Anda di halaman 1dari 12

PERADABAN ISLAM MASA NABI MUHAMMAD SAW

Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah

Sejarah Peradaban Islam (SPI)

Dosen pengampu :

Ali Nur Rofiq,S.Th.I,M.Ag

Disusun Oleh Kelompok 2 :

Lili andriani (22402129)

Maya frenitasari (22402139)

PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

KEDIRI 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur pada Allah SWT yang telah memberikan hidayah serta rahmat-Nya sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “peradaban islam masa nabi muhammad”
ini dengan tepat waktu.

Makalah ini dibuat dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Sejarah Peradaban Islam
dengan dosen pembimbing Ali Nur Rofiq,S.Th.I,M.Ag. Kami mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu dalam penulisan makalah ini sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan baik.

Kami menyadari makalah ini jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran

yang membangun dibutuhkan demi makalah berikutnya.

Kediri, 7 September 2022

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................... 2

DAFTAR ISI.................................................................................................... 3

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang................................................................................... 4

1.2.Rumusan Masalah............................................................................. 4

1.3 Tujuan Penulisan makalah................................................................4

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Peradaban Islam Periode Mekkah.......................................................5

2.2 Peradaban Islam Periode Madinah.................................................7

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan.......................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................11
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Secara esensial kehadiran Nabi Muhammad pada masyarakat Arab adalah terjadinya
kristalisasi pengalaman baru pada dimensi ketuhanan yang mempengaruhi segala aspek
kehidupan masyarakat, termaksud hukum-hukum yang digunakan pada masa itu. Keberhasilan
Nabi Muhammad dalam memenangkan kepercayaan Bangsa Arab relative singkat.
Kemampuannya dalam memodifikasi jalan hidup orang-orang Arab yang sebelumnya jahiliah
kejalan orang-orang yang bermoral Islam.

Dalam berdakwah Nabi Muhammad tidak hanya menggunakan aspek kenabiannya dengan
menggunakan tablig namun juga menggunakan strategi politik dengan memunculkan aspek-
aspek keteladanannya dalam menyelesaikan persoalan. Seperti, dakwah di Mekkah yang terbagi
menjadi dua yaitu dakwah secara diam-diam dan dakwah secara terbuka. Disini dapat kita lihat
adanya strategi Nabi dalam menyeru umat manusia untuk beribadah kepada Allah Swt.
Walaupun dalam menjalankan perintah Allah, Nabi mendapat banyak tantangan yang besar dari
berbagai pihak namun atas izin Allah segalah hal yang dilakukan Nabi dapat berjalan lancar.

Semakin bertambah jumlah pengikut Nabi semakin besar pula tantangan yang harus di
hadapi Nabi, mulai dari cara diplomatic di sertai bujuk rayu hingga tindakan kekerasan di
lancarkan orang-orang quraisy untuk menghentikan dakwa Nabi. Namun Nabi tetap pada
pendirian untuk menyiarkan agama Islam.

Sistem pemerintahan dan strategi politik Nabi dapat kita lihat jelas setelah terbentuknya
negara Madinah. Di sini Islam semakin kuat dan berkembang karena bersatunya visi misi
masyarakat Islam. Peradabannya salah satunya yaitu Piagam Madinah. Melalui Piagam Madinah
Nabi Muhammad memperkenalkan konsep negara ideal yang di warnai dengan wawasan,
transparansi, partisipasi, adanya konsep kebebasan dan tanggung jawab sosial politik secara
bersama.

1.2 Rumusan Masalah

1.Peradaban islam periode mekkah

2.Peradaban islam periode madinnah

1.3 Tujuan

1.untuk mengetahui peradaban islam yang ada di makkah

2. untuk mengetahui peradaban islam yang ada di madinah


BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Peradaban Islam Periode Mekkah

A. Masa Awal Kenabian

Rasulullah Saw lebih mengutamakan hidup mengasingkan diri dan dan terbiasa
memprioritaskan waktu untuk beribadah, sehingga beliau selalu pergi menjauhkan diri dari
keramaian ke Gua Hira. Di sanalah beliau banyak meluangkan waktu untuk bersemedi dan
merenungkan keajaiban-keajaiban alam raya, serta memikirkan kebangkitan, hisab, surga, dan
neraka. Rasulullah selalu melakukan ini sampai akhirnya turun wahyu, awal mula dari wahyu
yang tampak adalah berupa mimpi yang benar, beliau sesuatu dalam mimpinya itu melainkan hal
itu bagai fajar terbit di waktu subuh.

Peristiwa tersebut terus menerus terjadi pada Rasulullah Saw selam enam bulan sampai
usianya 40 tahun, maka sesudah itu barulah turun wahyu tepatnya pada malam senin pada
tanggal 17 ramadhan yang langsung disampaikan oleh Jibril, yaitu Surah Al-‘Alaq ayat 1-5.

Setelah wahyu yang pertama itu datang, Jibril tidak muncul lagi untuk beberapa lama,
sementara Nabi Muhammad SAW menantikannya dan selalu datang ke Gua Hira. Dalam
keadaan menanti itulah turun wahyu yang kedua yang membawa perintah kepadanya, yang
berbunyi : “Hai orang-orang yang berselimut, bangun dan berilah ingatan, hendaklah engkau
besarkan Tuhanmu, dan bersihkanlah pakaianmu, tinggalkanlah perbuatan dosa, dan janganlah
engkau memberi dengan bermaksud memperoleh balasan yang lebih banyak, dan untuk
memenuhi  perintah tuhanmu maka bersabarlah”. (Q.S Al Mudastsir: 1-7) 

Dengan turunnya perintah itu, mulailah Rasulullah berdakwah, pertama-tama beliau


melakukannya secara rahasia di lingkungan keluarga dan rekan-rekannya. Orang yang pertama
sekali menerima seruan nabi ialah istrinya yaitu Siti Khadijah, kemudian saudara sepupunya Ali
bin Abi Thalib, kemudian Abu Bakar, lalu Zaid bin Harisah, dan Ummu Aiman.

Sangat lumrah jika Rasulullah SAW menempatkan islam pada awal mulanya kepada orang
yang paling dekat dengan beliau karena beliau sudah kenal baik dan merekapun mengenal beliau
dengan baik. Setelah itu banyak orang yang masuk islam, baik laki-laki maupun perempuan,
sehingga nama Islam menyebar di seluruh Mekkah dan banyak yang membicarakannya, pada
saat itu dakwah dilakukan secara sembunyi-sembunyi dan perorangan.
Setelah tiga tahun dakwah dilakukan secara diam-diam dan perorangan, selanjutnya
Rasulullah SAW menerima wahyu yang mengharuskan beliau untuk berdakwah secara terbuka,
wahyu pertama yang turun dalam masalah ini adalah firman Allah Swt: ”Dan berilah peringatan
kepada kerabat-kerabatmu yang dekat”. (Q.S As Syu’ara: 214). Selanjutnya turunlah ayat :
“Maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan  kepadamu
dan berpalinglah dari orang-orang musyrik”. (Q.S Al Hijr: 94) 

Setelah turunnya perintah tersebut, Rasulullah Saw bangkit dan menyerang khurafat dan
kebohongan syirik, menyebutkan kedudukan berhala dan hakikatnya yang sama sekali tidak
memiliki nilai, ketidakberdayaan berhala-berhala itu beliau gambarkan dengan beberapa
perumpamaan disertai dengan penjelasan-penjelasan bahwa siapa yang menyembah berhala dan
menjadikannya sebagai wisalah antara dirinya dan Allah, berada dalam kesesatan yang nyata.

B. Kemajuan Dakwah Nabi Muhammad SAW di Mekkah

Rasulullah SAW berdakwah di Mekkah pada mulanya secara sembunyi-sembunyi selama


tiga tahun.Beliau memulai dakwahnya hanya kepada keluarga dan sahabat-sahabat terdekat
saja,baru setelah itu atas wahyu Allah beliau berdakwah secara terang-terangan.

Sejarah membuktikan begitu banyak hasil dan kemajuan yang dicapai Rasulullah ketika
berdakwah di Mekkah, diantaranya yang paling terlihat adalah semakin banyaknya orang masuk
islam baik dari dalam maupun dari luar kota Mekkah. Perkembangan besar juga terlihat setelah
peristiwa Israa dan Mi’raj dimana sejumlah penduduk Yastrib yang berhaji ke Mekkah dan
masuk islam secara bergelombang. Para Sejarawan islam juga mencatat beberapa kemajuan
penting dalam dakwah Rasulullah, diantaranya :

1. Dalam Bidang Akidah

Masyarakat Jahiliyyah ketika itu meyakini adanya banyak tuhan (politeisme). Kemudian berkat
perjuangan Rasulullah SAW, mereka mentauhidkan Allah dan mengimani adanya Allah dzat
yang Maha Esa.

2. Dalam Bidang Hukum

Sebelumnya bangsa Jahiliyyah sama sekali tidak mengenal hukum. Yang kuat menindas yang
lemah, maka dengan perjuangan Rasulullah, mereka menjadi masyarakat yang taat dan patuh
kepada hukum.

3. Dalam Bidang Akhlak (Moral)

Masyarakat Jahiliyyah pada saat itu adalah masyarakat yang biadab, masyarakat yang sama
sekali tidak menghormati kaum dhu’afa, gemar berjudi, minum khamar, dan berzina. Namun,
dengan berkat perjuangan Rasulullah SAW, mereka menjadi orang-orang yang berakhlak.
Dengan demikian, perubahan yang dilakukan oleh Rasulullah ini sangat signifikan dan sangat
berpengaruh bagi kehidupan manusia.Pada periode Mekkah, Rasulullah juga mampu
membangun persatuan dan persaudaraan sesama muslim dan non-muslim. Beliau juga sempat
membangun satu mesjid sebagai pusat dakwah islam ketika itu.

C. Berbagai Kendala Dakwah Nabi Muhammad SAW di Mekkah

Orang-orang musyrik Mekkah terus berusaha untuk menghadang dakwah Rasulullah SAW
dengan berbagai cara, mereka memeras pikirannya untuk menghentikan dakwah Rasulullah.
Diantara beberapa tingkah laku mereka terhadap kaum muslimin di Mekkah, ialah:

1. Ejekan, penghinaan olok-olok, dan penertawaan, mereka melemparkan berbagai tuduhan


yang lucu dan ejekan semenanya terhadap Nabi Saw, mereka menyebut beliau sebagai
orang gila/sinting.
2. Mengejek-ejek ajaran beliau, membangkitkan keragu-raguan terhadap ajaran nabi  dan
diri Nabi SAW, mereka tiada henti melakukannya dan tidak memberi kesempatan kepada
setiap orang yang menelaah dakwah beliau.
3. Melawan Al-Qur’an dengan dongeng-dongeng orang terdahulu dan menyibukkan
manusia dengan dongeng-dongeng itu agar mereka meninggalkan Al-Qur’an.
4. Menyodorkan beberapa bentuk penawaran, sehingga dengan penawaran itu mereka
berusaha untuk mempertemukan islam dengan Jahiliyyah dan di tengah jalanan.

Adapun diantara orang-orang yang selalu menghadang dakwah Nabi dan menyakiti orang
yang masuk islam ialah Abu Lahab beserta istrinya, Abu Jahal, ‘Utbah bin Rabi’ah, Syaibah bin
Rabi’ah, Al-Walidin bin Utbah, Umayyah bin Khalaf, ‘Uqbah bin Abu Mu’ith, ‘Ubay bin
Khalaf, Al-Akhlas bin Syariq At-Tsaqafi, Ibnu Mush’ab bin ‘Umair, dan lain-lain. Seperti,
apabila Abu Jahal mendengar seseorang masuk islam, maka dia memperingatkan, menakut-
nakuti, menjanjikan sejumlah uang dan kedudukan jika orang tersebut dari golongan terpandang.
Namun, apabila orang tersebut adalah orang yang awam dan lemah maka dia akan melancarkan
pukulan dan siksaan yang kejam. Dan berbagai siksaan yang lain yang menyakiti, bahkan ada
dari kalangan orang yang baru masuk islam meninggal setelahnya.

2.2 Peradaban Islam Periode Madinah

A. Nabi Muhammad Hijrah ke Madinah

Selama perjalanan hijrah ke Madinah Rasulullah membangun 4 masjid yang bersejarah.Beliau


melakukan perjalanan menunggu tertidurnya pasukan Quraisi yang mengepung rumah beliau, namun
dengan beraninya Ali Bin Abu Tholib menggantikan posisi tidurnya Rasulullah SAW.Akhirnya beliau bisa
melaksanakan perjalanan hijrah atas perintah Allah SWT.Tahu Muhammad tidak ada ditempat pasukan
Quraisi mengejar Rosulullah SAW,saat itu beliu berlindung bersama sahabatnya Abu Bakar Assidiq r.a. di
Jabal Tsur disebelah selatan dari Majidil haram sejauh kurang lebih 6 km. Kaum kafir dalam mengejar
Rosulullah Saw. tidak menemukan, maka mereka terus mencari dimana-mana, tetapi tidak dapat
menemukannya pula. Pembesar-pembesar kaum kafir Quraisi telah membuat maklumat dalam keadaan
hidup ataupun mati, akan diberi hadiah 100 ekor unta, dengan demikian nafsu mengejar Muhammad
semakin besar. Sebenarnya kaum kafir Quraisj sudah sampai di gua Jabal Tsur, mereka mendapatkan
gua tersebut tertutup dengan sarang laba-laba, dan nampak disitu burung merpati yang sedang menelor
disarangnya. Dengan melihat kadaaan tersebut Nabi Muhammad saw. tidak mungkin bersembunyi di
gua tersebut. Hati sahabat Abubakar Assidiq r.a. cemas dan gelisah kemudian turunlah Wahyu Allah
surat Attaubah ayat 40. Setelah orang kafir Quraisi pergi beberapa hari kemudian Nabi
Muhammad saw dan sahabatnya meneruskan perjalanan ke Madinah.

Ketika beliau sampai di Madinah, disambut dengan syair-syair dan penuh kegembiraan
oleh penduduk Madinah. Hijrah dari Makkah ke Madinah bukan hanya sekedar berpindah dan
menghindarkan diri dari ancaman dan tekanan orang kafir Quraisy dan penduduk Makkah yang
tidak menghendaki pembaharuan terhadap ajaran nenek moyang mereka, tetapi juga
mengandung maksud untuk mengatur potensi dan menyusun srategi dalam menghadapi
tantangan lebih lanjut, sehingga nanti terbentuk masyarakat baru yang didalamnya bersinar
kembali mutiara tauhid warisan Ibrahim yang akan disempurnakan oleh Nabi Muhammad SAW
melalui wahyu Allah SWT.

B. Perkembangan Islam masa Rasulullah di Madinah

Sejak hijrah ke Madinah,Nabi Muhammad saw dan Para sahabat selalu berdakwah
kepada penduduk. tanpa mengenal lelah dan putus asa. Mereka terus berusaha menyebarkan
ajaran Islam kepada seluruh penduduk termasuk orang-orang Yahudi,Nasrani dan Kaum Pagan.
Mayoritas penduduk Madinah , terutama suku Aus dan suku Khazraj , menyambut baik ajakan 
Nabi Muhammad saw, menyatakan kesetiannya kepada Nabi Muhammad saw dan bersedia
membantu beliau menyebarkan ajaran Islam. Padahal  sebelum menerima ajaran Islam,kedua
suku ini selalu berperang. Hal ini menambah semangat Nabi Muhammad saw dalam berdakwah.
            Sementara , orang-orang Yahudi merasa tidak senang kepada Nabi Muhammad saw dan
para sahabat mereka. Mereka merasa tersingkir sejak   kehadiran suku Aus dan Khazraj untuk
kembali ke Agama lama mereka.Bahkan mereka mulai menyusun kekuatan untuk melemahkan
umat Islam.

C.Rasulullah SAW Membangun Masyarakat Islam di Madinah


Setiap musim haji tiba, banyak kabilah yang datang ke Mekah.Begitu juga nabi Muhammad SAW.
Dengan giat menyampaikan dakwah islam. Diantara Kabilah yang menerima Islam adalah Khajraj dari
Yatrib (Madinah).Setelah kembali ke negerinya, mereka mengabarkan adanya Nabi terakhir.
Pada tahun ke 12 kenabiannya, datanglah orang-orang Yastrid di musim haji ke Mekah dan menemui
nabi di Bai’atul Akabah. Di tempat ini mereka mengadakan bai’at (perjanjian) yang isinya bahwa mereka
setia pada nabi, tidak menyekutukan Allah, tidak mencuri, tidak berzina, tidak membunuh anak kecil,
tidak memfitnah, dan ikut menyebarkan islam. Perjanjian ini dikenal dengan Bai’atul Akabah Ula
(Perjanjian Akabah Pertama) karena dilaksanakan di bukit akabah atau disebut Bai’atun Nisa’ (perjanjian
wanita) karena didalamnya terdapat seorang wanita ‘Afra binti ‘Abid bin Tsa’labah.
            Islam mendapat lingkungan baru di kota Madinah. Lingkungan yang memungkinkan bagi Nabi
Muhammad SAW untuk meneruskan dakwahnya, menyampaikan ajaran Islam dan menjabarkan dalam
kehidupan sehari-hari (Syalaby,1997:117-119). Setelah tiba dan diterima penduduk Yastrib, Nabi
diangkat menjadi pemimpin penduduk Madinah.Sehingga disamping sebagai kepala/ pemimpin agama,
Nabi SAW juga menjabat sebagai kepala pemerintahan / Negara Islam.Kemudian, tidak beberapa lama
orang-orang Madinah non Muslim berbondong-bondong masuk agama Islam. Untuk memperkokoh
masyarakat baru tersebut mulailah Nabi meletakkan dasar-dasar untuk suatu masyarakat yang besar,
mengingat penduduk yang tinggal di Madinah bukan hanya kaum muslimin, tapi juga golongan
masyarakat Yahudi dan orang Arab yang masih menganut agama nenek moyang, maka agar stabilitas
masyarakat dapat terwujudkan Nabi mengadakan perjanjian dengan mereka, yaitu suatu piagam yang
menjamin kebebasan beragama bagi kaum Yahudi. Setiap golongan masyarakat memiliki hak tertentu
dalam bidang politik dan keagamaan.Di samping itu setiap masyarakat berkewajiban mempertahankan
keamanan negeri dari serangan musuh. Adapun dasar-dasar tersebut adalah:

1.Mendirikan Masjid
Setelah agama Islam datang Rasulullah SAW mempersatukan seluruh suku-suku di Madinah
dengan jalan mendirikan tempat peribadatan dan pertemuan yang berupa masjid dan diberi nama
masjid “Baitullah”. Dengan adanya masjid itu, selain dijadikan sebagai tempat peribadatan juga
dijadikan sebagai tempat pertemuan, peribadatan, mengadiliperkara dan lain sebagainya.

2.Mempersaudarakan antara Anshor dan Muhajirin


Orang-orang Muhajirin datang ke Madinah tidak membawa harta akan tetapi membawa
keyakinan yang mereka anut. Dengan itu Nabi mempersatukan golongan Muhajirin dan Anshor
tersebut dalam suatu persaudaraan dibawah satu keyakinan yaitu bendera Islam.

3.Perjanjian bantu membantu antara sesama kaum Muslim dan non Muslim
Setelah Nabi resmi menjadi penduduk Madinah, Nabi langsung mengadakan perjanjian untuk
saling bantu-membantu atau toleransi antara orang Islam dengan orang non Islam. Selain itu
Nabi mengadakan perjanjian yang berbunyi “kebebasan beragama terjamin buat semua orang-
orang di Madinah”.

4.Melaksanakan dasar politik, ekonomi dan sosial untuk masyarakat baru


Pada tahun 9 H dan 10 H (630–632 M) banyak suku dari berbagai pelosok mengirim delegasi
kepada Nabi bahwa mereka ingin tunduk kepada Nabi, serta menganut agama Islam, maka
terwujudlah persatuan orang Arab pada saat itu. Dalam menunaikan haji yang terakhir atau
disebut dengan Haji Wada tahun 10 H (631 M) Nabi menyampaikan khotbahnya yang sangat
bersejarah antara lain larangan untuk riba, menganiaya, perintah untuk memperlakukan istri
dengan baik, persamaan dan persaudaraan antar manusia harus ditegakkan dan masih banyak lagi
yang lainnya. Setelah itu Nabi kembali ke Madinah, ia mengatur organisasi masyarakat, petugas
keamanan dan para da’i dikirim ke berbagai daerah, mengatur keadilan, memungut zakat dan
lain-lain.

D. Ciri-ciri pokok pada periode ini

Di dalam  periode Makkah ciri pokok pembinaan pendidikan islam adalah pendidikan tauhid, maka pada
periode madinah ini ciri pokok pembinaan pendidikan islam dapat dikatakan sebagai pendidikan sosial
dan politik. Tetapi sebenarnya antara dua ciri tersebut bukanlah merupakan dua hal yang dipisahkan
satu dengan yang lain. Kalau pembinaan pendidikan di Makkah titik pokoknya adalah menanamkan nilai-
nilai tauhid kedalam jiwa tiap individu muslim, agar dari jiwa mereka terpancar sinar tauhid dan
tercermin dalam perbuatan dan tingkah laku dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan pembinaan
pendidikan di Madinah pada hakikatnya ialah merupakan lanjutan dari pendidikan tauhid di Makkah,
yaitu pembinaan di bidang pendidikan sosial dan politik agar dijiwai oleh ajaran tauhid, sehingga
akhirnya tingkah laku sosial politiknya merupakan cermin dan pantulan sinar tauhid tersebut .

E.  Strategi dan metode dakwah di madinah

Strategi
Dengan terbentuknya negara Madinah Islam bertambah kuat sehingga perkembangan
yang pesat itu membuat orang Makkah risau, begitu juga dengan musuh–musuh Islam.
Untuk menghadapi kemungkinan gangguan–gangguan dari musuh, Nabi Muhammad SAW
sebagai kepala pemerintahan mengatur siasat dan membentuk pasukan tentara.Banyak hal yang
dilakukan Nabi dalam rangka mempertahankan dan memperkuat kedudukan kota Madinah
diantaranya adalah mengadakan perjanjian damai dengan berbagai kabilah di sekitar Madinah,
mengadakan ekspedisi keluar kota sebagai aksi siaga melatih kemampuan calon pasukan yang
memang mutlak diperlukan untuk melindungi dan mempertahankan negara yang baru dibentuk
tersebut. Akan tetapi, ketika pemeluk agama Islam di Madinah semakin bertambah maka
persoalan demi persoalan semakin sering terjadi, diantaranya adalah rongrongan dari orang
Yahudi, Munafik dan Quraisy.Namun berkat keteguhan dan kesatuan ummat Islam, mereka
dapat mengatasinya.
Metode Dakwah
Sejak tiba di Madinah, Rasulullah memerintahkan para sahabatnya membangun masjid
sebagai tempat sholat, berkumpul, bermusyawarah serta mengatur berbagai urusan
ummat.Sekaligus memutuskan perkara yang ada di antara mereka.Beliau menunjuk Abu Bakar
dan Umar sebagai pembantunya.Beliau bersabda “dua (orang) pembantuku di bumi adalah Abu
Bakar dan Umar.”Dengan demikian Beliau berkedudukan sebagai kepala negara, qlodi dan
panglima militer.Beliau menyelesaikan perselisihan yang terjadi di antara penduduk Madinah
dengan hukum Islam, mengangkat komandan ekspedisi dan mengirimkannya ke luar
Madinah.Negara Islam oleh Rasulullah ini dijadikan pusat pembangunan masyarakat yang
berdiri di atas pondasi yang kokoh dan pusat persiapan kekuatan militer yang mampu melindungi
negara dan menyebarkan dakwah.Setelah seluruh persoalan dalam negeri stabil dan terkontrol,
Baliau mulai menyiapkan pasukan militer untuk memerangi orang-orang yang menghalangi
penyebaran risalah Islam.
BAB 3

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Berdasarkan paparan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa Nabi Muhammad saw adalah nabi
terakhir yang diutus Allah untuk membimbing kembali umat manusia yang telah menyenceng
dari fitrahnya. Sejarah Islam awal yang dilalui Rasulullah saw sungguh berat lantaran harus
berhadapan oleh suku Quraisy yang menguasai kota Mekkah. Pengikut Rasulullah saw relatif
sedikit dan fokus utama Rasulullah saw dalam dakwah awalnya adalah mengenalkan ajaran
Tauhid. Berbeda dengan dakwah di Madinah, masyarakatnya cenderung menerima ajaran
Rasulullah saw sehingga dalam waktu 10 tahun, Rasulullah saw menjadikan Madinah sebagai
pusat dakwah Islam dan bukan hanya itu,Rasulullah saw. juga membuat suatu undang-undang
yang mengatur seluruh permasalahan yang terjadi, yakni Piagam Madinah. Fokus dakwah
Rasulullah adalah mengajarkan syariat Islam dan hukum Islam.
DAFTAR PUSTAKA

Julkarnain,Muhammad." Perjuangan Nabi Muhammad Periode Mekkah dan Madinah." Jurnal


Dirkursus Islam 01,no.1 (2019) : 90

Salamah Ali', Ummu. " Peradaban Islam Madinah." Jurnal Studi Agama-agama dan Pemikiran
Islam 15,no.2 (2017) : 195

Zedan Rizkiya,Muhammad." Perkembangan Islam Periode Madinah " id.scribd.com. Diakses


pada rabu 07 September 2022.https://id.scribd.com/document/353056048/Makalah-
Perkembangan-Islam-Periode-Madinah.

Fajri. " Peradaban Islam Masa Rasulullah Periode Mekkah" www.alfailmu.com.Diakses pada
rabu 07 September 2022.https://www.alfailmu.com/2020/06/peradaban-islam-masa-
rasulullah-periode-mekkah.html?m=1.

Anda mungkin juga menyukai