Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

MEMAHAMI NILAI-NILAI AL-QUR`AN DALAM SISTEM PENDIDIKAN ISLAM

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Tafsir Tarbawi

DOSEN PENGAMPU :
Drs. H. Ach. Hasan, M.Pd.

Disusun Oleh: Kelompok 2

Linda Halimatus Sa’diyah (2101012304)

Ra

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS KH. A. WAHAB HASBULLAH

TAMBAKBERAS JOMBANG

TAHUN AJARAN 2023-2024


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan Rahmat, Taufik,

dan Hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini tanpa

hambatan yang berarti. Semoga apa yang ada dalam makalah ini dapat dipergunakan

sebagai salah satu pertimbangan bagi para pembaca. Oleh karena itu, penulis dengan

penuh semangat mempersembahkan makalah ini.

Makalah ini masih jauh dari kata sempurna, untuk itu penulis menerima dengan

tangan terbuka saran dan kritik dari pembaca yang bersifat membangun. Makalah ini

tidak mungkin terwujud tanpa dukungan berbagai pihak yang telah memberikan bantuan

serta inspirasi. Kami berharap makalah ini akan menjadi landasan awal yang bermanfaat

dalam menggali pengetahuan. Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan dan

membawa manfaat nyata bagi para pembaca.

Jombang, 20 Maret 2024

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I

PENDAHULUAN......................................................................................1

A. Latar Belakang.................................................................................1
B. Rumusan Masalah............................................................................1
C. Tujuan Penulisan..............................................................................1

BAB II

PEMBAHASAN.........................................................................................3

A. Konsep pendidikan sepiritual keagamaan dalam islam...................3


B. Pendidikan kebudayaan dalam Islam...............................................6
C. Pendidikan kecerdasan dalam islam................................................8

BAB III

PENUTUP.................................................................................................10

Kesimpulan................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Pendidikan memiliki peran yang sangat penting karena tanpa melalui pendidikan

proses transformasi dan aktualisasi pengetahuan modern sulit untuk diwujudkan.

Demikian halnya dengan sains sebagai bentuk pengetahuan ilmiah dalam

pencapaiannya harus melalui proses pendidikan yang ilmiah pula. Yaitu melalui

metodologi dan kerangka keilmuan yang teruji. Karena tanpa melalui proses ini

pengetahuan yang didapat tidak dapat dikatakan ilmiah.

Islam juga menekankan akan pentingnya membaca, menelaah, meneliti segala

sesuatu yang terjadi di alam raya ini. Membaca, menelaah, meneliti hanya bisa

dilakukan oleh manusia, karena hanya manusia makhluk yang memiliki akal dan hati.

Selanjutnya dengan kelebihan akal dan hati, manusia mampu memahami fenomena-

fenomena yang ada di sekitarnya, termasuk pengetahuan. Dan sebagai implikasinya

kelestarian dan keseimbangan alam harus dijaga sebagai bentuk pengejawantahan

tugas manusia sebagai khalifah fil ardh.1

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana konsep pedidikan sepiritual keagamaan dalam islam?

2. Bagaimana pendidikan kebudayaan dalam Islam?

3. Bagaimana pendidikan kecerdasan dalam islam?

C. Tujuan

1. Mengetahui konsep pedidikan sepiritual keagamaan dalam islam

2. Mengetahui pendidikan kebudayaan dalam Islam

3. Mengetahui pendidikan kecerdasan dalam islam

1
Fatoni, TAFSIR TARBAWI Menyingkap Tabir Ayat-ayat Pendidika (Lombok Tengah: Forum Pemuda Aswaja,
2020), IV.

1
BAB II

2
PEMBAHASAN

A. Konsep pedidikan sepiritual keagamaan dalam islam

Dalam suatu lembaga pendidikan, pola pengembangan pendidikan spiritual

merupakan wujud nyata dari pemahaman atas langkah-langkah yang harus

ditempuh guna pencapaian tujuan. Sebagai hal yang terprogram, kurikulum berisi

perencanaan yang ingin dicapai, tujuan, bahan yang akan diajarkan, pembelajaran,

dan alat-alat pembelajaran, yang semuanya perlu diintegrasikan dengan baik.

Kurikulum dapat dianggap baik untuk suatu masyarakat dan pada masa tertentu

apabila di dalamnya mempunyai relevansi isi dengan tujuan pendidikan nasional.

Pembaharuan kurikulum mencakup semua aspek kurikulum, seperti mata

pelajaran, isi atau konten, proses belajar mengajar, metode, pengelolaan waktu

yang lebih baik, dan perolehan hasil belajar siswa.2

Pendidikan spiritual yang ingin dibangun berpolakan integrated spiritual

learning. Pola integrated spiritual learning adalah sistem pembelajaran spiritual

yang terintegrasi dan melibatkan seluruh aspek dalam pendidikan di sekolah.

Aspek tersebut meliputi kurikulum, peserta didik, dan tenaga pendidik. Kurikulum

yang diterapkan melalui pendidikan spiritual keagamaan di masing-masing

sekolah yang menyentuh hakikat dan kedalaman spiritual, sehingga menghasilkan

kesadaran murni dari para peserta didik. Penerapan ini tidak hanya melibatkan

proses belajar mengajar di dalam ruangan, tetapi meliputi berbagai macam

aktivitas fisik dan emosional baik di dalam maupun di luar kelas. Sebagai contoh,

para peserta didik tidak hanya diajarkan pentingnya menolong atau berempati

pada orang lain, tetapi para peserta didik juga diajak langsung melakukan aktivitas

ini di lapangan. Mereka diajak untuk memberikan bantuan dan solusi bagi krisis

2
Ramadani Sagala, PENDIDIKAN SPIRITUAL KEAGAMAAN (Dalam Teori Dan Praktik) (Yogyakarta:
SUKA-Press, 2018), 47–48.

3
spiritual. Dari aktivitas fisik ini akan timbul sebuah pengalaman emosional dan

spiritual yang akan semakin terasah jika semakin sering dilakukan.

Dalam al-Qur’an banyak ayat yang berkenan dengan pendidikan. Hal

tersebut menggariskan prinsip-prinsip dasar materi pendidikan Islam yang terdiri

atas masalah iman, ibadah, sosial, dan ilmu pengetahuan. Sebagai bantahan

pendapat yang meragukan terhadap adanya aspek pendidikan dalam al-Qur’an

surat An-Nisa Ayat 57 yang artinya:

“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (nya),

dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat

tentang sesuatu, Maka kembalikanlah ia kepada Allah (al-Quran) dan

Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari

kemudian. Yangdemikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik

akibatnya”

Allah SWT memerintahkan kepada orang-orang yang beriman agar ta’at

kepada Allah SWT dengan kata berarti mengamalkan perintah dengan sebaik

baiknya dan tidak membantah sedikitpun, kata perintah disini menunjukkan Fi’lul

Amr wajib penyampaian kalimat ini disebut Attholabu bis sigotit talbiyah, yaitu

bentuk Fi’lul Amr yang menghasilkan hukum wajib. Jadi mentaati Allah adalah

wajib bagi setiap individu yang Mukmin.

Kata taatilah Rasul yakni Muhammad SAW. Yang berfungsi sebagai juru

penjelas al-Qur’an dan Rosul menerangkan maksud Allah SWT di dalam al-

Qur’an. Ta’at kepada Rasul yaitu meneladani dan mengikuti sunah-sunahnya

kalimat ini sama dengan kalimat diatas bahwa mentaati Rosul adalah wajib bagi

setiap individu yang Mukmin.3

3
Fatoni, TAFSIR TARBAWI Menyingkap Tabir Ayat-ayat Pendidika, 103.

4
Dilanjutkan dengan kata Ulil amri berarti pemimpin atau orang yang

memegang kekuasaan diantara kamu maka pemimpin disini ialah orang mukmin,

bila diperhatikan perintah untuk taat kepada Allah dan Rasulnya, ini menunjukkan

bahwa perintah mentaati Allah dan Rasulnya adalah mutlak wajib diikuti akan

tetapi mentaati pemimpin tidak mutlak wajib untuk diikuti. Yang berarti wajib

mentaati pemimpin selama perintah pemimpin itu tidak bertentangan terhadap

Allah dan Rasulnya, akan tetapi bila bertentangan maka wajib pula untuk tidak

taat kepada pemimpin.

Di samping al-Qur’an dan Hadits sebagai sumber atau dasar pendidikan

Islam, tentu saja masih memberikan penafsiran dan penjabaran lebih lanjut

terhadap al-Qur’an dan Hadits, berupa ijma’ para Ulil Amri, qiyas itihad dan

sebagainya yang sering pula dianggap sebagai dasar pendidikan Islam. Akan

tetapi Islam konsekuen bahwa dasar adalah tempat berpijak yang paling mendasar,

maka dasar pendidikan Islam hanyalah al-Qur’an dan Hadist Nabi Muhammad

Saw

Di samping al-Qur’an dan Hadits sebagai sumber atau dasar pendidikan

Islam, tentu saja masih memberikan penafsiran dan penjabaran lebih lanjut

terhadap al-Qur’an dan Hadits, berupa ijma’ para Ulil Amri, qiyas itihad dan

sebagainya yang sering pula dianggap sebagai dasar pendidikan Islam. Akan

tetapi Islam konsekuen bahwa dasar adalah tempat berpijak yang paling mendasar,

maka dasar pendidikan Islam hanyalah al-Qur’an dan Hadist Nabi Muhammad

Saw

B. Pendidikan kebudayaan dalam Islam

5
Motivasi dalam mengkaji, memberikan pemahaman dan menanamkan nilai-

nilai pendidikan Islam berbasis kearifan lokal sebagai upaya untuk menjaga

eksistensi kearifan lokal, tradisi dan budaya luhur warisan nenek moyang yang

mulai tergeser oleh budaya-budaya modern menjadi sesuatu yang penting dan

harus diperhatikan oleh semua pihak, sebagaimana proses persilangan dialektis

atau akulturasi dan transformasi yang sudah berlangsung, masih berlangsung, dan

akan berlanjut sebagai hal yang tidak bisa dibendung di era digital saat ini. Era

digital yang ditandai dengan adanya perkembangan teknologi, digitalisasi dan

derasnya arus informasi yang mudah diakses memicu terjadinya banyak benturan

antara antara nilai kearifan lokal dengan tuntutan perubahan zaman. Kondisi ini

berpengaruh pada cara pandang, pola pikir masyarakat.

Nilai adalah sebuah kebenaran yang dijadikan panutan serta dijadikan

pedoman dasar bagi individu dan masyarakat dalam menentukan baik buruk suatu

gagasan dan tindakan. Nilai menjadi bagian dari kepribadian individu yang

mempengaruhi cara pandang, cara memilih dan cara menentukan tujuan sebuah

perilaku serta mengarahkan kepada perilaku tertentu yang memberikan kepuasan

dalam kehidupan. Nilai menjadi motivasi hidup yang memberikan makna pada

tindakan seseorang. Oleh karena itu, nilai dapat mewarnai kepribadian individu

dan juga kelompok masyarakat bahkan kepribadian sebuah bangsa. Nilai-nilai

ajaran Islam pada intinya dapat dibedakan menjadi tiga aspek, yaitu nilai-nilai

aqidah, ibadah, dan akhlak. Nilai-nilai aqidah mengajarkan peserta didik untuk

beriman kepada Allah Subhanahu wata’ala, menumbuhkan sikap berserah diri

dan berusaha untuk selalu menjalankan perintahnya serta merasakan bahwa Allah

senantiasa mengawasi dan memperhitungkan segala perbuatan mereka. Nilai-nilai

ibadah mengajarkan pada peserta didik agar dalam setiap perbuatannya senantiasa

6
dilandasi hati yang ikhlas untuk mencapai rida Allah SWT. Pengamalan nilai-nilai

ibadah akan mencetak generasi yang memiliki sikapsikap mulia dihadapan

manusia seperti adil, jujur, dan suka menolong sesame. Aspek nilai pendidikan

Islam yang ketiga adalah nilai-nilai akhlak. Nilai nilai akhlak mengajarkan kepada

peserta didik untuk bersikap dan berperilaku sesuai dengan norma atau adab yang

benar dan baik, sehingga akan membawanya kepada kehidupan yang tentram,

harmonis, damai, dan seimbang

Adapun tujuan pendidikan adalah perubahan yang diharapkan pada subjek

didik setelah mengalami proses pendidikan, baik pada tingkah laku individu dan

kehidupan pribadinya maupun kehidupan masyarakat dan alam sekitarnya dimana

individu hidup, selain sebagai arah atau petunjuk dalam pelaksanaan pendidikan,

juga berfungsi sebagai pengontrol maupun mengevaluasi keberhasilan proses

pendidikan.

Pendidikan akhlak dalam Islam tersimpul dalam prinsip “berpegang teguh

pada kebaikan dan kebajikan serta menjauhi keburukan dan kemungkaran”

berhubungan erat dengan upaya mewujudkan tujuan dasar pendidikan Islam,

yaitu ketakwaan, ketundukan, dan beribadah kepada Allah SWT. Pendidikan

akhlak menekankan pada sikap, tabiat dan perilaku yang meggambarkan nilai-

nilai kebaikan yang harus dimiliki dan dijadikan kebiasaan anak didik dalam

kehidupan sehari-hari. Rasulullah SAW selalu menganjurkan kepada umatnya

untuk memperhatikan budi pekerti anak dengan baik, karena akhlak ini

merupakan implikasi dan cerminan dari kedalaman tauhid kepada Allah SWT.

C. Pendidkan kecerdasan dalam islam

7
Kecerdaasan spiritual adalah kesadaran manusia adanya hubungan dengan

tuhan (hablul minallah) yang dipersepsikan sebagai sosok transenden sehingga

membuat manusia dapat hidup lebih positif dengan penuh makna, damai dan

bijaksanaan. Kecerdasan spiritual juga mencakup: Idealisme, sikap, pemikiran,

perasaan, dan pengharapan kepada yang absolut, serta bagaimana individu

mengekspresikan hubungan tersebut dalam kehidupan sehari-hari sebagai sesuatu

yang transpersonal. Konten kecerdasan spiritual terdiri dari hal-hal berikut:4

1. Berhubungan dengan sesuatu yang abstrak.

2. Bertujuan menemukan arti dan tujuan hidup.

3. Menyadari kemampuan untuk menggunakan sumber dan kekuatan dari

dalam diri sendiri.

4. Mempunyai perasaan keterikatan diri sendiri dengan yang maha tinggi.

Dalam al-Qur’an Allah menyebutkan ada dua sumber pengetahuan, yaitu

al-Qur’an (ayat qawliyyah) dan alam (ayat kawniyyah). Dengan membaca al-

Qur’an manusia memperoleh bermacam-macam pengetahuan secara normatif,

sedangkan dengan membaca alam, manusia mendapatkan pengetahuan secara

empiris-historis. Dengan pemahaman ini, menurut Munir, sangat janggal jika

pengetahuan yang didapat dari al Qur’an bertentangan dengan pengetahuan yang

berasal dari alam, karena kedua-duanya berasal dari Dzat yang satu, yang Maha

Benar dan Maha Suci. Dengan ini Munir ingin mengatakan bahwa tidak ada

dikotomi pengetahuan dalam Islam. Pemahaman dikotomis terhadap ilmu

pengetahuan menurutnya akan menghasilkan kepribadian yang terbelah (split

personality). Adalah tugas guru untuk menjelaskan terjadinya perbedaan dan

4
Burkhardt Characteristics of spirituality in the lives of women in a rural Appalachian
community, Journal Of Transcultural Nursing, vol. 4, 1993, hlm.12.
8
menetralisir kesalahpahaman tersebut. Dengan upaya tersebut, peserta didik tidak

akan mengalami kegalauan yang berujung pada terbentuk split personality.5

Sesuai perkembangan masyarakat yang semakin dinamis sebagai akibat

kemajuan ilmu dan teknologi, terutama teknologi informasi, maka aktualisasi

nilai-nilai al- Qur’an menjadi sangat penting. Karena tanpa aktualisasi kitab suci

ini, umat Islam akan menghadapi kendala dalam upaya internalisasi nilai- nilai

Qur’ani sebagai upaya pembentukan pribadi umat yang beriman, bertakwa,

berakhlak mulia, cerdas, maju dan mandiri. Secara normatif, tujuan yang ingin

dicapai dalam proses aktualisasi nilai-nilai al- Qur’an dalam pendidikan meliputi

tiga dimensi atau aspek kehidupan yang harus dibina dan di kembangkan oleh

pendidikan. Pertama, dimensi spritual, yaitu iman, takwa dan akhlak mulia (yang

tercermin dalam ibadah dan mu’amalah). Dimensi spritual ini tersimpul dalam

satu kata yaitu akhlak. Akhlak merupakan alat kontrol psikis dan social bagi

individu dan masyarakat. Tanpa akhlak, manusia akan berada dengan kumpulan

hewan dan binatang yang tidak memiliki tata nilai dalam kehidupannya.

Rasulullah Saw merupakan sumber akhlak yang hendaknya diteladani oleh orang

mukmin, seperti sabdanya. “Sesungguhnya aku diutus tidak lain untuk

menyempurnakan akhlak yang mulia”

BAB III

PENUTUP

5
Cucu Surahman, TAFSIR TARBAWI DI INDONESIA, 2019th ed. (Bandung: Maghza Pustaka, n.d.), 172.

9
Kesimpulan

Istilah tafsir telah lazim digunakan untuk memahami Alquran dengan berbagai corak

dan jenisnya. Namun setelah sekian lama ilmu dan metode tersebut digunakan dan telah

menghasilkan berbagai karya, ternyata masih terfokus pada corak dan ragam tertentu, seperti

bahasa, hukum, tasawuf dan lain lain. Dalam dunia pendidikan Islam, tafsir tidak pernah

luput dari pengajarannya. Namun ada pertanyaan mendasar, mengapa dalam pendidikan

Islam yang mengajarkan tafsir tidak ada yang membahas tafsir Alquran berbasis pada

konstruks teori pendidikan. Dari pertanyaan ini, muncul tawaran pendekatan dalam

memahami Alquran dengan menggunakan pendekatan pendidikan yang diijtihadkan namanya

dengan tafsir tarbawi

DAFTAR PUSTAKA

10
Burkhardt Characteristics of spirituality in the lives of women in a rural Appalachian

community, Journal Of Transcultural Nursing, vol. 4, 1993

Fatoni. TAFSIR TARBAWI Menyingkap Tabir Ayat-ayat Pendidika. Lombok Tengah: Forum
Pemuda Aswaja, 2020.
Sagala, Ramadani. PENDIDIKAN SPIRITUAL KEAGAMAAN (Dalam Teori Dan Praktik).
Yogyakarta: SUKA-Press, 2018.
Surahman, Cucu. TAFSIR TARBAWI DI INDONESIA. 2019th ed. Bandung: Maghza Pustaka,
n.d.

11

Anda mungkin juga menyukai