Di susun oleh :
ALYA MAULANI
i
KATA PENGANTAR
Penulis
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.........................................................................................i
KATA PENGANTAR.......................................................................................ii
DAFTAR ISI....................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................
BAB II PEMBAHASAN..................................................................................3
A. Kesimpulan.........................................................................................16
B. Saran....................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................17
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Rasulullah saw., sebagai suri teladan dan rahmatan lil’alamin bagi orang yang
mengharapkan rahmat. Proses transformasi ilmu pengetahuan, internalisasi nilai-
nilai spiritualisme dan bimbingan emosional yang dilakukan Rasulullah dapat
dikatakan sebagai mukjizat luar biasa, yang manusia apa dan di mana pun tidak
dapat melakukan hal yang sama.
Maka dari itu, makalah ini akan memaparkan secara jelas dan ringkas
informasi mengenai pendidikan Islam periode Rasulullah di Mekkah dan
Madinah.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sosiokultural masyarakat Mekah dan Madinah?
2. Bagaimana pendidikan Islam periode Rasulullah di Mekkah?
3. Bagaimana pendidikan Islam periode Rasulullah di Madinah?
4. Bagaimana sistem pendidikan yang di terapkan?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui sosiokultural masyarakat Mekah dan Madinah
1
2. Untuk mengetahui pendidikan Islam periode Rasulullah di Mekah
3. Untuk mengetahui pendidikan Islam periode Rasulullah di
Madinah
4. Untuk mengetahui pendidikan yang di terapkan
2
BAB II
PEMBAHASAN
Secara kuantitas orang-orang yang masuk Islam pada fase Mekkah lebih
sedikit dari pada orang-orang yang masuk Islam pada fase Madinah. Hal tersebut
diantaranya disebabkan oleh watak dan budaya nenek moyang mereka sedangkan
masyarakat Madinah lebih mudah dimasuki ajaran Islam saat kondisi masyarakat,
khususnya Aus dan Khazraj, sangat membutuhkan seorang pemimpin untuk
melenturkan pertikaian sesama mereka dan sebagai “pelindung” dari ancaman
kaum Yahudi, di samping sifat penduduknya lebih ramah yang dilatarbelakangi
kondisi geografis yang lebih nyaman dan subur. Penulis mencoba mengungkapkan
pola pendidikan Islam periode Rasulullah SAW yang dapat dibedakan menjadi
dua fase, yaitu: 1) Fase Mekkah, dan 2) Fase Madinah.
1. Fase Mekkah
Allah maha bijaksana, sebagai calon panutan umat manusia, Muhammad ibn
Abdullah sejak “awal sekali” telah disiapkan Allah, dengan menjaganya dari
sikap- sikap jahiliah. Dengan akhlaknya yang terpuji, syarat dengan nilai-nilai
humanisme dan spiritualisme ditengah-tengah umat yang hampir saja tidak
berperikemanusiaan, Muhammad ibn Abdullah masih sempat mendapat gelar
penghargaan tertinggi, yaitu: al-amin. Ibn Abdullah, seseorang yang teguh
mempertahankan tradisi nabi Ibrahim, tabah dalam mencari kebenaran hakiki,
menjatuhkan diri dari keramaian dan sikap hedonism dengan berkontemplasi (ber-
tahannus) di Gua Hira. Pada tanggal 17 Ramadhan turunlah wahyu Allah yang
pertama, surat al- Alaq 1-5 sebagai fase pendidikan Islam Mekkah.
Pada awal turunnya wahyu pertama (the first revelation) al-Qur’an surat 96
ayat 5 pola pendidikan yang dilakukan adalah secara sembunyi sembunyi
3
mengingat kondisi sosial politik yang belum stabil, dimulai dari dirinya sendiri
dan keluarga dekatnya. Mula-mula Rasulullah mendidik istrinya Khadijah untuk
beriman kepada Allah dan menerima petunjuk dari Allah, kemudian diikuti oleh
anak angkatnya Ali ibn Thalib (anak pamannya) dan Zaid ibn Haritsah (seorang
pembantu rumah tangganya yang kemudian diangkat menjadi anak angkatnya).
Kemudian sahabat karibnya Abu Bakar Siddiq. Secara beransur-ansur ajakan
tersebut disampaikan secara meluas, tetapi masih terbatas dikalangan keluarga
dekat dari suku Quraisy saja, seperti Usman Ibn Affan, Zubir Ibn Awan, Sa’at Ibn
Abi Waqas, Abdurrahman Ibn auf, Thalhah Ibn Ubaydillah, Abu Ubaydillah Ibn
Jahrah, Arqam Ibn Arqam, Fatimah Binti Khattab, Said Ibn Zaid dan berapa orang
lainnya mereka semua tahap awal ini disebut Assabiquna Al-awwalun, artinya
orang-orang yang mula-mula masuk Islam. Sebagai lembaga pendidikan dan pusat
kegiatan Islam yang pertama pada era awal ini adalah rumah Arqam Ibn Arqam.
Hasil seruan dakwah secara terang- terangan yang terfokus kepada keluarga
dekat kelihatannya belum maksimal sesuai dengan apa yang diharapkan. Maka,
Rasulullah mengubah strategi dakwahnya dari seruan yang terfokus kepada
keluarga beralih kepada seruan umum, umat manusia secara keseluruhan. Seruan
4
dalam skala “internasional” tersebut didasarkan kepada perintah Allah, surat al-
Hijr ayat 94-95 sebagai tindak lanjut dari pemerintah tersebut, pada musim haji
Rasulullah mendatangi kemah-kemah para jamaah haji. Pada awalnya tidak
banyak yang menerima kecuali sekelompok jamaah haji dari Yastrib, kabilah
Khazraj yang menerima dakwah secara antusias. Dari sinilah sinar Islam
memancar keluar Mekkah. Penerimaan masyarakat Yastrib terhadap ajaran Islam
secara antusias tersebut dikarenakan beberapa faktor. 1. Adanya kabar dari kaum
Yahudi akan lahir seorang Rasul. 2. Suku Aus dan Khajraj mendapat tekanan dan
ancaman dari kelompok Yahudi. 3. Konflik antara Khajraj dan aus yang
berkelanjutan dalam rentang waktu yang sudah lama. Oleh karena itu mereka
mengharapkan seorang pemimpin yang mampu melindungi dan mendamaikan
mereka.
Berkat semangat yang tinggi yang dimiliki para sahabat dalam mendakwahkan
ajaran Islam sehingga seluruh penduduk Yastrib masuk Islam kecuali orang-orang
Yahudi. Musim haji berikutnya 73 orang jamaah dari yastrib mendatangi
Rasulullah saw dan menetapkan keimanan kepada Allah dan rasulnya ditempat
yang sama dengan pelaksanaan (Bai’ah Al- aqabah I tahun lalu) yang dikenal
dengan Bai’ah Al- aqabah II dan mereka bersepakat akan memboyong Rasulullah
ke Yastrib.
Materi pendidikan pada fase Mekkah dapat dibagi kepada dua bagian yaitu:
Pertama, materi pendidikan tauhid, materi ini lebih difokuskan untuk memurnikan
ajaran agama tauhid yang dibawa nabi Ibrahim yang telah diselewengkan oleh
masyarakat Jahiliyah. Secara teori inti sari ajaran tauhid terdapat dalam
kandungan surat al-Fatihah ayat 1-7 dan surat al-Ikhlas ayat 1-5. Secara praktis
pendidikan tauhid diberikan melalui cara-cara bijaksana menuntut akan pikiran
dengan mengajak umatnya untuk membaca, memerhatikan, memikirkan
5
kekuasaan dan kebesaran Allah dan diri manusia sendiri, Kemudian beliau
mengajarkan cara bagaimana cara mengaplikasikan pengertian tauhid tersebut
dalam kehidupan sehari-hari. Rasulullah langsung menjadi contoh bagi umatnya.
Hasilnya, kebiasaan masyarakat arab yang memulai perbuatan atas nama berhala,
diganti dengan bismillahirrahmanirrahim. Ucapan Kebiasaan menyembah berhala
diganti dengan mengagungkan dan menyembah Allah swt. Kedua, materi
pengajaran al-Quran, Materi ini dapat dirinci kepada: 1. Materi baca tulis E al-
Quran, untuk sekarang ini disebut dengan materi imla dan iqra. Dengan materi ini
diharapkan agar kebiasaan orang arab yang ra sering membaca syair-syair indah
diganti A dengan membaca al-Quran sebagai bacaan E yang lebih tinggi nilai
sastranya. 2. Materi menghafal ayat-ayat al-Quran, yang kemudian hari disebut
dengan menghafalkan ayat-ayat suci al-Quran. 3. K Materi pemahaman al-Quran,
saat ini E dikenal dengan materi fahmi al- Quran atau C tafsir al-Quran: tujuan
materi ini adalah ra meluruskan pola pikir umat Islam yang dipengaruhi pola pikir
jahiliyah. Disinilah letaknya fungsi hadist sebagi bacaan al- Quran.
6
g. Kurikulum Pendidikan Islam
Lembaga pendidikan Islam pada fase Mekkah ada dua macam tempat, yaitu:
2. Fase Madinah
7
Madinah kebijaksanaan Nabi Muhammad saw dalam mengajarkan al-Quran
adalah mengajurkan pengikutnya untuk menghafal dan menulis ayat-ayat al-
Quran sebagaimana diajarkannya. Beliau seing mengadakan ulangan-ulangaan
dalam pembacaan al-Quran dalam shalat, dalm pidato-pidato, dalam pelajaran-
pelajaran dan lain-lain kesempatan.
Ketika Rasulullah dan para sahabat hijrah ke Madinah salah satu program
pertama yang beliau lakukan adalah pembangunan sebuah masjid. Setelah selesai
pembangunan masjid, maka Nabi Muhammad pindah menempati sebagian
ruangannya yang memang khusus disediakan untuknya. Demikian pula di antara
kaum Muhajirin yang miskin yang tidak mampu membangun tempat tinggalnya
sendiri.
Masjid adalah pusat kegiatan Nabi Muhammad saw bersama kaum muslimin,
untuk secara bersam membina masyarakat baru, masyarakat yang disinari oleh
tauhid, dan mencerminkan persatuan dan kesatuan umat. Di masjid itulah beliau
bermusyawarah mengenai berbagai urusan, mendirikan shalat berjamaah,
membacakan al-Quran, maupun membacakan ayat-ayat yang baru diturunkan.
Dengan demikian, masjid itu merupakan pusat pendidikan dan pengajaran.
8
B. Pendidikan Islam periode Rasulullah di mekkah
Pendidikan Islan pada masa Rasulullah di fase Mekah dan Madinah memiliki
perbedaan kontekstual. Di Mekah, fokus utamanya adalah pada dakwah dan
ketahanan spiritual, sementara di Madinah, aspek sosial dan politik lebih
terintegrasi dalam pendidikan Islam.
1. Fase Mekah:
a. Pendidikan moral dan spiritual: Rasulullah mengajarkan nilai-nilai moral,
kejujuran, dan keteguhan iman kepada para sahabat.
b. Keterlibatan masyarakat awam: Meskipun jumlah pengikutnya sedikit,
pendekatan Rasulullah bersifat inklusif dan terbuka untuk berkomunikasi
dengan seluruh masyarakat.
2. Fase Mekah: Fondasi Spiritual
Dakwah dan Kesabaran:
a. Rasulullah fokus pada dakwah (penyampaian ajaran Islam) kepada
masyarakat Mekah,
b. Pendidikan menekankan keberanian, kesabaran, dan ketahanan dalam
menghadapi tantangan.
3. Moralitas dan Kejujuran:
a. Ajaran moral dan kejujuran menjadi landasan pendidikan.
b. Para sahabat diajarkan nilai-nilal etika yang mendasar.
9
Berbeda dengan periode di Makkah, pada periode Madinah Islam merupakan
kekuatan politik. Ajaran Islam yang berkenaan dengan kehidupan masyarakat
banyak turun di Madinah. Nabi Muhammad juga mempunyai kedudukan, bukan
saja sebagai kepala agama, tetapi juga sebagai kepala Negara. Cara Nabi
melakukan pembinaan dan pengajaran pendidikan agaam Islam di Madinah adalah
sebagai berikut:
10
3) Perinsip pendidikan politik dan pemerintah
a. Makkah, pada periode ini materi yang diajarkan hanya berkisar pada ayat-
ayat Makiyyah sejumlah 93 surat dan petunjuk petunjuknya yang dikenal
dengan sebutan sunnah dan hadits. Materi yang diajarkan menerangkan
tentang kajian keagamaan yang menitikberatkan pada keimanan, ibadah
dan akhlak.
b. Madinah. Upaya pendidikan yang dilakukan Nabi pertama-tama
membangun lembaga masjid, melalui masjid ini Nabi memberikan
pendidikan Islam. Materi pendidikan Islam yang diajarkan berkisar pada
bidang keimanan, akhlak, ibadah, kesehatan jasmanai dan pengetahuan
kemasyarakatan. Metode yang dikembangkan oleh Nabi adalah:
11
metode. Hal itu dilakukan untuk menghindarkan kebosanan dan kejenuhan siswa.
Di antara metode yang di terapkan Rasulullah ialah:
Dalam buku “Tarbiyah Islamiyah” yang ditulis oleh Najib Khalid Al- amar
mengatakan bahwa, metode pendidikan islam yang di lakukan nabi Muhammad
SAW. Pada periode mekkah dan madinah, adalah:
12
e. Menggunakan kata Isyarat: misalnya merapatkan dua jarinya sebagai
perlunya menggalang persatuan.
f. Keteladanan: Setiap apa yang di sampaikan Rasulullah, maka yang
menjadi uswah-nya adalah Rasulullah sendiri.
Metode Rasulullah SAW dalam mendidik anak dapat dilihat dari arti hadist
Anas r.a. berkata, “Rasulullah SAW, adalah orang yang paling baik ahlaknya. Aku
punya saudara yang di panggil Abu Umar. Dia anak yang sudah di pisahkan dari
susuan. Jika datang beliau berkata, “Wahai Abu Umar, apa yang dilakukan
nughair (burung kecil)?” kadang-kadang beliau bermain dengan dia. Jika tiba saat
sholat sementara beliau masih berada di rumah kami, beliau memunta permadani
yang ada di bawahnya, lalu permadani itu beliau sapu dan di tiup-tiup. Kemudian
berdiri dan diikuti oleh kami di belakangnya.”(HR.Bukhari, Muslim,Tirmidji, dan
Abu Daud ). Dari hadist tersebut nilai-nilai tarbiyah yang dapat di petik ialah
sebagai berikut:
13
Mahmud Yunus dalam bukunya yang berjudul Sejarah Pendidikan Islam,
menyatakan bahwa pembinaan pendidikan Islam di Makkah meliputi:
14
dan puasa, yang merupakan pendidikan bagi warga masyarakat sebagai
bentuk tanggung jawab sosial, baik secara materil maupun moral.
d. *Suatu kebijaksanaan yang sangat efektif dalam pembinaan dan
pengembangan masyarakat baru di Madinah, adalah disyari’atkannya
media komunikasi berdasarkan wahyu, yaitu shalat juma’t yang
dilaksanakan secara berjama’ah dan adzan. Dengan sholat jum’at tersebut
hampir seluruh warga masyarakat berkumpul untuk secara langsung
mendengar khutbah dari Nabi Muhammad SAW dan shalat jum’at
berjamaah.
15
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kerangka dasar ajaran Islam adalah dasar-dasar pokok ajaran Islam yang
membekali setiap orang untuk bisa mempelajari Islam yang lebih luas dan
mendalam. Memahami dan mengamalkan kerangka dasar ajaran Islam merupakan
keniscayaan bagi setiap Muslim yang menginginkan untuk menjadi seorang
Muslim yang kaffah. Tiga kerangka dasar Islam, yaitu aqidah, syariah, dan akhlak,
tidak bisa dipisah-pisahkan. Karena itu, tidak dimungkinkan bagi seorang Muslim
memilih sebagiannya dan meninggalkan sebagiannya yang lain.
Sebagai generasi muda Islam yang masih memiliki waktu yang panjang,
hendaknya para mahasiswa Muslim menyadari hal tersebut, sehingga termotivasi
untuk mendalami ajaran Islam yang utuh dan bisa mengamalkan ajaran-ajaran
Islam dengan baik dan benar. Dengan bekal ajaran Islam yang cukup, diharapkan
aktivitas yang dilakukan, terutama aktivitas ibadah, menjadi berkualitas dan dapat
dipertanggungjawahkannya di hadapan Allah Swt.
16
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
Haekal, 1972. Sejarah Hidup Muhammad, Penrj. Ali Audah. Balai Pustaka.
Jakarta.
Zuhairin, dkk, 1997. Sejarah Pendidikan Islam.. Bumi Aksara bekerja sama
dengan Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama islam
Departemen Agama. Jakarta. Cetakan ke-5
17