Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

PERKEMBANGAN PEMIKIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Kelompok dan Dipresentasikan Pada Mata


Kuliah Pendidikan Islam

Dosen Pengampu :
Ahmad Budiono, S.Pd.I, M.Pd

Oleh
Kelompok 4 :
1. Lailatun Nikmah (2020. 112.01.4294)
2. Sendi Ardia cahyaningtyas

PRODI S-1 PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


SEKOLAH TINGGI IMU TARNIYAH
AL URWATUL WUTSQO - JOMBANG

1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT sebab atas segala rahmat, karunia, serta
taufik dan hidayah-Nya, makalah ini dapat diselesaikan tepat waktu. Sholawat dan
salam semoga tercurah kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW., keluarga,
dan sahabat-sahabatnya, serta pengikutnya hingga akhir.
Sekaligus kami menyampaikan rasa terimakasih yang sebanyak- banyaknya
kepada selaku Bapak Ahmad Budiono, S.Pd.I, M.Pd selaku dosen mata kuliah
“Filsafat Pendidikan Islam” STIT AL- URWATUL WUTSQO Jombang yang
telah menyerahkan kepercayaannya kepada kami guna menyelesaikan makalah ini
dengan tepat waktu. Kami sangat berharap dengan adanya makalah mengenai
“PERKEMBANGAN PEMIKIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM”
Makalah ini bukanlah karya yang sempurna karena masih memiliki banyak
kekurangan, baik dalam hal isi maupun sistematika dan teknik penulisannya. Oleh
sebab itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran. Semoga makalah ini bisa
memberikan manfaat bagi penulis dan bagi pembaca. Aamiin

Jombang, 25 Januari 2023

Penyusun

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.........................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah............................................................................4
B. Rumusan Masalah.....................................................................................4
C. Tujuan Masalah.........................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN
A. Periode kebangkitan islam.........................................................................5
B. Periode keemasan peradaban islam...........................................................6
C. Periode modern dan
kontemporel.........................................................................7
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan................................................................................................11
B. Saran..........................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 12

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia dikatakan sebagai khalifah di muka bumi, memiliki suatu tanggung
jawab yang besar. Karena itu dalam bentuk penciptaanya juga berbeda dengan
makhluk lain, hal ini terbukti dengan adanya akal yang diberikan Allah Swt
kepada manusia. Akal sebagai daya berfikir yang ada pada diri manusia, berusaha
keras untuk sampai kepada diri Tuhan melalui suatu jalan yang benar dalam
pandangan akal manusia tersebut. Dalam mencari kebenaran, Allah Swt tidak
hanya memberikan kemampuan berpikir saja melainkan juga memberikan wahyu
sebagai pengkhabaran dari alam metafisika turun kepada manusia dengan
keterangan-keterangan tentang Allah dan kewajiban-kewajiban manusia terhadap
Allah Swt.
Para ilmuan membahas masalah-masalah keagamaan tidak semata-mata
berpegang pada wahyu Allah tetapi banyak pula yang bergantung pada pendapat
akal. Peran akal yang besar dalam pembahasan masalah-masalah keagamaan
dijumpai bukan saja dalam salah satu bidang keilmuan tetapi juga dalam bidang
filsafat, fikih, tauhid, dan bidang-bidang kajian keagamaan lainnya.

B. Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan pokok
permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimana periode kebangkitan islam ?
2. Bagaimana periode keemasan peradaban islam ?
3. Bagaimana periode modern dan kontemporel ?

C. Tujuan Masalah
Sesuai dengan permasalahan tersebut di atas, maka tujuan dalam karya ilmiah ini
adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui periode kebangkitan islam
2. Mengetahui periode keemasan peradaban islam
3. Mengetahui periode modern dan kontemporel

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. PERIODE KEBANGKITAN ISLAM


            Falsafat pendidikan islam diperkirakan berkembang sejalan dengan latar
belakang sejarah perkembangan aagama islam. Seperti diketahui penyebaran
agama islam berawal dari makkah kota kelahiran Rasul SAW. Namun islam baru
membangun dirinya sebagai peradapan yang lengkap di periode madinah. Sebagai
ibukota, madinah berperan sebagai pusa peradaban baru yang didasarkan pada
konsep ajaran agama islam. Disinilah rasulullah dan para sahabat membuktikan
manusia zamannya bahwa islam sebagai agama yang mampu dan berhasil menata
negara atas dasar ajran agama islam, dalam bentuk komuntas yang disebut dengan
ummah. Dr.Jalaludin dan Drs. Usman Said. Fisafat Pendidikan Islam. Jakarta:PT.
Raja Grafindo Persada. 1996. Hal.115
Disini terlihat missi keaagaamaan yang dijalankan rasulullah dan para
sahabat bukan hanya terbatas pada masalah agama semata. Missi beliau yang
berintkan ajaran tauhid, yang secara mendasar diintensifkan selama periode
makkah. Ternyata secara luwes tetapi konsisten mampu dikembangkanmenjadi
paket yang berisi muatan peradaban manusia dengan seluruh aspeknya.
Adapun pemikiran-pemikiran yang ditimbulkan oleh pengaruh kondisi dan
situasi tersebut dalam berbagai bidang, sesuai dengan kepentingan masanya.
Dalam kaitannya dengan munculnya pemikiran-pemikiran barudalam masalah
keislaman ini, barangkali pemikiran pemikiran falsafah pendidkan islam juga
telah muncul sejak awal-awal perkembangan islam.
Periode ini meliputi masa kehidupan nabi Muhammad SAW. Da masa
pemerintahan khulafa’ al-rasyiddin. madinah periode awal perkembanangan islam
ini dibedakan dari periode berikutnya dengan pertimbangan bahwa masa
kekuasaan nabi dan para penggantinya. Kekuasaan islam berpusat diarab. Dan
menggingat masa antara kehidupan Nabi SAW. Dan masa penggantinya realtif 29
tahun. Jarak yang sesingkat itu diperkirakan kndisi semasa Nabi SAW, dengan
para penggantinya tidak jauh beda.

5
            Pemikiran menggenai filsafat endidikan pada periode awal ini, merupakan
perwujudan dari kandugan aya-ayat Al-Qur’an dan hadits, yang keseluruhannya
membentuk kerangka umum ideologi islam. Dengan kata lain, kata Hasan
langgunlung, bahwa pmikiran pendidkan islam dilihat dari segi Al-Qur’an dan
hadist, tidaklah muncul sebagai peikiran yang terputus, terlepas hubungannya
dengan masyarakat seperi yang digambarkan oleh islam. Pemikiran itu berbeda
dengan kerangka paradigma umum bagi masyarakat yang dikehendaki oleh islam.
Dengan demikian pemikiran mengenai pendidikan ang kita lihat dalam Al-Qur’an
dan Hadist mendaatkan ilmiahnya (Hasan langgulung, 1987:120)
            Diperiode kehidupan Rasul SAW, ini tampaknya dmulai terbentuk
pemikiran pendidikan yang bersumber dari Al-Qur’an dan Hadist secara murni.
Jadi hal-hal yang berkaitan dengan pendidikan berbentuk pelaksanaan ajaran Al-
Qur’an yang diteladani oleh masyarakat dari prilaku hidup Nabi Muhammad
SAW.
            Pemikiran filsafat pendidikan islam pada periode awal ini terfokus pada
upaya pengalikasi nilai-nilai akhlak mulia dalam kehidupan, dengan menjadikan
perikehidupan Rasullah SAW. Sebagai rujukan teladang langsung. Dengan kata
lain, orientasi pemikiran filsafat pendidikan islam ketika itu adalah bagaimana
memenuhu tuntutan hidup perilaku yang islami. Di sini terlihat pemikiran filsafat
pendidikan islam belum tercemar oleh unsur luar. Dr.Jalaludin dan Drs. Usman
Said. Fisafat Pendidikan Islam. Jakarta:PT. Raja Grafindo Persada. 1996. hal. 124
B. PEREODE MASA KEEMASAN PERADABAN ISLAM
Zaman Keemasan Islam (750 M - 1258 M) adalah masa ketika para filsuf,
ilmuwan, dan insinyur dari Dunia Islam menghasilkan banyak kontribusi terhadap
perkembangan teknologi dan kebudayaan, baik dengan menjaga tradisi yang telah
ada ataupun dengan menambahkan penemuan dan inovasi mereka sendiri.
Banyak dari perkembangan dan pembelajaran ini dapat dihubungan dengan
geografi. Bahkan sebelum kehadiran Islam, kota Mekah adalah pusat perdagangan
di Jazirah Arab dan Nabi Muhammad SAW sendiri merupakan seorang pedagang.
Tradisi ziarah ke Mekah menjadi pusat pertukaran gagasan dan barang.
Pengaruh yang dipegang oleh para pedagang Muslim atas jalur perdagangan
Afrika-Arab dan Arab-Asia sangat besar sekali. Akibatnya, peradaban Islam
tumbuh, berkembang, dan meluas dengan berdasarkan pada ekonomi dagangnya,
berkebalikan dengan orang-orang Kristen, India, dan Tiongkok yang membangun
masyarakat dengan berdasarkan kebangsawanan kepemilikan tanah pertanian.
Pedagang membawa barang dagangan dan menyebarkan agama mereka ke
Tiongkok (berujung pada banyaknya penduduk Islam di Tiongkok dengan
perkiraan jumlah sekitar 37 juta orang, yang terutama merupakan etnis Uyghur
Turk yang wilayahnya dikuasai oleh Tiongkok), India, Asia tenggara, dan

6
kerajaan-kerajaan di Afrika barat. Ketika para pedagang itu kembali ke Timur
Tengah, mereka membawa serta penemuan-penemuan dan ilmu pengetahuan baru
dari tempat-tempat tersebut.
Hanya dalam bidang filsafat, para ilmuwan Islam relatif dibatasi dalam
menerapkan gagasan-gagasan non-ortodoks mereka. Meskipun demikian, Ibnu
Rushd dan polimat Persia Ibnu Sina memberikan kontribusi penting dalam
melanjutkan karya-karya Aristoteles, yang gagasan-gagasannya mendominasi
pemikiran non-keagamaan dunia Islam dan Kristen.
Mereka juga mengadopsi gagasan-gagasan dari Tiongkok dan India, yang
dengan demikian menambah pengetahuan mereka yang sudah ada sebelumnya.
Ibnu Sina dan para pemikir spekulatif lainnya seperti al-Kindi dan al-Farabi
menggabungkan Aristotelianisme dan Neoplatonisme dengan gagasan-gagasan
lainnya yang diperkenalkan melalui Islam.
Literatur filsafat Arab diterjemahkan ke dalam bahasa Latin dan bahasa
Ladino, yang ikut membantu perkembangan filsafat Eropa modern. Sosiolog-
sejarawan Ibnu Khaldun, warga Kartago Konstantinus orang Afrika yang
menerjemahkan naskah-naskah kedokteran Yunani dan kumpulan teknik
matematika Al-Khwarizmi adalah tokoh-tokoh penting pada Zaman Kejayaan
Islam. Pada masa ini juga terjadi perkembangan filsuf non-Muslim. Filsuf Yahudi
Moses Maimonides yang tinggal di Andalusia adalah salah satu contohnya.
C. PERIODE MODERN DAN KONTEMPORER
1. PERIODE MODERN
            Periode modern ini dimulai sejak tahun 1800 M. menjelang periode
modern ini, setelah Bani Abbas dan Bani Ummayah secara plitik dapat
dilumpuhkan, kekuasaan islam masih bisa dipertahankan. Tiga kerajaan besar
yaitu kerajaan Turki Usmani (Eropa Timur dan Asia Afrika), kerajaan Safawi
(Persia), dan kerajaan Mughol (India) masih memegang hegemoni kekuasaan
islam. Namun menjelang abad ke-17dan awal abad ke-18 kerajaan-kerajaan islam
tersebut, satu persatu dapat dikuasai oleh bangsa Eropa (Barat).
Harun nasution menyatakan, “Di masa ini kekuatan militer dan politik umat
islam menurun, dengan hilangnya monopoli perdagangan antara timur dan barat,
perekonoman kerajaa islam jatuh. Ilmu pengetahan di dunia Islam mengalami
signatasi diisi oleh aliran terikat yang cenderung bersifat khurafat dan supertisi.
Hal ini membawa masyarakat dunia islam kesikap fatalis. Dan akhirnya dunia
Islam mengalami kemunduran”. 
Dipihak lain negara-negara yang mulai bangkait sejak masa renaissance
(pencerahan) dan tumbuh menjadi negara-negara kaya dan maju. Faktor ini pula
tampaknya yang menjadi salah satu penyebab bangsa-bangsa barat dapat melua

7
kekuasaannya dan kemudian menguasai kerajaan-kerajaan islam. Selain itu
tampak faktor dari dalam mempercepat kejatuhan wilayah kekuasaan-kekuasaan
kebangsa barat. Di abad ke-18, jistru pada waktu orang eropa barat mulai
mengagumi dan meromantiskan peradaban islam, islam sendiri merasa bahwa
mereka berada dalam kemunduran. (Edward Mortimer, 1984:84). Karena itu tak
mengherankan saat terjadi perubahan ekonomi di dunia (Barat) maka dipermulaan
diabad ke-18 kekuatan kristen mulai menunjukkan kehebatan militerny. Sejak saat
itu kolonialisme barat mengarah wilayah-wilayah timur yang dikuasai oleh
kerajaan-kerajaan islam.
Negara-negara eropa sebagai industri, bagaimanapun membutuhkan negara
timur untuk dijadikan sebagai sebagai koloni mereka. Alasan penjajahan ini erat
kaitannya dengan kebutuhan industri mereka akan baa baku sekaligus sebagai
pemasaran bahan industri yang mereka hasilkan. Dan wilayah-wilayah timur
bekas kerajaan-kerajaan islam memiliki hasil bumi yang mereka butuhkan serta
jumlah penduduk yang memebutuhkan hasil industri barat. Makanya negara maju
di wilayah eropa seperti Inggris, Spanyol, Prancis, Belanda, Jerman, Italia,
Portugal, pernah menduduki penguasaan muslim, berusaha menanamkan
kekuasaannya diwilayah-wilayah kekuasaan islam dan timur lainnya.
Berbeda kaitannya dengan negara eropa selatan yaitu, Portugal dan Spanyol,
yang menjarah wilayah timur lebih didorong oleh keinginan membalas dendam
kepada orang-orang muslim, maka lima negara eropa lainya lebih berniat terhadap
menguasai perdagangan. Dan tak mengherankan bahwa negara-negara barat
bersaing untuk merebut wilayah-wilayah yang diperkirakan dapat dijadikan
sebagai bahan sumber industri mereka. 
Dalam kaitannya dengan kepentingan ekonomi tersebutlah maka negara-
negara tadi berupaya sekuat tenaga untuk mentransfer nilai-nilai peradaban yang
mereka miliki ke wilayah koloni msaing-masing. Diwilayah-wilayah tersebut
terjadi usaha pembaratan, melalui berbagai jalur yang memungkinkan seperti jalur
pemeritahan, pendidikan dan pola kehidupan sehari-hari. Dan untuk kepentingan
tersebut, pribumi diperlakukan sebagai masyarakat kelas tiga, dibawah kedudukan
masyarakat eropa asli dan eropa campuran. Setatus sebagai masyarakat kelas
rendah ini diberlakukan dalam segala lapangan kehidupan baik dalam bidang
pemerintahan, pilitik, pendidikan, maupun bidang pergaulan dimasyarakat.
Pengaruh pembaratan yang berlangsung sejak akhir abad ke-17 atau awal
abad ke-18 itu mulai disadari oleh para intelektual di negara-negara islam
menjelang akhir abad ke-19. Dibidang pendidikan, pengaruh pembaratan itu
tampaknya telah meninggalkan bekas yang cukup mendalam dinegara-negara
islam. Sehingga saat negara islam yang satu pesatu lepas dari kekuasaan kolonial
dan menjadi negara yang berdaulat. Masalah ini merupakan bagian yang paling
banyak dijadikan pembicaraan, terutama dikalangan tkoh-tokoh pemikirnya.

8
Para pemimpin dan pemikir muslim yang berusaha mengembalikan pamor
islam setelah mengalami kemerosotan selama berada dibawah kekuasaan negar-
negara barat dihadapkan pada dilema. Tujuan yang diarahkan untuk memebalas
tantangan barat itu menurut beberapa pengamat berkisar pada dua masalah pokok
yaitu:
1) umat islam harus menemukan sumberkekuatan barat dan merakamnya
untuk memeperkuat masyarakat sendiri;
2) umat islam harus berasatu dalam melawan kekuasaan barat. (Edward
Montimer:77) . walaupun tidak persis benar namun dilema tersebut
memebekas dalam bidang, pendidikan dinegara-negara islam di abad
modern hingga sekarang,. Sejumlah pemikiran mengenai pendidikan
dikemukakan oleh para tokoh-tokoh pembaru dalam bidang pendidikan
diberbagai negara islam.

3. PERIODE KONTEMPORER
Salah satu persaingan yang cukup ketat di dunia dewasa ini adalah
persaingan di bidang sains dan teknologi. Umat Islam di berbagai belahan dunia
saat ini tertinggal jauh bila dibandingkan umat-umat lainnya. Dominasi barat
(Amerika, Eropa, Australia) atas peradaban modern di tambah dengan
kebangkitan Asia Timur (China, Jepang, Korea, dsb) menunjukkan betapa posisi
umat Islam dalam kancah internasional sangat memprihatinkan.
Kontribusi umat-umat lain di bidang sains dan teknologi cukup besar, di sisi
lain umat Islam baik di negara-negara islam maupun berpenduduk mayoritas
muslim bangga sebagai konsumen produk-produk impor.
Tulisan singkat ini bertujuan untuk melacak pengalaman muslim masa lalu
sekaligus melihat kemungkinan-kemungkinan positif yang dapat diadopsi bagi
umat Islam masa kini sehingga  kembali mampu memegang hegemoni sebagai
masyarakat yang superior atau setidaknya mampu bersaing dengan masyarakat
dunia pada umumnya. Perkembangan pemikiran Islam kontemporer yang luar
biasa saat ini dapat diklasifikasikan dalam 4 model kecenderungan. Sebagai
berikut :
1.         Fundamentalis
Yaitu, model pemikiran yang sepenuhnya percaya pada doktrin Islam sebagai
satu-satunya alternatif bagi kebangkitan Islam dan manusia. Bagi mereka, Islam
telah mencakup segala aspek kehidupan sehingga tidak memerlukan segala teori
dan metode dari luar, apalagi Barat.

9
2.         Tradisionalis (salaf)
Yaitu, model pemikiran yang berusaha berpegang pada tradisi-tradisi yang telah
mapan. Bagi mereka, segala persoalan umat telah diselesaikan secara tuntas oleh
para ulama terdahulu. Perbedaan kelompok ini dengan fundamentalis terletak
pada penerimaannya pada tradisi. Fundamentalis membatasi tradisi yang diterima
hanya sampai pada khulafa’ al-rasyidin, sedang tradisionalis melebarkan sampai
pada salaf al-shalih, sehingga mereka bisa menerima kitab-kitab klasik sebagai
bahan rujukannya.
3.         Reformis.
Yaitu, model pemikiran yang berusaha merekonstruksi ulang warisan budaya
Islam dengan cara memberi tafsiran baru. Menurut mereka, Islam telah
mempunyai tradisi yang bagus dan mapan. Akan tetapi, tradisi ini tidak dapat
langsung diaplikasikan melainkan harus dibangun kembali secara baru dengan
kerangka berpikir modern, sehingga bisa bertahan dan diterima dalam kehidupan
modern. Karena itu, mereka berbeda dengan tradisionalis yang menjaga dan
menerima tradisi seperti apa adanya.

4.         Modernis.
Yaitu, model pemikiran yang hanya mengakui sifat rasional-ilmiah dan menolak
kecenderungan mistik. Menurutnya, tradisi masa lalu sudah tidak relevan,
sehingga harus ditinggalkan.

10
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
1.      Periode Perkembangan Filsafat Pendidikan Islam:
a.      Periode Awal Perkembangan Islam: Periode ini meliputi masa kehidupan
nabi Muhammad SAW. Da masa pemerintahan khulafa’ al-rasyiddin. madinah
periode awal perkembanangan islam ini dibedakan dari periode berikutnya dengan
pertimbangan bahwa masa kekuasaan nabi dan para penggantinya. Kekuasaan
islam berpusat diarab.
b.      Periode Keemasan peradaban islam : Zaman Kejayaan Islam (750 M -
1258 M) adalah masa ketika para filsuf, ilmuwan, dan insinyur dari Dunia Islam
menghasilkan banyak kontribusi terhadap perkembangan teknologi dan
kebudayaan, baik dengan menjaga tradisi yang telah ada ataupun dengan
menambahkan penemuan dan inovasi mereka sendiri.
c.       Periode Modern : Periode modern ini dimulai sejak tahun 1800 M.
menjelang periode modern ini, setelah Bani Abbas dan Bani Ummayah secara
plitik dapat dilumpuhkan, kekuasaan islam masih bisa dipertahankan. Tiga
kerajaan besar yaitu kerajaan Turki Usmani (Eropa Timur dan Asia Afrika),

11
kerajaan Safawi (Persia), dan kerajaan Mughol (India) masih memegang
hegemoni kekuasaan islam. Namun menjelang abad ke-17dan awal abad ke-18
kerajaan-kerajaan islam tersebut, satu persatu dapat dikuasai oleh bangsa Eropa
(Barat).
d. Periode kontemporer : Perkembangan pemikiran Islam kontemporer yang
luar biasa saat ini dapat diklasifikasikan dalam 4 model kecenderungan. Sebagai
berikut : fundamental, tradisional, reformis, modernis

DAFTAR PUSTAKA
Said Usman, Drs dan Jalaludin, Dr. Fisafat Pendidikan Islam,  PT. Raja Grafindo
Persada, Jakarta, 1996.
Zuhairini, Dra,  dkk, Filsafat Pendidikan Islam,  Bumi Aksara, Jakarta,  2009.
Gaudah, Muhammad Gharib; Rida, Muhyiddin Mas (Penerjemah) (2012). 147
Ilmuwan Terkemuka dalam Sejarah Islam. Jakarta: Al-Kautsar
Yatim,Badri. 2013. Sejarah Peradan Islam, Dirasah Islamiyah II. Jakarta :
Rajawali Pers.

12

Anda mungkin juga menyukai