Disusun Oleh :
Kelompok 3 - Gizi 5A
1. Devi Suciyani (1907026008)
2. Nurul Hasanah (1907026019)
3. Nunik Maya Deliya (1907026023)
Puji syukur kehadirat Allah SWT. yang telah memberikan kami kemudahan dalam
pengerjaan makalah ini sehingga kami dapat menyelesaikan makalah kami tepat pada waktunya.
Tanpa bantuan-Nya kami tidak sanggup menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta
salam, tak lupa kita haturkan kepada junjungan kita, nabi besar Muhammad saw. yang
syafa‟atnya kita nantikan di akhirat kelak.
Kami selaku penulis merasa bersyukur kepada Allah SWT. atas limpahan nikmat sehat-
Nya. Baik itu sehat fisik maupun sehat pikiran, sehingga kami mampu menyelesaikan makalah
yang berjudul “Peradaban Islam Rasulullah Periode Madinah” sebagai tugas mata kuliah
Sejarah Peradaban Islam.
Kami juga menyadari bahwa makalah kami masih memilik banyak kekurangan dan
kesalahan, bahkan jauh dari kata sempura. Oleh karena itu kami mengharapkan saran dan kritik
dari pembaca unuk makalah kami, sehingga makalah kami bisa menjadi lebih baik lagi.
Kemudian kami memohon maaf yang sebesar-besarnya jika pembuatan makalah ini masih
terdapat banyak kesalahan.
Kami juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak khususnya kepada Ibu.. selaku
dosen pengampu mata kuliah ini yang telah membimbing kami dalam penyusunan makalah.
Sekian dari kami, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terimakasih.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kebudayaan Islam masa Rasulluah SAW terbagi menjadi dua periode, yaitu
periode Mekkah dan periode Madinah. Adapun untuk periode Mekkah tersebut
diawali dengan peristiwa diangkatnya menjadi Nabi atau Rasul. Sedangkan untuk
periode madinahnya dimulai sejak terjadi peristiwa Hijrahnya Rasulullah beserta
kaum muslimin ke Madinah setelah kurang lebih 13 tahun berdakwah di kota
Mekkah.
Sebelum islam berkembang, kota madinah pada mulanya disebut sebagai kota
Yatsrib, yang dikenal sebagai pusat perdagangan. Kemudian, setelah Nabi
Muhammad melakukan hijrah dari Mekkah, kota ini berubah nama menjadi
Madinah dan beralih menjadi pusat perkembangan Islam hingga beliau wafat dan
dimakamkan disana juga. Selain itu, kota ini juga dijadikan sebagai pusat
kekhalifahan sebagai penerus Nabi Muhammad SAW.
Adapun setelah Nabi Muhammad menetap di Madinah, beliau memulai
mengatr siasat dan membentuk masyarakat Islam yang bebas dari berbagai
ancaman yang ada termauk didalamnya tekanna dan intimidasi. Sehingga pada
dasarnya, hijrahnya Rasulullah SAW dapat diartikan sebagai suatu langkah awal
mulai terbentuknya Daulah Islamiyah yang pertama di muka bumi. Oleh sebab
itu, peristiwa hijrahnya Rasulullah SAW tidaklah terwujud begit saja, melainkan
terdapat beberapa pra kondisi yang mengikutinya seperti Baiat Aqabah.
Kemajemukan komunikasi Madinah menjadi salah satu pendorong Nabi untuk
melakukan suatu negosiasi dan konsolidasi melalui suatu perjanjian tertulis yang
disebut dengan istilah “Piagam Madinah”. Berawal dari Piagam Madinah inilah
mulai berdirinya Negara Madinah, yang mana setelah adanya Baiat Aqabah dan
Piagam Madinah ini Rasulluah SAW dipandang sebagai pemimpin ruhani serta
kepala Negara.
Jika ditinjau dari perspektif ajaran Islam, periode Madinah ini merupakan
periode lanjutan dari Mekkah. Dimana pada periode Mekkah, ayat-ayat mengenai
4
hukum belum banyak diturunkan, namun pada periode Madinah untuk ayat-ayat
yang berkaitan dengan hukum mulai turun untuk melengkapi ayat yang telah ada
sebelumnya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa arti hijrah Nabi Muhammad ke Madinah?
2. Apa dasar-dasar berpolitik di Madinah?
3. Apa yang dimaksud Piagam Madinah : Darussalam dan Darul Islam?
C. Tujuan
1. Mengetahui arti hijrah Nabi Muhammad ke Madinah
2. Mengetahui dasar-dasar berpolitik di Madinah
3. Mengetahui yang dimaksud dengan Piagam Madinah : Darussalam dan Darul
Islam
5
BAB II
PEMBAHASAN
6
rasulullah SAW mendapatkan petunjuk untuk melakukan hijrah yaitu proses
perpindahan dari kota Mekkah menuju Madinah. Dan pada saat itu mulailah
periode Madinah. Pada periode ini sangatlah berbeda dengan periode sebelumnya,
sebab dikota Madinah Rasulullah SAW beserta pengikutnya medapatkan
sambutan halus dari penduduk Madinah tersebut.
Dapat diketahui bahwa hijrahnya Rasulullah SAW ke Madinah berawal dari
rasa ketidakamanan kaum muslim dari adanya ancaman dan atau tindasan dari
Quraisy. Adapun hijrahnya Rasulullah SAW ini mampu membawa pengaruh yang
sangat signifikan. Yang mana Islam mampu mulai berkembang dengan fondasi
peradapan yang diatur oleh Rasulullah SAW. Adapun dampak pesat paradapan
yang terlihat sangat singnifikan yaitu pada masa Rasulullah SAW berupa
perubahan tatanan sosial. Yang mana hal tersebut merupakan suatu perubahan
yang sangat mendasar menuju moralitas yang beradap. Dapat diketahui dalam
suatu tulisan Ahmad Al-Husairy menyatakan bahwa peradapan pada masa
Rasulullah SAW tersebut dilandasi dengan asas-asas yang dibuat oleh Rasulullah
SAW dibawah bimbingan wahyu. Salah satu dampak positif pada periode tersebut
yang mampu dilihat yaitu terbangunnya Masjid Nabawi. Yang mana
pembangunan masjid tersebut masih menjadi bagian dari strategi dakwah
Rasulullah SAW untuk melebarkan sayap islam, sebab masjid dianggap memiliki
peranan yang cukup besar dalam sejarah perkembangan islam (Ummu Salamah
Ali, 2017).
Selain pembangunan Masjid, strategi lain yang dilakukan oleh Rasulullah
yaitu membangun ukhuwwah islamiyah atau dengan kata lain mempersaudarakan
antara kaum Anshar dengan kaum Muhajirin. Adapun dalam hal ini keberhasilan
Rasulullah SAW dalam mempersaudarakan 2 kaum tersebut berasaskan pada
keimanan yang tidak terlepas dari kecerdasan beliau dalam melenyapkan ikatan
kesukuan atau tribalisme. Dengan demikian pada periode ini dapat dikatakan
bahwa Rasulullah telah berhasil untuk mempersatukan kebhinekaan dalam
kehidupan sosial masyarakat Madinah. Bahkan tidak hanya menyatukan saja,
melainkan Rasulullah SAW juga mampu melenyamkan suatu paham yang disebut
dengan primordialisme diantara muslim. Sehingga pada akhirnya suatu
7
permusuhan yang awalnya terjadi mampu berubah manjadi sikap saling tolong
menolong, saling berbagi diasaat keadaan suka ataupun duka, serta mampu
mengeratkan hubungan antar sesama. Dan dari hal ini, sebuah fakta mampu
membuktikan bahwa sebuah tali persaudaraan yang dibangun atas dasar akidah
islamiyah mampu mengalahkan eratnya persaudaraan sedarah. Dari keberhasilan
mempersaudarakan antara muslim Anshor dengan muslim Muhajirin, kemudian
Rasulullah SAW melanjutkan strateginya berupa membuat sebuah perjanjian
dengan non-Muslim yang disebut dengan Piagam Madinah. Kesuksesan
Rasulullah SAW dalam periode Madinah tersebut tidaklah terlepas dari strategi-
strategi jitu yang telah disusun mandiri oleh Rasulullah SAW yang berasaskan
pada akidah dan tauhid (Ummu Salamah Ali, 2017).
8
1. Membangun masjid
Langkah pertama yang dilakukan Nabi adalah membangun masjid untuk
tempat ibadah, berkumpul dan bermusyawarah dengan masyarakat Madinah.
Membangun infrastruktur negara dengan membangun masjid sebagai simbol
dan perangkat utamanya. Rasulullah saw mendirikan masjid sebagai tempat
peribadatan dan pertemuan di mana fungsi masjid sebagai tempat untuk
melaksanakan solat dan tempat untuk bermusyawarah. Ketika berada di
Quba‟, dalam perjalanan hijrahnya ke Madinah, Nabi telah merintis usaha
pertama mendirikan masjid pertama dalam sejarah, dan peristiwa hijrah
kemudian menjadi saksi pembangunan masjid sebagai lambang destinasi
politik yang berkarakter dan beradab, dengan model negara (Islam) pertama
yang menghomati harkat manusia, kebebasan, sistem hukum, dan keadilan.
Masjid pertama kali dibuat ini diberi nama masjid Nabawi.
9
3. Menjalin hubungan persaudaraan
Di Madinah terdapat beberapa golongan seperti orang- orang arab islam,
masyarakat Yahudi (Bani Nadzir, Bani Quraidzah, Bani Qainuqa‟) dan orang-
orang Arab yang masih menganut agama nenek moyang mereka. Nabi
Muhammad saw telah mengajarkan mengenai persaudaraan antara kaum
muhajirin dan kaum anshar. Piagam Madinah mencakup urusan ibadah,
kebijakan, dan toleransi, dan melahirkan lambang kedaulatan Negara Madinah
dan kekuasaan serta kematangan pemerintahan. Urgensi piagam ini terlihat
dalam pelembagaan keadilan sebagai media politik pemerintahan Islam yang
menampilkan gabungan tersendiri dengan kaum Yahudi dan Nasrani untuk
menggerakkan usaha-usaha peningkatan kualitas hidup, memelihara warisan
agama dan memajukan kebudayaan bangsa. Semua itu bertujuan untuk
memerdekakan martabat rakyat dan memberi jaminan kebebasan bersuara dan
beragama, serta penetapan sistem kehakiman yang adil dan bebas dari
kezaliman.
Di Madinah saat itu, terdapat banyak suku Yahudi yang kuat dan
berkuasa. Mereka menjalin hubungan yang erat dan teratur dengan kaum
Quraisy, maka, perjanjian dengan kaum Yahudi sangat dibutuhkan untuk
melindungi komunitas Muslim dari berbagai kemungkinan permusuhan,
pemberontakan, atau persekongkolan mereka (YahudiQuraisy) untuk
menjatuhkan kaum Muslim. Salah satu isi perjanjiannya adalah kebebasan
beragama dan berpikir bangsa Yahudi dijamin, kehidupan dan kekayaan
mereka dilindungi oleh Negara Islam, serta berbagai bentuk tindakan kriminal
dinyatakan ilegal. Dibuatnya Konstitusi Madinah oleh Nabi tak lain hanya
untuk mengatur urusan dan jaminan hak-hak kaum Muhajir dan Anshar, serta
orang-orang Yahudi. Hal ini tidak hanya mengakui nabi sebagai Kepala
Negara, melainkan juga menyatakan bahwa Madinah merupakan Kota Suci
dengan semua kesucian yang dimiliki Kota Mekkah. Setiap orang mempunyai
kesamaan derajat, kebebasan beragama tanpa diskriminasi apapun.
10
4. Membentuk kekuatan militer untuk menghadapi ancaman
Membentuk angkatan perang untuk menghadapi ancaman invasi dari kafir
Qurasy Mekkah. Nabi Muhammad SAW membangun angkatan bersenjata
untuk menghadapi ancaman dan serangan dari luar untuk melindungi segenap
warganegara yang setia kepada Negara Madinah. Situasi Timur Tengah pada
masa itu berada dalam kekacauan dan ketidakpastian. Umat Islam sebagai
suatu komunitas menghadapi berbagai ancaman dan gangguan terutama dari
kalangan kafir Quraisy yang sangat memusuhi mereka semenjak di Makkah.
Setelah umat Islam berhijrah dan berhasil mendirikan Negara Madinah
mereka semakin geram dan seringkali mengganggu. Oleh karena itu Nabi
mempersiapkan angkatan bersenjata.
11
ٌّ ع َد َاوة ٌ َكا َ نَّ ٗه َو ِل
ي َحمِ ْي ٌم ْ س ُن فَ ِا ذَا الَّ ِذ
َ ٗي بَ ْينَكَ َوبَ ْينَه َ سيِّئَةُ ۗ اِ ْدفَ ْع بِا لَّتِ ْي ه
َ ِْي اَح َ َو ََل ت َ ْست َ ِوى ْال َح
َّ سنَة ُ َو ََل ال
{صلت
ّ ف: 34}
Kota Yatsrib mempunyai hubungan yang sangat erat dengan Nabi. Bukan
saja karena Makkah dan Yatsrib sama-sama berada di propinsi Hijaz, tetapi juga
beberapa faktor lain yang ikut menentukan, yaitu :
1. Abdul Muthalib, kakek Nabi lahir dan dibesarkan di Madinah ini
sebelum akhirnya menetap di Makkah. Apalagi hubungan kakek
dan cucu ini sangat erat dan penuh kasih sayang. Maka hubungan
kakek nabi yang erat dengan Madinah juga membawa bekasnya
pada diri Nabi.
2. Ayah Rasulullah, Abdullah ibn Abdul Muthalib wafat dan
dimakamkan di Madinah. Nabi pernah ziarah ke sana bersama
ibundanya. Ibunda Nabi wafat dalam perjalanan pulang dari ziarah
tersebut. Dengan demikian Madinah bukan tempat yang asing bagi
Nabi. Setidak-tidaknya Nabi pernah berhubungan dengan kota atau
penduduk kota tersebut.
3. Penduduk Madinah dari suku Arab bani Nadjar punya hubungan
kekerabatan dengan Nabi. Kedatangan Nabi di Madinah disambut
layaknya kerabat yang datang dari jauh, bukan orang asing.
4. Sebagian besar penduduk kota Yatsrib punya mata pencaharian
sebagai petani, di samping itu iklim di sana lebih menyenangkan
dari pada kota Makkah. Untuk itu dapat dimaklumi bila
penduduknya lebih ramah dibandingkan penduduk kota Makkah.
5. Selain berbagai faktor di atas, juga khabar akan datangnya Rasul
akhir jaman sudah di dengar orang-orang Yatsrib dari orang-orang
12
Yahudi d Yatsrib. Mereka mengharap-harap dan menunggu-
nunggu untuk mendapat kehormatan membantu agama ini.
13
pendatang terus menghembuskan permusuhan di antara „Auz dan Khazraj dengan
harapan dapat menangguk keuntungan materil dari konflik tersebut. Penduduk
Yatsrib meminta Muhammad SAW untuk hijrah ke Yatsrib antara lain agar beliau
dapat menciptakan perdamaian dan ketentraman di Madinah. Mereka sudah bosan
hidup di tengah-tengah konflik.
Selama beberapa minggu di Madinah, Rasul menelaah situasi kota
Madinah dengan mempelajari keadaan politik, ekonomi, sosial dan sebagainya.
Beliau berusaha mencari jalan bagaimana agar penduduk asli dan kaum muhajirin
dapat hidup berdampingan dengan aman. Untuk mengatasi kesulitan yang
pertama dan kedua Nabi Muhammad membuat suatu perjanjian dengan penduduk
Madinah baik Muslimin, Yahudi ataupun musyrikin.
Dalam perjanjian itu ditetapkan tugas dan kewajiban Kaum Yahudi dan
Musyrikin Madinah terhadap Daulah Islamiyah di samping mengakui kebebasan
mereka beragama dan memiliki harta kekayaannya. Dokumen politik, ekonomi,
sosial dan militer bagi segenap penduduk Madinah, baik Muslimin, Musyrikin,
maupun Yahudinya. Secara garis besar perjanjian itu memuat isi sebagai berikut:
b. Bidang militer
Antara lain menggariskan kepemimpinan Muhammad bagi segenap
penduduk Madinah, baik Muslimin, Yahudi ataupun Musyrikin, segala urusan
berada di dalam kekuasaannya. Beliaulah yang menyelesaikan segala
perselisihan antara warga negara. Dengan demikian jadilah beliau sebagai
Qaaid Aam (panglima tertinggi) di Madinah. Keharusan bergotong royong
melawan musuh sehingga bangsa Madinah merupakan satu barisan menuju
14
tujuan. Dan tidak boleh sekali-kali kaum Musyrikin Madinah membantu
Musyrikin Makkah (Quraisy). Baik dengan jiwa ataupun harta, dan menjadi
kewajiban kaum Yahudi membantu belanja perang selama kaum Muslimin
berperang.
15
dalam kebaikan atas dasar kesadaran sosial mereka, yang bebas dari pengaruh dan
penguasaan masyarakat lain dan mampu mewujudkan kehendak mereka sendiri.
Muhammad Jad Maula Bey, dalam bukunya “Muhammad al-Matsalul
Kamil” menyimpulkan, bahwa di dalam waktu yang relatif pendek tersebut Nabi
telah sukses menciptakan tiga pekerjaan besar, yaitu:
a. Membentuk suatu umat yang menjadi umat yang terbaik
b. Mendirikan suatu “negara” yang bernama Negara Islam; dan
c. Mengajarkan suatu agama, yaitu agama Islam.
16
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dapat diketahui bahwa hijrahnya Rasulullah SAW ke Madinah berawal
dari rasa ketidakamanan kaum muslim dari adanya ancaman dan atau tindasan
kamum Quraisy. Adapun hijrahnya Rasulullah SAW ini mampu membawa
pengaruh yang sangat signifikan. Yang mana Islam mampu mulai berkembang
dengan fondasi peradapan yang diatur oleh Rasulullah SAW.
Pada bai‟at aqabah kedua tahun 622 M, mereka berjanji akan melindungi
Nabi sebagaimana melindungi keluarga mereka dan akan menaati beliau sebagai
pemimpin mereka. Kemudian Nabi Muhammad menganjurkan pengikut-
pengikutnya untuk hijrah ke Madinah. Adapun dasar-dasar politik di Madinah
antara lain ; membangun masjid,. menegakkan otoritas politik dan memelihara
hukum ketertiban, menjalin hubungan persaudaraan, 4. Membentuk kekuatan
militer untuk menghadapi ancaman
Bagi penduduk Madinah pada umumnya, dengan adanya kesepakatan
piagam Madinah, menciptakan suasana baru yang menghilangkan atau
memperkecil pertentangan antar suku. Kebebasan beragama juga telah
mendapatkan jaminan bagi semua golongan.
17
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Ummu Salamah, 2017. Peradapan Islam Madinah (Refleksi terhadap Primodialisme
Suku Auz dan Khazraj. Journal kalimah. 15 (2) :191-204
Ali, U. S. 2017. Peradaban Islam Madinah (Refleksi terhadap Primordialisme Suku Auz
dan Khazraj). Kalimah: Jurnal Studi Agama Dan Pemikiran Islam, 15(2), 191-
204.
Fajar, F. 2019. PRAKSIS POLITIK NABI MUHAMMAD SAW (Sebuah Tinjaun Teori
Politik Modern Dan Ketatanegaraan). Al-Adalah: Jurnal Hukum Dan Politik
Islam, 4(1), 82-98.
Hakim, Abdul, 2016. Motivasi Hirahnya Rasulullah Muhammad SAW dari Makkah ke
Madinah. Wahana Inovasi. 5 (2) : 428-437
Kulle, Haris, 2015. Hijrah dalam Al-Qur’an. Jurnal Ilmiah Ilmu Dasar Keislaman. 3 (01)
: 175-188
Yamin, M. 2017. Peradaban Islam Pada Masa Nabi Muhammad Saw. Ihya al-Arabiyah:
Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Arab, 3(1).
18