Irma Sari
Puji syukur ke hadirat Allah SWT, atas segala nikmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga tetap tercurah kehadirat
beliau Nabi Agung Muhammad SAW, sebagai nabi pembawa risalah demi kerahmatan seluruh
alam serta syafa’atnya yang kita nantikan kelak di yaumil qiyamah, Aamiin.
Semoga amal baiknya mendapat balasan dari Allah SWT. Dengan ini penulis sadari bahwa
penulisan makalah sangat jauh dari kesempurnaan, untuk itu kritik dan saran dari semua pihak
penulis harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Harapan penulis semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan para
pembaca umumnya, Aamiin Ya Robbal Alamin.
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................................................................ i
KATA PENGANTAR......................................................................................................................................
ii
DAFTAR ISI..................................................................................................................................................
iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..................................................................................................................................
1
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................................
1
BAB II PEMBAHASAN
Kesimpulan................................................................................................................................................ 10
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu komponen penting dari sistem pendidikan adalah kurikulum. Kurikulum merupakan salah satu
alat untuk mencapai tujuan pendidikan, sekaligus merupakan pedoman dalam pelaksanaan
pembelajaran pada semua jenis dan jenjang pendidikan. Kurikulum harus sesuai dengan falsafah dan
dasar negara, yaitu Pancasila dan UUD 1945 yang menggambarkan pandangan hidup suatu bangsa.
Tujuan dan pola kehidupan suatu negara banyak ditentukan oleh sistem kurikulum yang digunakannya,
mulai dari kurikulum Taman kanak-kanak sampai dengan kurikulum perguruan tinggi. Jika terjadi
perubahan sistem ketatanegaraan, maka dapat berakibat pada perubahan sistem pemerintahan dan
sistem pendidikan, bahkan terhadap sistem kurikulum yang berlaku.
Istilah pengembangan menunjuk pada suatu kegiatan menghasilkan suatu alat atau cara baru, dimana
selama kegiatan tersebut penilaian dan penyempurnaan terhadap alat atau cara tersebut terus
dilakukan. Bila setelah mengalami penyempurnaan-penyempurnaan akhirnya alat atau cara tersebut
dipandang cukup mantap untuk digunakan seterusnya, maka berakhirlah kegiatan pengembangan
tersebut. Kegiatan pengembangan kurikulum mencakup penyusunan kurikulum itu sendiri, pelaksanaan
di sekolah-sekolah yang disertai dengan penilaian intensif.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka timbullah rumusan masalah, yaitu sebagai berikut:
BAB II
PEMBAHASAN
“Islam” dalam bahasa Arab adalah bentuk kata benda infinitif kuadri-literal (maṣdar rubā‘ī). Bentuk kata
kerja perfek aktif triliteralnya (fi‘l māḍi ṡulaṡī mabnī ma‘lūm) adalah salima (س لم, “selamat”). Arti
semantik dari bentuk kuadri-literalnya ini adalah tunduk dan patuh (khadha‘a wa istaslama), berserah
diri, menyerahkan, memasrahkan (sallama), mengikuti (atba‘a), menunaikan, menyampaikan (addā),
atau masuk dalam kedamaian, keselamatan, atau kemurnian (dakhala fi al-salm au al-silm au al-salām).
Semua istilah yang seakar kata dengan “islām” berhubungan erat dengan makna keselamatan,
kedamaian, dan kemurnian.
Secara istilah, Islam bermakna penyerahan diri; ketundukan dan kepatuhan terhadap perintah Allah
serta pasrah dan menerima dengan puas terhadap ketentuan dan hukum-hukum-Nya. Pengertian
“berserah diri” dalam Islam kepada Tuhan bukanlah sebutan untuk paham fatalisme, melainkan sebagai
kebalikan dari rasa berat hati dalam mengikuti ajaran agama dan lebih suka memilih jalan mudah dalam
hidup.Seorang muslim mengikuti perintah Allah tanpa menentang atau mempertanyakannya, tetapi
disertai usaha untuk memahami hikmahnya.
Istilah “Islam” juga dapat diartikan sebagai agama yang diberikan oleh Allah kepada Nabi Muhammad
sebagai jalan keselamatan di dunia dan akhirat yang ajarannya dilandasi oleh tauhid dan diterapkan
dalam seluruh aspek kehidupan manusia.
Sedangkan Agama adalah sistem yang mengatur kepercayaan serta peribadatan kepada Tuhan Yang
Maha Esa serta tata kaidah yang berhubungan dengan budaya, dan pandangan dunia yang
menghubungkan manusia dengan tatanan kehidupan.
Jadi dapat disimpulkan bahwa Agama Islam adalah agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW.
Dengan agama inilah Allah menutup agama-agama sebelumnya. Allah telah menyempurnakan agama ini
bagi hamba-hambanya. Dengan agama Islam ini pula Allah menyempurnakan nikmat atas mereka.
B. PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
Pendidikan agama Islam merupakan usaha sadar dan terencana untuk menyiapkan siswa dalam
meyakini, memahami, menghayati, dan mengamalkan ajaran Islam melalui kegiatan bimbingan,
pengajaran dan latihan.
Pengertian Pendidikan Agama Islam Menurut Peraturan Pemerintah No. 55 Tahun 2007 Bab I pasal 2
menyebutkan Pendidikan agama adalah pendidikan yang memberikan pengetahuan, membentuk sikap,
kepribadian, dan keterampilan peserta didik dalam mengamalkan ajaran agamanya, yang dilaksanakan
sekurang-kurangnya melalui mata pelajaran/kuliah pada semua jalur, jenjang, dan jenis pendidikan.
Sedangkan Zakiyah Daradjat menjelaskan pendidikan agama Islam adalah suatu usaha untuk membina
dan mengasuh peserta didik agar senantiasa dapat memahami ajaran Islam secara menyeluruh. Lalu
menghayati tujuan ajarannya yang pada akhirnya dapat mengamalkan serta menjadikan Islam sebagai
pandangan hidup.
Pendidikan agama menyangkut manusia seutuhnya atau bersifat komprehensif, tidak hanya membekali
anak dengan pengertian agama atau mengembangkan intelek anak saja, tetapi menyangkut keseluruhan
pribadi anak, mulai dari latihan amalan sehari-hari yang sesuai dengan ajaran agama, baik yang
menyangkut hubungan manusia dengan tuhan, manusia dengan manusia lain, manusia dengan alam,
maupun manusia dengan dirinya sendiri.[4] Jadi pendidikan agama Islam tidak hanya mengajarkan
tentang hal-hal yang berkaitan dengan kehidupan di dunia ini saja tetapi juga mengajarkan bagaimana
mempersiapkan kehidupan di akhirat nanti.
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pendidikan agama Islam adalah usaha sadar
dan terencana untuk membina peserta didik agar senantiasa mengetahui, memahami, meyakini dan
mengamalkan ajaran agama Islam dalam kehidupan sehari-hari.
Pengertian kurikulum pendidikan agama Islam sebenarnya tidak jauh berbeda dengan kurikulum secara
umum, perbedaannya hanya terletak pada sumber pelajarannya saja. Sebagaimana yang diutarakan
oleh Abdul Majid dalam bukunya “Pembelajaran Agama Islam berbasis Kompetensi, mengatakan bahwa
kurikulum pendidikan agama Islam adalah rumusan tentang tujuan, materi, metode, dan evaluasi
pendidikan yang bersumber pada ajaran agama Islam.
Pengembangan kurikulum adalah kegiatan untuk menghasilkan kurikulum baru melalui langkah-langkah
penyusunan kurikulum atas dasar hasil penilaian yang dilakukan selama periode tertentu,
pengembangan kurikulum berarti perubahan dan peralihan total dari satu kurikulum ke kurikulum lain,
dan perubahan ini berlangsung dalam waktu panjang.
Menurut Subandijah, pengembangan kurikulum adalah suatu proses perencanaan, menghasilkan alat
yang lebih baik dengan didasarkan pada hasil penilaian terhadap kurikulum yang telah berlaku, sehingga
dapat memberikan kondisi yang lebih baik.
Jadi, dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pengembangan kurikulum menunjuk pada
kegiatan menghasilkan kurikulum, kegiatan ini lebih bersifat konseptual daripada material, yang
dimaksud dalam pengembangan ini adalah penyusunan, pelaksanaan, penilaian dan penyempurnaan
yang selanjutnya menghasilkan kurikulum baru sebagai hasil dari pengembangan yang dilakukan.
Menurut Arifin dalam bukunya “Pendidikan Islam Dalam Arus Dinamika Masyarakat” menyatakan
bahwa rumusan tujuan pendidikan Islam adalah untuk merealisasikan manusia muslim yang beriman,
bertakwa dan berilmu pengetahuan yang mampu mengabdikan dirinya kepada Sang Khalik dengan sikap
dan kepribadian bulat menyerahkan diri kepada-Nya dalam segala aspek kehidupannya dalam rangka
mencari keridhoan-Nya. Rumusan tujuan pendidikan Islam sangatlah relevan dengan rumusan tujuan
pendidikan nasional. Rumusan tujuan pendidikan nasional, ialah mencerdaskan kehidupan bangsa dan
mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yakni manusia yang beriman, bertakwa kapada Tuhan
Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, sehat jasmani dan
rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri dan memiliki rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan
kebangsaan.
Tujuan tersebut tetap berorientasi pada tujuan penyebutan nasional yang terdapat dalam UU No. 20
tahun 2003. Selanjutnya tujuan umum PAI diatas dijabarkan pada tujuan masing-masing lembaga
pendidikan sesuai dengan jenjang pendidikan yang ada. Selain itu, pendidikan agama Islam sebagai
sebuah program pembelajaran yang diarahkan untuk:
1) Pengembangan
Pengembangan yaitu meningkatkan keimanan dan ketakwaan peserta didik pada Allah SWT yang telah
ditanamkan dalam lingkungan keluarga.
2) Penanaman Nilai
Penanaman nilai sebagai pedoman hidup untuk mencari kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.
3) Penyesuaian Mental
Penyesuaian mental yaitu untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan baik lingkungan fisik maupun
lingkungan sosial dan dapat mengubahnya sesuai dengan ajaran Islam.
4) Perbaikan
5) Pencegahan
Pencegahan yaitu untuk menangkal hal-hal negatif dari lingkungannya atau dari budaya lain yang dapat
membahayakan dirinya dan menghambat perkembangannya menuju Indonesia seutuhnya.
6) Pengajaran
Pengajaran ini tentang ilmu pengetahuan keagamaan secara umum, sistem dan fungsional.
7) Penyaluran
Penyaluran yaitu untuk menyalurkan anak-anak yang memiliki bakat khusus di bidang agama Islam agar
dapat berkembang secara optimal, sehingga bermanfaat untuk dirinya dan masyarakat.
Kegiatan pengembangan materi kurikulum tidak akan lepas dari unsur penilaian. Penilaian merupakan
salah satu komponen yang amat penting yang tak dapat diabaikan begitu saja. Dalam banyak hal,
komponen penilaian akan sangat berperan dalam menunjang keberhasilan pengembangan kurikulum
tersebut.
Pelajaran PAI yang kandungan isi materinya sarat dengan muatan norma dan nilai-nilai didalamnya,
tentunya memerlukan penilaian yang dilakukan bukan hanya terfokus pada satu aspek saja (kognitifnya)
seperti yang selama ini dilakukan, tapi harus menyeluruh. Selain aspek kognitif juga aspek afektif dan
psikomotornya. Keseluruhan aspek yang harus dinilai berdasarkan atas konsep keterpaduan materi dan
proses penyelenggaraan pendidikan yang meliputi keterpaduan antara lingkungan pendidikan yaitu,
keluarga, sekolah dan masyarakat.
Visi adalah the statement of ideas or hopes, yakni pernyataan tentang cita-cita atau harapan-harapan
yang ingin dicapai oleh suatu lembaga pendidikan dalam jangka panjang.
2. Kebutuhan stakeholders, (siswa, masyarakat, pengguna lulusan), dan kebutuhan untuk studi lanjutan.
3. Hasil evaluasi kurikulum sebelumnya dan tuntutan perkembangan iptek dan zaman.
Sebagai Implementer (Pelaksana) kurikulum, guru diharapkan berperan untuk melaksanakan kurikulum
yang telah disusun, yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan atau KTSP yang telah dirancang. Dalam
peran ini, kedudukan guru adalah sebagai tenaga teknis yang hanya bertanggung jawab dalam
mengimplementasikan berbagai ketentuan yang ada. Peran guru dalam posisi ini adalah melaksanakan
proses pembelajaran sesuai dengan rencana pembelajaran, menerapkan model pembelajaran yang
sesuai dengan materi pelajaran dan lingkungan sekolah, memanfaatkan media pembelajaran yang
sesuai dengan materi dan kondisi sekolah, menciptakan lingkungan belajar yang menyenangkan.
2. Developer (pengembang)
Dalam peran ini, kedudukan guru adalah sebagai tenaga teknis yang hanya bertanggung jawab dalam
mengimplementasikan berbagai ketentuan yang ada. Peran guru dalam posisi ini adalah melaksanakan
proses pembelajaran sesuai dengan rencana pembelajaran, menerapkan model pembelajaran yang
sesuai dengan materi pelajaran dan lingkungan sekolah, memanfaatkan media pembelajaran yang
sesuai dengan materi dan kondisi sekolah, menciptakan lingkungan belajar yang menyenangkan.
3.Adapter (Penyelaras)
Sebagai adapter, guru memiliki kewenangan untuk menyesuaikan kurikulum dengan karakteristik
sekolah dan kebutuhan lokal (kebutuhan siswa dan daerah). Dalam fase ini, tugas pertama seorang guru
adalah memahami dengan baik karakteristik sekolahnya, tugas kedua adalah mengakomodir kebutuhan‐
kebutuhan masyarakat dan daerahnya, dan tugas ketiga adalah membuat desain kurikulum sekolah
sesuai kebutuhan madrasah dan masyarakat lokal.
4.Menentukan Mata Pelajaran yang sesuai dengan kebutuhan madrasah dan masyarakat. Berdasarkan
bahan kajian kebutuhan lembaga tersebut dapat ditentukan mata pelajaran dan kegiatan
pembelajarannya.
5.Researcher (Peneliti)
Sebagai researcher kurikulum, guru memiliki peran sebagai peneliti kurikulum atau curriculum
researcher. Peran ini dilaksanakan sebagai bagian dari tugas profesional guru yang memiliki tanggung
jawab dalam meningkatkan kinerja sebagai guru. Dalam melaksanakan peran sebagai peneliti, guru
memiliki tanggung jawab untuk menguji berbagai komponen kurikulum, misalnya menguji bahan-bahan
kurikulum, menguji efektivitas program, menguji strategi atau model pembelajaran dan lain
sebagainya, termasuk mengumpulkan data tentang keberhasilan siswa dalam mencapai target
kurikulum.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari semua yang telah dijabarkan, yakni tentang perkembangan kurikulum dari segi pembahasan fungsi
maupun beberapa sifat kurikulum yang berkaitan dengan perkembangannya. Kemudian dilihat dari
pentingnya peran guru dalam perkembangannya maka bisa dikatakan amat berpengaruh besar terhadap
proses pembelajaran.
Dalam kurikulum guru tidak mempunyai peranan dan evaluasi kurikulum yang bersifat makro, mereka
lebih berperan dalam kurikulum mikro. Kurikulum makro disusun oleh tim khusus yang terdiri atas para
ahli. Penyusunan kurikulum mikro dijabarkan dari kurikulum makro. Kurikulum Desentralisasi disusun
oleh sekolah ataupun kelompok sekolah tertentu dalam suatu wilayah atau daerah. Kurikulum ini
diperuntukkan bagi suatu sekolah ataupun lingkungan wilayah tertentu. Pengembangan kurikulum
semacam ini didasarkan oleh atas karakteristik, kebutuhan, perkembangan daerah serta kemampuan
sekolah, atau sekolah-sekolah tersebut.
Untuk mengatasi kelemahan kedua bentuk kurikulum tersebut, bentuk campuran antara keduanya
dapat digunakan yaitu bentuk sentral desentral.
Dalam pengembangan kurikulum PAI, peran guru atau pendidik adalah Dalam konteks pendidikan Islam,
menekankan bahwa peranan pendidik adalah untuk menumbuhkan nilai Illahiah terhadap peserta didik,
nilai Illahiah berkaitan dengan konsep tentang ketuhanan dan segala sesuatu bersumber dari Tuhan.
Nilai Illahiah berkaitan dengan nilai Imaniah, Ubudiyah dan Mualamah.
B. KRITIK dan SARAN
Dalam makalah ini pastinya terdapat kekurangan yang menyertai kelebihan, maka dari itu bila dalam
kepenulisan, terdapat banyak kekurangan mohon untuk memberi masukan ataupun saran yang
membangun sehingga dapat menjadi periksa. Selain itu juga dapat bermanfaat umumnya kepada
pembaca sebagaimana sebagai ilmu pengetahuan dalam bidang ilmu pengembangan kurikulum.
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Mohammad. Pengembangan Kurikulum Di Sekolah. Bandung: CV Sinar Baru Offset, 1992
Arifin, Zainal. Pendekatan Dan Model Pengembangan Kurikulum. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Offset, 2001
Dedy Pradibto,. Belajar Sejati Versus Kurikulum Nasional. Yogyakarta: Kanisius, 2007
E. Mulyasa, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2006)
Eneng Muslihah, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta : PT. Diadit Media, 2010)
Hasan Langgulung, Pendidikan dan Peradaban Islam, (Jakarta : PT. Pustaka al-Husna)