945 M ), disebut masa pengaruh Turki pertama.
 Periode ketiga ( 334 H/945 M- 447 H- 1055 M ), masa kekuasaa dinasti Buwaih dalam
pemerintahan khalifah Abbasiyah. Periode ini disebut juga masa pengaruh Persia kedua.
 Periode keempat ( 447 H/1055 M- 590 H/1194 M ), masa kekuasaan dinasti Bani Seljuk
dalam pemerintahan khalifah Abbasiyah, biasanya disebut juga dengan masa pengaruh Turki
kedua.
 Periode kelima ( 590 H/1194 M- 656 H/1258 M ), masa khalifah bebas dari pengaruh dinasti
lain, tetapi kekuasaannya hanya efektif di sekitar kota Baghdad.

B. Perkembangan Kebudayaan Islam fase Disintegrasi (1000-1250 M)


Masa disintegrasi dalam bidang politik sebenarnya telah mulai terjadi pada akhir zaman
Bani Umayyah, tetapi memuncak di masa Bani Abbasiyah. Wilayah kekuasaan Bani Umayyah,
dari awal berdirinya sampai masa keruntuhannya, sejajar dengan batas-batas wilayah kekuasaan
Islam. Hal ini berbeda dengan masa pemerintahan Bani Abbas. Kekuasaan dinasti ini tidak pernah
diakui di Spanyol dan seluruh Afrika Utara, kecuali Mesir. Secara riil, daerah-daerah itu berada di
bawah kekuasaan gubernur-gubernur propinsi bersangkutan. Hubungannya dengan khalifah
ditandai dengan pembayaran upeti.
Pada masa pemerintahan Bani Abbas, tidak ada usaha untuk merebut jabatan khilafah dari
tangan Bani Abbas. Rakyat membiarkan jabatan khalifah tetap dipegang Bani Abbas. Hal ini
terjadi karena khalifah sudah dianggap sebagai jabatan keagamaan yang sakral dan tidak bisa
diganggu gugat lagi. Sedangkan kekuasaan dapat didirikan di pusat maupun di daerah yang jauh
dari pusat pemerintahan dalam bentuk dinasti-dinasti kecil yang merdeka. Ada kemungkinan
bahwa para khalifah Abbasiyah sudah cukup puas dengan pengakuan dari provinsi-provinsi
tertentu, dengan pembayaran upeti itu.
Akibat dari kebijaksanaan yang lebih menekankan pembinaan peradaban dan
kebudayaan Islam daripada persoalan politik itu, propinsi-propinsi tertentu di pinggiran mulai
lepas dari genggaman penguasa Bani Abbas. Kecuali Bani Umayyah di Spanyol dan Idrisiyyah di
Marokko, propinsi-propinsi itu pada mulanya tetap patuh membayar upeti selama mereka
menyaksikan Baghdad stabil dan khalifah mampu mengatasi pergolakan-pergolakan yang muncul.
Namun pada saat wibawa khalifah sudah memudar, mereka melepaskan diri dari kekuasaan
Baghdad.
Menurut Watt, sebenarnya keruntuhan kekuasaan Bani Abbas mulai terlihat
sejak awal abad kesembilan. Fenomena ini bersamaan dengan datangnya pemimpin-ASAS, Vol.
7, No. 1, Januari 2015 79 pemimpin yang memiliki kekuatan militer di propinsi-propinsi tertentu
yang membuat mereka benar-benar independen. Kekuatan militer Abbasiyah waktu itu mulai
mengalami kemunduran. Sebagai gantinya, para penguasa Abbasiyah mempekerjakan orang-
orang profesional di bidang kemiliteran, khususnya tentara Turki dengan sistem perbudakan baru
seperti diuraikan di atas. Pengangkatan anggota militer Turki ini, dalam perkembangan selanjutnya
teryata menjadi ancaman besar terhadap kekuasaan khalifah. Apalagi pada periode pertama
pemerintahan dinasti Abbasiyah,
sudah muncul fanatisme kebangsaan berupa gerakan syu'u arabiyah (kebangsaan/anti
Arab). Gerakan inilah yang banyak memberikan inspirasi terhadap gerakan politik,
disamping persoalan-persoalan keagamaan. Nampaknya, para khalifah tidak sadar akan bahaya
politik dari fanatisme kebangsaan dan aliran keagamaan itu, sehingga meskipun dirasakan dalam
hampir semua segi kehidupan, seperti dalam kesusasteraan dan karya-karya ilmiah, mereka tidak
bersungguh-sungguh menghapuskan fanatisme tersebut, bahkan ada diantara mereka yang justru
melibatkan diri dalam konflik kebangsaan dan keagamaan itu.
Dinasti-dinasti yang lahir dan melepaskan diri dari kekuasaan Baghdad pada masa khilafah
Abbasiyah, diantaranya terdiri dari bangsa Persia, Turki, Kurdi, dan Arab. Mendekati masa akhir
kekuasaan Abbasiyah, tentara Turki berhasil merebut kekuasaan khalifah, sehingga khalifah
bagaikan boneka yang tidak dapat berbuat apa-apa. Selanjutnya kekuasaan Abbasiyah dikuasai
oleh Bani Buwaih. Bani Abbasiyah tetap diakui, tetapi kekuasaan dipegang oleh sultan-sultan
Buwaihi. Kekuasaan dinasti Buwaihi atas Baghdad kemudian dirampas oleh Dinasti Seljuk. Seljuk
adalah seorang pemuka suku bangsa Turki yang berasal dari Turkestan. Kekuasaan dinasti saljuk,
memicu terjadinya perang salib dalam beberapa tahap, yang menyebabkan semakin melemahnya
kekuasaan Islam, ditambah lagi
serangan tentara Mongolia yang bersekutu dengan gereja –gereja kristen, sehingga
menghancurleburkan pusat –pusat kekusaan Islam, sampai jatuhnya Bagdad ke Tangan Khulagu
Kan .

II.II PERIODE PERTENGAHAN

Periode pertengahan adalah periode perkembangan islam yang dimulai dari 1250-1800 M.
Periode pertengahan dibagi ke dalam dua fase, yaitu fase kemunduran (1250-1500 M) dan fase
ketiga kerajaan besar (1500-1800 M), yang dimulai dengan zaman kemajuan (1500-1700 M) dan
zaman kemunduran (1700-1800 M).
Memasuki periode pertengahan, gambaran dunia Islam sebagai pusat peradaban Islam mulai
memudar. Seiring dengan kemunduran yang menimpa dunia Islam, kegiatan transmisi dan
trasnformasi ilmu pengetahuan yang semula banyak memengaruhi peradaban lain tampaknya
mulai berkurang.

a. Masa Kemunduran I (1250-1500 M)


Pada zaman ini Jenghiz Khan dan keturunannya datang menghancurkan dunia Islam. Jenghiz
Khan berasal dari Mongolia. Setelah menduduki Peking di tahun 1212 M, ia mengalihkan
serangannya ke arah Barat. Satu demi satu kerajaan-kerajaan Islam jatuh ke tangannya.
Transoxania dan Khawarizm dikalahkan di tahun 1219/1220 M. Kerajaan Ghazna pada tahun
1221 M, Azebaijan pada tahun 1223 M dan Saljuk di Asia Kecil pada tahun 1243 M, dari sini
ia meneruskan serangan-serangannya ke Eropa dan Rusia.
Serangan ke Baghdad dilakukan oleh cucunya, Hulagu Khan. Terlebih dahulu ia
mengalahkan Khurasan di Persia dan kemudian menghancurkan Hasysyasyin di Alamut.
Khalifah dan keluarga serta sebagian besar penduduk dibunuh. Beberapa dari anggota keluarga
Bani Abbasiyah dapat melarikan diri dan di antaranya ada yang menetap di Mesir.
Dari sini Hulagu meneruskan serangannya ke Syiria dan dari Syiria ia ingin memasuki Mesir.
Akan tetapi, di Ain Jalut (Goliath) ia dapat dikalahkan oleh Baybars, Jenderal Mamluk dari
Mesir di tahun 1260 M.
Baghdad dan daerah yang ditaklukkan Hulagu selanjutnya diperintah oleh Dinasti Ilkhan.
Ilkhan adalah gelar yang diberikan kepada Hulagu. Daerah yang dikuasai dinasti ini ialah
daerah yang terletak antara Asia Kecil di Barat dan India di Timur. Dinasti Ilkhan berumur
hingga 100 tahun. Hulagu bukanlah beragama Islam dan anaknya Abaga (1265-1281 M)
masuk Kristen. Di antara keturunannya yang pertama masuk Islam yaitu cucunya Tagudar
dengan nama Ahmad, tetapi mendapat tantangan dari para jenderalnya.
Ghasan Mahmud (1295-1305 M) juga masuk Islam dan demikian juga Uljaytu Khuda Banda
(1305-1316 M). Uljaytu pada mulanya beragama Kristen, ia adalah Raja Mongol Besar yang
terakhir. Kerajaan yang dibentuk oleh Hulagu akhirnya pecah menjadi beberapa kerajaan kecil,
di antaranya Kerajaan Jaylar (1336-1411 M) dengan Baghdad sebagai ibu kota. Kerajaan
Salghari (1148-1282 M) di Faris, dan Muzaffari (1313-1393 M) juga di Faris.
Timur Lenk, seorang yang berasal dari keturunan Jenghiz Khan dapat menguasai Samarkand
pada tahun 1369 M. dari Samarkand ia mengadakan serangan-serangan ke sebelah barat dan
dapat menguasai daerah-daerah yang terletak antara Delhi dan Laut Marmara. Dinasti Timur
Lenk berkuasa sampai pertengahan kedua dari abad ke-15. keganasan Timur Lenk
digambarkan oleh pembunuhan missal yang dilakukannya di kota-kota yang tidak mau
menyerah tetapi justru melawan kedatangannya. Di kota-kota yang telah ditundukkan, Timur
Lenk mendirikan piramida dari tengkorak rakyat yang dibunuh. Di Delhi misalnya, ia
membunuh 80.000 dari penduduknya. Di Aleppo lebih dari 20.000 orang. Masjid-masjid dan
madrasah-madrasah dihancurkan. Dari masjid Umayyah di Damaskus misalnya, hanya dinding
masjid yang masih ada. Setiap kota yang ia datangi, ia hancurkan.
Di Mesir, khilafah Fathimiyah digantikan oleh Dinasti Shalahuddin al-Ayyubi pada tahun
1174 M. dengan datangnya Shalahuddin, Mesir kembali masuk ke aliran Sunni. Aliran Syi'ah
hilang dengan hilangnya khilafah Fathimiyah. Shalahuddin dikenal dalam sejarah sebagai
pahlawan Islam dalam Perang Salib.
Dinasti al-Ayyubi jatuh pada tahun 1250 M dan kekuasaan di Mesir berpindah ke tangan
kaum Mamluk. Kaum Mamluk ini berasal dari budak-budak yang kemudian mendapatkan
kedudukan tinggi dalam pemerintahan Mesir. Sultan Mamluk yang pertama adalah Aybak
(1250-1257 M), dan salah satu yang termasyhur di antara mereka adalah Sultan Baybars (1260-
1277 M) yang dapat mengalahkan Hulagu di Ain Jalut. Kaum Mamluk berkuasa di Mesir
sehingga pemerintahan berpindah tangan ke tangan kaum Mamluk. Kaum Mamluk berkuasa
di Mesir sampai tahun 1517 M. Merekalah yang membebaskan Mesir dan Syiria dari
peperangan Salib dan juga yang membendung serangan-serangan kaum Mongol di bawah
pimpinan Hulagu dan Timur Lenk, sehingga Mesir terlepas dari serangan seperti yang terjadi
di dunia Islam lain.
Di India, persaingan dan peperangan untuk merebut kekuasaan juga selalu terjadi sehingga
India senantiasa menghadapi perubahan penguasa. Ketika dinasti baru berkuasa, kemudian
dijatuhkan dan diganti oleh yang lain. Kekuasaan Dinasti Ghaznawi dikalahkan oleh pengikut-
pengikut Ghaur Khan, yang juga berasal dari salah satu suku bangsa Turki. Mereka masuk ke
India tahun 1175 M, dan bertahan samapai tahun 1206 M. India kemudian jatuh ke tangan
Qutbuddin Aybak, yang selanjutnya menjadi pendiri Dinasti Khalji (1296-1316 M),
selanjutnya Dinasti Tughluq (1320-1413 M) dan dinasti-dinasti lain, sampai Zhahiruddin
Babur datang pada permulaan abad XVI dan membentuk Kerajaan Mughal di India.
Di Spanyol terjadi peperangan di antara dinasti-dinasti Islam yang ada di sana dengan raja-
raja Kristen. Di dalam peperangan itu, raja-raja Kristen menggunakan politik adu-domba
antara dinasti-dinasti Islam tersebut. Sebaliknya, raja-raja Kristen bergabung menjadi satu, dan
akhirnya satu demi satu dinasti-dinasti Islam dapat dikalahkan. Cordova jatuh pada tahun 1238
M, Sevilla di tahun 1248 M, dan akhirnya Granada jatuh pada tahun 1491 M. Pada saat itu
umat Islam dihadapkan pada dua pilihan, masuk Kristen atau keluar dari Spanyol. Di tahun
1609 M boleh dikatakan tidak ada lagi orang Islam di Spanyol. Umumnya mereka pindah ke
kota-kota di pantai utara Afrika.
Pada masa ini desentralisasi dan disintegrasi dalam dunia Islam meningkat. Di zaman ini
pula hancurnya khilafah secara formal. Islam tidak lagi mempunyai khalifah yang diakui oleh
semua umat sebagai lambang persatuan dan ini berlaku sampai Kerajaan Usmani mengangkat
khalifah yang baru di Istambul pada abad ke-16 M. Bagian yang merupakan pusat dunia Islam
jatuh ke tangan bukan Islam untuk beberapa waktu. Dan terlebih dari itu, Islam lenyap dari
Spanyol.
Perbedaan antara kaum Sunni dan kaum Syi'ah menjadi memuncak. Demikian pula antara
Arab dan Persia. Dunia Islam terbagi dalam dua bagian; bagian Arab yang terdiri atas
Semenanjung Arab, Irak, Suria, Palestina, Mesir, Afrika Utara dan Sudan dengan Mesir
sebagai pusatnya; dan bagian Persia yang terdiri atas daerah Balkhan, Turki, Persia, Turkistan,
dan India dengan Persia sebagai pusatnya. Kebudayaan Persia meningkat di dunia Islam bagian
Persia serta mengambil bentuk internasional dan dengan demikian mulai mendesak bidang
kebudayaan Arab.
Di samping itu, pengaruh tarekat-tarekat bertambah mendalam dan bertambah meluas di
dunia Islam. Pendapat yang ditimbulkan di zaman disintegrasi bahwa pintu ijtihad telah
tertutup diterima secara umum di zaman ini. Antara madzhab yang ke empat terdapat suasana
damai dan di madrasah-madrasah di ajarkan madzhab yang keempat. Perhatian pada ilmu-ilmu
pengetahuan sedikit sekali. Akan tetapi sebaliknya, Islam mendapat pemeluk-pemeluk baru di
daerah-daerah yang selama ini belum pernah dimasuki Islam.
Ke daerah Balkan Islam dibawa oleh Usman, seorang kepala suku bangsa Turki yang
menetap di Asia Kecil. Usman dan anak buahnya pada mulanya mengadakan serangan-
serangan terhadap kerajaan Bizantium di Asia Kecil. Sebelum meninggal di tahun 1326 M,
Bursa telah dapat dikuasainya. Serangan-serangan diteruskan oleh anaknya Orkhan I (1326-
1357 M) sampai ke bagian timur dari benua Eropa. Benteng Tzimpe dan Gallipoli jatuh ke
tangannya. Sultan Murad I (1359-1389 M) menaklukkan Adrianopel di tahun 1365 M. kota ini
kemudian dijadikan ibu kota. Tidak lama sesudah itu Macedonia jatuh di bawah kekuasaannya
di tahun 1385 M, Sofia, ibu kota Rumania diduduki. Dengan demikian, kesultanan kecil yang
dibentuk oleh Usman berubah menjadi kerajaan besar yang kemudian dikenal dalam sejarah
dengan nama kerajaan Usmani (Ottoman empire). Sultan Bayazid (1389-1402 M) memperluas
daerah kekuasaan kerajaan Usmani di Eropa dengan menaklukkan sebagian dari Yunani dan
daerah-daerah Eropa Timur sampai ke perbatasan Hongaria-Salonika dikuasai kemudian oleh
Sultan Murad II (1421-1451 M) dan dari sana ia masuk ke Albania. Kemajuan-kemajuan lain
dibuat oleh sultan-sultan yang datang sesudahnya.

b. Masa Tiga Kerajaan Besar (1500-1800 M)


Masa ini dapat pula dibagi ke dalam dua fase; fase kemajuan dan fase kemunduran.
1) Fase Kemajuan (1500-1700 M)
Fase kemajuan ini merupakan kemajuan Islam II. Tiga kerajaan besar yang dimaksud
ialah Kerajaan Usmani di Turki, Kerajaan Safawi di Persia, dan Kerajaan Mughal di India.
Sultan Muhammad al-Fatih (1451-1481 M) dari Kerajaan Usmani mengalahkan
kerajaan Bizantium dengan menduduki Istambul di tahun 1453 M. Dengan demikian,
ekspansi ke arah Barat berjalan lebih lancar. Akan tetapi, di zaman Sultan Salim I (1512-
1520 M) perhatian ke arah Barat dialihkan ke arah Timur. Persia mulai diserang dan dalam
peperangan Syah Ismail dikalahkan. Setelah menguasai Syiria, Sultan Salim merebut Mesir
dari tangan Dinasti Mamluk. Kairo jatuh pada tahun 1517 M. Kemajuan-kemajuan lain
dibuat oleh Sultan Sulaiman al-Qanuni (1520-1566 M). Sultan Sulaiman adalah Sultan
Usmani yang terbesar. Di zamannya Irak, Belgrado, Pulau Rhodes, Tunis, Budapest, dan
Yaman dapat dikuasai. Ia mengepung Wina di Astria pada tahun 1529 M. di masa
kejayaannya daerah kekuasaan kerajaan Usmani mencakup Asia Kecil, Armenia, Irak,
Syiria, Hijaz, serta Yaman di Asia, Mesir, Libia, Tunis serta Aljazair di Afrika dan
Bulgaria, Yunani, Yugoslavia, Albania, Hongaria, dan Rumania di Eropa.
Sementara itu, di Persia muncul salah satu dinasti baru yang kemudian merupakan
suatu kerajaan besar di dunia Islam. Dinasti ini berasal dari seorang sufi Syaikh Safiuddin
(1252-1334 M) dari Ardabil di Azerbaijan. Syaikh Safiuddin beraliran Syi'ah dan
mempunyai pengaruh besar di daerah itu. Cucunya Syah Ismail Safawi dapat mengalahkan
dinasti-dinasti lain terutama kedua suku bangsa Turki, sehingga Dinasti Safawi dapat
menguasai seluruh daerah Persia. Di sebelah Barat, kerajaan Safawi berbatasan dengan
kerajaan Usmani dan di sebelah timur berbatasan dengan India yang pada waktu itu berada
di bawah kekuasaan kerajaan Mughal. Syah Ismail berhasil menjadikan aliran Syi'ah
sebagai madzhab yang dianut negara.
Di antara sultan-sultan besar dari kerajaan Safawi, selain Syah Ismail (1500-1524 M),
terdapat nama Syah Tahmasp (1524-1576 M), dan Syah Abbas (1557-1629 M). sesudah
Syah Abbas, raja-raja Safawi tidak ada yang kuat lagi dan akhirnya dapat dijatuhkan oleh
Nadir Syah (1736-1747 M), kepala dari salah satu suku bangsa Turki yang terdapat di
Persia pada saat itu.
Kerajaan Mughal di India dengan Delhi sebagai iu kota, didirikan oleh Zhahiruddin
Babur (1482-1530 M), salah satu dari cucu Timur Lenk. Setelah menundukkan Kabul
(Afghanistan), melalui Khybar Pass, ia menyeberang ke India di tahun 1505 M. Lahore
jatuh ke bawah kekuasaannya di tahun 1523 M, dan tahun 1527 India Tengah dapat
dikuasainya. Humayun anak Zahiruddin Babur (1530-1556 M) menggabungkan Malwa
dan Gujarat ke daerah-daerah yang dikuasai kerajaan Mughal. Dan Akbar (1556-1606 M)
anak Humayun menaklukkan raja-raja India juga yang masih ada pada waktu itu. Dalam
soal agama, Akbar mempunyai pendapat yang liberal dan ingin menyatukan semua agama
dalam satu bentuk agama baru yang diberi nama din ilahi. Sultan-sultan besar sesudah
Akbar, antara lain Jehangir (1605-1627 M) dengan permaisurinya Syah Jehan (1629-1658
M) dan Aurangzeb (1659-1707 M). Sesudah Aurangzeb terdapat sultan-sultan lemah yang
tidak dapat melanjutkan kerajaan Mughal.
Di India, bahasa Urdu juga meningkat menjadi bahasa literature dan menggantikan
bahasa Persia yang sebelumnya digunakan di kalangan istana sultan-sultan di Delhi.
Menurut sejarahnya penulis-penulis besar pertama dalam bahasa ini adalah Mazhar,
Saudah, Dard dan Mir, kesemuanya di abad ke-18 M.
Gedung-gedung bersejarah yang ditinggalkan periode ini antara lain Taj Mahal di Agra,
benteng Merah, masjid-masjid, istana-istana, dan gedung-gedung pemerintahan di Delhi.
Akan tetapi, perhatian pada ilmu pengetahuan kurang sekali dan ilmu pengetahuan di
seluruh dunia Islam sedang mengalami kemerosotan. Tarekat terus mempunyai pengaruh
besar dalam hidup Umat Islam. Dengan timbulnya Turki dan India sebagai kerajaan besar,
di samping bahasa Arab dan Persia, bahasa Turki dan bahasa Urdu juga mulai muncul
sebagai bahasa penting dalam Islam. Kedudukan bahasa Arab menjadi bahasa persatuan
bertambah menurun.
Kemajuan Islam II ini lebih banyak merupakan kemajuan dalam bidang politik dan
jauh lebih kecil dari kemajuan Islam I. Di samping itu, Barat mulai bangkit terutama
dengan terbukanya jalan ke pusat rempah-rempah dan bahan-bahan mentah di Timur Jauh,
melalui Afrika Selatan dan ditemukannya Amerika oleh Columbus di tahun 1492 M. Akan
tetapi, kekuatan Eropa pada waktu itu masih lemah jika dibandingkan dengan kekuatan
Islam.

2) Fase Kemunduran II (1700-1800 M)


Sesudah Sulaiman al-Qanuni, kerajaan Usmani tidak lagi mempunyai sultan-sultan
yang kuat. Kerajaan ini mulai memasuki fase kemundurannya di abad ke-17 M. Di dalam
negeri timbul pemberontakan-pemberontakan, seperti di Syiria di bawah pimpinan Kurdi
Jumbulat, di Lebanon di bawah pimpinan Druze Amir fakhruddin. Di samping itu, terjadi
pula peperangan dengan negara-negara tetangga seperti Venitia (1645-1664 M) dan dengan
Syah Abbasiyah dari Persia. Jenissary, nama yang diberikan kepada tentara Usmani juga
memberontak. Sultan-sultan berada di bawah kekuasaan Harem. Sementara di Eropa juga
mulai timbul negara-negara yang kuat, sedangkan Rusia di bawah Peter Yang Agung telah
pula berubah menjadi negara yang maju. Dalam peperangan dengan negara-negara ini
kerajaan Usmani mengalami kekalahan dan daerahnya di Eropa mulai diperkecil sedikit
demi sedikit. Misalnya Yunani, memperoleh kemerdekaannya kembali di tahun 1829 M
dan Rumania di tahun 1856 M. Demikian pula yang lain mengikuti, sehingga akhirnya
sesudah Perang Dunia I, daerah kerajaan Usmani yang dahulu demikian luas kini hanya
mencakup Asia Kecil dan sebagian kecil dari daratan Eropa Timur. Kerajaan Usmani
lenyap dan sebagai gantinya timbul Republik Turki di tahun 1924 M.
Kerajaan safawi di Persia mendapat serangan dari raja Afghan yang berlainan faham
dengan syah-syah Safawi, ia menganut faham Sunni. Mir Muhammad dapat menguasai
Afghan pada tahun 1722 M. Akan tetapi, pada waktu itu Nadir Syah seorang jenderal, atas
nama Syah Tahmasp II dapat merampas ibu kota itu kembali pada tahun 1730 M.
Kemudian ia sendiri menjadi Syah di Persia. Namun pada tahun 1750 M, Karim Khan dari
Dinasti Zand dapat merebut kekuasaan di seluruh Persia, kecuali daerah Khurasan.
Kekuasaan Dinasti Zand ditentang oleh Dinasti Qajar dan akhirnya Agha Muhammad
dapat mengalahkan Dinasti Zand pada tahun 1794 M. Semenjak itu sampai tahun 1925 M,
Persia diperintah oleh Dinasti Qajar.
Di India, Dinasti Mughal Islam setelah Aurangzip meninggal dan digantikan oleh para
penguasa yang lemah, terjadi pemberontakan-pemberontakan dari pihak golongan Hindu
yang merupakan mayoritas penduduk India. Pemberontakan Sikh dipimpin oleh Guru Tegh
Bahadur dan kemudian oleh Guru Gobind Singh. Negeri Haiderabad Dekan melepaskan
diri dari ikatan Delhi (1724 M). kemudian, mengikut pula Benggala dan Aud yang
semuanya berdekatan tahunnya. Negeri yang tertinggal pada tangan Mughal hanyalah
Delhi, Agra dan negeri-negeri Duab (Hamka, 2016: 387).
Sementara itu Inggris telah pula turut memainkan peranan dalam politik India dan
menguasai India di tahun 1857 M sampai tahun 1947 M India menjadi jajahan Inggris.
Pada masa ini kekuasaan militer dan politik umat Islam semakin menurun.
Perdagangan dan ekonomi umat Islam juga jatuh dengan hilangnya monopoli dagang
antara Timur dan Barat dari tangan mereka. Ilmu Pengetahuan di dunia Islam dalam
keadaan stagnansi. Tarekat-tarekat diliputi oleh suasana khurafat. Umat Islam dipengaruhi
oleh sifat fatalistis. Dunia Islam mengalami kemunduran dan statis.
Sementara Eropa dengan kekayaan-kekayaan yang diangkut dari Amerika dan laba dari
perdagangan langsung dengan Timur jauh bertambah kaya dan maju. Penetrasi Barat, yang
kekuatannya bertambah besar ke dunia Islam yang didudukinya, kian lama bertambah
mendalam. Akhirnya di tahun 1798 M Napoleon menduduki Mesir, sebagai salah satu
pusat Islam terpenting. Jatuhnya pusat Islam ini ke tangan Barat, menginsafkan dunia Islam
akan kelemahannya dan menyadarkan umat Islam bahwa di Barat telah timbul peradaban
yang lebih tinggi dari peradaban Islam, dan merupakan ancaman bagi hidup Islam sendiri.

II.III PERIODE MODERN


Periode ini merupakan zaman kebangkitan Islam. Ekspedisi Napoleon di Mesir yang
berakhir pada tahun 1801 M, membuka mata dunia Islam terutama Turki dan Mesir akan
kemunduran dan kelemahan umat Islam di samping kemajuan dan kekuatan Barat. Raja dan
pemuka-pemuka Islam mulai berpikir dan mencari jalan untuk mengembalikan balance of power,
yang telah pincang dan membahayakan Islam. Kontak islam dengan Barat sekarang berlainan
sekali dengan kontak Islam dengan Barat periode klasik. Pada waktu itu, Islam sedang naik dan
Barat sedang dalam kegelapan. Sekarang sebaliknya, Islam tampak dalam kegelapan dan Barat
tampak gemilang. Dengan demikian, timbullah apa yang disebut pemikiran dan aliran
pembaharuan atau modernisasi dalam Islam. Pemukapemuka Islam mengeluarkan pemikiran-
pemikiran bagaimana caranya membuat umat Islam maju kembali sebagaimana yang terjadi pada
periode klasik. Usaha-usaha ke arah itupun mulai dijalankan dalam kalangan umat Islam. Akan
tetapi, dalam hal itu, Barat juga bertambah maju. Beberapa tokoh pembaharu atau modernisasi di
kalangan dunia Islam di antaranya: Muhammad bin Abdul Wahab di Arabia. Muhammad Abduh,
Jamaluddin al-Afghani, Muhammad Rasyid Ridha di Mesir. Sayyid Ahmad Khan, Syah
Waliyullah dan Muhammad Iqbal di India. H. Abdul Karim Amrullah, KH. Ahmad Dahlan, dan
KH. Hasyim Asy'ari di Indonesia, dan masih banyak yang lainnya (Amin, 2015: 46).
BAB III PENUTUP
III.I KESIMPULAN
Sejarah adalah cermin masa lalu. Didalam sejarah banyak pelajaran berharga yang dapat
sejarah dapat menjadi contoh dan tauladan serta sebaliknya , kejadiannya atau peristiwa buruk
masa lalu yang ditulis sejarah diharapkan jangan sampai terjadi dan terulang kembali. Oleh sebab
itu, dari sejarah dapat diambil i'tibar pembelajaran yang berharga dalam mengembangkan
pendidikan yang berkwalitas.

III.II SARAN
Dengan dibuatnya makalah ini seharusnya lebih memahami tentang Sejarah Peradaban
Islam serta dapat mengambil hukmah dari pembelajaran Sejarah Peradaban Islam.
DAFTAR PUSTAKA
 http://repository.um-surabaya.ac.id/4980/1/SEJARAH_PERADABAN_ISLAM.pdf
 http://repository.unimus.ac.id/298/1/Artikel%20aik-2_kelompok%20%201.pdf
 https://id.scribd.com/document/405598281/perkembangan-islam-periode-klasik-1-docx
 Zakariya, Din Muhammad.,2018.Sejarah Peradaban Islam.Malang: CV. Intrans
Publishing (Halaman : 32-40)

Anda mungkin juga menyukai