Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

"Aliran-Aliran pendidikan dalam tinjauan Islam"

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendalaman PAI SMA

Dosen pengampu : Ahmad Edwar, S.Pd.M.Pd.I

Disusun Oleh : (Kelompok 2)

Aas asturi
Ida Farida

PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)


FAKULTAS TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM KH ABDUL KABIER (STAIKHA)
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah SWT, atas segala nikmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga tetap tercurah kehadirat
beliau Nabi Agung Muhammad SAW, sebagai nabi pembawa risalah demi kerahmatan seluruh
alam serta syafa’atnya yang kita nantikan kelak di yaumil qiyamah, Aamiin.

Semoga amal baiknya mendapat balasan dari Allah SWT. Dengan ini penulis sadari bahwa
penulisan makalah sangat jauh dari kesempurnaan, untuk itu kritik dan saran dari semua pihak
penulis harapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Harapan penulis semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan para
pembaca umumnya, Aamiin Ya Robbal Alamin.

Cikeusal, 01 Februari 2022

Penyusun
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.......................................................................................................................... i

KATA PENGANTAR....................................................................................................................... ii

DAFTAR ISI..................................................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang................................................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah........................................................................................................... 1

C. Tujuan dan Kegunaan...................................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian dasar aliran pendidikan Islam ................................................................... 2

B. Pandangan Aliran Pendidikan Islam .............................................................. 2

C. Aliran-aliran dalam pendidikan Islam .................................................................... 3

BAB lll PENUTUP

Kesimpulan......................................................................................................................................... 10

Saran dan Kritik............................................................................................................................ 10

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................... 11
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Para filosof dan psikologi pendidikan mengemukakan pemikirannya tentang adanya kemungkinan
manusia bisa dididik dan menerima pendidikan. Para ahli Islam maupun non Islam mengemukakan
pendangannya tentang adanya sesuatu yang melekat pada diri manusia yang dibawa sejak lahir dengan
berbagai kemungkinan untuk bisa dikembangkan atau ada hal-hal lain yang bisa mempengaruhinya.
Sehingga dengan demikian melahirkan pandangan yang berbeda-beda sesuai dengan perbedaan sudut
pandang mereka. Dan lahirlah berbagai aliran-aliran dalam pendidikan seperti naturalisme, nativisme,
emperisme, konvergensi,progresivisme, dan konstruktivisme, dan tidak akan ketinggalan pula mengenai
aliran-aliran dalam pendidikan Islam.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka timbullah rumusan masalah, yaitu sebagai berikut:

1. Apa pengertian dasar aliran pendidikan Islam?

2. Bagaimana Pandangan Aliran Pendidikan Islam?

3. Apa aliran-aliran pendidikan Islam menurut para ahli tokoh pendidikan Islam?

C. Tujuan Penulisan

Tujuan dari penulisan makalah ini yaitu:

1. Memahami dan menguraikan pengertian dasar aliran pendidikan Islam.

2. Memahami dan menguraikan Pandangan Aliran Pendidikan Islam.

3. Memahami dan menguraikan aliran-aliran pendidikan Islam menurut para ahli tokoh pendidikan
Islam.

BAB II

PEMBAHASAN
A. Pengertian Dasar Aliran Pendidikan Islam

Secara etimologi, kata "aliran" adalah bentuk nomina dari kata "alir" yang kemudian mendapat akhiran
"an" yang berarti haluan, pendapat dan paham. Sedangkan di dalam literatur Arab disebut dengan Al-
Mazhab. Kata aliran atau mazhab secara erminologi adalah pendapat atau pemikiran seseorang dalam
memahami sesuatu baik dalam bidang filsafat, hukum, politik, ekonomi dan lain-lain yang kemudian
diikuti oleh beberapakelompok orang.

Pendidikan Islam menurut Abd. Rahman Getteng adalah usaha membina dan mengembangkan potensi
manusia baik jesmani maupun rohani agar tujuan kehadirannya di dunia sebagai hamba dan khalifah
Allah bisa terwujud dengan baik.

Abd. Rahman Al-Nahlawi mengatakan bahwa pendidikan Islam adalah upaya mengembangkan pikiran
manusia, menata tingkah lakunya, emosinya pada seluruh aspek kehidupan agar tujuan yang
dikehendaki bisa terealisasi.

Dengan demikian, secara operasional aliran pendidikan Islam adalah paham atau pemikiran pendidikan
Islam sebagai titik tolak dalam membina dan mengembankan potensi-potensi manusia serta hal-hal
yang mempengaruhinya sesuai pandangan Islam.

B. Pandangan Filsafat Pendidikan Islam

FiIlsafat Pendidikan Islam, meskipun sedikit banyak dipengaruhi oleh aliran-aliran filsafat yunani, namun
bukan berarti bahwa Filsafat Pendidikan Islam mengadopsi pemikiran-pemikirannya, karena Filsafat
Pendidikan Islam memiliki konsep tersendiri dalam memandang kehidupan, termasuk dalam bidang
pendidikan yang bersumber pada “wahyu ilahi”. Pandangan-pandangan tersebut penulis batasi pada
beberapa pandangan berikut:

1. Prinsip Keseimbangan

Dalam Filsafat Pendidikan Islam, pendidikan seyogyanya mampu mengarahkan manusia pada kehidupan
yang seimbang, baik keseimbangan antara roh dan jasad, keseimbangan antara materil dan spiritual,
keseimbangan antara individu dan masyarakat, serta keseimbangan duniawi dan ukhrawi, tidak seperti
Filsafat Idealisme yang mengutamakan kemutlakan roh dan mengabaikan hal-hal yang bersifat materi
(fisik), tidak juga seperti Filsafat Realisme yang cenderung lebih menekankan pada aspek fisik dalam
proses pendidikan, tidak juga aliran Filsafat Sosialisme yang mengakui kemutlakan materi, mengabaikan
dan melupakan faktor rohani pada diri seseorang dan manjadikan manusia sebagai materialis yang
mengingkari nilai-nilai rohani.

Namun meskipun demikian, dalam beberapa aspek Filsafat Pendidikan memiliki prinsip-prinsip yang
serupa dengan prinsip idealism, terutama idealism spiritualistis. Hal ini disebabkan, karena idealism
mengakui adanya zat tertinggi yang menciptakan realitas alam semesta serta menggerakkan hukum-
hukum-Nya, termasuk sanksi-sanksinya. Yang membedakan adalah sumber sanksi dan hukum antara
keduanya.

2. Nilai dan Sumber yang mendasari

Dalam Filsafat Pendidikan Islam, meskipun memiliki kemiripan bahkan kesamaan dalam aspek-aspek
tertentu dengan aliran-alliran lain dalam filsafat pendidikan, namun nilai dan sumber yang
mendasarinya tentulah berbeda. Seperti kesamaan pandangan dengan aliran Perennialisme dalam hal
pengakuan adanya potensi dasar yang dimiliki manusia sejak lahir yang dapat dikembangkan melalui
proses pendidikan. Perbedaannya adalah terletak pada nilai-nilai yang mendasarinya. Islam
menghendaki agar perkembangan pribadi manusia melalui proses pendidikan itu dijiwai oleh nilai-nilai
ketuhanan, yang sifatnya absolute sedangkan Perennialisme dijiwai oleh nilai-nilai yang berkembang
dalam sejarah kemanusiaan yang kebenarannya tidak seabsolut nilai-nilai lahiriah (kebutuhan).

3. Paham Kebebasan

Dalam Filsafat Pendidikan Islam, kebebasan yang dimiliki manusia adalah kebebasan yang bertanggung
jawab, atau kebebasan yang tetap berada pada koridor ilahi dan dipimpin oleh nilai-nilai agama, tidak
seperti aliran filsafat eksistensialisme yang menekankan agar masing-masing individu diberi kebebasan
mengembangkan potensinya secara maksimal, tanpa ada batas (mutlak), tidak juga seperti aliran filsafat
pragmatisme yang menganggap baik dan benar terhadap semua jalan (cara) yang mengantarkan pada
kebermanfaatan.

4. Pandangan Hidup

Dalam Filsafat Pendidikan Islam, semua aktivitasnya termasuk di dalamnya aktivitas dalam bidang
pendidikan haruslah didasari oleh tugas pokok dan fungsi penciptaannya di dunia ini yaitu menjadi
khalifah dan beribadah kepada Allah, bukan mengabdi kepada Negara atau partai seperti sosialisme dan
komunisme, tidak juga mengabdi kepada kepentingan seperti pragmatisme, yang intinya tidak mengabdi
kepada selain Allah.

C. Aliran-Aliran Pendidikan Islam Menurut Para Ahli Tokoh Pendidikan Islam

Islam mengajarkan kepada manusia melalui kitabnya dan memperkenalkan kata kunci untuk memahami
manusia secara komperehensif dengan kata insan dan basyar. Kata insan merunjuk kepada proses
perkembangan manusia yang bergantung kepada lingkungannya, sehingga penalaran, kematangan,
kesadaran dan sikap hidup yang terkait dengan pendidikan yang terjadi dalam masyarakat selalu
dinamis.

Rasulullah telah memberikan tuntunan tentang bagaimana cara pandang orang mukmin terhadap anak
sebagai orang yang akan dididik seperti yang tercermin adalah sebuah hadisnya:

ِ ‫ص َرا نُهُ َأوْ ُميَج‬


ُ‫ِّسا نُه‬ ِّ َ‫ُكلُّ َموْ لُوْ ٍد يُوْ لَ ُد َعلَ ْي اَ ْلفِ ْت َر ِة فََأ بَ َو ْاهُ يُهَ ِّودَانُهُ َأوْ يُن‬
"Semua anak di lahirkan dalam keadaan fitrah maka orang tuanyalah yang menjadikannya sebagai
Yahudi, Nasrani dan Majusi".

Dari hadis di atas dapat di pahami bahwa manusia yang baru lahir sudah membawa potensi, akan tetapi
potensi itu baru bisa berkembang dengan baik jika didukung oleh faktor lingkungan.

Tampaknya para pemikir Islam telah merumuskan aliran konvergensi walaupun tidak disebut sebagai
teori konvergensi jauh sebelum Sterm. Ibn Mizkawaih misalnya dalam bukunya Tahzib akhlak
berpendapat bahwa tiap benda itu mempunyai form atau bentuknya masing-masing sehingga tidak bisa
menerima bentuk lain. Pada manusia, meskipun mempunyai pembawaan yang lemah bisa saja diubah
menjadi cepat atau lambat melalui disiplin tertentu[30].

Ibn Sina salah seorang tokoh filosof muslim berpendapat bahwa seorang anak telah mempunyai
kemampuan-kemampuan alamiah, akan tetapi mengandalkan kemampuan tersebut tidak cukup untuk
mendidik seseorang, dan harus ada faktor-faktor lain yang mempengaruhi. Seorang anak yang lahir dari
keluarga dokter belum tentu ia dapat mengikuti profesi keluarganya kalau ia tidak di bekali dan dasari
dengan bakat serta kecenderungan anak itu ataupun hal-hal lain yang mempengaruhinya

Menurut Al-Gazali, anak yang lahir telah membawa fitrahnya sendiri, kecenderungan-kecenderungan
serta warisan dari orang tuanya. Kesemuanya itu perlu diberi pendidikan. Jika ia bengkok maka harus
diluruskan, jika salah maka harus dibenarkan dan jika sudah benar maka harus diarahkan pada
pengembangannya.Faktor internal dan eksternal keduanya sangat berperan dalam perkembangan anak
didik.

Berdasarkan uraian kedua tokoh tersebut, maka dapat di pahami bahwa:

1. Ada beberapa aliran yang mewarnai dunia pendidikan terutama cara memandang manusia sebagai
subjek sekaligus objek pendidikan dalam proses perkembangannya dan hubungannya dengan proses
belajar.

2. Islam telah memberi petunjuk tentang adanya konsep insan dan basyr dalam Al-Qur'an dan yang
mana kedua hal ini mengarah kepada potensi manusia dan lingkungan manusia yang mempengaruhi
pendidikannya.

3. Tokoh-tokoh pemikir islam dalam mengajukan tesisnya tentang pendidikan mengarah kepada
aliran konvergensi yang mengakui adanya penyatuan kedua hal itu melliu dan hereditas berpengaruh
dalam kehidupan manusia sebagai obyek atau manusia didik.

Dalam pertumbuhannya, filsafat sebagai hasil penilaian para filosof, telah melahirkan berbagai macam
pandangan. Adakalanya, beberapa pandangan saling mendukung, dan adakalanya pula berbeda dan
saling berlawanan. Perbedaan itu antara lain disebabkan oleh pendekatan yang dipakai berbeda-beda,
sehingga menghasilkan kesimpulan yang berbeda pula.
Dalam filsafat, dikenal dengan beberapa aliran atau pandangan antara lain Idealisme, Realisme,
Materialisme, Pragmatisme, dan lain-lain. Aplikasi aliran-aliran filsafat tersebut dalam pendidikan
kemudian menghasilkan filsafat pendidikan. Dari kajian tentang filsafat pendidikan, dihasilkan beberapa
teori atau aliran-aliran filsafat pendidikan. Aliran-aliran filsafat pendidikan Barat yang berkembang
antara lain: Progressivisme, Essensialisme, Perennialisme, Rekonstruktivisme, dan Eksistensialisme.

Dalam dunia pendidikan Islam, terdapat tiga aliran utama filsafat pendidikan Islam, yaitu: (1) aliran
Konservatif, dengan tokoh utamanya adalah al-Ghazali, (2) aliran Religius-Rasional, dengan tokoh
utamanya yaitu Ikhwan al-Shafa, dan (3) aliran Pragmatis, dengan tokoh utamanya adalah Ibnu Khaldun.

1. Aliran Konservatif (Al-Muhafidz)

Tokoh-tokoh aliran ini adalah al-Ghazali, Nasiruddin al-Thusi, Ibnu Jama’ah, Sahnun, Ibnu Hajar al-
Haitami, dan al-Qabisi.

Aliran al-Muhafidz cenderung bersikap murni keagamaan. Aliran ini memaknai ilmu dengan pengertian
sempit. Menurut al-Thusi, ilmu yang utama hanyalah ilmu-ilmu yang dibutuhkan saat sekarang, yang
jelas akan membawa manfaat di akhirat kelak.

Al-Ghazali mengklasifikasikan ilmu menjadi:

a. Berdasarkan pembidangannya, ilmu dibagi menjadi dua bidang:

1) Ilmu syar’iyyah, yaitu semua ilmu yang berasal dari para Nabi, terdiri atas:

a) Ilmu ushul (ilmu pokok). Contoh: ilmu al-qur’an, sunah nabi, pendapat-pendapat
sahabat dan ijma.

b) Ilmu furu’ (cabang). Contoh: fiqh dan akhlak.

c) Ilmu pengantar (mukaddimah). Contoh: ilmu bahasa dan gramatika.

d) Ilmu pelengkap (mutammimah).

2) Ilmu ghoiru syar’iyyah, yaitu semua ilmu yang berasal dari ijtihad ulama’ atau intelektual
muslim,terdiri atas:

a) Ilmu terpuji. Misalnya: ilmu kedokteran, ilmu berhitung dan ilmu pustaka.

b) Ilmu yang diperbolehkan (tak merugikan). Misalnya: kebudayaan, sastra, sejarah, puisi.

c) Ilmu yang tercela (merugikan). Misalnya: ilmu tenung, sihir dan bagian-bagian tertentu
dari filsafat.

b. Berdasarkan status hukum mempelajarinya, dapat digolongkan menjadi:


1) Ilmu yang fardlu ‘ain, yakni ilmu yang wajib dipelajari oleh setiap individu muslim. Contoh:
ilmu tentang tata cara shalat, dan puasa. Kemudian, ilmu yang fardlu ‘ain ini, oleh al-Ghazali, dibagi
menjadi dua yaitu: Ilmu Mu’amalah dan ilmu Mukasyafah.

2) Ilmu yang fardlu kifayah, yakni ilmu yang bila sebagian umat Islam telah mempelajarinya,
maka yang lain tidak tertuntut kewajiban mempelajarinya. Contoh: ilmu kedokteran, ilmu hitung
dan perdagangan.

Dapat ditarik kesimpulan bahwa pemikiran utama aliran konservatif antara lain:

a. Ilmu adalah ilmu al-hal, yaitu ilmu yang dibutuhkan saat sekarang yang bisa membawa
manfaat di akhirat.

b. Ilmu-ilmu selain ilmu keagamaan adalah sia-sia.

c. Ilmu hanya bisa diperoleh melalui rasio.

2. Aliran Religius-Rasional (Al-Diniy Al-‘Aqlaniy)

Tokoh-tokoh aliran ini adalah Ikhwan al-Shafa, al-Farabi, Ibnu Sina, dan Ibnu Miskawaih. Aliran ini
dijuluki “pemburu” hikmah Yunani di belahan dunia Timur, dikarenakan pergumulan intensifnya dengan
rasionalitas Yunani.

Menurut Ikhwan al-Shafaal-Shafa, yang dimaksud dengan ilmu adalah gambaran tentang sesuatu yang
diketahui pada benak (jiwa) orang yang mengetahui. Proses pengajaran adalah usaha transformatif
terhadap kesiapan ajar agar benar-benar menjadi riil, atau dengan kata lain, upaya transformatif
terhadap jiwa pelajar yang semula berilmu (mengetahui) secara potensial, agar menjadi berilmu
(mengetahui) secara riil-aktual. Dengan demikian, inti proses pendidikan adalah pada kiat transformasi
potensi-potensi manusia agar menjadi kemampuan “psikomotorik”.

Ikhwan tidak sependapat dengan ide Plato yang menganggap bahwa belajar tiada lain hanyalah proses
mengingat ulang. Ikhwan menganggap bahwa semua pengetahuan berpangkal pada cerapan
inderawiah. Segala sesuatu yang tidak dijangkau oleh indera, tidak dapat diimajinasikan, segala sesuatu
yang tidak bisa diimajinasikan, maka tidak bisa dirasiokan.

Kalangan Ikhwan sangat memberi tempat terhadap ragam disiplin ilmu yang berkembang dan
bermanfaat bagi kemajuan hidup manusia. Implikasinya adalah konsep ilmu berpangkal pada “kesedia-
kalaan” ilmu tanpa pembatasan.

Ikhwan membagi ragam disiplin ilmu sebagai berikut:

a. Ilmu-ilmu Syar’iyah (keagamaan), yaitu:


1) Ilmu Tanzil (ilmu Quran-Hadits)

2) Ilmu Ta’wil (ilmu penafsiran)

3) Ilmu Akhbar (ilmu penyampaian informasi keagamaan)

4) Ilmu pengkajian sunnah dan hokum.

5) Ilmu ceramah keagamaan, ilmu kezuhudan dan ta’bir mimpi.

b. Ilmu-ilmu Filsafat

1) Riyadliyyat (ilmu-ilmu eksak)

2) Mantiqiyyat (retorika-logika)

3) Thabi’iyyat (ilmu kealaman atau fisika)

4) Teologi (ketuhanan).

c. Ilmu-ilmu Riyadliyyat (matematik)

1) Ilmu kitabah-qira’at (baca-tulis)

2) Ilmu Nahwu (bahasa dan gramatika)

3) Ilmu hitung dan transaksi

4) Ilmu syi’ir dan prosa

5) Ilmu peramalan

6) Ilmu tenun dan sihir

7) Ilmu profesi

8) Ilmu jual-beli

9) Ilmu seja rah

Tokoh lain dari aliran ini adalah Al-Farabi. Ia menganalisis manusia secara “fungsional-organik”. Ia
membagi potensi manusia menjadi enam tingkatan, yaitu:

a. Potensi al-ghadziyyah (organ-organ tubuh yang berguna untuk mencerna makanan). Potensi ini
timbul setelah manusia lahir.

b. Potensi perasa, yaitu bias merasakan hawa dingin atau panas, dan lain-lain.
c. Merespons dan bereaksi.

d. Mempersepsi dan menghafal stimuli-stimuli inderawiah yang telah diterimanya.

e. Potensi mutakhayyilah (imajinasi), yaitu mengasosiasikan dan memilah-milah unsur-unsur stimuli


dengan aneka model.

f. Potensi muthlaqah (mengabstraksi), yaitu menalar, mengidentifikasi antara yang indah dan yang
jelek, memungkinkan berkreasi dan berinovasi.

Al-Farabi menghendaki agar operasionalisasi pendidikan seiring dengan tahap-tahap perkembangan


fungsi organ tubuh dan kecerdasan manusia.

Dari pemikiran kedua tokoh di atas, teori utama aliran Religius-Rasional ini antara lain:

a. Pengetahuan adalah muktasabah, yakni hasil perolehan dari aktivitas belajar.

b. Modal utama ilmu adalah indera.

c. Lingkup kajian meliputi pengkajian dan pemikiran seluruh realitas yang ada.

d. Ilmu pengetahuan adalah hal yang begitu bernilai secara moral dan sosial.

e. Semua ragam ilmu pengetahuan adalah penting.

3. Aliran Pragmatis (Al-Dzarai’iy)

Tokoh aliran Pragmatis adalah Ibnu Khaldun. Sedangkan tokoh Pragmatisme Barat yaitu John Dewey.
Bila filsafat pendidikan Islam berkiblat pada pandangan pragmatisme John Dewey, tujuan yang ingin
dicapai dalam pendidikan adalah segala sesuatu yang sifatnya nyata, bukan hal yang di luar jangkauan
pancaindera.

Menurut Ibnu Khaldun, ilmu pengetahuan dan pembelajaran adalah tabi’i (pembawaan) manusia karena
adanya kesanggupan berfikir. Pendidikan bukan hanya bertujuan untuk mendapatkan ilmu pengetahuan
akan tetapi juga untuk mendapatkan keahlian duniawi dan ukhrowi, keduanya harus memberikan
keuntungan, karena baginya pendidikan adalah jalan untuk memperoleh rizki.

Dia menglasifikasikan ilmu pengetahuan berdasarkan tujuan fungsionalnya, yaitu:

a. Ilmu-ilmu yang bernilai instrinsik. Misal: ilmu-ilmu keagamaan, Ontologi dan Teologi.
b. Ilmu-ilmu yang bernilai ekstrinsik-instrumental bagi ilmu instrinsik. Misal: kebahasa-Araban bagi
ilmu syar’iy, dan logika bagi ilmu filsafat.

Berdasarkan sumbernya, ilmu dapat dibagi menjadi dua yaitu:

a. Ilmu ‘aqliyah (intelektual) yaitu ilmu yang diperoleh manusia dari olah pikir rasio, yakni ilmu
Mantiq (logika), ilmu alam, Teologi dan ilmu Matematik.

b. Ilmu naqliyah yaitu ilmu yang diperoleh manusia dari hasil transmisi dari orang terdahulu, yakni
ilmu Hadits, ilmu Fiqh, ilmu kebahasa-Araban, dan lain-lain.

Menurut Ibnu Khaldun, daya pikir manusia merupakan “karya-cipta” khusus yang telah didesain Tuhan.
Manusia pada dasarnya adalah jahil (tidak tahu), ia menjadi ‘alim (tahu) karena manusia belajar.

Ibn Khaldun menjadikan kealamiahan sebagai salah satu sumber pengetahuan rasional. Ia
membebaskan rasio dari dari kungkungannaql (dogma, tradisi) dan menjadikannya sebagai sumber
otonom pengetahuan.

Ia menyatakan bahwa ilmu pendidikan bukanlah suatu aktivitas yang semata-mata bersifat pemikiran
dan perenungan yang jauh dari aspek-aspek pragmatis di dalam kehidupan, akan tetapi ilmu dan
pendidikan merupakan gejala konklusif yang lahir dari terbentuknya masyarakat dan perkembangannya
dalam tahapan kebudayaan. Menurutnya bahwa ilmu dan pendidikan tidak lain merupakan gejala sosial
yang menjadi ciri khas jenis insani.

Dari pemikiran Ibnu Khaldun di atas, maka ide pokok pemikiran aliran Pragmatis antara lain:

a. Manusia pada dasarnya tidak tahu, namun ia menjadi tahu karena proses belajar.

b. Akal merupakan sumber otonom ilmu pengetahuan.

c. Keseimbangan antara pengetahuan duniawi dan ukhrawi.

BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan

Pendidikan Islam adalah paham atau pemikiran pendidikan Islam sebagai titik tolak dalam membina dan
mengembangkan potensi-potensi manusia serta hal-hal yang mempengaruhinya sesuai pandangan
Islam. Berdasarkan pembahasan di atas, aliran-aliran pendidikan dibagi menjadi enam aliran, yaitu
sebagai berikut:Aliran Nativisme, Aliran Naturalisme, Aliran Empirisme, Aliran Konvergensi, Aliran
Progresivisme, dan Aliran Konstruktivisme. Tokoh-tokoh pemikir islam dalam mengajukan tesisnya
tentang pendidikan mengarah kepada aliran konvergensi yang mengakui adanya penyatuan kedua hal
itu berpengaruh dalam kehidupan manusia sebagai obyek atau manusia didik

B. Saran

Diharapkan dengan adanya makalah ini dapat dijadikan bahan referensi baru akan kepenulisan
selanjutnya agar mendapatkan sedikit nilai kesempurnaan dari kepenulisan ini. Dengan tulisan
selanjutnya dapat menanggapi atau mengomentari bahkan mengkritik tulisan sederhana ini. Insya Allah.

DAFTAR PUSTAKA

Al Quran dan Al HadisAchmadi, Ideologi Pendidikan Islam: Paradigma Humanisme Teosentris,


(Yogyakarta: Pustaka pelajar, 2008)
Al-Abrasy, Muh. Athiyah. (1975). "Al-Tarbiyah Al-Islamiyah wa Falasifatuha". (Cet. III). Kairo: Isa Al-Bab
Al-Halaby.

Al-Jufy, Abu Abdillah Muhammad Ibn Al-Bukhary. (1992). "Shahih Bukhariy". Juz 1 (Cet. I). Beirut: Dar Al-
Fikr Al-Ilmiy.

Al-Nahlawi, Abd. Rahman. "Ushul At-Tarbiyah Al-Islamiyah wa Asalibuha fi Al-Bait wa Al-Madrasah wa


Al-Mujtama'". Damasq: Dar Al-Fikr.

Arief, Armai. (2002). "Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam". Jakarta: Ciputat Pers.

Barandib, Imam. (1987). " Filsafat pendidikan; Sistem dan Metode". Yogyakarta: Yayasan Penerbit Fak.
Ilmu Pendidikan IKIP.

Darajat, Zakiyah. (1996). "Ilmu Pendidikan Islam". (Cet. III). Jakarta: Bina Aksara.

Departemen Agama RI. (2006). "Al Qur'an dan Terjemahnya". Edisi Terkini Revisi Tahun 2006. Surabaya:
Duta Ilmu Surabaya.

Dewan Redaksi Ensiklopedia Islam. (1994). "Ensiklopedia Islam". Jilid III. (Cet. III). Jakarta: Ichtiar Baru-
Van Hoeve.

Getteng, Abd. Rahman. (1997). "Pendidikan Islam dalam Pembangunan". Ujungpandang: Yayasan Al-
Ahkam.

Hasan Basri, Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 2009).

Hasniyati Gani Ali, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Quantum Teaching, 2008

http://anakstain.blogspot.co.id/2013/05/aliran-aliran-dalam-pendidikan-islam.html

Jalaluddin dan Abdullah Idi. (1997). "Filsafat Pendidikan". (Cet. I). Jakarta: Gaya Media Pratama.

Kadir, Abdul. (2012). "Dasar-Dasar Pendidikan". Makassar: Kencana Prenada Media Group.

Khaeruddin. (2002). "Ilmu Pendidikan Islam". Makassar:CV Berkah Utami.

Mahmud Arif, dalam “Pengantar Penerjemah” Tiga Aliran Utama Teori Pendidikan Islam: Perspektif
Sosiologis-Filosofis karya

Anda mungkin juga menyukai