Kelompok 3
Disusun Oleh:
Segala puji dan syukur penulis haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat rahmat dan bimbingan-Nya makalah ini dapat diselesaikan sesuai dengan
rencana. Makalah Ini sebagai pemenuhan tugas dari Dosen Pembina sejarah peradapan
islam
Selama penyusunan makalah ini banyak kendala yang dihadapi, namun berkat
bimbingan serta bantuan dari berbagai pihak semua kendala tersebut dapat teratasi. Pada
kesempatan ini dengan ketulusan hati penulis, penulis ingin menyampaikan rasa terima
kasih yang sebanyak-banyaknya kepada yang terhormat.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan menjadi sumbangan pemikiran bagi
pihak yang membutuhkan, khususnya bagi penulis sehingga tujuan yang diharapkan
dapat tercapai, Amin.
Kelompok Tiga
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sejak kedatangan Nabi Muhammad SAW ke Yatsrib, maka seketika itu juga
berubahlah namanya kota Yatsrib menjadi Madinnatun Nabawi artinya kota nabi,
selanjutnya disebut Madinah. Sejak menetap di Madinah Rasulullah SAW mulai
mengatur siasat dan membentuk masyarakat Islam yang bebas dari ancaman dan
tekanan serta intimidasi. Jadi hijrahnya Rasulullah SAW itu sendiri merupakan langkah
awal dari terbentuknya Daulah Islamiyah yang pertama di muka bumi pada saat itu.
Karena itu peristiwa hijrah tidaklah terwujud begitu saja, namun ada beberapa pra
kondisi seperti adanya Baiat Aqabah yang Pertama dan kedua, kedua baiat ini
merupakan batu-batu pertama bagi bangunan Negara Islam, Kehadiran rasulullah SAW
ke dalam masyarakat Madianah yang majemuk amat menarik untuk dibahas.
Bila ditinjau dari persoalan ajaran Islam, periode Madinah merupakan kelanjutan
dari periode Mekkah. pada periode Mekkah, ayat – ayat tentang hukum belum banyak
diturunkan, sementara pada periode Madinah, kita mendapati ayat hukum mulai turun
melengkapi ayat yang telah ada sebelumnya. Ini dipahami mengingat hukum bisa
dilaksanakan bila komunitas telah terbentuk, bukan hanya ayat-ayat hukum saja yang
berangsur-angsur sempurna, juga ayat lain misalnya tentang etika, tauhid dan seluruh
elemen ajaran Islam berangsur-angsur mendekati titik kesempurnaan dan mencapai
puncaknya dengan diturunkannya Surat Al Maidah ayat 3.
1
Satu hal lain yang perlu digaris bawahi bahwa Islam pada periode Madinah
adalah Islam yang terus mencari tata system pemerintahan yang cocok, hingga nabi
wafat, model politik yang baku tidak pernah diformulasikan oleh Nabi SAW, praktek
kehidupan berpolitik Nabi SAW sesungguhnya bukanlah sebuah pelaksanaan terhadap
format tata pemerintahan yang sudah jadi dan sempurna, tapi merupakan proses
percobaan yang terus menerus.
B. Rumusan Masalah
1. Apa Hijrah Nabi ke Madinah?
2. Apa Dasar Berpolitik Negeri Madinah?
3. Apa Piagam madinah: Darusallam Dan Daril Islam?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk Mengetahui Hijrah Nabi Ke Madinah
2. Untuk Mengetahui Dasar berpolitik Negeri Madinah
3. Untuk Mengetahui piagam Madinah Darusallam dan Darul Islam
2
BAB II
PEMBAHASAN
Sejak itu dimulailah babak baru dalam masa kenabian. Berbeda dengan apa yang
dialami pada saat di kota Makkah, di Madinah Nabi dan para pengikutnya mendapat
sambutan yang baik oleh penduduk Madinah. Secara social masyarakat Madinah ketika
itu terdiri dari beberapa kelompok, kelompok-kelompok yang tergolong besar dan
berpengaruh adalah kelompok Yahudi dan Arab. Kelompok Arab sendiri terdiri dari
suku “Aus dan Khozroj. Masing-masing kelompok ini dalam rentang waktu yang cukup
panjang selalu terlibat dalam pertikaian, mereka saling bertikai untuk memperebutkan
kepemimpinan di antara mereka. Karena masing-masing mereka tidak ada yang mau
mengalah, maka akibatnya Madinah masa itu menjadi kosong kepemimpinan. Di sisi
lain mereka sudah berada dalam titik jenuh selalu bertengkar, mereka sudah merindukan
suasana damai, akan tetapi mereka tidak mempunyai figure yang dapat mempersatukan
mereka. Beberapa tokoh diantara mereka akhirnya menemukan figure itu ada pada
pribadi Nabi Muhammad SAW. Karena itulah kehadiran nabi dan para pengikutnya di
1
Muhaimin, dkk., Kawasan dan Wawasan Studi Islam, (Jakarta Prenada, Media, 2007), hlm: 221
3
Madinah mendapat sambutan hangat bahkan Nabi dinobatkan sebagai pemimpin
diantara mereka.
2
Harun Nasution, Islam ditinjau dari berbagai aspeknya, Jilid 1, (Jakarta: UI Press, 1985, cetakan
kelima), hlm. 101
4
B. Dasar Berpolitik Negeri Madinah
Realita politik Madinah merupakan rangkaian strategis yang berimplikasi pada
masyarakat Islam yang menerima perubahan-perubahan positif diantaranya: Pertama,
Ikatan daerah atau wilayah, Dari sini Madinah merupakan tempat tinggal bagi ummat
Islam. Kedua, jiwa kemasyarakatan, artinya dengan pemikiran dari ummat Islam
Madinah dapat dipersatukan untuk tujuan yang sama. Ketiga, dominasi politik, hal ini
terjadi karena keterlibatan ummat Islam secara langsung berperan dalam urusan-urusan
politik.
Dalam rangka memperkokoh masyarakat dan Negara baru itu, Nabi SAW segera
meletakan dasar-dasar kehidupan bermasyarakat, dasar-dasar itu antara lain 3: Dasar
pertama adalah sarana terpenting untuk mewujudkan rasa persaudaraan, yaitu tempat
pertemuan. Sarana yang dimaksud adalah masjid, tempat untuk melakukan ibadah
kepada Allah SWT secara berjamaah, yang juga dapat digunakan sebagai pusat kegiatan
untuk berbagai hal, seperti belajar-mengajar, mengadili perkara - perkara yang muncul
dalam masyarakat, musyawarah, dan transaksi dagang. Nabi SAW merencanakan
pembangunan masjid itu dan langsung ikut membangun bersama-sama kaum muslimin.
Masjid yang dibangun ini kemudian dikenal sebagai Masjid Nabawi. Ukurannya cukup
besar, dibangun di atas sebidang tanah dekat rumah Abu Ayyub al-Anshari. Dindingnya
terbuat dari tanah liat, sedangkan atapnya dari daun-daun dan pelepah kurma. Di dekat
masjid itu dibangun pula tempat tinggal Nabi SAW dan keluarganya.
3
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2014), hlm. 25-26
5
Dasar ketiga adalah hubungan persahabatan dengan pihak-pihak lain yang tidak
beragama Islam. Di Madinah, disamping orang-orang Arab Islam juga masih terdapat
golongan masyarakat Yahudi dan orang-orang Arab yang masih menganut agama nenek
moyang mereka. Agar stabilitas masyarakat dapat diwujudkan, Nabi Muhammad SAW
mengadakan ikatan perjanjian dengan mereka. Sebuah piagam yang
menjamin kebebasan beragama orang-orang yahudi sebagai komunitas dikeluarkan.
Setiap golongan masyarakat memiliki hak tertentu dalam bidang politik dan
keagamaan, kemerdekaan beragama dijamin, dan seluruh anggota masyarakat
berkewajiban mempertahankan keamanan negeri itu dari serangan luar 4.
C. Piagam Madinah
Nabi SAW telah berhasil mewujudkan piagam politik yang merupakan langkah
strategis. Karena meletakkan piagam sebagai persatuan hidup bagi seluruh penduduk
Madinah dengan tidak membedakan keturunan, bangsa dan agama. Piagam ini
merupakan naskah politik yang kedudukannya sebagai dustur atau konstitusi Madinah.
Piagam ini mempunyai tiga bagian dan empat puluh tujuh poin. Tiga bagian tersebut,
pertama, khusus berkaitan dengan orang-orang Islam Muhajirin dan Anshor. Kedua,
khusus yang berkaiatan dengan orang-orang Yahudi. Ketiga, meliputi seluruh penduduk
Madinah. 5
1. Setiap suku dan kelompok akan mengurus urusannya sendiri dan menyelesaikan
sendiri perselisihannya menurut hukum dan kebiasaannya sendiri.
2. Tidak ada pihak Yahudi atau muslim yang boleh melakukan persetujuan kapanpun
jugadengan salah satu pihak atau kelompok yang tinggal di luar Madinah.
4
Muhammad Husain Haekal, op. Cit., 1990. Hlm. 199-205
5
Hasan Ibrahim Hassan, Sejarah Dan Kebudayaan Islam, (Yogjakarta: Penerbit Kota Kembang, 1989),
hlm. 28-29
6
3. Kalau terjadi pertempuran diluar batas-batas Madinah, tidak ada penduduk Madinah
yang dapat dipaksa untuk bertempur di pihak manapun.
4. Orang Yahudi harus memberikan sumbangan biaya kalau mereka bertempur bahu-
membahu dengan orang muslim melawan musuh bersama
6. Kalau ada serangan di pihak luar,masing-masing pihak akan membantu pihak lain.
Jika salah satu pihak terlibat pertempuran, pihak lain akan memberikan bantuannya.
Dan jika salah satu pihak membuat perdamaian, pihak yang lainnya juaga membuat
perdamaian dengannya. Tidak ada satu pihak pun juga yang akan memberikan
perlindungan pada orang Quraisy di Mekah.
7. Kota Mekah adalah kota suci dan tidak boleh dilanggar oleh semua pihak yang
menandatangani perjanjian tersebut.
6
Harun Nasution, Islam ditinjau dari berbagai aspeknya, Jilid 1, (Jakarta: UI Press, 1985, cetakan
kelima), hlm. 22
7
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
8
B. Saran
Agar ada upaya lebih dalam untuk mengkaji sosok Rasul Muhammad Saw dan
perjuangan dakwah Islamiyah, dalam membangun pluralisme di Madinah, terutama
pada hal-hal yang belum bisa penulis kaji. Diupayakan agar menelaah nilai-nilai
pluralisme yang berkembang di Indonesia dalam konteks dakwah dan pendidikan.
9
Daftar Pustaka
10