Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

TAFSIR DAN HADITS TARBAWI

MATERI PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF


AL-QURAN DAN SUNNAH

Dosen Pengampu:
Dr. H. Jon Pamil, M.Ag

Disusun Oleh:

Kelompok 3

Anissa Nurul Habibah (Nim. 12010225020)


Ismi Anisah (Nim. 12010221029 )
Nur Fadillah Nasution (Nim. 12010221002)
Rahmayuni (Nim. 12010224608)
Tri Almunawaro (Nim. 12010225055)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA ARAB


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTAN SYARIF KASIM RIAU
PEKANBARU, 2022
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah hirobbil'alamin puji syukur yang yang tidak terhingga atas


segala nikmat yang telah Allah berikan kepada penulis sehingga telah selesai
menulis makalah ini. Sholawat dan salam juga tidak lupa kita kirimkan untuk
baginda nabiyuna Muhammad Saw.
Ucapan terimakasih teruntuk kepada dosen pengampu sehingga dengan
bimbingan beliau telah selesai makalah ini ditulis, dan terimakasih kepada
segenap orang-orang yang telah membantu kelancaran penulisan makalah,
khususnya kepada anggota kelompok yang berusaha dan berjuang bersama.
Berikut kami penulis mempersembahkan makalah dengan judul
“MATERI PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF AL-QURAN DAN
SUNNAH”. Ditulis untuk memenuhi tugas kelompok pada mata kuliah Tafsir dan
Hadits Tarbawi.
Semoga dapat menambah ilmu pengetahuan kita yang membaca. Aamiin.
Serta saran dan kritikan yang membangun sangat kami penulis harapkan karena
tentunya dalam penulisan makalah ini sangat jauh dari kata sempurna.
Terimakasih

Pekanbaru, Kamis 22 November 2022

Penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTARi ........................................................................... 1


DAFTAR ISI .......................................................................................... 2

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .................................................................................. 3


B. Rumusan Masalah ............................................................................. 4
C. Tujuan Penulisan............................................................................... 4

PEMBAHASAN
A. Pengertian Materi Pendidikan ........................................................... 5
B. Materi Pendidikan Dalam Perspektif Al-Quran dan Sunnah .............. 6

PENUTUP
A. Kesimpulan ....................................................................................... 17
B. Saran................................................................................................. 17

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 18

2
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam islam pendidikan di atur sesuai dengan tuntunan Al-Quran dan
Sunnah, telah dicontohkan oleh Rosulullah SAW dimasanya lalu dilanjutkan
pada masa khulafah dan seterusnya hingga saat ini oleh para tabi’in dan para
ulama. Menuntut ilmu adalah suatu kewajiban bagi setiap muslim karenanya
pendidikan adalah suatu hal penting dalam kehidupan umat. Secara umum
tujuan pendidikan dalam perspektif Al-Quran dan Sunnah adalah untuk
menjadikan insan yang bertaqwa dan taat kepada Allah SWT dan suatu
bentuk ibadah sebagai kholifah di muka bumi.
Maka dalam pendidikan itu tentunya akan ada materi, metode, macam-
macam pendidikan, pendidikan formal dan non formal, yang kesemuanya itu
telah diatur dengan baik oleh Allah dalam Al-Quran dan Sunnah. Sehingga
perlunya pendidik dan peserta didik untuk mengkajinya dalam melaksanakan
proses dalalm mencapai tujuan pendidikan.
Materi dalam pendidikan adalah suatu hal utama atau salah satu asas
pendidikan sehingga materi sangat diperlukan.. Materi atau bahan merupakan
komponen dari program pembelajaran. Dalam suatu pembelajaran, materi
bukanlah merupakan tujuan, tetapi sebagai alat untuk mencapai tujuan.
Karena itu, penentuan materi didasarkan pada tujuan. 1
Berdasarkan demikian dalam makalah ini kami penulis akan mengkaji
dan menyajikan sedikit dari penjelesan mengenai materi pendidikan sesuai
dengan tujuan pendidikan dalam perspektif Al-Quran dan Sunnah. Apa
pengertian dari materi itu dan bagaiman materi pendidikan itu menurut
perspektif Al-Quran dan Sunnah.

1
Chabib Thoha, Saifuddin Zuhri, Syamsuddin Yahya, Metodologi Pengajaran Agama, Pustaka
Pelajar, Yogyakarta: 2004, hal. 16

3
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan materi pendidikan?
2. Bagaiman materi pendidikan dalam perspektif Al-Quran dan Sunnah?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan materi pendidikan
2. Untuk mengetahui bagaimana materi pendidikan dalam perspektif Al-
Quran dan Sunnah

4
PEMBAHASAN

A. Pengertian Materi Pendidikan


Materi adalah bahan-bahan atau keterampilan dan tingkah laku yang
dilatihkan kepada anak melalui suatu proses pendidikan untuk mencapai
tujuan pendidikan. Kumpulan materi dalam struktur biasanya disebut dengan
kurikulum. Sedangkan Al-Quran dan Sunnah bukanlah merupakan
kurikulum, namun didalamnya terdapat berbagai materi pendidikan yang
berkaitan dengan tujuan.
Tidak begitu berbeda dengan materi pembelajaran menurut Pannen
yang dikutif H. Abdul Hamid, materi pembelajaran adalah bahan atau materi
yang disusun secara sistematis, yang digunakan oleh guru dan siswa dalam
proses pembelajaran. 2
Maka, materi pembelajaran atau materi pendidikan dalam perspektif
islam berdasarkan Al-Quran dan Sunnah adalah bahan ajar yang di ajarkan
dalam proses pendidikan atau pembelajaran yang sesuai dengan tujuan
pendidikan menurut Al-Quran dan Sunnah.

B. Materi Pendidikan Dalam Perspektif Al-Quran dan Sunnah


Secara umum dan garis besarnya ada empat materi pokok pendidikan
dalam perspektif Al-Quran dan Sunnah yaitu: Tauhid (iman kepada Allah),
ibadah mahdhoh dan ghoiru mahdhoh, akhlak (moral), dan ilmu pengetahuan
(teknologi). 3 Materi pendidikan dalam al-Qur'an yang tersebar dalam
berbagai surah dan ayat itu mengacu atau menggunakan pendekatan
teosentrisme Humanistik.
Berarti semua bidang akan selalu meniti proses pemikiran dan
perbuatan dalam kerangka untuk mentauhidkan Allah serta perwujudan dari
pengabdian kepada-Nya. Dan semua ilmu atau keterampilan dan aturan
2
Abdul Hamid Dkk, Pembelajaran Bahasa Arab, Malang: Uin Malang Press, 2008. Hal 71
3
Mahyudin Barni, Pendidikan Dalam Perspektif Al-Quran, Pustaka Prisma, Yogyakarta: 2011, hal.
118

5
tingkah laku bukan untuk kepentingan Allah, melainkan untuk keselamatan
dan kesejahteraan umat manusia itu sendiri. Inilah efistimologi ilmu atau
materi pendidikan dalam al-Qur`an yang berbeda dengan efistimologi ilmu di
dunia Barat.
Sedangkan sunnah merupakan dasar pendidikan islam setelah Al-
Quran dengan menjadikan nabi Muhammad SAW sebagai teladan bagi
umatnya (QS. Al-Ahzab ayat ke 21).4

Noeng Muhadji5 mengelompokkan ilmu-ilmu yang Islami itu kepada


dua bagian, yaitu:
1. Ilmu qauliyah yang berangkat dari tiga pilar agama, yaitu aqidah atau
iman, akhlak atau ihsan, dan muamalah atau islam.
2. Ilmu-ilmu kauniyah yang harus koheren dengan tiga pilar tersebut di atas.
Dari konsep itu,nbeliau membuat garis (kerangka pendekatan) disiplin
ilmu yang Islami, yaitu:
1. Ilmu-ilmu Humaniora harus mengacu kepada aqidah, artinya setiap ilmu
Humaniora hendaknya mempertebal keimanan bukan membawa kepada
kemusyrikan.
2. Ilmu-ilmu Sosial lebih difokuskan acuannya kepada tumbuh suburnya
akhlak terpuji.
3. Psikologi yang mencoba mencermati kejiwaan manusia dan masyarakat,
harus menuju kepada perilaku yang lebih terpuji (akhlak).
4. Ekonomin acuannya adalah moral dan syari’at.
5. Sains dan teknologi untuk mempertebal aqidah dan ibadah. Oleh karena itu
harus selalu dikonsultasikan dengan syar’i.
Berdasarkan pemikiran Noeng Muhadji tersebut semua materi yang
terkandung dalam Al-Quran tidak ada yang menyimpang dari tujuan
pendidikan. Kesemuanya membentuk manusia yang taat, bertaqwa, berilmu,

4
Al-Quran
5
Noeng Muhadji, Filsafat Ilmu, Telaah Sistematis Fungsional Komparatif, Rake Sarasin, Cet. II,
Yogyakarta, 1998, hal. 48-49

6
dan berakhlak mulia yang menjadikan insan yang sholeh untuk mencapai
kebahagiaan dunia dan akhirat.

Berikut beberapa paparan dari sebagian ayat yang berkaitan dengan


materi pendidikan.

1. Surah Al-Ikhlas ayat 1-4


‫صمد ُ لم يلِد ولم يُولد ولم يكُن لَهُ كُفُ ًوا أحد‬ َ ‫قُل هُو‬
َ ‫ّللاُ أحد ّللاَ ُ ال‬
Artinya: Katakanlah: "Dia-lah Allah, yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan
yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tiada beranak dan tidak
pula diperanakkan. Dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia.
Surah Al-Ikhlas merangkum rukun-rukun terpenting sebagai
landasan misi (risalah) yang dibawa oleh Nabi Muhammad Saw, yaitu: a.
Tauhid dan tanzih bagi Allah (meng- esakan Allah dan tidak melekatkan
kepadanya sifat yang sama sepenuhnya dengan sifat makhluk atau sifat
yang tak layak bagi-Nya); b. Penetapan batasan-batasan umum bagi
penilaian segala perbuatan; yang baik dan yang buruk (yang disebut
dengan syari'ah); c. Berbagai keadaan yang menyangkut jiwa manusia
setelah mati, seperti balasan baik (surga) atau buruk (neraka).6
Tauhid dan tanzih untuk mengeluarkan bangsa Arab dan bangsa-
bangsa lainnya dari syirik (penyekutuan) dan tasybih (penyerupaan Allah
dengan sesuatu). Katakanlah bahwa Allah itu ahad. Kata ahad berarti
sesuatu yang tunggal dalam zatnya; tidak tersusun dari pelbagai substansi
yang berbeda- beda. Ia bukan materi, dan tidak pula berasal dari pelbagai
unsur nonmateri. Inilah pokok pangkal akidah, puncak dari kepercayaan.
Mengakui bahwa yang dipertuhan itu Allah nama-Nya. Tidak ada Tuhan
selain Dia, Dia Maha Esa, mutlak Esa tunggal, tidak bersekutu yang lain
dengan Dia.7 Menurut Abu al-Su'ud, kata huwa menunjuk kepada Allah
adalah untuk memberi kesan bahwa Dia, Yang Maha Kuasa itu,

6
Muhammad Abduh, Tafsir Juz 'Amma, al-Sya'ab, Mesir, Tth hal. 363..
7
Lihat, Muhammad Abduh, Tafsir Juz Amma, hal. 364. Lihat, Hamka, Tafsir Al-Azhar, Jilid 30,
Pustaka Panjimas, Jakarta, 1984, hal. 296-297

7
sedemikian terkenal dan nyata, sehingga hadir dalam benak setiap orang,
dan bahwa kepada-Nya selalu tertuju segala isyarat.8
Ada dua pengertian yang popular dari kata al-shamad, yaitu: sesuatu
yang tidak memiliki rongga, dan sesuatu (tokoh terpuncak) yang menjadi
tumpuan harapan. Sesuatu yang tidak memiliki rongga mengandung arti
bahwa ia sedemikian "padat" dan atau bahwa ia tidak membutuhkan
sesuatu untuk dimasukkan ke dalamnya, seperti makanan atau minuman.
Allah tidak membutuhkan makanan, tidak ada sesuatu yang keluar dari-
Nya, tidak beranak dan tidak diperanakan. Sesuatu yang menjadi tumpuan
harapan mempunyai arti bahwa Allah adalah zat yang kepada-Nya
bertumpu semua harapan makhluk, Dia yang diharapkan untuk memenuhi
kebutuhan makhluk serta menanggulangi kesulitan mereka. Mayoritas
ulama memahami seperti ini9
Allah mustahil memerlukan anak, karena Allah hidup terus, tidak
akan pernah mati, sehingga Dia tidak memerlu- kan anak yang akan
melanjutkan atau menyambung kekua- saan-Nya. Dia tidak diperanakkan,
karena kalau Dia punya bapa, tentu si anak lahir ke dunia dari ayahnya,
dan ayah itu pun kemudian mati. Dan kalau si anak itu kemudian baru
lahir, jelaslah bahwa si anak itu ketuhanan atau kekuasaan yang tidak
perlu, kalau diakui bahwa si bapa kekal dan tidak mati. 10 Jadi dengan
demikian jelaslah bahwa mustahil Allah beranak dan mustahil pula Dia
diperanakkan.
Tidak ada bagi-Nya yang setara, seorang jua pun memiliki arti
bahwa Allah itu mutlak kekuasaanNya, tiada terbagi, tiada bandingan dan
tiada tandingan. Tidak ada tuhan yang menganggur, belum bertugas sebab
bapanya masih ada.11 Memang ada sementara kaum yang meyakini adanya

8
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Qur'an al-Karim, Tafsir Atas Surat-Surat Pendek Berdasarkan Urutan
Turunnya Wahyu, Bandung, Pustaka Hidayah. 1997. hal. 666
9
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Qur'an al-Karim, Tafsir Atas Surat-Surat Pendek Berdasarkan Urutan
Turunnya Wahyu, hal. 671
10
Lihat, Hamka, Tafsir al-Azhar, Juz. 30, hal. 297-298.
11
Lihat, Menurut Ibn Wayyim Qulwullahu ahad adalah puncak ilmu tentang akidah. Itu sebabnya
Nabi mengarakan sepertiga al-Qur'an. Hamka, Tafsir Al-Azhar, Jilid 30, hal. 298

8
penguasa selain Allah, misalnya dengan menyatakan bahwa Allah hanya
menciptakan kebaikan, sedang setan merupakan sekutu Allah yang
menciptakan kejahatan. Nah, ayat ini menafikan hal tersebut, sehingga
kedua ayat terakhir ini menafikan segala macam kemusyrikan terhadap
Allah swt.
Kalau ayat dalam surat ini dikaitkan dengan pendidik- apan, jelaslah
bahwa materi yang disampaikan dalam pendi- dikan adalah tentang tauhid
atau mengesakan Allah. Tauhid ini pula yang menjadi materi pokok awal
yang diajarkan Rasulullah Saw ketika menyampaikan risalahnya.

2. Surah Luqman ayat 13-19


‫اّلل ِإ َن الشِرك لظُ ِل ُم عظِ يم‬ َ ‫ وهُو ي ِعظُه ُ يبُن‬،ِ‫و ِإذ قال لُقم ُن ِِلب ِنه‬
ِ َ ‫ي ِل تُش ِرك ِب‬
Artinya: Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu
ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu
mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah
benar-benar kezaliman yang besar.
Luqman memberikan nasihat dengan cara menyentuh hati, yaitu
dengan ucapan yang mengandung peringatan dan ancaman. Ini dilakukan
Luqman dengan penuh kasih sayang. Luqman memulai nasehatnya dengan
menekankan perlunya menghindari syirik/mempersekutukan Allah.
Larangan ini sekaligus mengandung pengajaran tentang wujud dan
keesaan Allah. Redaksi pesannya berbentuk larangan adalah menekankan
perlunya meninggalkan sesuatu yang buruk sebelum melaksanakan yang
baik. 12
‫اْلنسان بِوالِدي ِه حملتهُ أ ُ ُّمهُ وهنًا على وهن وفِصلُهُ فِي عامي ِن أ ِن اشكُر لِي‬
ِ ‫صينا‬
َ ‫وو‬
‫صير‬
ِ ‫ولِوالِديك إِلى الم‬
Artinya : Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik)
kepada dua orang ibu-bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam
keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua

12
Lihat, M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah, Vol. 11, Lentera Hati, Cet. II, Jakarta, 2004, hal. 125-
127.

9
tahun. Bersyukurlah kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya
kepada-Kulah kembalimu.
Ayat di atas tidak menyebut jasa bapak, tetapi mene- kankan pada
jasa ibu. Ini disebabkan ibu berpotensi untuk tidak dihiraukan oleh anak,
karena kelemahan ibu. Meskipun peranan Bapak dalam konteks kelahiran
lebih ringan dibading dengan peran ibu, tetapi jasa Bapak tidak dapat
diabaikan, karena itu, keduanya harus dihormati, disayangi, dan dipergauli
dengan baik.13
‫وإِن جهداك على أن تُش ِرك بِي ما ليس لك بِ ِه عِلم فل تُطِ ع ُهما وصاحِ ب ُهما فِي الدُّنيا مع ُروفًا‬
‫وات َ ِبع س ِبيل من أناب ِإلى ث ُ َم ِإلى مر ِجعُكُم فأُن ِبئُكُم بما كُنتُم تعملُون‬
Artinya : Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan
dengan aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, Maka
janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia
dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian
hanya kepada-Kulah kembalimu, Maka Kuberitakan kepadamu apa yang
telah kamu kerjakan.
Setelah ayat yang lalu menekankan pentingnya berbakti kepada
orang tua (ibu bapak), kini diuraikan kasus yang merupakan pengecualian.
Seorang anak tidak perlu mentaati perintah orang tua yang memaksa untuk
berbuat syirik. Meski demikian, seorang anak tetap harus berbakti kepada
kedua orang tuanya selama tidak bertentangan dengan ajaran agama, yaitu
dalam urusan dunia. Berbakti kepada orang tua yang musyrik itu dilakukan
dengan cara pergaulan yang baik, tidak sampai mengorbankan prinsip
agama. Karena itu, perhatikan tuntunan agama dan ikuti jalan orang-orang
yang selalu kembali kepada Allah. 14
‫ت‬
ِ ‫ض يأ‬ ِ ‫يبنى إِنَها إِن تكُ مِثقال حبَة مِن خردل فتكُن فِي صخرة أو فِي السَموا‬
ِ ‫ت أو فِي اْلر‬
‫ّللاُ ِإ َن ّللاَ لطِ يف خ ِبير‬
َ ‫ِبها‬
Artinya : (Luqman berkata): "Hai anakku, Sesungguhnya jika ada
(sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di

13
Lihat, M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah, Vol. 11, hal. 129-130.
14
Lihat, M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah, Vol. 11, hal. 131-132

10
langit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya
(membalasinya). Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi maha mengetahui.
Ayat di atas menjelaskan tentang wasiat Luqman kepada anaknya
agar selalu waspada terhadap rayuan yang telah mengajak dan
mempengaruhi manusia untuk melakukan perbuatan-perbuatan dosa. Apa
yang dilakukan manusia, baik itu dari yang besar sampai yang sekecil-
kecilnya, dari yang nampak maupun yang tidak nampak, dari yang terlihat
dan yang tersembunyi, baik di langit maupun di bumi, pasti dike- tahui
oleh Allah. Allah pasti akan memberi balasan yang setimpal dengan
perbuatan manusia. 15
‫صل ٰوة وأ ُمر ِبالمع ُروفِ وأنه ع ِن ال ُمنك ِر واص ِبر على ما أصابك ِإ َن ذلِك مِن عز ِم‬
َ ‫ينبني أق ِِم ال‬
ِ ‫اْل ُ ُم‬
‫ور‬
Artinya : Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia)
mengerja- kan yang baik dan cegablah (mereka) dari perbuatan yang
mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu.
Sesungguhnya yang demikian itu Termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh
Allah).
Luqman mewasiatkan kepada anaknya untuk selalu mendirikan
shalat dengan sebaik-baiknya, sehingga shalat itu diridlai Allah. Jika shalat
diridlai Allah, maka perbuatan keji dan munkar dapat dicegah. Dengan
demikian, jiwa menjadi bersih, dan tidak ada kekhawatiran terhadap diri
orang itu. Mereka tidak bersedih hati, bila ditimpa musibah musibah dan
merasa diri semakin dekat dengan Allah.16
‫ّللا ِل يُحِ بُّ كُ َل ُمختال ف ُخور‬
َ ‫ض مر ًحا إِ َن‬ ِ َ‫وِل تُصعِر خدَك لِلن‬
ِ ‫اس وِل تم ِش فِي اْلر‬
‫مِير‬ ِ ‫صد فِي مشيِك وأغضُض مِن صوتِك إِ َن أنكر اْلصوا‬
ِ ‫ت لصوتُ الح‬ ِ ‫وأق‬
Artinya : Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia
(karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan
angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong
lagi mem- banggakan diri. Dan sederhanalah kamu dalam berjalan dan

15
Lihat Ahmad Musthafa Al-Maraghi, Tafsir Al-Maraghi, Juz 4, Dar Al-Fikr, Ttp., Tth, hal
16
Lihat Ahmad Musthafa Al-Maraghi, Tafsir Al-Maraghi, Juz 4, Dar Al-Fikr, Ttp., Tth, hal

11
lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara
keledai.
Nasehat Luqman di atas berkaitan dengan akhlak dan sopan santun
berinteraksi dengan sesama manusia. Nasehat Luqman ini berisi agar
anaknya tidak memalingkan muka dari manusia, karena didorong oleh
penghinaan dan kesom- bongan. Seharusnya seseorang bila berhadapan
dengan manusia hendaklah dengan wajah berseri dan penuh rendah hati.
Bila berjalan hendaklah berjalan dengan lemah lembut penuh wibawa,
tidak membusungkan dada dan tidak merun- duk bagaikan orang sakit,
tidak berlari tergesa-gesa dan tidak telalu lambat sehingga menghabiskan
waktu. Demikian juga ketika bersuara hendaklah bersuara dengan
lembut.17
Luqman menurut jumhur ulama adalah seorang yang saleh berasal
dari budak berkulit hitam (negro) dari Sudan. Sedang menurut segelintir
ulama, Luqman adalah Nabi. 18
Terlepas dari siapakah Luqman yang sebenarnya, yang pasti
namanya diabadikan dalam al-Qur'an. Al-Maragi mengatakan bahwa
pengabadian nama Luqman dalam al- Qur'an disebabkan dia adalah
seorang ahli Hikmah dan pelajaran dan i'tibar. Ini terbukti antara lain
dengan cara dia memberi nasehat kepada anaknya, yaitu: hai anakku, dunia
ini bagaikan laut yang dalam, sungguh banyak manusia yang tenggelam di
dalamnya. Oleh karena itu, jadikanlah takwa sebagai kapalmu.19
Secara garis besar pesan pendidikan yang dikandung oleh surat
Luqman/31: 13-19 dapat diklasifikasikan kepada tiga aspek, yaitu
pendidikan tauhid, pendidikan syari'at, dan pendidikan moral (akhlak).
Semua ini merupakan sebagian materi dari pendidikan Islam.
Materi yang berkaitan dengan tauhid terdapat pada ayat 13, yaitu
nasehat Luqman kepada anaknya untuk tidak mensekutukan Allah dengan

17
Lihat, M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, Vol. 11, hal 138-139
18
Lihat, Abu al-Fida al-Hafidz, Ibn Katsir al-Dimasyqiy, Tafsir Al-Quran al-Azim, Jilid 2, Maktabah
al-Nur al-Ilmiyyah, Bairut, 1995/1416, hal. 427
19
Lihat Ahmad Musthafa Al-Maraghi, Tafsir Al-Maraghi, Juz 21, Dar Al-Fikr, Ttp., Tth, hal 78

12
yang lain. Syirik merupakan aniaya yang sangat besar. Menurut al-
Syaukani, syirik itu dilarang, karena dua alasan. Pertama, orang yang
syirik itu telah melakukan aniaya yang sangat besar. Karena itu, di akhirat
nanti, dia tidak akan dapat melihat apapun (berada dalam kegelapan).
Kedua, syirik adalah memalingkan hak dari orang yang punya hak. Yang
punya hak disembah dan dipatuhi hanyalah Allah. Bila seseorang
menyembah dan tunduk kepada selain Allah berarti dia memberikan hak
kepada orang yang tidak berhak.20
Syari'at berkaitan dengan aturan-aturan hukum. Ini dapat terlihat dari
ayat 17 berupa seruan Luqman kepada anaknya untuk melakukan shalat,
karena shalat itu kunci dari segala kebaikan dan merupakan induk ibadah.
Shalat merupakan bentuk dari pendidikan syariat yang bersifat vertikal.
Sementara itu, pendidikan syariat yang bersifat hori- zontal terdapat dalam
perintah amar ma'ruf nahi munkar (menyuruh berbuat baik dan mencegah
berbuat munkar).
Materi pendidikan moral adalah materi yang terbanyak dalam surat
Luqman/31: 13-19 ini. Bentuk pendidikan moral itu adalah mensyukuri
nikmat Allah, berbuat baik kepada orang tua, membiasakan amalan-
amalan baik meski sangat kecil, tidak boleh sombong, sederhana dalam
perjalanan, serta santun atau lemah lembut dalam bersuara.
Menurut Mahmud Yunus, berbuat baik kepada orang tua adalah
melaksanakan perintah kedua orang tua selama perintah itu tidak
bertentangan dengan peraturan agama." 21 Keharusan berbuat baik kepada
orang tua menurut al- Mawardi disebabkan oleh kesusahan yang diderita
ibu di waktu hamil yang berada dalam kondisi sangat sulit dan di waktu
dia menyusui anaknya, serta pendidikan yang dilakukan orang tua.22
Membiasakan berbuat kebaikan, meskipun kecil adalah suatu hal
yang harus dilakukan, karena semua itu akan mendapat balasan dari Allah.

20
Lihat, Imam al-Syaukani, Zabdah al-Tafsir min Fath al-Qadir, Dar al-Salam, Riyadh, 1994, hal.
541.
21
Lihat, Mahmud Yunus, Tafsir Al-Quran, Hidakarya Agung, Jakarta, 2004, hal 604.
22
Lihat, Al-Mawardi, Tafsir Al-Mawardi, jilid 4, Dar Al-Kutub, Bairut, Tth., hal. 237.

13
Tuntunan ini hendaknya menumbuhkan gairah hati orang-orang supaya
bekerja menurut bakatnya, dan beramal menurut kesanggupannya. 23
Larangan berlaku sombong digambarkan dalam ayat 18 dalam
bentuk larangan memalingkan pipi bila bertemu dengan manusia.
Memalingkan pipi dari manusia merupakan indikasi dari orang yang
merasa diri lebih baik dari orang lain. Orang yang sombong biasanya
memalingkan muka bila bertemu dengan orang lain, karena dia tidak suka
berhadapan dengannya. 24
Menurut al-Mawardi, sederhana dalam berjalan ialah tawadlu', yaitu
melihat perjalanan di mana kaki akan menginj- ak, dan tangkas dalam
perjalanan, yaitu tidak terlalu cepat dan tidak terlalu lambat, dan jangan
mengkhayal. 25 Sementara menurut Mahmud Yunus, sederhana dalam
berjalan adalah berjalan di muka bumi dengan sopan, tidak terlalu
bergegas dan tidak terlalu lambat, tidak terlalu gembira seolah-olah akan
menginjak-injak orang yang ada di hadapan. Allah senang kepada orang
yang berjalan dengan sederhana, bertingkah laku baik, menyapa orang
yang patut disapa dan mengucapkan salam kepadanya. 26
Lemah lembut dalam bersuara adalah berkata dengan baik, cukup
sekadar bisa didengar orang lain tanpa berteriak. Kalau seseorang sudah
punya wibawa, pembicaraannya akan didengar orang, meski pembicaraan
itu dilakukan dengan bahasa yang santun dan kata-kata yang lunak. Ini
merupakan pendidikan moral bagi seseorang dalam bertutur kata.
Pada penjelasan lain dalam surah luqman ayat 12-19 tentang materi
pendidikan. Pada ayat tersebut, Al-Qur'an menggunakan kata al-wa atau
al-idzdzah sebagai istilah pendidikan. Kata tersebut menurut al-Maraghi
berarti tadzkir bi al- khair yariqqu lahu al-qalb, yang artinya peringatan
agar melakukan kebaikan dengan cara yang menyenangkan hati. Pada ayat
tersebut Allah memerankan diri-Nya sebagai Guru yang mengajar Luqman

23
Lihat, Hamka, Tafsir al-Azhar, JUZ 21, HAL 136
24
Lihat, Mahmud Yunus, Tafsir Al-Quran, hal 609
25
Lihat, Al-Mawardi, Tafsir Al-Mawardi, Jilid 4, hal 240
26
Lihat, Mahmud Yunus, Tafsir Al-Quran, hal 609

14
dengan al-hikmah dan memerankan Luqman sebagai guru yang mengajar
anaknya.
Selanjutnya pada ayat tersebut juga diungkapkan tentang materi
pelajaran yang diberikan Luqman kepada anaknya. Materi atau pelajaran
tersebut berkaitan dengan aspek: (1) Keimanan kepada Tuhan dengan
semurni-murninya dengan menjauhkan berbagai perbuatan yang dapat
menimbulkan perbuatan musrik. (2) Berbuat baik kepada orang tua. (3)
Beribadah kepada Allah SWT. (4) Memiliki kepedulian terhadap
lingkungan dengan cara menyuruh orang lain berbuat kebaikan serta tidak
membiarkan tumbuh berkembangnya berbagai kemungkaran. (5) Memiliki
akhlak yang mulia yang tercermin pada sikap rendah hati dan membangun
hubungan kemitraan dengan orang lain atas dasar kesetaraan derajat dan
kesamaan kesempatan, menjauhkan sikap egois, sombong, dan merasa
hebat sehingga cenderung meremehkan orang lain. 27
Hubungan ayat al-Qur'an dengan materi kurikulum lebih lanjut dapat
dijumpai pada sifat dan muatan ayat-ayat yang turun di Mekkah dan
Madinah. Quraish Shihab misalnya, mengatakan bahwa Muhammad SAW
pada awal turunnya wahyu pertama (iqra) belum dilantik menjadi rasul.
Dengan wahyu yang pertama itu, beliau baru merupakan seorang Nabi
yang tidak ditugaskan untuk menyampaikan apa yang diterimanya. Baru
setelah turun wahyu kedualah beliau ditugaskan untuk menyampaikan
wahyu yang diterimanya. Kandungan wahyu Ilahi berkisar pada tiga hal
yaitu (1) Pendidikan bagi Rasulallah SAW dalam membentuk
kepribadiannya; (2) Pengetahuan dasar mengenai sifat dan afal Allah; (3)
Keterangan mengenai dasar-dasar akhlak islamiyah serta bantahan-
bantahan secara umum mengenai pandangan hidup masyarakat jahiliyah
ketika itu.28
Adapun surah yang turun di Madinah berlangsung selama 10 tahun
ditandai oleh keterkaitan ayat-ayat tersebut dalam menjawab berbagai

27
Abudin Nata: 2016 : 176
28
Quraish Shihab: 1992 hal 35-37

15
masalah yang timbul. Ayat-ayat yang turun di Madinah banyak berisikan
bimbingan kepada kaum muslimin menuju jalan yang diridhoi Allah
disamping mendorong mereka untuk berjihad di jalan Allah. 29

3. Surah Ar-Rum ayat 50


‫ّللا كيف تُحي ِ اْلرض بعد مو ِتها ِإ َن ذلِك ل ُمحي ِ الموتى وهُو على كُ ِل شيء‬
َِ ‫ت‬ ُ ‫فان‬
ِ ‫ظر ِإل ٰى واث ِر رحم‬
Artinya : Maka perhatikanlah bekas-bekas rahmat Allah, bagaimana Allah
menghidupkan bumi yang sudah mati. Sesungguhnya (Tuhan yang
berkuasa seperti) demikian benar-benar (berkuasa) menghidupkan orang-
orang yang Telah mati. dan dia Maha Kuasa atas segala sesuatu.
Ayat ini mengisyaratkan bahwa sepanjang mata memandang dan
sampai batas akhirnya, seseorang selalu akan menemukan rahmat Allah.
Cara Allah menumbuhkan pepohonan di tanah yang gersang, lalu tumbuh
dan berkembangnya aneka tumbuhan akibat turunnya hujan merupakan
salah satu bekas rahmat Allah. Ayat ini juga mengandung pembuktian
tentang adanya hari Kebangkitan. Jika tanah yang gersang itu dapat
menumbuhkan tumbuhan yang hidup segar atas kuasa Allah, maka Allah
juga kuasa menghidupkan manusia dari kematiannya. 30
Ayat ini mendorong seseorang untuk melihat fenomena alam, yaitu
mengamati tanah yang mulanya tandus lalu men- jadi subur setelah
disiram air hujan. Dengan mengamati fenomena alam, manusia dapat
menyadari betapa besar kekuasaan Allah. Pengamatan terhadap fenomena
alam dapat melahirkan ilmu pengetahuan yang datanya bersumber dari
empirik.

29
Jurnal Desti Widiani, Konsep Pendidikan dalam Perspektif Al-Quran
30
Lihat, M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, Vol. 11, hal 91-92

16
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan di atas penulis menyimpulkan bahawa materi
pendidikan dalam perspektif islam berdasarkan Al-Quran dan Sunnah adalah
bahan ajar yang di ajarkan dalam proses pendidikan atau pembelajaran yang
sesuai dengan tujuan pendidikan. Adapun tujuan pendidikan secara umum
sesuai dengan perspektif Al-Quran dan Sunnah adalah untuk menjadikan
insan yang bertaqwa dan taat kepada Allah SWT dan suatu bentuk ibadah
sebagai kholifah di muka bumi.
Materi pendidikan berdasarkan Al-Quran dan Sunnah ada empat garis
besar, yaitu pendidikan aqidah atau tauhid, pendidikan ibadah atau syari'at,
pendidikan moral atau akhlak, dan pendidikan ilmu pengetahuan (sains dan
teknologi). Pendidikan aqidah berkaitan dengan keyakinan akan ke-Esaan dan
ke-Mahakuasaan Allah. Pendidikan ibadah berkaitan dengan perintah
melaksanakan shalat dan perintah untuk melakukan amar ma’ruf nahi
munkar.
Adapun pendidikan akhlak berkaitan dengan perintah berbuat baik
kepada orang tua, larangan sombong dan lainnya. Sedangkan pendidikan ilmu
pengetahuan berkaitan dengan fenomena alam sehingga menyadarkan tentang
kebesaran Allah SWT dan perkembangan sains dan teknologi. Sehingga
dengan adanya materi pendidikan ini menambah keimanan dan mencapai
tujuan pendidikan menjadi hamba-nya yang bertaqwa.

B. Saran
Dalam penulisan makalah ini tentunya tidak luput dari kesalahan dan
jauh dari kata sempurna oleh karenanya penulis mengharapkan agar pembaca
membaca dari berbagai sumber yang ada untuk kelengkapan ilmu
pengetahuan yang didapat.

17
DAFTAR PUSTAKA

Al-Quran Al-Karim

Abdul Hamid Dkk, Pembelajaran Bahasa Arab, Malang: Uin Malang Press, 2008

Abudin Nata, 2016

Al-Mawardi Tafsir Al-Mawardi Jilid 4, Dar Al-Kutub, Bairut: 1995/ 1416

Ahmad Musthafa Al-Maraghi, Tafsir Al-Maraghi, Juz 21 Dar Al-Fikr

Chabib Thoha, Saifuddin Zuhri, Syamsuddin Yahya, Metodologi Pengajaran


Agama, Pustaka

Hamka, Tafsir Al-Azhar Juz 21

Hamka, Tafsir Al-Azhar Jilid 30

Imam Al Syaukani, Zabdah Al Tafsir Min Fath Al-Qadir, Dar Al As-Salam,


Riyadh, 1994

Mahmud Yunus, Tafsir Al-Quran, Hidakarya Agung, Jakarta: 2004

Mahyudin Barni, Pendidikan Dalam Perspektif Al-Quran, Pustaka Prisma,


Yogyakarta: 2011

M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, Vol. 11, Lentera Hati, Cet Ii, Jakarta: 2004

M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Quran Al-Karim

Muhammad Abduh, Tafsir Juz ‘Amma, Al-Sya’ab, Mesir:

Noeng Muhadji, Filsafat Ilmu, Telaah Sistematis Fungsional Komparatif, Rake


Sarasin, Cet. Ii, Yogyakarta: 1998

18

Anda mungkin juga menyukai