Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

SEJARAH PERTUMBUHAN DAN


PERKEMBANGAN PENDIDIKAN ISLAM PADA
MASA DINASTI UMAYYAH
Disusun untuk memenuhi mata kuliah Sejarah Pendidikan Islam

Disusun oleh :

ABDUL RAHMAT 1238.22.1638

MAWAR ULFA SARI 1238.22.1737

SITI NUR JANNAH 1238.22.1478

NOVITA FRESTI WARDANI H 1238.22.1763

PUTRI NURLI SETIAWATI

Dosen Pengampu :

Haryuni Hariati S.Pd.,M,pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM AL KIFAYAH RIAU

2023
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah Swt. atas rahmat
dan karunia-nya jualah sehingga penulis dapat menyelesaikan Proposal ini
dengan judul : “Islam Di Malaysia”.

Sholawat dan salam kepada junjungan kita Nabi Muhammad Saw, yang
telah membimbing umat manusia dari kejahilan kepada alam kebenaran, dan
Semoga isi dan makna yang terkandung dalam Makalah ini dapat membantu
proses perkuliahan kita pada mata kuliah ini.

Dan juga dalam menyelesaikan makalah ini, penulis ucapkan terima


kasih kepada dosen pembimbing atau dosen yang mengajar mata kuliah Bahasa
Indonesia, karena berkat bimbingan beliau lah penulis bisa menyelesaikan
Proposal ini yang berjudul “Islam Di Malaysia.”

Demikian lah yang dapat penulis sampaikan, semoga makalah ini dapat
bermanfaat. Penulis juga menyadari bahwa Proposal ini tidak luput dari segala
kekurangan, untuk itu kritik dan saran dari Dosen Pembimbing demi
kesempurnaaan Makalah ini dan menjadi pedoman selanjutnya bagi penulis.

Pekanbaru, 24 Februari 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i

DAFTAR ISI..........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................3

1.1 Latar Belakang..........................................................................................3

1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................4

1.3 Tujuan Penelitian.......................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN........................................................................................5

2.1 Konsep Dan Prinsip Belajar dalam Pembelajaran SD...............................5

2.1.1 Konsep Belajar...................................................................................5

2.1.2 Prinsip Belajar....................................................................................6

2.2 Perumusan Tujuan Pembelajaran..............................................................6

2.2.1 Cara Merumuskan Tujuan Pembelajaran...........................................6

2.2.2 Contoh Tujuan Pembelajaran.............................................................8

2.3 Hakikat, Sumber Dan Pengemasan Materi Pembelajaran.........................9

2.3.1 Hakikat Sumber Belajar.....................................................................9

2.3.2 Peranan Sumber Belajar...................................................................11

2.3.3 Pengemasan Materi Pembelajaran...................................................12

2.4 Pengembangan Pengalaman Belajar.......................................................13

BAB III PENUTUP..............................................................................................15

3.1 Kesimpulan..............................................................................................15

3.2 Saran........................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................16
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pendidikan Islam bersumber pada al-Quran dan Hadis untuk membentuk
manusia yang tidak saja beriman kepada Allah, tetapi juga agar manusia senantiasa
memelihara nilai-nilai yang berlaku dalam menjalin hubungan dengan sesama manusia
dan masyarakat. Pendidikan Islam mengalami pertumbuhan dan perkembangan sejalan
dengan perkembangan Islam itu sendiri. Berbicara mengenai sejarah pendidikan Islam
tidak bisa dilepaskan dari sejarah peradaban Islam.

Jadi, dapat dikatakan bahwa periodesasi pendidikan Islam sama dengan


periodesasi sejarah peradaban Islam. Periodesasi tersebut terbagi dalam tiga babakan
utama, yaitu: periode klasik, periode pertengahan, dan periode modern. [1] Apabila
dirinci: pada masa Nabi Muhammad SAW (571-632 M), masa Khulafa al-Rasyidin
(632-661 M), masa dinasti Umayyah di Damaskus (661-750 M), dan masa dinasti
Abbasiyah di Baghdad dan masa dari jatuhnya kekuatan Islam di Baghdad (750-1250
M).

Pendidikan Islam pada masa Umayyah yang masuk dalam periode klasik
memiliki beberapa kesamaan dengan pendidikan pada masa Khulafa al-Rasyidin.
Pendidikan pada masa ini masuk dalam fase pertumbuhan pendudukan Islam. Walaupun
demikian, pendidikan yang ada pada masa Umayyah tetap mempunyai perbedaan dan
juga perkembangannya sendiri.

Pendidikan Islam yang dimulai pada masa Nabi Muhammad berpusat di


Madinah. Ketika masa Umayyah pendidikan Islam mengalami perkembangan.
Mengingat Umayah banyak melakukan ekspansi, sehingga negara Islam bertambah luas
dengan pesatnya. Negara Islam telah meliputi seluruh Syria (Syam), Irak, Persia,
Samarkand, Mesir, Maghrib (Marokko), dan Spanyol

1.2 Rumusan Masalah


Dari permasalahan yang telah dijelaskan didalam latar belakang masalah, maka
rumusan masalah pada penelitian ini adalah :

1
1. Bagaimana asal dan sebab munculnya pendidikan islam pada masa dinasti
muawiyah
2. Bagaimana metodologi, media, materi pendidikan agama islam
3. Bagaimana dampak pendidikan islam dalam segi politik, sosial dan budaya

1.3 Tujuan Penelitian


Dari rumusan masalah yang telah dijelaskan maka tujuan penelitian ini adalah :
1. Mengkaji asal dan sebab munculnya pendidikan islam pada masa dinasti
muawiyah
2. Mengkaji metodologi, media, materi pendidikan agama islam
3. Mengkaji dampak pendidikan islam dalam segi politik, sosial dan budaya

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Asal dan sebab munculnya pendidikan islam pada masa dinasti muawiyah
Pada masa Umayyah berkembangnya pendidikan Islam tidak lepas dari perluasan
wilayah negara Islam yang diikuti oleh para ulama dan guru-guru agama yang juga ikut
bersama-sama tentara Islam. Pendidikan yang berkembang bersifat desentrasi, kajian
ilmu yang ada tersebar dan terpusat di kota-kota besar, diantaranya

1. Madrasah Makkah

Muaz bin Jabal adalah guru pertama yang mengajar di Makkah, sesudah
pendudukan Makkah takluk. Ia mengajarkan al-Quran dan mana yang halal dan haram.
Pada masa khalifah Abdul Malik bin Marwa, Abdullah bin Abbas pergi ke Makkah dan
mengajar di masjidil Haram, ia mengajar ilmu tafsir, fiqhi dan sastera. Ia adalah
pembangun madrasah Makkah. Kemudian ia digantikan murid-muridnya yaitu Mujahid
bin Jabar (meriwayatkan tafsir al-Qur’an dari Ibnu Abbas), ‘Athak bin Abu Rabah (ilmu
fiqih terutama manasik haji), dan Thawus (seorang Fukaha dan Mufti). Ketiga guru itu
meninggal dan digantikkan oleh Sufyan bin ‘Uyainah dan muslim bin Khalid Az-Zanji.
Keduanya adalah guru imam Syafi’i yang pertama. Kemudian ia hijrah ke Madinah
berguru pada Imam Malik.

2. Madrasah Madinah

Madrasah Madinah adalah tempat para sahabat menuntut ilmu. Adapun ulama-
ulama di Madinah adalah Umar bin Khattab, Ali bin Abi Thalib, Zaid bin Sabit, dan
Abdullah bin Umar bin Khattab. Namun, yang aktif mengajar agama Islam adalah Zaid
bin Sabit (ahli qiraat dan ahli fiqih, khususnya dalam faraid), dan Abdullah bin Umar
(ahli hadis). Setelah para ulama wafat digantikan oleh murid-muridnya, tabi’in, yaitu
Sa’id bin Al-Musaiyab (murid Zaid bin Sabit), dan ‘Urwah bin Az-Zubair bin Al-
Awam. Sesudah tingkat tabi’in digantikan oleh Ibnu Syihab Az-Zuhri al-Quraisyi (ahli
fiqhi dan hadis). Madrasah Madinah ini melahirkan Imam Malik bin Anas, imam
Madinah.

3
3. Madrasah Basrah

Ulama sahabat yang terkenal di Basrah adalah Abu Musa Al-Asy’ari (ahli fiqih,
ahli hadis, dan ahli al-Qura’an) dan Anas bin Malik (ilmu hadis). Madrasah Basrah
melahirkan ulama terkenal, besar, berbudi tinggi, saleh, fasih lidahnya, dan berani
mengeluarkan pendapatnya, ia adalah Al-Hasan Basry (ahli fiqih, ahli pidato dan kisah,
ahli fikir, serta ahli tasawuf). Ada pula Ibnu Sirin yang pernah belajar pada Zaid bi
Sabit, Anas bin Malik, dan lain-lain. Ia ahli hadis dan hidup semasa dengan al-Hasan
Basry.

4. Madrasah Kufah

Ulama di Kufah ialah Ali bin Abu Talib dan Abdullah bin Mas’ud. Ali lebih
banyak menangani politik dan urusan peperangan. Sedangkan Ibnu Mas’ud mengajarkan
ilmu al-Qur’an dan ilmu agama, ia juga ahli tafsir dan ahli fiqih. Madrasah Kufah
melahirkan Nu’man, Abu Hanifah.

5. Madrasah Damsyik (Syam)

Madrasah Agama di Syam didirikan oleh Mu’az bin Jabal, ‘Ubadah dan Abud-
Dardak. Ketiganya mengajar al-Qur’an dan ilmu agama di negeri Syam pada tiga
tempat, yaitu Abud-Dardak di Damsyik, Mu’az bin Jabal di Palestina dan ‘Ubadah di
Hims. Selanjutnya mereka di gantikan oleh murid-muridnya, tabi’in, seperti Abu Idris
al-Khailany, Makhul Ad-Dimasyki, Umar bin Abdul Aziz dan Rajak bin Haiwah.
Madrasah ini melahirkan imam penduduk Syam, yaitu Abdurrahman al-Auza’iy yang
ilmunya sederajat dengan imam Malik dan Abu Hanifah. Namun, mazhabnya yang
tersebar di Syam sampai ke Maghrib dan Andalusia lenyap karena pengaruh mazhab
Syafi’i dan Maliki.

6. Madrasah Fistat (Mesir)

Ketika Mesir telah menjadi negara Islam, Mesir menjadi pusat ilmu-ilmu agama.
Di Mesir mempunyai madrasah yang didirikan oleh Abdullah bin ‘Amr bin al-‘As.
Ulama-ulama yang ada di Mesir yaitu Yazid bin Abu Habib An-Nuby. Ia menyiarkan

4
ilmu fiqhi dan menjelaskan apa saja yang haram dan halal dalam agama Islam. selain itu
ada pula Abdullah bin Abu Ja’far bin Rabi’ah. Yazid mempunyai murid bernama
Abdullah bin Lahi’ah dan al-Lais bin Said. Abdullah tidak hanya belajar kepada Yazid,
tetapi juga kepada tabi’in. Sedangkan al-Lais pernah menuntut ilmu di Mesir, Makkah,
Baitul-Maqdis, dan Baghdad. Ia bahkan berhubungan dengan imam Malik dan
berkiriman surat.

7. Pola Pendidikan Islam pada Masa Umayyah

Pola pendidikan yang berkembang pada masa ini sebenarnya sama dengan
pendidikan yang berkembang pada masa sekarang. Pendidikan yang ada pada waktu itu
terbagi menjadi tiga tingkatan yaitu, tingkat pertama, tingkat menengah, dan tingkat
tinggi. Adapun tempat belajar pada waktu itu terbagi menjadi tiga, yaitu Kuttab, Masjid,
dan Majelis Sastra.

Kuttab adalah tingkat pertama untuk belajar menulis, membaca atau menghafal al-
Qur’an dan mempelajari pokok-pokok dari agama Islam. Disamping itu murid-murid
juga mempelajari tata bahasa Arab, cerita-cerita nabi, hadis dan pokok agama. Peserta
yang dididik terdiri dari anak-anak dari lapisan sosial manapun. Bahkan, sebagian anak-
anak yang kurang mampu diberi makan dan pakaian dengan cuma-cuma. Anak-anak
perempuan pun diberi hak belajar yang sama dengan laki-laki. Setalah lulus, maka
murid-murid melanjutkan pendidikan ke Masjid.

Masjid merupakan pusat pendidikan yang terdiri dari tingkat menengah dan
tingkat tinggi. Pendidikan tingkat menengah kembali mendalami al-Qur’an, Tafsir,
Hadis, dan Fiqih. Selain itu, murid-murid juga diajarkan kesusasteraan, sajak, gramatika
bahasa, ilmu hitung, dan ilmu perbintangan. Masjid dijadikan sebagai pusat aktifitas
ilmiah. Pada tingkat menegah gurunya belumlah ulama besar, berbeda halnya dengan
tingkat tinggi yang diberi pengajaran oleh ulama yang memiliki ilmu yang mendalam
dan termasyhur kealiman dan kesalehannya.

Umumnya pelajaran yang diberikan guru kepada muridnya pada tingkat pertama
dan menengah dilakukan satu persatu atau perseorangan. Sedangkan pada tingkat tinggi
pelajaran diberikan dalam satu halaqah yang dihadiri oleh para pelajar secara bersama-
sama.Selain itu, adapula Majelis Sastra yang merupakan tempat berdiskusi membahas

5
masalah kesusasteraan dan juga sebagai tempat berdiskusi mengenai urusan politik.
Perhatian penguasa Umayyah sangat besar pada pencatatan kaidah-kaidah nahwu,
pemakaian Bahasa Arab dan mengumpulkan syair-syair Arab dalam bidang Syariah,
kitabah dan berkembangnya semi prosa.Bahkan dilakukan pula penterjemahan ilmu-
ilmu dari bahasa lain kedalam bahasa Arab.

Berdasarkan uraikan diatas dapat dikatakan bahwa perkembangan pendidikan


Islam tidak lepas dari peranan ulama-ulama yang begitu giat mempelajari ilmu. Para
ulama mendirikan madrasah-madrasah pada tiap-tiap kota. Kecintaan para ulama
terhadap ilmu membuat mereka tergerak mempelajari ilmu tidak hanya pada satu ulama.
Sehingga mereka melakukan pengembaraan ke berbagai tempat untuk menambah ilmu
agama.

Ulama-ulama yang ada memiliki murid-murid, jadi ketika ulama tersebut wafat
murid-muridnya, ulama tabi’in akan melanjutkan perjuangan untuk menuntut ilmu.
Begitu seterusnya sampai kepada kita sekarang. Dengan adanya interaksi yang baik
antara guru dan murid inilah yang menciptakan suatu keharmonisan dalam proses
pembelajaran berbagai ilmu pengetahuan. Pencarian ilmu yang dilakukan oleh
pencinta ilmu yang dilakukan dengan mengembara ke berbagai wilayah atau negara
lain untuk belajar kepada ulama tertentu juga mengindikasikan adanya percampuran
budaya setempat dengan Islam.

2.2 Bagaimana Metodologi, Media, Materi Pendidikan Agama Islam


2.2.1 Metodologi Pendidikan Agama Islam
Metode pembelajaran pertama yang seringkali digunakan dalam pelajaran PAI
adalah metode konvensional atau ceramah. Jenis metode yang satu ini dilakukan dengan
menyampaikan informasi secara lisan. Metode ini dikenal sebagai cara yang paling
praktis dan ekonomis. Hal tersebut berkaitan dengan penggunaan metode tersebut yang
tidak membutuhkan alat bantu. Metode ini umumnya digunakan untuk mengatasi masalah
kelangkaan literatur. Seperti halnya sumber informasi yang sulit untuk dijangkau oleh
siswa dan lainnya.

1. Metode diskusi

6
Metode pembelajaran PAI yang satu ini umumnya dikaitkan dengan cara belajar
pemecahan masalah. Karena itulah, metode belajar yang satu ini umumnya dilakukan
secara berkelompok.
2. Metode demonstrasi
Berbeda dengan beberapa metode di bagian atas tadi. Untuk metode demonstrasi
umumnya digunakan dengan melakukan proses tertentu. Seperti halnya pembelajaran
PAI yang dilakukan dengan memanfaatkan benda atau bahkan bahan ajar lainnya.
Bahan ajar atau benda yang digunakan dalam proses belajar tersebut. Tentunya akan
memberikan gambaran dari dunia nyata mengenai apa yang dipelajari olehnya. Karena
itulah cara belajar ini juga dikenal sebagai cara belajar praktikum.

Jika dilihat dari proses pembelajarannya, metode yang satu ini memberikan manfaat
yang luar biasa. Hal ini terbukti dari siswa yang menjadi lebih tertarik dengan
pelajaran tersebut juga dapat lebih fokus pada materi yang dipelajari. Tidak hanya itu,
dengan kegiatan praktek, tentunya setiap siswa akan memiliki pengalaman yang sesuai
dengan pelajarannya.
3. Metode ceramah plus
Metode lainnya yang juga seringkali digunakan oleh para guru atau tenaga
pendidikan adalah ceramah plus. Metode yang satu ini dilakukan dengan cara lisan
namun juga disertai dengan metode lainnya. Seperti halnya beberapa kombinasi dari
metode berikut ini :
1) Metode ceramah plus tanya jawab
2) Metode ceramah plus diskusi dan tugas
3) Metode ceramah plus demonstrasi juga latihan soal.

2.2.2 Media Pendidikan Agama Islam


Media pembelajaran Pendidikan Agama Islam dapat dikelompokkan menjadi
beberapa jenis, yaitu:

a. Media yang bersifat benda


1) Media visual, misal: grafik, diagram, chart, bagan, poster, dan komik.
2) Audial, misal: radio, tape recorder, dan laboratorium.
3) Projected still media, misal: slide, OHP, dan infocus.

7
4) Projected motion media, misal: film, televisi, video, komputer, dan internet.
b. Media yang bersifat bukan benda

Media yang bersifat bukan benda meliputi keteladanan, perintah/larangan, dan


ganjaran/hukuman. Setiap media pembelajaran memiliki karakteristik masing-masing,
khususnya kelebihan dan kekurangannya. Oleh karena itu, guru harus benar-benar
memperhatikan karakteristik dari masing-masing media tersebut. Ketika media yang
dipilih tidak tepat, maka pembelajaran tidak akan berjalan lebih baik, karena media
pembelajaran tidak dapat berfungsi dengan baik sebagai alat bantu yang memperlancar
kegiatan belajar mengajar.

2.2.3 Materi Pendidikan Agama Islam


Materi Pendidikan Agama Islam di madrasah Aliyah meliputi: Al-Qur’an dan
Hadits, Aqidah, Akhlak, Fiqih dan Sejarah Kebudayaan Islam, diajarkan masing-masing
oleh seorang guru. Adapun pemetaaan mengenai mata pelajaran Pendidikan Agama Islam
di madrasah aliyah, sebagaimana yang tertuang dalam peraturan menteri agama nomor 2
tahun 2008 tentang standar kompetensi lulusan madrasah. Secara umum, peraturan
menteri ini mengatur tentang Standar kompetensi lulusan madrasah, standar kompetensi
dan kompetensi dasar bahasa arab dan mata pelajaran agama untuk MI, MTs, MA dan
MA program keagamaan dan struktur kurikulum pendidikan di madrasah. Sebagaimana
penjelasan Standar kompetensi materi PAI di bawah ini:

a. Al-Qur’an Hadits

Standar kompetensi materi Al-Qur’an Hadits meliputi; isi pokok al-Qur’an,


fungsi, dan bukti-bukti kemurniannya, istilah-istilah hadis, fungsi hadis terhadap al-
Qur'an, pembagian hadis ditinjau dari segi kuantitas dan kualitasnya, serta memahami dan
mengamalkan ayat-ayat al-Qur'an dan hadis tentang manusia dan tanggung jawabnya di
muka bumi, demokrasi serta pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologib

b. Akidah Akhlak

Standar kompetensi materi Akidah Akhlak meliputi; istilah-istilah akidah, prinsip-


prinsip, aliran-aliran dan metode peningkatan kualitas akidah serta meningkatkan kualitas
keimanan melalui pemahaman dan pengahayatan al-asma' al-husna serta penerapan

8
perilaku bertauhid dalam kehidupan, istilah-istilah akhlak dan tasawuf, menerapkan
metode peningkatan kualitas akhlak, serta membiasakan perilaku terpuji dan menghindari
perilaku tercela.

c. Fikih

Standar kompetensi materi Fikih meliputi; sumber hukum Islam dan


hukum taklifi, prinsip-prinsip ibadah dan syari’at dalam Islam, fikih ibadah, mu'amalah,
munakahat, mawaris, jinayah, siyasah, serta dasar-dasar istinbat} dan kaidah usul fikih.

d. Sejarah Kebudayaan Islam

Standar kompetensi materi Sejarah Kebudayaan Islam meliputi; sejarah dakwah


Nabi Muhammad pada periode Makkah dan periode Madinah, masalah kepemimpinan
umat setelah Rasulullah SAW wafat, perkembangan Islam pada abad klasik/zaman
keemaasan (650 - 1250 M), abad pertengahan/zaman kemunduran (1250 M –1800 M),
masa modern/zaman kebangkitan (1800-sekarang), serta perkembangan Islam di
Indonesia dan di dunia.Fakta kehidupan sosial, budaya, politik, ekonomi, iptek dan seni,
dan tokoh-tokoh Islam yang berprestasi dalam perkembangan sejarah
kebudayaan/peradaban Islam.

Pendidikan Agama Islam memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Al-Qur’an


Hadits menekankan pada kemampuan baca tulis yang baik dan benar, memahami makna
secara tekstual dan kontekstual serta mengamalkan kandungannya dalam kehidupan
sehari-hari. Aspek Akidah menekankan pada kemampuan memahami dan
mempertahankan keyakinan atau keimanan yang benar serta menghayati dan
mengamalkan nilai-nilai Asma’u al-Husna. Aspek Akhlak menekankan pada pembiasaan
untuk melaksanakan akhlak terpuji dan menjauhi akhlak tercela dalam kehidupan sehari-
hari. Aspek Fikih menekankan pada kemampuan cara melaksanakan ibadah dan
mu’amalah yang benar dan baik. Aspek Sejarah Kebudayaan Islam menekankan pada
kemampuan mengambil ibrah} dari peristiwa-peristiwa bersejarah (Islam), meneladani
tokoh berprestasi dan mengaitkannya dengan fenomena sosial, budaya, politik, ekonomi,
iptek, dan seni, untuk mengembangkan kebudayaan dan peradaban Islam

2.3 Bagaimana dampak pendidikan islam dalam segi politik, sosial dan budaya

9
2.2.1 Dampak Pendidikan Islam Dalam Segi Politik
Sebagaimana kita ketahui bersama, pendidikan Islam di Indonesia hadir seiring
dengan kehadiran Islam di Indonesia. Islam yang lekat dengan ajaran edukasi melalui
budaya membaca dan tulis, sejak awal diwujudkan lewat pengajian, halaqah, dan lainnya
menjadikan aktivitas pendidikan berlangsung di masjid, di rumah-rumah, surau,
pesantren dan lain-lain. Tapi secara khusus disebut-sebut pendidikan Islam di Indonesia
telah dimulai pada awal abad XX hingga dewasa ini merupakan perjalanan yang cukup
panjang (Amirullah, 2015: 10). Perkembangan pendidikan Islam di Indonesia tidak lepas
dari peran politik penguasa. Sebagai bagian dari sistem pendidikan Nasional, pendidikan
Islam menjadikan pancasila, undang-undang, keputusan MPR atau yang lainnya, sebagai
dasar pelaksanaannya. Dalam kajian ini, penulis membatasi pada historis perkembangan
pendidikan Islam di Indonesia pada empat periode yaitu masa pra-kemerdekaan, masa
orde lama, masa orde baru, dan masa reformasi.

2.3.2 Dampak Pendidikan Islam Dalam Segi Sosial Budaya


Pendidikan Agama Islam dalam menciptakan perubahan dan kemajuan peradaban
bangsa. Pendidikan agama Islam sebagai pondasi utama dalam menciptakan generasi
yang berkualitas dan berdaya guna, dengan pendidikan yang mumpuni dan sesauai
dengan hakikat dari pendidikan agama Islam. Dalam tulisan ini, penulis menjabarkan
akan beberapa hal yang menjadi dasar dalam memahami akan pendidikan agama Islam di
era modern. Perkembangan dan perubahan yang kian pesat menghantarkan pada
kenyataan, bahwa kualitas generasi hendaknya memiliki ideologi pemahaman yang dapat
mengikuti perkembangan zaman.

Kompleksitas permasalahan sosial yang terjadi pada era modern membutuhkan


teori sosial, sebagai alat dalam menentukan solusi masalah sosial suatu bangsa dalam
menciptakan peradaban dan mebudayakan kebudayaan bangsa. Pada tulisan ini, penulis
membahas teori kritik sebagai salah satu teori yang tepat dalam menjawab kompleksitas
masalah di era modern. Perkembangan di era modern membutuhkan generasi madani,
generasi yang tidak hanya memahami akan tekstualis dalam pemahaman agamanya.
Pendidikan Agama Islam diharapkan dapat menghasilkan generasi yang berkulitas,
sehingga mampu mensinergikan penegtahuan yang dimilikinya dan teraplikasi dengan
baik dalam hubungan bermasyarakat, sehingga mampu menjawab berbagai permasalahan

10
sosial budaya. Agama tidak lagi dijadikan alat untuk ajang promosi ibadah atau
mengharapkan imbalan pahala dan surga semata, melaikan agama dapat mengembalikan
hakikat sesungguhnya.

Agama menjadi penuntun dan petunjuk dimana aturan-aturan yang berlaku


disadari dan dipahami oleh manusia sehingga kehidupannya di dunia tidak kacau.
Agama Islam merupakan agama yang memiliki kesempurnaan dalam aturannya, namun
manakala manusia yang meyakini bahwa agama Islam adalah agama yang sempurna
tetapi tidak memiliki pemahaman yang benar akan agamanya, tentunya agama Islam
sebagai agama rahmatan lil alamin tidak akan terimplementasi dengan baik dalam
kehidupan manusia di dunia. Pemahaman manusia tersebut jika tidak didukung dengan
pendidikan agama yang benar, pada akhirnya manusia tidak akan memahami akan
hakikat beragama sesungguhnya. Manusia yang beragama adalah manusia beradab,
manusia yang beradab akan mampu menciptakan peradaban dan memahami akan
hakikat dirinya sebagai mahluk sosial.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari pemaparan di atas, pembahasan dalam kajian ini dapat disimpulkan dalam
beberpa point berikut:

a. Islam masuk ke wilayah negara Malaysia, terutama pada kerajaan Malaka adalah
melalui para saudagar Muslim dari India dan Arab-Persia sekitar abad ke 7 M.Adapun
perkembangan ajaran Islam secara luas berlangsung sekitar abad 13, dengan
ditemukannya inskripsi-inskripsi yang bernuansa Islam.
b. Pemikiran dan Gerakan politik Islam lebih intensif sejak perjuangan kompromi politik
untuk mendapatkan kemerdekaan dari kolonilais Inggeris. Gerakan politik Islam
menemukan momentumnya yang spektakuler yakni menempatkan Islam sebagai agama
resmi negara dan menempatkan etnis Melayu sebagai kelompok spesial (special
privileges).
c. Gerakan politik Islam yang dikendalikan oleh partai politik pemegang tampuk
kekuasaan, yaitu UMNO, meskipun beraliran Islam inklusif dan menjunjung tinggi nilai

11
nilai nasionalisme, kiprahnya tetap mengutamakan nilai nilai Islam. Adapun partai
oposisi seperti PAS yang lebih beraliran “fundamentalis” dalam arti etik sebenarnya
keinginannya telah teradopsi oleh partai penguasa. Artinya bahwa kedua partai tersebut
menguntungkan keberadaan agama Islam.

3.2 Saran
Makalah ini masih jauh dari kata sempurna maka dari itu penulis meminta
saran yang membangun dari pembaca supaya makalah ini menjadi lebih sempurna

12
DAFTAR PUSTAKA
Arsyad, Azhar. 2011. Media Pembelajaran. RajaGrafindo Persada, Jakarta.

Basyiruddin Usman dan Asnawir. 2002. Media Pembelajaran. Ciputat Pers, Jakarta.

Basyiruddin Usman. 2002. Metodologi Pembelajaran Agama Islam. Ciputat Pers,


Jakarta.

Daradjat, Zakiah. 1984. Ilmu Pendidikan Islam. Bumi Aksara, Jakarta.

Nawawi, Hadari. 1993. Pendidikan Dalam Islam.Al-Ikhlas, Surabaya.

http://www.google.co.id/imgres?imgurl (2013, Mei 1)

Ramayulis. 2002. Ilmu Pendidikan Islam. Kalam Mulia, Jakarta.

Ramayulis. 2011. Filsafat Pendidikan Islam: Telaah Sistem Pendidikan dan Pemikiran

para Tokohnya. Kalam Mulia, Jakarta.

Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Rineka
Cipta, Jakarta.

13

Anda mungkin juga menyukai