Anda di halaman 1dari 20

PENDIDIKAN ISLAM PADA MASA RASULULLAH FASE

MEKAH DAN MADINAH

Untuk memenuhi tugas mata kuliah sejarah pendidikan Islam

Dosen: Drs.Endang Saepudin M.Ag

Di susun oleh :

ALYA MAULANI

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI)

BAITUL ARQOM AL-ISLAMI

PROGRAM S-3 JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)

i
KATA PENGANTAR

Puji serta syukur tidak lupa dipanjatkan kehadirat Allah Subhahu Wa


Ta’ala yang herkat amgerah dari-Nya pemlis mampu menyelesaikan makalah
yang berjudul “Pendidikan Islam Periode Rasulullah di Mekkah dan Madinah ini.
Sholawat serta selama kita haturkan kepada junjungan agung Nahi Besar
Muhammad Shallallahu alaihi Wa Sallam yang telah memberikan pedoman
kepada kita jalan yang sebenar-benarnya jalan berupa ajaran agama Islam yang
begitu sempurna dan menjadi rahmat bagi alam semesta.

Penulis sangat bersyukur karena mampu menyelesaikan makalah ini tepat


waktu. Sebagai pemenuh tugas Sejarah Pendidikan Islam yang berjudul
“Pendidikan Islam Periode Rasulullah di Mekkah dan Madinah”

Demikian yang bisa penulis sampaikan, semoga makalah ini bisa


memberikan manfaat kepada semua pihak. Dan jangan lupa kritik serta sarannya
terhadap makalah ini dalam rangka perbaikan makalah-makalah yang akan
datang.

Pacet, 10 Januari 2024

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.........................................................................................i

KATA PENGANTAR.......................................................................................ii

DAFTAR ISI....................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN...................................................................................

A. Latar Belakang .....................................................................................1


B. Rumusan Masalah.................................................................................1
C. Tujuan Penulisan...................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN..................................................................................3

A. Sosiokultural masyarakat Mekah dan Madinah...................................3


B. Pendidikan Islam periode Rasulullah di mekkah................................9
C. Pendidikan Islam Periode Rasulullah di Madinah................................9
D. Sistem pendidikan yang di terapkan...................................................13

BAB III PENUTUP........................................................................................16

A. Kesimpulan.........................................................................................16
B. Saran....................................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................17

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Rasulullah saw., sebagai suri teladan dan rahmatan lil’alamin bagi orang yang
mengharapkan rahmat. Proses transformasi ilmu pengetahuan, internalisasi nilai-
nilai spiritualisme dan bimbingan emosional yang dilakukan Rasulullah dapat
dikatakan sebagai mukjizat luar biasa, yang manusia apa dan di mana pun tidak
dapat melakukan hal yang sama.

Hasil pendidikan Islam pada periode Rasulullah terlihat dari kemampuan


muridmuridnya (para sahabat) yang luar biasa dan periode Rasulullah fase
Mekkah dan Madinah, para aktivitis pendidikan dapat menyerap berbagai teori
dan prinsip dasar yang berkaitan dengan pola-pola pendidikan dan interaksi sosial
yang lazim dilaksanakan dalam setiap manajemen pendidikan Islam.

Gambaran dan pola pendidikan Islam di periode Rasulullah saw., di Mekkah


dan Madinah adalah sejarah masa lalu yang perlu diungkap kembali, sebagai
bahan perbandingan, sumber gagasan, gambaran strategi menyukseskan
pelaksanaan proses pendidikan agama Islam. Pola pendidikan Islam di masa
Rasulullah saw., tidak terlepas dari metode, evaluasi, materi, kurikulum,
pendidikan, peserta didik, lembaga, dasar, tujuan dan sebagainya yang bertalian
dengan pelaksanaan pendidikan Islam, baik secara teoritis dan praktis.

Maka dari itu, makalah ini akan memaparkan secara jelas dan ringkas
informasi mengenai pendidikan Islam periode Rasulullah di Mekkah dan
Madinah.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sosiokultural masyarakat Mekah dan Madinah?
2. Bagaimana pendidikan Islam periode Rasulullah di Mekkah?
3. Bagaimana pendidikan Islam periode Rasulullah di Madinah?
4. Bagaimana sistem pendidikan yang di terapkan?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui sosiokultural masyarakat Mekah dan Madinah

1
2. Untuk mengetahui pendidikan Islam periode Rasulullah di Mekah
3. Untuk mengetahui pendidikan Islam periode Rasulullah di
Madinah
4. Untuk mengetahui pendidikan yang di terapkan

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Sosiokultular Masyarakat Mekah dan Madinah

Secara kuantitas orang-orang yang masuk Islam pada fase Mekkah lebih
sedikit dari pada orang-orang yang masuk Islam pada fase Madinah. Hal tersebut
diantaranya disebabkan oleh watak dan budaya nenek moyang mereka sedangkan
masyarakat Madinah lebih mudah dimasuki ajaran Islam saat kondisi masyarakat,
khususnya Aus dan Khazraj, sangat membutuhkan seorang pemimpin untuk
melenturkan pertikaian sesama mereka dan sebagai “pelindung” dari ancaman
kaum Yahudi, di samping sifat penduduknya lebih ramah yang dilatarbelakangi
kondisi geografis yang lebih nyaman dan subur. Penulis mencoba mengungkapkan
pola pendidikan Islam periode Rasulullah SAW yang dapat dibedakan menjadi
dua fase, yaitu: 1) Fase Mekkah, dan 2) Fase Madinah.

1. Fase Mekkah

Allah maha bijaksana, sebagai calon panutan umat manusia, Muhammad ibn
Abdullah sejak “awal sekali” telah disiapkan Allah, dengan menjaganya dari
sikap- sikap jahiliah. Dengan akhlaknya yang terpuji, syarat dengan nilai-nilai
humanisme dan spiritualisme ditengah-tengah umat yang hampir saja tidak
berperikemanusiaan, Muhammad ibn Abdullah masih sempat mendapat gelar
penghargaan tertinggi, yaitu: al-amin. Ibn Abdullah, seseorang yang teguh
mempertahankan tradisi nabi Ibrahim, tabah dalam mencari kebenaran hakiki,
menjatuhkan diri dari keramaian dan sikap hedonism dengan berkontemplasi (ber-
tahannus) di Gua Hira. Pada tanggal 17 Ramadhan turunlah wahyu Allah yang
pertama, surat al- Alaq 1-5 sebagai fase pendidikan Islam Mekkah.

a. Tahapan Pendidikan Islam pada Fase Mekkah

Pola pendidikan yang dilakukan oleh Rasulullah sejalan dengan tahapan-


tahapan dakwah yang disampaikan kepada kaum Quraisy. Didam hal ini penulis
membaginya dalam tiga tahap :

b. Tahapan Pendidikan Islam Secara Rahasia dan Perorangan

Pada awal turunnya wahyu pertama (the first revelation) al-Qur’an surat 96
ayat 5 pola pendidikan yang dilakukan adalah secara sembunyi sembunyi

3
mengingat kondisi sosial politik yang belum stabil, dimulai dari dirinya sendiri
dan keluarga dekatnya. Mula-mula Rasulullah mendidik istrinya Khadijah untuk
beriman kepada Allah dan menerima petunjuk dari Allah, kemudian diikuti oleh
anak angkatnya Ali ibn Thalib (anak pamannya) dan Zaid ibn Haritsah (seorang
pembantu rumah tangganya yang kemudian diangkat menjadi anak angkatnya).
Kemudian sahabat karibnya Abu Bakar Siddiq. Secara beransur-ansur ajakan
tersebut disampaikan secara meluas, tetapi masih terbatas dikalangan keluarga
dekat dari suku Quraisy saja, seperti Usman Ibn Affan, Zubir Ibn Awan, Sa’at Ibn
Abi Waqas, Abdurrahman Ibn auf, Thalhah Ibn Ubaydillah, Abu Ubaydillah Ibn
Jahrah, Arqam Ibn Arqam, Fatimah Binti Khattab, Said Ibn Zaid dan berapa orang
lainnya mereka semua tahap awal ini disebut Assabiquna Al-awwalun, artinya
orang-orang yang mula-mula masuk Islam. Sebagai lembaga pendidikan dan pusat
kegiatan Islam yang pertama pada era awal ini adalah rumah Arqam Ibn Arqam.

c. Tahap pendidikan Islam secara terang-terangan

Pendidikan secara sembunyi-sembunyi berlangsung secara tiga tahun, sampai


turun waktu berikutnya, yang memerintahkan dakwah secar terbuka dan terang-
terangan. Ketika wahyu tersebut turun, beliau mengundang keluarga dekatnya
untuk berkumpul dibukit Shafa, menyerukan agar berhati-hati terhadap azam yang
keras dikemudian hari (hari kiamat) bagi orang- orang yang tidak mengakui Allah
sebagai Tuhan Yang Esa dan Muhammad sebagai utusanNya. Seruan tersebut
dijawab Abu Lahab, celakalah kamu Muhammad! Untuk ini kah kami
mengumpulkan kamu? Saat itu turun wahyu menjelaskan perihal Abu Lahab dan
istrinya.

Perintah dakwah secara terang- terangan dilakukan oleh Rasulullah, seiring


dengan jumlah sahabat yang semakin banyak dan untuk meningkatkan jaungkauan
seruan dakwah, karena diyakini dengan dakwah tersebut banyak kaum Quraisy
yang akan masuk agama Islam. Di samping itu, keberadaan rumah Arqam Ibn
Arqam sebagai pusat dan lembaga pendidikan Islam sudah diketahui oleh kuffar
Quraisy.

d. Tahap pendidikan Islam untuk umum

Hasil seruan dakwah secara terang- terangan yang terfokus kepada keluarga
dekat kelihatannya belum maksimal sesuai dengan apa yang diharapkan. Maka,
Rasulullah mengubah strategi dakwahnya dari seruan yang terfokus kepada
keluarga beralih kepada seruan umum, umat manusia secara keseluruhan. Seruan

4
dalam skala “internasional” tersebut didasarkan kepada perintah Allah, surat al-
Hijr ayat 94-95 sebagai tindak lanjut dari pemerintah tersebut, pada musim haji
Rasulullah mendatangi kemah-kemah para jamaah haji. Pada awalnya tidak
banyak yang menerima kecuali sekelompok jamaah haji dari Yastrib, kabilah
Khazraj yang menerima dakwah secara antusias. Dari sinilah sinar Islam
memancar keluar Mekkah. Penerimaan masyarakat Yastrib terhadap ajaran Islam
secara antusias tersebut dikarenakan beberapa faktor. 1. Adanya kabar dari kaum
Yahudi akan lahir seorang Rasul. 2. Suku Aus dan Khajraj mendapat tekanan dan
ancaman dari kelompok Yahudi. 3. Konflik antara Khajraj dan aus yang
berkelanjutan dalam rentang waktu yang sudah lama. Oleh karena itu mereka
mengharapkan seorang pemimpin yang mampu melindungi dan mendamaikan
mereka.

Berikutnya, di musim haji pada tahun kedua belas kerasulan. Muhammad,


Rasulullah didatangi dua belas orang laki- laki dan seorang wanita untuk berikrar
kesetiaan yang dikenal dengan “Bai’ah Al-‘aqabah I” mereka berjanji tidak akan
menyembah selain kepada Allah swt., tidak akan mencuri dan berzina, tidak akan
membunuh anak-anak, dan menjauhkan perbuatan keji serta fitnah, selalu taat
kepada Rasulullah dan tidak mendurhakainya terhadap sesuatu yang mereka tidak
inginkan.

Berkat semangat yang tinggi yang dimiliki para sahabat dalam mendakwahkan
ajaran Islam sehingga seluruh penduduk Yastrib masuk Islam kecuali orang-orang
Yahudi. Musim haji berikutnya 73 orang jamaah dari yastrib mendatangi
Rasulullah saw dan menetapkan keimanan kepada Allah dan rasulnya ditempat
yang sama dengan pelaksanaan (Bai’ah Al- aqabah I tahun lalu) yang dikenal
dengan Bai’ah Al- aqabah II dan mereka bersepakat akan memboyong Rasulullah
ke Yastrib.

e. Materi Pendidikan Islam

Materi pendidikan pada fase Mekkah dapat dibagi kepada dua bagian yaitu:
Pertama, materi pendidikan tauhid, materi ini lebih difokuskan untuk memurnikan
ajaran agama tauhid yang dibawa nabi Ibrahim yang telah diselewengkan oleh
masyarakat Jahiliyah. Secara teori inti sari ajaran tauhid terdapat dalam
kandungan surat al-Fatihah ayat 1-7 dan surat al-Ikhlas ayat 1-5. Secara praktis
pendidikan tauhid diberikan melalui cara-cara bijaksana menuntut akan pikiran
dengan mengajak umatnya untuk membaca, memerhatikan, memikirkan

5
kekuasaan dan kebesaran Allah dan diri manusia sendiri, Kemudian beliau
mengajarkan cara bagaimana cara mengaplikasikan pengertian tauhid tersebut
dalam kehidupan sehari-hari. Rasulullah langsung menjadi contoh bagi umatnya.
Hasilnya, kebiasaan masyarakat arab yang memulai perbuatan atas nama berhala,
diganti dengan bismillahirrahmanirrahim. Ucapan Kebiasaan menyembah berhala
diganti dengan mengagungkan dan menyembah Allah swt. Kedua, materi
pengajaran al-Quran, Materi ini dapat dirinci kepada: 1. Materi baca tulis E al-
Quran, untuk sekarang ini disebut dengan materi imla dan iqra. Dengan materi ini
diharapkan agar kebiasaan orang arab yang ra sering membaca syair-syair indah
diganti A dengan membaca al-Quran sebagai bacaan E yang lebih tinggi nilai
sastranya. 2. Materi menghafal ayat-ayat al-Quran, yang kemudian hari disebut
dengan menghafalkan ayat-ayat suci al-Quran. 3. K Materi pemahaman al-Quran,
saat ini E dikenal dengan materi fahmi al- Quran atau C tafsir al-Quran: tujuan
materi ini adalah ra meluruskan pola pikir umat Islam yang dipengaruhi pola pikir
jahiliyah. Disinilah letaknya fungsi hadist sebagi bacaan al- Quran.

f. Metode Pendidikan Islam

Metode pendidikan yang dilakukan Rasulullah dalam membidik sahabat-


Sahabatnya antara lain:

1) Metode ceramah,Menyampaikan wahyu yang Baru Diterimanya dan


memberikan penjelasan Penjelasan serta keterengan keterangannya.
2) Dialog, misalnya dialog antara Rasulullah Dengan Mu’az ibn Jabal ketika
Mu’az akan Diutus sebagi kadi ke negeri Yaman, dialog Antara rasul
dengan para sahabat untuk Mengatur strategi perang.
3) Diskusi atau Tanya jawab, sering Rasulullah tentang suatu Hukum,
kemudian Rasul menjawab:
4) Metode perumpamaan, misalnya orang Mukmin itu laksana satu tubuh,
bila sakit Salah satu anggota tubuh maka anggota Tubuh lainnya akan turut
merasakannya;
5) Metode kisah, misalnya kisah beliau dalm Perjalanan isra’ dan miraj dan
kisah tentang Pertemuan nabi Musa dengan nabi Khaidir,
6) Metode pembiasaan: membiasakan kaum Muslimin shalat berjamaah;
7) Metode Hafalan misalnya para sahabat dianjurkan Untuk menjaga al-
Quran dengan Menghafalnya.

6
g. Kurikulum Pendidikan Islam

Kurikulum pendidikan Islam pada periode Rasulullah baik di Mekkah


maupun di Madinah adalah al-Quran yang Allah wahyukan sesuai dengan kondisi
dan situasi, kejadian dan peristiwa yang dialami oleh umat Islam pada saat itu,
karena itu dalam praktiknya tidak saja logis dan rasional, tetapi juga fitrah dan
pragmatis. Hasil cara yang demikian dapat dilihat dari sikap rohani dan mental
para pengikutnya.

h. Lembaga Pendidikan Islam

Lembaga pendidikan Islam pada fase Mekkah ada dua macam tempat, yaitu:

1) Rumah Arqam ibn Arqam merupakan tempat pertama berkumpulnya


kaum muslimin beserta Rasulullah untuk belajar hukum-hukum dan
dasar-dasar ajaran Islam. Rumah ini merupakan lembaga pendidikan
pertama atau madrasah yang pertama sekali dalam Islam, adapun yang
mengajar dalam lembaga tersebut adalah Rasulullah sendiri.
2) Kuttab. Pendidikan di kuttab tidak sama dengan pendidikan yang
diadakan dirumag Arqam ibn Arqam, pendidikan di rumah Arqam ibn
Arqam kandungan materi tentang hukum Islam dan dasar- dasar agama
Islam, sedangkan pendidikan di kuttab pada awalnya lebih terfokus pada
materi baca tulis sastra, syair arab, dan pembelajaran berhitung namun
setelah datang Islam materinya ditambah dengan materi baca tulis Al-
Qur’an dan memahami hukum- hukum Islam. Adapun guru yang
mengajar di kuttab pada era awal Islam adalah orang-orang non- Islam.
Dalam sejarah pendidikan Islam istilah kuttab berasal dari bahasa arab
yakni kataba, yaktubu, kitaaban yang artinya telah menulis, sedang
menulis dan tulisan, sedangkan maktab artinya meja atau tempat menulis.

2. Fase Madinah

Kedatangan Nabi Muhammad saw bersama kaum muslimin Mekkah, disebut


oleh penduduk Madinah dengan gembira dan penuh rasa persaudaraan. Bak, Islam
mendapat lingkungan baru yang bebas dari ancaman para penguasa Quraisy
Makkah, lingkungan yang dakwahnya, menyampaikan ajaran Islam dan
menjabarkan dalam kehidupan sehari-hari. Wahyu secara beruntun selama periode

7
Madinah kebijaksanaan Nabi Muhammad saw dalam mengajarkan al-Quran
adalah mengajurkan pengikutnya untuk menghafal dan menulis ayat-ayat al-
Quran sebagaimana diajarkannya. Beliau seing mengadakan ulangan-ulangaan
dalam pembacaan al-Quran dalam shalat, dalm pidato-pidato, dalam pelajaran-
pelajaran dan lain-lain kesempatan.

a) Lembaga pendidikan Islam

Ketika Rasulullah dan para sahabat hijrah ke Madinah salah satu program
pertama yang beliau lakukan adalah pembangunan sebuah masjid. Setelah selesai
pembangunan masjid, maka Nabi Muhammad pindah menempati sebagian
ruangannya yang memang khusus disediakan untuknya. Demikian pula di antara
kaum Muhajirin yang miskin yang tidak mampu membangun tempat tinggalnya
sendiri.

Masjid adalah pusat kegiatan Nabi Muhammad saw bersama kaum muslimin,
untuk secara bersam membina masyarakat baru, masyarakat yang disinari oleh
tauhid, dan mencerminkan persatuan dan kesatuan umat. Di masjid itulah beliau
bermusyawarah mengenai berbagai urusan, mendirikan shalat berjamaah,
membacakan al-Quran, maupun membacakan ayat-ayat yang baru diturunkan.
Dengan demikian, masjid itu merupakan pusat pendidikan dan pengajaran.

Suatu kebijaksanaan yang sangat efektif dalam pembinaan dan


pengembangan masyarakat baru di Madinah, adalah disyaratkannya media
komunikasi berdasarkan wahyu, yaitu shalat jumat yang dilaksanakan berjamaah
dan azan. Dengan shalat jumat tersebut hampir seluruh warga masyarakat
berkumpul untuk secara langsung mendengan khotbah dari Nabi Muhammad saw
dan shalat jumat berjamah.

b) Materi Pendidikan Islam di Madinah

Pada fase Madinah materi pendidikan yang diberikan cakupannya lebih


kompleks dibandingkan dengan materi pendidikan fase Makkah. Di antara
pelaksanaan pendidikan Islam di Madinah adalah:

1) Pendidikan ukhwah (persaudaraan) antara kaum muslimin.


2) Pendidikan kesejahteraan Sosial.
3) Pendidikan kesejahteraan keluarga kaum kerabat. Yang dimaksud dengan
keluarga adalah suami, istri, dan anak- anaknya.
4) Pendidikan hankam (pertahanan dan keamanan) dakwah Islam.

8
B. Pendidikan Islam periode Rasulullah di mekkah

Pendidikan Islan pada masa Rasulullah di fase Mekah dan Madinah memiliki
perbedaan kontekstual. Di Mekah, fokus utamanya adalah pada dakwah dan
ketahanan spiritual, sementara di Madinah, aspek sosial dan politik lebih
terintegrasi dalam pendidikan Islam.

1. Fase Mekah:
a. Pendidikan moral dan spiritual: Rasulullah mengajarkan nilai-nilai moral,
kejujuran, dan keteguhan iman kepada para sahabat.
b. Keterlibatan masyarakat awam: Meskipun jumlah pengikutnya sedikit,
pendekatan Rasulullah bersifat inklusif dan terbuka untuk berkomunikasi
dengan seluruh masyarakat.
2. Fase Mekah: Fondasi Spiritual
Dakwah dan Kesabaran:
a. Rasulullah fokus pada dakwah (penyampaian ajaran Islam) kepada
masyarakat Mekah,
b. Pendidikan menekankan keberanian, kesabaran, dan ketahanan dalam
menghadapi tantangan.
3. Moralitas dan Kejujuran:
a. Ajaran moral dan kejujuran menjadi landasan pendidikan.
b. Para sahabat diajarkan nilai-nilal etika yang mendasar.

C. Pendidikan Islam periode Rasulullah di Madinah

Pendidikan islam di Madinah adalah sebagai pendidikan permulaan dan


pengemabangan yang dilaksanakan sedikit lebih maju dan berkembang
dibandingkan pendidikan di Makkah. Evaluasi dan pemberian ijazah sebagaimana
yang dikenal pada saat ini belum ada di Madinah saat itu. Namun kepada sahabat
yang dinyatakan sudah menguasai materi pelajaran di berikan oleh Nabi
Muhammad SAW, diberikan hak untuk mengajar di berbagai wilayah kekuasaan
Islam.

9
Berbeda dengan periode di Makkah, pada periode Madinah Islam merupakan
kekuatan politik. Ajaran Islam yang berkenaan dengan kehidupan masyarakat
banyak turun di Madinah. Nabi Muhammad juga mempunyai kedudukan, bukan
saja sebagai kepala agama, tetapi juga sebagai kepala Negara. Cara Nabi
melakukan pembinaan dan pengajaran pendidikan agaam Islam di Madinah adalah
sebagai berikut:

1. Pembentukan dan pembinaan masyarakat baru menuju satu kesatuan sosial


dan politik. Nabi Muhammad SAW mulai meletakkan dasar-dasar
terbentuknya masyarakat yang bersatu padu secara intern (kedalam), dan
ke luar diakui dan disegani oleh masyarakat lainnya (sebagai satu kesatuan
politik).
2. Pendidikan sosial politik dan kewarganegaraan. Materi pendidikan sosial
dan kewarnegaraan Islam pada masa itu adalah pokok-pokok pikiran yang
terkandung dalam konstitusi Madinah, yang dalam prakteknya diperinci
lebih lanjut dan di sempurnakan dengan ayat- ayat yang turun selama
periode Madinah. Tujuan pembinaan adalah agar secara berangsur-angsur,
pokok-pokok pikiran konstitusi Madinah diakui dan berlaku bukan hanya
di Madinah saja, tetapi luas, baik dalam kehidupan bangsa Arab maupun
dalam kehidupan bangsa bangsa di seluruh dunia.

1. Perbedaan Pendidikan Islam Periode Makkah dan Madinah


a. Ciri Pokok Periode Makkah

Pokok pembinaan pendidikan Islam di kota Makkah adalah pendidikan tauhid,


titik beratnya adalah menanamkan nilai-nilai tauhid ke dalam jiwa setiap individu
muslim, agar jiwa mereka terpancar sinar tauhid dan tercermin dalam perbuatan
dan tingkah laku dalam kehidupan sehari-hari

a. Ciri Pokok Periode Madinah

Pokok pembinaan pendidikan Islam di kota Madinah dapat dikatakan sebagai


pendidikan sosial dan politik. Yang merupakan kelanjutan dari pendidikan tauhid
di Makkah, yaitu pembinaan di bidang pendidikan sosial dan politik agar dijiwai,
merupakan cermin dan pantulan sinar tauhid tersebut. Terdapat perkembangan
dalam pendidikan periode madinah, yaitu:

1) Perinsip pendidikan kesehatan (jasmani)


2) Perinsip pendidikan sosial

10
3) Perinsip pendidikan politik dan pemerintah

2. Kurikulum Pendidikan Islam Pada Masa Rasulullah SAW

Mengindentifikasi kurikulum pendidikan pada zaman Rasulullah terasa sulit,


sebab Rasul mengajar pada sekolah kehidupan yang luas tanpa di batasi dinding
kelas. Rasulullah memanfaatkan berbagai kesempatan yang mengandung nilai-
nilai pendidikan dan rasulullah menyampaikan ajarannya dimana saja seperti di
rumah, di masjid, di jalan, dan di tempat tempat lainnya. Sistem pendidikan Islam
lebih bertumpu kepada Nabi, sebab selain Nabi tidak ada yang mempunyai
otoritas untuk menentukan materi-materi pendidikan Islam. Kurikulum
pendidikan islam pada masa Rasulullah apat dibedakan menjadi dua periode:

a. Makkah, pada periode ini materi yang diajarkan hanya berkisar pada ayat-
ayat Makiyyah sejumlah 93 surat dan petunjuk petunjuknya yang dikenal
dengan sebutan sunnah dan hadits. Materi yang diajarkan menerangkan
tentang kajian keagamaan yang menitikberatkan pada keimanan, ibadah
dan akhlak.
b. Madinah. Upaya pendidikan yang dilakukan Nabi pertama-tama
membangun lembaga masjid, melalui masjid ini Nabi memberikan
pendidikan Islam. Materi pendidikan Islam yang diajarkan berkisar pada
bidang keimanan, akhlak, ibadah, kesehatan jasmanai dan pengetahuan
kemasyarakatan. Metode yang dikembangkan oleh Nabi adalah:

Dalam bidang keimanan: melalui Tanya jawab dengan penghayatan yang


mendalam dan di dukung oleh bukti-bukti yang rational dan ilmiah. Materi
ibadah: disampaikan dengan metode demonstrasi dan Peneladanan sehingga
mudah didikuti masyarakat. Bidang akhlak: Nabi menitikberatkan pada
metode peneladanan. Nabi tampil dalam kehidupan sebagai orang yang
memiliki kemuliaan dan Keagungan baik dalam ucapan maupun perbuatan.

3. Metode Pengajaran Rasulullah SAW

Metode pengajaran ialah cara yang digunakan guru dalam mengadakan


hubungan dengan siswa pada saat berlangsungnya pengajaran. Oleh karena itu,
peranan metode mengajar sebagai alat untuk menciptakan proses belajar
mengajar. Untuk menciptakan suasana yang kondusif dan menyenangkan dalam
mengajar para sahabatnya, Rasulullah SAW menggunakan berbagai macam

11
metode. Hal itu dilakukan untuk menghindarkan kebosanan dan kejenuhan siswa.
Di antara metode yang di terapkan Rasulullah ialah:

a. Metode ceramah. Menyampaikan wahyu yang baru diterimanya dan


memberikan penjelasan-penjelasan serta keterangannya.
b. Dialog. Misalnya dialog antara Rasulullah dengan Mu’az Ibn Jabbal ketika
Mu’az akan diutus sebagai kadi kenegri yaman, dialog antara Rasulullah
dengan para sahabat untuk mengatur strategi perang.
c. Diskusi atau Tanya jawab. Sering sahabat bertanya kepada Rasulullah
tentang suatu hukum, kemudian Rasul menjawabnya.
d. Metode perumpamaan, misalnya orang mukmin itu laksana suatu tubuh
maka anggota tubuh, lainnya akan turut merasakannya.
e. Metode demonstrasi. Membiasakan kaum muslimin shalat berjamaah.
f. Metode hafalan misalnya para sahabat dianjurkan untuk menjaga Al-
qur’an dengan menghafalnya.
g. Metode kisah, misalnya kisah beliau dalam perjalanan isra’ dan mi’raj dan
tentang kisah pertemuan antara nabi Musa dan nabi Khaidir.
h. Metode eksperimen, sosiodrama dan bermain peranan.

Dalam buku “Tarbiyah Islamiyah” yang ditulis oleh Najib Khalid Al- amar
mengatakan bahwa, metode pendidikan islam yang di lakukan nabi Muhammad
SAW. Pada periode mekkah dan madinah, adalah:

a. Melalui teguran langsung. Hadis Rasulullah SAW; Umar bin Salmah


r.aBerkata, “dahulu aku menjadi pembantu di rumah Rasulullah SAW,
Ketika makan, biasanya aku mengulurkan tanganku ke berbagai Penjuru,
melihat itu beliau berkata, “hai ghulam, bacalah basmalah, Makanlah
dengan tangan kananmu, dan makanlah apa yang ada di Dekatmu,”
b. Melalui sindiran: Rasulullah bersabda, “Apa keinginanmu kaum yang
Mengatakan begini begitu? Sesungguhnya aku sholat dan tidur, aku
Berpuasa dan berbuka, dan akupun menikahi wanita. Maka, barang Siapa
yang tidak senang dengan sunnahku berarti dia bukan Golonganku.
c. Pemutusan dari jamaah: Pernah Ka’ab bin Malik tidak ikut beserta
Rasulullah SAW dalam perang Tabuk, dia berkata “Nabi melarang sahabat
lainya berbicara dengan aku. Disebutkan pemutusan hubungan itu
berlangsung selama lima puluh malam.” (HR. Bukhari).
d. Melalui perbandingan kisah orang-orang terdahulu.

12
e. Menggunakan kata Isyarat: misalnya merapatkan dua jarinya sebagai
perlunya menggalang persatuan.
f. Keteladanan: Setiap apa yang di sampaikan Rasulullah, maka yang
menjadi uswah-nya adalah Rasulullah sendiri.

Metode Rasulullah SAW dalam mendidik anak dapat dilihat dari arti hadist
Anas r.a. berkata, “Rasulullah SAW, adalah orang yang paling baik ahlaknya. Aku
punya saudara yang di panggil Abu Umar. Dia anak yang sudah di pisahkan dari
susuan. Jika datang beliau berkata, “Wahai Abu Umar, apa yang dilakukan
nughair (burung kecil)?” kadang-kadang beliau bermain dengan dia. Jika tiba saat
sholat sementara beliau masih berada di rumah kami, beliau memunta permadani
yang ada di bawahnya, lalu permadani itu beliau sapu dan di tiup-tiup. Kemudian
berdiri dan diikuti oleh kami di belakangnya.”(HR.Bukhari, Muslim,Tirmidji, dan
Abu Daud ). Dari hadist tersebut nilai-nilai tarbiyah yang dapat di petik ialah
sebagai berikut:

a. .Meluangkan waktu untuk bermain dengan anak-anak.


b. Membersihkan pertanda adanya praktik amal untuk bisa berbuat bersih
secara iman dan perilakunya nyata.
c. .Shalat Rasulullah di dalam rumah menanamkan pemahaman teladan di
dalam urusan ibadah.
d. Turunya Rasulullah ke atas intelek anak bisa membuahkan rasa optimis
pada diri anak.
e. Memakai cara dengan panggilan. Teori ini dapat memberikan kesan
kepada keluarga bahwa anaknya sudah dewasa.

D. Sistem pendidikan yang di terapkan

Pokok pembinaan pendidikan Islam di Kota Makkah adalah pendidikan


tauhid, titik beratnya adalah menanamkan nilai-nilai tauhid ke dalam jiwa setiap
individu muslim, agar jiwa mereka terpancar sinar tauhid dan tercermin dalam
perbuatan dan tingkah laku dalam kehidupan sehari-hari.

Dalam masa pembinaan pendidikan agama Islam di Makkah Nabi Muhammad


juga mengajarkan Alquran karena Alquran merupakan intisari dan sumber pokok
ajaran Islam. Disamping itu Nabi Muhamad SAW juga mengajarkan tauhid
kepada umatnya.

13
Mahmud Yunus dalam bukunya yang berjudul Sejarah Pendidikan Islam,
menyatakan bahwa pembinaan pendidikan Islam di Makkah meliputi:

a. Pendidikan keagamaan, yaitu hendaklah membaca dengan nama Allah


semata jangan dipersekutukan dengan nama berhala.
b. Pendidikan akliyah dan ilmiah, yaitu mempelajari kejadian manusiadari
segumpal darah dan kejadian alam semesta.
c. Pendidikan akhlak dan budi pekerti, yaitu Nabi Muhammad SAW
mengajarkan kepada sahabatnya agar berakhlak baik sesuai dengan ajaran
tauhid.
d. Pendidikan jasmani atau kesehatan, yaitu mementingkan kebersihan
pakaian, badan dan tempat kediaman.

Sedangkan pokok pembinaan pendidikan Islam di kota Madinah dapat


dikatakan sebagai pendidikan sosial dan politik. Yang merupakan kelanjutan dari
pendidikan tauhid di Makkah, yaitu pembinaan di bidang pendidikan sosial dan
politik agar dijiwai oleh ajaran Islam, dan merupakan cerminan dari sinar tauhid
tersebut.

Cara Nabi melakukan pembinaan dan pengajaran pendidikan agama Islam di


Madinah adalah dengan membentuk dan membina masyarakat baru menuju satu
kesatuan sosial dan politik. Nabi Muhammad SAW mulai meletakan dasar-dasar
terbentuknya masyarakat yang bersatu padu secara intern (ke dalam), dan ke luar
diakui dan disegani oleh masyarakat lainnya (sebagai satu kesatuan politik).
Dasar-dasar tersebut adalah:

a. Nabi Muhammad saw mengikis habis sisa-sisa permusuhan dan


pertentangan antar suku dengan jalan mengikat tali persaudaraan diantara
mereka. Nabi mempersaudarakan orang-orang dari berbagai kaum, mula-
mula diantara sesama kaum Muhajirin, kemudian diantara Muhajirin dan
Anshar. Dengan lahirnya persaudaraan itu bertambah kokohlah persatuan
kaum muslimin.
b. *Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, Nabi Muhammad menganjurkan
kepada kaum Muhajirin untuk berusaha dan bekerja sesuai dengan
kemampuan dan pekerjaan masing-masing seperti waktu di Makkah.
c. Untuk menjalin kerjasama dan saling menolong dalam rangka membentuk
tata kehidupan masyarakat yang adil dan makmur, turunlah syari’at zakat

14
dan puasa, yang merupakan pendidikan bagi warga masyarakat sebagai
bentuk tanggung jawab sosial, baik secara materil maupun moral.
d. *Suatu kebijaksanaan yang sangat efektif dalam pembinaan dan
pengembangan masyarakat baru di Madinah, adalah disyari’atkannya
media komunikasi berdasarkan wahyu, yaitu shalat juma’t yang
dilaksanakan secara berjama’ah dan adzan. Dengan sholat jum’at tersebut
hampir seluruh warga masyarakat berkumpul untuk secara langsung
mendengar khutbah dari Nabi Muhammad SAW dan shalat jum’at
berjamaah.

15
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kerangka dasar ajaran Islam adalah dasar-dasar pokok ajaran Islam yang
membekali setiap orang untuk bisa mempelajari Islam yang lebih luas dan
mendalam. Memahami dan mengamalkan kerangka dasar ajaran Islam merupakan
keniscayaan bagi setiap Muslim yang menginginkan untuk menjadi seorang
Muslim yang kaffah. Tiga kerangka dasar Islam, yaitu aqidah, syariah, dan akhlak,
tidak bisa dipisah-pisahkan. Karena itu, tidak dimungkinkan bagi seorang Muslim
memilih sebagiannya dan meninggalkan sebagiannya yang lain.

Sebagai generasi muda Islam yang masih memiliki waktu yang panjang,
hendaknya para mahasiswa Muslim menyadari hal tersebut, sehingga termotivasi
untuk mendalami ajaran Islam yang utuh dan bisa mengamalkan ajaran-ajaran
Islam dengan baik dan benar. Dengan bekal ajaran Islam yang cukup, diharapkan
aktivitas yang dilakukan, terutama aktivitas ibadah, menjadi berkualitas dan dapat
dipertanggungjawahkannya di hadapan Allah Swt.

Untuk menghasilkan akhlak atau karakter mulia – yang merupakan cita-cita


setiap Muslim, juga salah satu tujuan pendidikan nasional Indonesia-dalam
konsep Islam harus dimulai dari membangun fondasi yang kuat, yakni mendasari
dengan akidah atau iman yang kokoh. Dengan iman yang kokoh pasti akan
tumbuh semangat yang tinggi untuk melaksanakan seluruh aturan Allah baik yang
ada dalam al-Quran maupun Sunnah, baik yang terkait dengan ibadah maupun
muamalah, dengan baik dan penuh keikhlasan semata-mata karena Allah, tanpa
ada tendensi lainya. Jika semua aturan Allah ditaati dan dilaksanakan pastilah
akan terwujud akhlak atau karakter mulia pada diri seseorang. Karena itu
pemahaman yang benar akan konsep dasar Islam menjadi sangat penting untuk
membangun komitmen moral untuk melaksanakan seluruh ajaran Islam

16
B. Saran

Mudah-mudahan dengan adanya makalah ini dapat bermanfaat bagi para


pembaca. Selaku pemakalah kami meminta maaf jika terdapat kesalahan dalam
penulisan makalah, mohon di maklumi.

DAFTAR PUSTAKA

Haekal, 1972. Sejarah Hidup Muhammad, Penrj. Ali Audah. Balai Pustaka.
Jakarta.

Hasan Ibrahim, 2002. Sejarah dan Kebudayaan Islam, Penerj. H. A. Baharudin.


Kalam Mulia. Jakarta. Jilid I, cet. 1.

Najb Khalid al-Amar, 1996. Tarbiyah Rasulullah, Pentj. Ibn Muhammad,


Fakruddin Nursyam. Gema Insani Pres. Jakarta.

Shafiyurrahman al-Mubarakfury, 2000. Shirah Nabawiyah, Pent. Kathur Suhardi.


Pustaka Al- kautsar. Jakarta. Cetakan ke-9, h. 46-64

Zuhairin, dkk, 1997. Sejarah Pendidikan Islam.. Bumi Aksara bekerja sama
dengan Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama islam
Departemen Agama. Jakarta. Cetakan ke-5

17

Anda mungkin juga menyukai