Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH STUDI AL-QUR’AN DAN HADIST

Pendidik dan Peserta Didik Dalam Al-Quran

Dosen Pengampuh :

Dr. Kasmantoni, M. Ag

DISUSUN OLEH :

Eza Qurnia Hayati  2223540032

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) FATMAWATI SUKARNO BENGKULU


PROGRAM PASCASARJANA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
2022
DAFTAR ISI
BAB I...............................................................................................................................................3

PENDAHULUAN...........................................................................................................................3

A. Latar Belakang......................................................................................................................3

B. Rumusan Masalah.................................................................................................................4

C. Tujuan Penulisan.....................................................................................................................4

BAB II.............................................................................................................................................5

PEMBAHASAN..............................................................................................................................5

A. Pengertian Pendidikan..........................................................................................................5

B. Pendidik..................................................................................................................................6

C. Peserta didik..........................................................................................................................11

KESIMPULAN..............................................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................15

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Islam merupakan Agama yang bersifat Universal dimana ajaran agama islam yang
dapat dipelajari oleh seluruh umat manusia. Manusia memang telah dikarunia
kemampuan dasar yang bersifat jasmaniah dan rohaniah, agar  manusia mampu
menjalani  hidup dengan sejahtera dan sesuai dengan aturan-aturan yang telah digariskan
Allah swt. Akan tetapi kemampuan dasar tersebut tidak akan banyak artinya apabila tidak
dikembangkan dan diarahkan melalui proses kependidikan. Dengan demikian boleh
dikatakan bahwa pendidikan merupakan kunci dari segala keberhasilan hidup manusia.
kesempurnaan ajarannya terletak pada misi dan misi yang terdapat di dalam Al-Quran
dan Al-Hadist diaman telah banyak dijelaskan mengenai  seluruh aspek kehidupan
manusia, mulai dari ekonomi, sosial, kesehatan, dan banyak lainhal nya termasuk aspek
pendidikan.
 Aspek pendidikan adalah hal yang banyak membawa dampak dalam beradapan
islam. dimana aspek pendidikan selalu berkembang sesuai dengan perkembangan
zaman.Aspek pendidikan didalam kehidupan manusiaa merupakan suatu yang menjadi
perhatian penting didalam islam mengingat perannya yang sangat dominan dalam
pengembangan sumber daya insani (human resources) menuju terbentuknya manusia
sempurna (al insân al-kâmil). 
Dalam dunia pendidikan terdapat stuktur dan strategi pembelajaran dimana guna
mencapai sutu tujuan dalam pembelajaran. pembelajaran akan dapat berjalan apabila
terdapat pendidik dan pesertra didik, dengan adanya kedua syarat ini maka pembelajaran
akan dapat dilaksanakan. oleh karena itu pada makalah ini penulis akan memaparkan
deskripsi mengenai pendidik dan peserta didik dalam Al-Quran.
Bagian penting dalam proses Pembelajaran adalah pendidik yang memiliki
tanggung jawab besar dalam membimbing peserta didik kearah tujuan pendidikan.
pendidik bertanggung jawab dalam keberhasilan peserta didik, baik secara spiritual,
intelektual, moral, maupun fisik peserta didik. peserta didik dalam proses pendidikan
tentu sangatlah penting, selanjutnya dalam tulisan ini penulis mengemukakan hal tersebut

3
yang berkaitan dengan hakikat pendidik dalam perspektif pendidikan Islam. Pendidik
harus mampu membimbing dan mengarahkan peserta didiknya kepada hal yang positif
dan lebih baik, pada semua aspek yang dimiliiki peserta didik baik dari segi kognitif,
afektif, dan psikomotorik. Kaitannya dengan pembahasan ini, akan dibahas pada tulisan
ini berbagai pendapat yang bersumber dari agama Islam yakni Al-Qur’an dan Hadits.
Dalam kedua sumber tersebut banyak sekali terdapat literatur-literatur yang membahas
tentang pendidik1

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian pendidikan?
2. Bagaimana teori dan konsep pendidik dan peserta didik didalam Al-Quran?

C. Tujuan Penulisan
3. Untuk mengetahui pengertian pendidik dan peserta didik secara umum
4. Untuk mengetahui dan memahami konsep pendidik dan peserta didik berdasarkan
Al-Quran

1 Al-Tadzkiyyah: Jurnal Pendidikan Islam, Volume 6, Mei 2015 P. ISSN: 20869118 (Hal 93-94)

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Pendidikan
Ada tiga istilah arab yang biasa dimaknai sebagai pendidikan, yaitu; tarbîyah, ta’lîm dan
ta’dîb. Asal usul ketiga istilah tersebut bisa ditemukan dalam al-Qur‟an dan Sunnah.
Tentang mana dari ketiga istilah tersebut yang lebih tepat dijadikan istilah baku dalam
pendidikan, terdapat perbedaan pendapat di kalangan pakar pendidikan Islam.
Abdurrahmaal-Nahlawi2. Berpendapat bahwa istilah tarbîyah yang paling tepat untuk
menggambarkan pengertian pendidikan. Menurut al-Nahlawi, istilah tarbîyah bias dilacak
dari tigaasal-usul kata; pertama berasal dari kata rabâ-yarbû yang artinya bertambah dan
tumbuh. Dalam al-Qur'an pengertian ini dapat dilihat pada surat arRum: 39; 
َ ‫اس فَاَل يَرْ بُو ِع ْن َد هَّللا ِ ۖ َو َما آتَ ْيتُ ْم ِم ْن َز َكا ٍة تُ ِري ُدونَ َوجْ هَ هَّللا ِ فَُأو ٰلَِئ‬
َ‫ك هُ ُم ْال ُمضْ ِعفُون‬ ِ ‫َو َما آتَ ْيتُ ْم ِم ْن ِربًا لِيَرْ بُ َو فِي َأ ْم َو‬
ِ َّ‫ال الن‬
“Dan sesuatu riba (tambahan)yang kamuberikan agar dia menambah pada harta manusia,
maka riba itu tidak menambahpada sisi Allah. Dan apa yang kamu berikan berupa zakat
yang kamu maksudkan untuk mencapai keridlaan Allah, maka (yang berbuat demikian)
itulah orangorang yang melipat gandakan (pahalanya)”.
Kedua,berasal dari kata rabiya-yarbâ dengan wazn khafiyayakhfâ artinya menjadi besar.
Ketiga, berasal dari kata rabba-yarubbu dengan waznmadda- yamuddu artinya
memperbaiki, menguasai urusan, menuntun, menjaga dan memelihara.Untuk memperkuat
alasannya, al-Nahlawi mengutip pendapat Imam Baidawi dalam Tafsir Anwâr al-Tanzîl
wa-Asrâr al-Ta’wîl. Al-Baidawi mengatakan bahwa makna asal al-rabb adalah al-tarbîyah,
yaitu penyampaian sesuatu sedikit demi sedikit hingga sempurna. Senadadengan pendapat
ini adalah ar-Râghibal-Asfahânî yang mengatakan bahwa makna asal al-rabb adalah al-
tarbîyah, yaitu memelihara sesuatu sedikitdemi sedikit hinggasempurna3.
Abdurrahman al-Bani juga memperkuat pendapat al-Nahlawi. Dengan berlandaskan pada
pendapatal-Nahlawi, ia mengatakan bahwa pendidikan terdiri atas empat unsur. Pertama,
menjaga dan memelihara fitrah anak menjelang baligh. Kedua, mengembangkan seluruh
potensi dan kesiapan yang beragam. Ketiga, mengarahkan seluruh fitrah dan potensi

2 Abdurrahman al-Nahlawi, Prinsip-Prinsip dan Metode Pendidikan Islam dalam Keluarga, di Sekolah dan di
Masyarakat, terj. Herry Noer Ali, (Bandung ; Diponegoro, 1992), 30-32.
3 Ibid.,31

5
menuju kepada kebaikan dan kesempurnaan yang layak baginya. Keempat, proses ini
dilaksanakan secara bertahap. Akhirnya al-Nahlawi sampai pada satu kesimpulan tentang
kriteria makna pendidikan yaitu : Pertama, pendidikan adalah proses yang mempunyai
tujuan dan objek. Kedua, secara mutlak pendidik yang sebenarnya hanya Allah, pencipta
fitrah dan pemberi berbagai potensi. Dialah yang memberlakukan hukum dan tahapan
perkembangan serta interaksinya,dan hukum-hukum untuk mewujudkan kesempurnaan,
kebaikan dan kebahagiaan. Ketiga, pendidikan menuntut adanya langkah-langkah yang
secara bertahap harus dilalui oleh berbagai kegiatan pendidikan dan pengajaran, sesuai
dengan urutan yang telah disusun secarabertahap harusdilalui oleh berbagai kegiatan
pendidikan dan pengajaran, sesuai dengan urutan yang telah disusun secara sistematis.
Keempat, tugas pendidik harus mengikuti aturan penciptaan dan pengadaan yang
dikehendaki Allah.
Abdul Fattah Jalal berbedapandangan dengan Abdurahman alNahlawi. Menurut beliau
istilah yang paling tepat untuk menggambarkan pengertian pendidikan adalah al-ta’lîm.
Pendapat Jalal tersebut diilhami ayat al-Qur‟an surat al-Baqarah:151,
َ‫َاب َو ْال ِح ْك َمةَ َويُ َعلِّ ُم ُك ْم َما لَ ْم تَ ُكونُوا تَ ْعلَ ُمون‬
َ ‫َك َما َأرْ َس ْلنَا فِي ُك ْم َر ُسواًل ِم ْن ُك ْم يَ ْتلُو َعلَ ْي ُك ْم آيَاتِنَا َويُ َز ِّكي ُك ْم َويُ َعلِّ ُم ُك ُم ْال ِكت‬
Artinya : “Sebagaimana kami telah mengutus kepadamu Rasul diantara kamu yang
membacakan ayat-ayat kami kepadamu dan mensucikanmu dan mengajarkan kepada al-
Kitab dan al-Hikmah (as-Sunnah), serta mengajarkan kepadamu apa yang belum kamu
ketahui.”4. Dengan berpedoman pada substansi ayat di atas, Abdul Fattah Jalal
berpendapat bahwa ta’lîm lebih universal disbanding tarbîyah. Rasulullah pada waktu
mengajarkan al-Qur'an kepada umat Islam tidak terbatas pada sekedar membuat mereka
dapat membaca saja, melainkan membaca dengan perenungan yang berisikan
pemahaman, pengertian, tanggungjawab dan penanaman amanah.

B. Pendidik
1. Pengertian Pendidik menurut Al-Qur’an dan al – hadits 
Dalam ayat Al-Qur’an surat al-isro       
َ ِّ‫ال َألَ ْم نُ َرب‬
            َ‫ك قِينَا َولِيدًا َولَبِ ْشنَا ِم ْن ُع ُم ِركَ ِسنِ ْين‬ َ َ‫ق‬

4 Abdul Fattah Jalal, Asas-asas Pendidikan Islam, terj. Herry Nor Ali, (Bandung: Diponegoro, 1998), 25.

6
Artinya:.... dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan
ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua
telah mendidik aku waktu kecil". (QS. Al-Isra : 24).

Dalam bentuk kata benda “Rabba” ini digunakan juga untuk nama tuhan dikarena tuhan juga
bersifat mendidik mengasuh memelihara, masalah mencipta. Dalam surat asy-syura 18      

َ‫ق ۗ َأاَل ِإ َّن الَّ ِذين‬


ُّ ‫يُ َمارُونَ فِي السَّا َع ِة لَفِي يَ ْستَ ْع ِج ُل بِهَا الَّ ِذينَ اَل يُْؤ ِمنُونَ بِهَا ۖ َوالَّ ِذينَ آ َمنُوا ُم ْشفِقُونَ ِم ْنهَا َويَ ْعلَ ُمونَ َأنَّهَا ْال َح‬
‫ضاَل ٍل بَ ِعيد‬ َ

Artinya : Fir'aun menjawab: "Bukankah Kami telah mengasuhmu di antara (keluarga) Kami,
waktu kamu masih kanak-kanak dan kamu tinggal bersama Kami beberapa tahun dari
umurmu. (QS. Asy – Syura : 18) 5.Dalam konteks pendidikan Islam, pendidik disebut
murabi, mu’allim, muadadib, mudarris, muzakki, dan usttadz.  
a. Murabbi 
Istilah murabi merupakan bentuk (sigah) al-ism al-fa’il yang
berakhir. Pertama berasal dari kata raba, yarbu, yang artinya zad dan nama (bertambah dan
tumbuh). Kedua berasal dari kata rabiya, yarba yang mempunyai makna tumbuh dan
menjadi besar. Ketiga, berasal dari kata rabba yarubbu yang artinya memperbaiki,
menguasai, memimpin, menjaga, dan memelihara.

Kata Rabba, terdapat dalam Al Qur-an surat Al-Isra’ ayat 24, sebagai berikut:

َ ‫اخفِضْ لَهُ َما َجنَا َح ال ُّذ ِّل ِمنَ الرَّحْ َم ِة َوقُلْ َربِّ ارْ َح ْمهُ َما َك َما َربَّيَانِي‬
‫ص ِغيرًا‬ ْ ‫َو‬

Artinya: dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan
ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah
mendidik aku waktu kecil".(Qs. Al-Isra’[17]: ayat 24)6. Secara terminology mu’addib adalah
seorang pendidik yang bertugas untukmenciptakan suaana belajar yang dapat menggerakkan
peserta didik untuk berperilaku atau beradab sesuai dengan norma-norma, tata susila dan
sopan santun yang berlaku dalam masyarakat. 7 Aturan dalam proses pembelajaran sangatlah

5 Al-Tadzkiyyah: Jurnal Pendidikan Islam, Volume 6, Mei 2015 P. ISSN: 20869118 (Hal 94-95)

6 Depag RI. (1999). Al-Qur'an dan Terjemahan. Jakarta: CV Samara mandiri.


7 Ramayulis. (2009). Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Kalam Mulia

7
diperlukan, seorang pendidik memerlukan aturan untuk mempermudah proses pembelajaran
agar idak keluar dari hal yang tidak wajar dan memiliki tolak ukur pencapaian suatu
perencanaan.

b. Mudarris

Secara etimologi istilah Mudarris berasal dari bahasa Arab, yaitu sigah al-ism al-fa’il dari
al-fi’l al-madi darrasa. Darrasa artinya mengajar, sementara mudarris artinya Pendidik,
pengajar. Dalam bentuk al-fi’l al-madi sulasi mujarrad, mudarris berasal dari kata darasa,
mudari’-nya yadrusu masdar-nya darsan, artinya telah mempelajari, sedang/akan
mempelajari, dan pelajaran.
 Secara terminologi mudarris adalah orang yang memiliki kepedulian intelektual dan
informasi, serta mengupdate pengetahuan dan keahliannya secara cotinu, dan senantiasa
berusaha membuat peserta didiknya menjadi cerdas, meminimalisir kebodohan mereka, serta
melatih keterampilan sesuai dengan bakat, minat dan kemampuannya.8

c. Mursyid

Secara etimologi istilah Mursyid berasal dari bahasa Arab dalam bentuk al-ism al-fa’il
dari al-fi’l al-madi rasysyada artinya ‘allama; mengajar. Sementara Mursyid memiliki
persamaan makna dengan kata al-dalil dan mu’allim, yang artinya penunjuk, pemimpin,
pengajar, dan instruktur. Dalam bentuk sulasi mujarrad masdar-nya adalah rusydan
/rasyadan, artinya balagah rasydahu (telah sampai kedewasaan). Al-rusydu juga mempunyai
arti al-aqlu, yaitu akal, pikiran, kebenaran, kesadaran, keinsyafan. Al-irsyad sama dengan
aldialah, al-ta’lim, al-masyurah artinya petunjuk, pengajaran, nasehat, pendapat,
pertimbangan, dan petunjuk. 9

Secara terminology Mursyid adalah merupakan salah satu sebutan pendidik/Pendidik


dalam pendidikan Islam bertugas untuk membimbing peserta didik agar ia mampu menggunkan
akal pikiran secara tepat, sehingga ia mencapai keinsyafan dan kesadaran tentang hakekat

2. Keutamaan Pendidik

8 Muhaimin. (2005). Pengembangan kurikulum Pendidikan Agama Islam Sekolah, Madrasah, dan Perguruan
Tinggi. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
9 Al-Tadzkiyyah: Jurnal Pendidikan Islam, Volume 6, Mei 2015 P. ISSN: 20869118 (Hal 95-98)

8
Dalam ajaran Islam pendidik sangatlah dihargai kedudukannya. Hal ini dijelaskan oleh Allah SWT
dan RasulNya.
Firman Allah :
sesuatu atau mencapai kedewasaan berfikir. Mursyid berkedudukan sebagai pemimpin,
penunjuk jalan, pengarah, bagi peserta didiknya agar ia memperoleh jalan yang lurus.

َ‫يل ا ْن ُش ُزوا فَا ْن ُش ُزوا يَرْ فَ ِع هَّللا ُ الَّ ِذين‬


َ ِ‫ح هَّللا ُ لَ ُك ْم ۖ َوِإ َذا ق‬
ِ ‫س فَا ْف َسحُوا يَ ْف َس‬ ِ ِ‫يَا َأيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا ِإ َذا قِي َل لَ ُك ْم تَفَ َّسحُوا فِي ْال َم َجال‬
ٍ ‫آ َمنُوا ِم ْن ُك ْم َوالَّ ِذينَ ُأوتُوا ْال ِع ْل َم َد َر َجا‬
‫ت ۚ َوهَّللا ُ بِ َما تَ ْع َملُونَ َخبِي ٌر‬

Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis",


maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila
dikatakan: "Berdirilah kamu", maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-
orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa
derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”.(Al– Mujaadilah/58:11)

‫«خَي ُر ُكم من تعلَّ َم القرآنَ وعلَّ َمهُ» عن عثمان بن عفان رضي هللا عنه عن النبي صلى هللا عليه وسلم قال‬ :

Sabda Rasulullah SAW : Artinya :”Sebaik-baik kamu adalah orang yang mempelajari
alQur’an dan mengajarkannya”. (H.R. Bukhari) 

Firman Allah dan sabda Rasul tersebut menggambarkan tingginya kedudukan orang yang
mempunyai ilmu pengetahuan (Pendidik). Hal ini beralasan bahwa dengan pengetahuan
dapat mengantarkan manusia untuk selalu berfikir dan menganalisa hakikat semua fenomena
yang ada pada alam, sehingga mampu membawa manusia semakin dekat dengan Allah.
Dengan kemamapuan yang ada pada manusia terlahir teori-teori untuk kemaslahatan
manusia10

3. Tugas Pendidik

Secara umum tugas pendidik adalah mendidik. Disamping itu pendidik juga bertugas
sebagai motivator dan fasilitator dalam proses belajar mengajar, sehingga seluruh potensi
peserta didikdapat teraktualisasi secara baik dan dinamis. Sebagai “warasat alanbiya”, yang

10 Beni Ahmad Saebani, Hendra Akhdiyat, Ilmu Pendidikan Islam 1, Bandung: Pustaka Setia, 2009, cet.
1, hal. 242.

9
pada hakikatnya mengemban misi rahmatal li al-alamin, yakni suatu misi yang mengajak
manusia untuk tunduk dan patuh pada hukum-hukum Allah, guna memperoleh keselamatan
dunia akhirat.Kemudian misi ini dikembangkan kepada pembentukan kepribaian yang berjiwa
tauhid, kreatif, beramal shaleh dan bermoral tinggi. 11

Selain itu tugas yang utama adalah, menyempurnakan, membersihkan, menyucikan hati
manusia untuk bertaqarrub kepada Allah. Sejalan dengan ini Abd alRahman al-Nahlawi
menyebutkan tugas pendidik pertama, fungsi penyucian yakni berfungsi sebagai pembersih,
pemelihara, dan pengembang fitrah manusia.Kedua, fungsi pengajaran yakni meng-
internalisasikan dan mentransformasikan pengetahuan dan nilainilai agama kepada manusia. 

Menurut Ahmad D. Marimba tugas pendidik dalam pendidikan Islam adalah


membimbing dan mengenal kebutuhan atau kesanggupan peserta didik, menciptakansituasi
yang kondusif bagi berlangsungnya proses kependidikan, menambah dan mengembangkan
pengetahuan yang dimiliki guna ditransformasikan kepada peserta didik, serta senantiasa
membuka diri terhadap seluruh kelemahan dan kekurangannya.

Imam Ghazali mengemukakan bahwa tugas pendidik yang utama adalah


menyempurnakan, membersikan, mensucikan, serta membawa hati manusia untuk taqarrub ila
Allah. Para pendidik hendaknya mengarahkan para peserta didik untuk mengenal Allah lebih
dekat lagi melalui seluruh ciptaan-Nya. Para pendidikan dituntut untuk dapat mensucikan jiwa
pesertaa didiknya. Hanya melalui jiwa-jiwa yang suci manusia akan dapat dengan Khaliq-
Nya12. Berdasarkan konsep tersebut, An-Nahlawi menyimpulkan bahwa selain bertugas
mengalihkan berbagai pengeetahuan dan keterampilan kepada peserta didik, tugas utama yang
harus dilakukan pendidik adalah tazkiyat an-nafs yaitu mengembangkan, membersikan,
mengangkat jiwa peserta didik kepada Khaliq-Nya, menjauhkannya dari kejahatan dan
menjaganya agar tetap kepada fitrah-Nya. 

C. Peserta didik
1. Definisi Peserta Didik dalam Pendidikan Islam

11 Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, Bandung: Rosdakarya, 1992, hal. 78

12 Hasan Lunggung, Pendidikan Islam Menghadapi Abad ke-21, Jakarta: Pustaka al-Husna, 1988, hal. 86-87.

10
Menurut arti terminologi, murid adalah pencari hakikat di bawah bimbingan dan arahan
seorang pembimbing spiritual (mursyid). Sedangkan thalib secara bahasa berarti orang yang
mencari, sedangkan menurut istilah tasawuf adalah penempuh jalan spiritual, dimana ia
berusaha keras menempuh dirinya untuk mencapai derajat sufi. Penyebutan murid ini juga
dipakai untuk menyebut peserta didik pada sekolah tingkat dasar dan menengah, sementara
untuk perguruan tinggi lazimnya disebut dengan mahasiswa13. Peserta didik adalah amanat bagi
para pendidiknya. Jika ia dibiasakan untuk melakukan kebaikan, niscaya ia akan tumbuh
menjadi orang yang baik, selanjutnya memperoleh kebahagiaan dunia dan akhiratlah kedua
orang tuanya dan juga setiap mu‟alim dan murabbi yang menangani pendidikan dan
pengajarannya.

Sebaliknya, jika peserta didik dibiasakan melakukan hal-hal yang buruk dan
ditelantarkan tanpa pendidikan dan pengajaran seperti hewan ternak yang dilepaskan beitu saja
dengan bebasnya, niscaya dia akan menjadi seorang yang celaka dan binasa Sama halnya
dengan teori barat, peserta didik dalam pendidikan Islam adalah individu sedang tumbuh dan
berkembang, baik secara fisik, psikologis, sosial, dan religius dalam mengarungi kehidupan di
dunia dan di akhirat kelak. Definisi tersebut memberi arti bahwa peserta didik merupakan
individu yang belum dewasa, yang karenanya memerlukan orang lain untuk menjadikan
dirinya dewasa. Anak kandung adalah peserta didik dalam keluarga, murid adalah peserta didik
di sekolah, dan umat beragama menjadi peserta didik masyarakat sekitarnya, dan umat
beragama menjadi peserta didik ruhaniawan dalam suatu agama14 . Dengan demikian dalam
konsep pendidikan Islam, tugas mengajar, mendidik, dan memberikan tuntunan sama artinya
dengan upaya untuk meraih surga. Sebaliknya, menelantarkan hal tersebut berarti sama dengan
mejerumuskan diri ke dalam neraka. Jadi, kita tidak boleh melalaikan tugas ini, terlebih lagi
Nabi bersabda :

‫َأ ْك ِر ُموا َأوْ اَل َد ُك ْم َوَأحْ ِسنُوا آدَابَهُ ْم‬

“Muliakanlah anak-anakmu dan didiklah mereka dengan baik” (hadits diriwayatkan oleh Ibnu
Majah 2/1211, tetapi Al-Albani menilainya dha’if)

Dalam Al-Quran dijelakan:


13 Abu Ahmadi dkk, Ilmu Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), Cet. 2, 73.
14 Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia,2006) ,56.

11
َ‫ار َواَأْل ْفِئ َدةَ ۙ لَ َعلَّ ُك ْم تَ ْش ُكرُون‬
َ ‫ص‬َ ‫َوهَّللا ُ َأ ْخ َر َج ُك ْم ِم ْن بُطُو ِن ُأ َّمهَاتِ ُك ْم اَل تَ ْعلَ ُمونَ َش ْيًئا َو َج َع َل لَ ُك ُم ال َّس ْم َع َواَأْل ْب‬

“Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun,
dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur”.(QS. An-
Nahl: 78) Peserta didik di dalam mencari nilai-nilai hidup, harus dapat bimbingan sepenuhnya
dari pendidik, karena menurut ajaran Islam, saat anak dilahirkan dalam keadaan lemah dan
suci/fitrah sedangkan alam sekitarnya akan memberi corak warna terhadap nilai hidup atas
pendidikan agama peserta didik15 . Hal ini sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW:

‫ص َرانِ ِه َأوْ يُ َمجِّ َسانِ ِه‬


ِّ َ‫ه َأوْ يُن‬³ِ ِ‫ فََأبَ َواهُ يُهَ ِّودَان‬،ُ‫ب َع ْنهُ لِ َسانُه‬ ْ ِ‫ُكلُّ َموْ لُوْ ٍد يُوْ لَ ُد َعلَى ْالف‬
ِ ‫ َحتَّى يُع‬،‫ط َر ِة‬
َ ‫ْر‬

Artinya: “Tidaklah anak yang dilahirkan itu kecuali telah membaa fitrah (kecenderungan untuk
percaya kepada Allah), maka kedua orang tuanyalah yang menjadikan anak tersebut beragama
Yahudi, Nasrani, Majusi (HR. Muslim). Menurut hadis ini manusia lahir membawa
kemampuankemampuan; kemampuan itulah yang disebut pembawaan. Fitrah yang disebut di
dalam hadis itu adalah potensi. Potensi adalah kemampuan; jadi fitrah yang dimaksud disini
adalah pembawaan. Ayah-ibu dalam hadis ini adalah lingkungan sebagaimana yang dimaksud
oleh para ahli pendidikan. Kedua-duanya itulah, menurut hadis ini, yang menentukan
perkembangan seseorang. Manusia memepunyai banyak kecenderungan, ini disebabkan oleh
banyak potensi yang dibawanya. Dalam garis besarnya, kecenderungan itu dapat dibagi dua,
yaitu kecenderungan menjadi orang yang baik dan kecenderungan menjadi orang yang jahat.
Kecenderungan beragama termasuk ke dalam kecenderungan menjadi baik . Firman Allah
dalam Al-Quran surat Ar-Rum ayat 30:

َ ³َ‫دِّينُ ْالقَيِّ ُم َو ٰلَ ِك َّن َأ ْكث‬³‫ك ال‬


ِ َّ‫ر الن‬³
‫اس اَل‬ َ ³ِ‫ق هَّللا ِ ۚ ٰ َذل‬³
ِ ³‫ل لِ َخ ْل‬³َ ‫ ِدي‬³‫ا ۚ اَل تَ ْب‬³³َ‫اس َعلَ ْيه‬
َ َّ‫ َر الن‬³َ‫رتَ هَّللا ِ الَّتِي فَط‬³ ْ ِ‫ا ۚ ف‬³³ً‫ك لِلدِّي ِن َحنِيف‬
َ ³‫ط‬ َ َ‫فََأقِ ْم َوجْ ه‬
َ‫يَ ْعلَ ُمون‬

“Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah
Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada peubahan pada fitrah
Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui” (QS. Ar-Rum:
30).

15 Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, 58

12
Dari ayat dan hadits tersebut jelaslah bahwa pada dasarnya anak itu telah membawa fitrah
beragama, dan kemudian bergantung kepada para pendidiknya dalam mengembangkan fitrah
itu sendiri sesuai dengan usia anak dalam pertumbuhannya. Dasar-dasar pendidikan agama ini
harus sudah ditanamkan sejak peserta didik itu masih usia muda, karena kalau tidak demikian
kemungkinan mengalami kesulitan kelak untuk mencapai tujuan pendidikan Islam yang
diberikan pada masa dewasa. Dengan demikian, maka agar pendidikan Islam dapat berhasil
dengan sebaik-baiknya haruslah menempuh jalan pendidikan yang sesuai dengan
perkembangan peserta didik, seperti disebutkan dalam hadits Nabi: “Berbicaralah kepada orang
lain sesuai dengan tingkat perkembangan akalnya” (Al-Hadits).

KESIMPULAN
Secara umum pendidik adalah orang yang memiliki tanggung jawab untuk mendidik. Sementara
secara khusus, pendidik dalam perspektif pendidikan islam adalah orang yang bertanggung jawab

13
terhadap perkembangan peserta didik dengan mengupayakan perkembangan seluruh potensi peserta didik,
baik potensi afektif, kognitif, maupun psikomotorik sesuai dengan nilai-nilai ajaran agama islam.

Peserta didik adalah setiap manusia yang sepanjang hidupnya selalu dalam perkembangan.
Kaitannya dengan pendidikan adalah bahwa perkembangan peserta didik itu selalu menuju kedewasaan
dimana semuanya itu terjadi karena adanya bantuan dan bimbingan yang diberikan oleh pendidik. Di
dalam proses pendidikan seorang peserta didik yang berpotensi adalah objek atau tujuan dari sebuah
sistem pendidikan yang secara langsung berperan sebagai subjek atau individu yang perlu mendapat
pengakuan dari lingkungan sesuai dengan keberadaan individu itu sendiri

Imam Ghazali mengemukakan bahwa tugas pendidik yang utama adalah menyempurnakan,
membersikan, mensucikan, serta membawa hati manusia untuk taqarrub ila Allah

DAFTAR PUSTAKA
Al-Wasit. Kamus Arab. Jakarta: Mahta Angkasa. Bisri, A. M. (1999).

14
Kamus Al-Bisri. Surabaya: Pustaka Progresif.

Depag RI. (1999). Al-Qur'an dan Terjemahan. Jakarta: CV Samara mandiri.

Jurjanji, A. At-Ta'rifat. Tunisia: Dar al Tunisiyat.

Muhaimin. (2005). Pengembangan kurikulum Pendidikan Agama Islam Sekolah, Madrasah, dan
Perguruan Tinggi. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Munawwir. (1987). Kamus Al Munawwir. Yogyakarta: Pondok Pesantren Al Munawwir.


Ramayulis. (2009). Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Kalam Mulia.

Sulaiman, R. (2000). Fiqh Islam. Bandar Lampung: Gunung Pesagi.

Yunus, M. (1990). Kamus Bahasa Arab. Jakarta: PT. Hidakarya.

Abdul Rahman, Jamal, Tahapan Mendidik Anak, Penerjemah : Bahrun Abu Bakar Ihsan Zubaidi,
(Bandung : Irsyad Baitus salam, 2008)

Ahmadi,Abu, dkk., Ilmu Pendidikan, Jakarta : PT. Rineka Cipta, 2006,cet.2 Ali, M. Nashir.
(1982). Dasar-Dasar Ilmu Mendidik, Jakarta: Mutiara, Arifin, H.M., (1991). Ilmu
Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara.

Abdullah, Abdurrahman Shaleh. (1990). Teori-teoriPendidikan Berdasarkan Al- Qur'an, terj.


Arifindan Zainuddin. Jakarta:Rineka Cipta.

Al-Nahlawi, Abdurrahman. (1992). Prinsip-Prinsip dan Metode Pendidikan Islam dalam


Keluarga, di Sekolah dan di Masyarakat ,terj.HerryNoer Ali. Bandung ;Diponegoro.

Arifin.M. (1992). FilsafatPendidikan Islam.Jakarta: ,Bumi Aksara. Al-Suyuthi ,Jalaludin


Abdurrahman. (1985).al-Jami’ al Shaghier. Mesir: Al- Mishriyah.

15

Anda mungkin juga menyukai