Anda di halaman 1dari 11

PENGARUH MANAJEMEN MODERN TERHADAP

KEBERHASILAN PENDIDIKAN ISLAM


DI PONDOK PESENTREN NURUL JADID

Oleh : Dian Hidayatullah Farchani

FAKULTAS TARBIYAH
PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM
UNIVERSITAS NURUR JADID
PAITON – PROBOLINGGO
2021
Daftar Isi

Kata Pengantar..........................................................................................................................................2
Daftar Isi....................................................................................................................................................3
BAB I..........................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN......................................................................................................................................4
A. Latar Belakang.................................................................................................................................4
B. Tujuan..............................................................................................................................................5
C. Rumusan Masalah............................................................................................................................5
BAB II....................................................................................................................................................6
PEMBAHASAN.....................................................................................................................................6
A. Konsep dan Masuknya Islam ke Nusantara.....................................................................................6
B. Islam Nusantara sebagai Corak Islam Kultral................................................................................13
BAB III.....................................................................................................................................................20
PENUTUP................................................................................................................................................20
A. Kesimpulan....................................................................................................................................20
Daftar Pustaka.........................................................................................................................................21

Page 01 || Psikologi Agama (Islam Nusantara )


BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pondok pesantren mempunyai peranan yang besar dalam dunia pendidikan, terutama
dalam pendidikan Islam.Untuk mencetak generasi penerus yang cerdas dan berakhlak
mulia diperlukan pendidikan yang menyeluruh, dalam arti mencakup semua potensi baik
dari aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. Pondok pesantren adalah perpaduan dua kata
yang dirangkaikan menjadi satu terdiri dari kata Pondok dan Pesantren.Sampai saat ini
masih ada perbedaan pendapat mengenai asal – usul tentang pondok pesantren yaitu, ada
yang mengatakan berasal dari India (Hindu) dan ada pula yang mengatakan berasal dari
Arab. Mastuhu juga mendefinisikan pesantren adalah lembaga pendidikan tradisional
Islam untuk mempelajari, memahami, menghayati, dan mengamalkan ajaran agama Islam
dengan menekan pentingnya moral keagamaan sebagai pedoman perilaku sehari – hari
untuk mencetak generasi penerus yang cerdas dan berakhlakul mulia dalam mencapai
semua itu, maka perlu adanya manajemen pendidikan di pondok pesantren. Sistem
pendidikan yang diterapkan di pondok pesantren nurul Jadid yaitu dengan sistem klasikal
dan dipadukan dengan pendidikan modern karena didalam pondok pesantren nurul huda
ada pendidikan formal dari tingkat Madrasah Tsanawiyah, Madrasah Aliyah dan Sekolah
Menengah Kejuruan Nurul Huda dan pendidikan nonformalnya Madrasah Diniyah. Di
Pondok pesantren nurul Jadid selain santri bisa belajar ilmu agama dan umum para santri
juga dididik seni, seperti hadroh, music keroncong, pagar nusa (PN), kaligrafi, pidato tiga
bahasa, pelatihan manasik haji dan umroh dan tilawah alQur’an.

B. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa hakikat pendidikan Islam;
2. Untuk mengetahui sumber dan dasar pendidikan Islam;
3. Untuk mengetahui tujuan pendidikan Islam;
4. Untuk mengetahui fungsi pendidikan Islam.

C. Rumusan Masalah
1. Apa yang di maksud Hakikat Pendidikan Islam?
2. Apa Sumber dan Dasar Pendidikan Islam?

Page 01 || Psikologi Agama (Islam Nusantara )


3. Apa tujuan Pendidikan Islam ?
4. Apa Fungsi Pendidikan Islam ?

BAB II
PEMBAHASAN

A. Hakikat Pendidikan Islam


Pada umumnya, konsep pendidikan islam mengacu pada makna asal kata yang
membentuk kata pendidikan itu sendiri dalam hubungannya dengan ajaran islam. Dalam
hal ini akan dirunut hakikat pendidikan Islam yang sekaligus menggambarkan apa yang
dimaksud dengan pendidikan menurut pengertian secara umum. Ada tiga istilah yang
lazim digunakan dalam pendidikan islam, yaitu Tarbiyah, Ta’lim, dan Ta’dib.1
1. Tarbiyah
Pendidikan berasal dari padanan bahasa arab ‫التربية‬ ”tarbiyah”.  Abdurrahman Nahlawy
menyebutkan bahwasannya kata ”tarbiyah” secara etimologi berasal dari tiga asal
kata, Yaitu ‫ربا‬ rabaa  ‫يربو‬ yarbuu yang berarti bertambah dan berkembang, Yang kedua
dari kata ‫يربي‬ ‫ربي‬ rabiya yarbiy yang berarti tumbuh. Dan yang ketiga ‫يربي‬ ‫رب‬ rabba
yurabbi yang berarti memperbaiki atau membenahi. Manusia perlu di bantu agar ia
1
Jalaluddin, Teologi Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2001), h. 70.

Page 01 || Psikologi Agama (Islam Nusantara )


berhasil menjadi manusia. Seseorang dapat dikatakan menjadi manusia, bila telah
memiliki (sifat) kemanusiaan. Ini menunjukkan bahwa tidaklah mudah menjadi
manusia, apalagi yang Allah Swt. memberikan amanah besar yang harus ia jaga, yang
mana makhluk-makhluk lain ciptaannya merasa berat untuk menanggungnya, namun
manusia sebaliknya berani menanggungnya. Dan hal ini membuat makhluk lainnya
menjadi sanksi akan kemampuan manusia bahkan bisa di dikatakan iri. Secara filosofis
mengisyaratkan bahwa proses pendidikan Islam adalah bersumber pada pendidikan
yang diberikan Islam adalah bersumber pada pendidikan yang diberikan Allah sebagai
“pendidik” seluruh ciptaan-Nya, termasuk manusia.
Dari penjelasan tersebut dapat diringkas bahwa prinsip-prinsip dasar pengertian
tarbiyah dalam Islam adalah pertama, bahwa murabbi (pendidik) yang sebenarnya
hanyalah Allah, karena Dia Pencipta fitrah, potensi kekuatan dan kelemahan, dan
paling tahu tentang hakikat manusia itu sendiri, karenanya perlu dipelajari terus
menerus siapa sebenarnya manusia itu sesuai dengan perintah
Tuhan. Kedua, penumbuhan dan pengembangan secara sempurna semua dimensi
manusia baik materi, seperti fisiknya, maupun immateri seperti akal, hati, kehendak,
kemauan adalah tanggung jawab manusia sebagai konsekwensi menjalankan fungsinya
sebagai hamba Tuhan dan sebagai fungsi khalifah. Ketiga, dalam proses tarbiyah
seharusnya mengambil nilai dan dasarnya dari Al-Qur’an dan Sunnah dan berjalan
sesuai dengan sunnatullah yang digariskan-Nya. Keempat, setiap aktivitas tarbiyah
mengarah kepada penumbuhan, perbaikan, kepemimpinan, atau penjagaan setiap
dimensi dalam diri manusia, baik aktivitas itu direkayasa atau secara
nattural. Kelima, tarbiyah yang direkayasa mengharuskan adanya rencana yang teratur,
sistematis, bertahap, berkelanjutan dan fleksibel. Keenam, bahwa yang menjadi subjek
sekaligus objek dalam aktivitas tarbiyah adalah manusia. Ketujuh,  bahwa kata tarbiyah
tida terbatas pengetiannya sebagai sekedar transfer ilmu, budaya, tradisi, dan nilai
tetapi juga pembentukan kepribadian (transformatif) yang dilakukan secara bertahap.
2. Ta’lim
Istilah al-Ta’lim telah digunakan sejak periode awal pelaksanaan pendidikan islam.
Menurut para ahli, kata ini lebih bersifat universal dibanding dengan al-Tarbiyah
maupun al-Ta’dib. Jalal memberikan alasan bahwa proses taklim lebih umum

Page 01 || Psikologi Agama (Islam Nusantara )


dibandingkan dengan proses tarbiyah. Pertama, ketika mengajarkan membaca Al-
Qur’an kepada kaum muslimin, Rasulullah SAW tidak terbatas pada membuat mereka
sekedar dapat membaca, melainkan membaca dengan perenungan yang berisikan
pemahaman, pengertian, tanggung jawab, penanaman amanah sehingga terjadi
pembersihan diri (tazkiyah al-nufus) dari segala kotoran, menjadikan dirinya dalam
kondisi siap menerima hikmah, dan mempelajari segala sesuatu yang belum
diketahuinya dan yang tidak diketahuinya serta berguna bagi dirinya. Kedua, kata
taklim tidak berhenti hanya kepada pencapaian pengetahuan berdasarkan prasangka
atau yang lahir dari taklid semata-mata, ataupun pengetahuan yang lahir dari
dongengan hayalan dan syahwat atau cerita-cerita dusta. Ketiga, kata taklim mencakup
aspek-aspek pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan seseorang dalam
hidupnya serta pedoman perilaku yang baik. Dengan demikian kata taklim menurut
Jalal mencakup ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik dan berlangsung sepanjang
hayat serta tidak terbatas pada masa bayi dan kanak-kanak, tetapi juga orang dewasa.
Sementara itu Abrasyi, menjelaskan kata taklim hanya merupakan bagian dari tarbiyah
karena hanya menyangkut domain kognitif.
3. Ta’dib
Berasal dari istilah Ta’dib ( ‫اءديب‬QQ‫ت‬ ) berasal dari kata adaba ya’dubu yang berarti
melatih, mendisiplinkan diri untuk berperilaku yang baik dan sopan santun. Secara
terminologi Ta’dib merupakan usaha untuk menciptakan situasi dan kondisi
sedemikian rupa sehingga mendorong dan memotivasi setiap individu untuk
berperilaku dan berperadaban yang baik sesuai yang diharapkan. Sebagai pengenalan
dan pengakuan yang secara berangsur-angsur ditanamkan ke dalam manusia tentang
tempat-tempat yang tepat dari segala sesuatu di dalam tatanan penciptaan sedemikian
rupa, sehingga hal ini membimbing ke arah pengenalan dan pengakuan tempat Tuhan
yang tepat di dalam tatanan wujud dan kepribadian. Makna al-ta’dib berarti pengenalan
dan pengakuan yang secara berangsur-angsur ditanamkan ke dalam diri manusia
(peserta didik) tentang tempat-tempat yang tepat dari segala sesuatu di dalam tatanan
penciptaan.

Page 01 || Psikologi Agama (Islam Nusantara )


Ahmad Tafsir lebih condong pada istilah tarbiah, 2 sementara Syed Naquib al-Attas lebih
condong pada istilah ta’dib.3Berbeda halnya dengan Azyumardi Azra, menurut beliau
pengertian pendidikan dengan seluruh totalitasnya dalam konteks Islam inheren dalam
konotasi istilah tarbiyah, ta’lim dan ta’dib yang harus dipahami secara bersama-sama.
Ketiga istilah tersebut mengandung makna yang amat dalam, menyangkut manusia dan
masyarakat serta lingkungan yang dalam hubungannya dengan Tuhan saling berkaiatan
satu sama lain. Menurut beliau istilah-istilah itu pula yang sekaligus menjelaskan ruang
lingkup pendidikan Islam; formal, informal dan non formal.Dari ketiga istilah tersebut
yang berkembang dan populer digunakan dalam masyarakat secara umum adalah tarbiyah.
Salah satu bentuk penggunaannya terlihat pada penamaan fakultas-fakultas pendidikan
dengan Kulliyyah al-Tarbiyah yang di Indonesia disebut dengan Fakultas Tarbiyah. 4Istilah
Tarbiyah bisa dilihat dari beberapa akar kata, antara lain pertama raba-yarbu yang berarti
bertambah dan tumbuh. Kedua rabiya-yarba yang berarti mendidik dan mengasuh.5
Adapun pengertian pendidikan Islam, oleh para pakar antara lain Menurut Ahmad D.
Marimba6 mendefinisikan pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh
si pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani anak didik menuju terbentuknya
kepribadian yang utama.

B. Sumber dan Dasar Pendidikan


Dasar yang menjadi acuan Pendidikan Agama Islam harus melakukan sumber nilai
kebenaran dan kekuatan yang dapat menghantarkan pada aktivitas yang dicita-citakan.
Nilai yang terkandung harus mencerminkan nilai yang universal, yang dapat
dikonsumsikan untuk keseluruh aspek kehidupan manusia serta merupakan standart nilai
yang dapat mengevaluasi kegiatan yang selama ini berjalan. Drs. Said Ismail Ali dalam
bukunya Hasan Langgulung menyebutkan, bahwa dasar ideal Pendidikan Agama Islam
terdiri dari 6 macam yaitu: Al-Qur'an, sunnah Nabi, kata-kata sahabat, kemaslahatan
sosial nilai-nilai dan kebiasaan sosial, hasil pemikiran para pemikir Islam.

2
Ahmad Tafsir, Metode Khusus Pendidikan Islam, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 1997), h. 109.
3
Naquib al-Attas, Konsep Pendidikan Islam Terj. Haidar Baqir, (Bandung: Mizan, 1986), h. 60. 4 Azy.
4
Herry Noor Aly, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999), h. 3-5.
5
Munjid, Darul Masyriq, (Beirut, t.th.,), h. 247.
6
Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: Al-Maarif, 1989), h.

Page 01 || Psikologi Agama (Islam Nusantara )


Dasar pendidikan Islam merupakan landasan operasional yang dijadikan untuk
merealisasikan dasar ideal atau sumber pendidikan Islam. Menurut Hasan Langgulung,
dasar operasional pendidikan Islam terdapat enam macam, yaitu historis, sosiologis,
ekonomi, politik dan administrasi, psikologis, dan filosofis. Yang mana keenam macam
dasar itu berpusat pada dasar filosofis. Penentuan dasar tersebut agaknya sekuler, selain
tidak memasukkan dasar religius, juga menjadikan filsafat sebagai induk dari segala
dasar. Dalam Islam, dasar operasional segala sesuatu adalah agama, sebab agama
menjadi frame  bagi setiap aktivitas yang bernuansa keislaman. Dengan agama maka
semua aktivitas kependidikan menjadi bermakna, mewarnai dasar lain, dan
bernilai ubudiyah. Oleh karena itu, dasar operasional pendidikan yang enam di atas perlu
ditambahkan dasar yang ketujuh, yaitu agama.

Menurut al-Thoumy al-Syaibany, sumber dari sitem Islami adalah Quran dan Sunah
Rasul saw. Maka Pendidikan Islam pun harus bersumber pada Al-Quran dan Sunah Rasul
saw. Kedudukan Al-Quran sebagai sumber pokok pendidikan Islam dapat dipahami dari
ayat Al-Qur’an itu sendiri.19 Artinya: “Dan Kami tidak menurunkan kepadamu Al-Kitab
(Al-Quran) ini melainkan agar kamu dapat menjelaskan kepada mereka perselisihan itu
dan menjadi petunjuk dan rahmat bagi kaum tang beriman. (Q.S. An-Nahl : 64).7

C. Tujuan Pendidikan Islam


Tujuan pendidikan Islam adalah perubahan yang diingini yang diusahakan oleh proses
pendidikan atau usaha pendidikan untuk mencapainya.8 Tujuan pendidikan merupakan
masalah sentral dalam proses pendidikan. Hal itu karena tujuan pendidikan mengarahkan
perbuatan mendidik, sehingga tujuan pendididkan harus dirumuskan secara jelas. 9
Falsafah Pendidikan Islam mengatakan bahwa ada delapan prinsip dalam
mengembangkan tujuan Pendidikan Islam, yaitu :

1. Prinsip Universal
2. Prinsip keseimbangan dan kesederhanaan
3. Prinsip kejelasan
4. Prinsip tak ada pertentangan
7
8 Al-Thoumy Al-Syaibany, Falsafah Pendidikan Islam Terj. Hasan langgulung, (Jakarta: Bulan Bintang 1979), h. 399.
8
Herry Noer Aly, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999), h. 53.
9
Hasan Langgulung, Manusia dan pendidikan; Suatu analisa Psikologi dan Pendidikan, (Jakarta: Pustaka al-husna,
1968), h. 33.

Page 01 || Psikologi Agama (Islam Nusantara )


5. Prinsip realisme
6. Prinsip perubahan yang diinginkan
7. Prinsip menjaga perbedaan antar individu
8. Prinsip dinamisme dan menerima perubahan serta perkembangan dalam rangka
memperbarui metode-metode yang terdapat dalam pendidikan.

BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah dipahami mengenai Islam nusantara maka bisa ditelusuri bahwa Islam
Nusantara merupakan agama yang ramah dengan budaya. Orang ber-Islam secara kaffah
namun tidak meninggalkan tradisi-tradisi kebudayaannya, justru tradisi atau
kebudayaannyalah yang membuat mereka semakin kuat dan percaya dengan agama yang
diyakininya. Dalam Islam nusantara terdeskripsikan bagaimana ajaran yang secara
normatif berasal dari Tuhan diakomodasikan ke dalam kebudayaan yang berasal dari
manusia tanpa kehilangan identitasnya masing-masing. Dengan demikian, Arabisasi
sebagaimana telah ditegaskan adalah belum tentu cocok dengan kebutuhan. Islam
Nusantara berusaha menjadikan agama dan budaya tidak saling mengalahkan, melainkan
mewujud dalam pola nalar keagamaan yang tidak lagi mengambil bentuknya yang otentik
dari agama serta berusaha mempertemukan jembatan yang selama ini memisahkan antara
agama dan budaya, sehingga sudah tidak ada lagi pertentangan antara agama dan budaya.
Sebagai contoh, para Wali di Jawa berusahamemperkenalkanIslam melalui tradisi,
sehingga mereka perlu mempelajari kekawian (sastra klasik) yang ada serta berbagai seni
pertunjukan, yangdari itu terlahir berbagain serat atau kitab. Wayang yang merupakan
ritual agama Hindu yang politeis diubah menjadi sarana dakwah dan ajaran monotheis.

Page 01 || Psikologi Agama (Islam Nusantara )


Ini merupakan kreativitas tiada tara, sehingga seluruh lapisan masyarakat mulai petani
pedagang hingga priyayi dan bangsawan dapat diislamkan melalui jalur ini. Mereka
merasa aman dengan hadirnya Islam, karena Islam hadir tanpa mengancam tradisi,
budaya dan posisi mereka.

Daftar Pustaka

Abadi, Mashur. 2012. “Islam, Budaya Lokal dan Kedewasaan Berbangsa.”

Karsa: Jurnal Sosial dan Budaya Keislaman 13, no. 1

Abdullah, taufik dkk. 1998. Jalan Baru Islam Memetakan Paradigma Mu

takhir Islam Indonesia. Bandung: Mizan

Abdurrahman, Moeslim. 2003. Islam sebagai Kritik Sosial. Jakarta: Erlangga

Ali, Mukti dkk. 2004. Metodologi Penelitian Agama suatu Pengantar. Yog-

yakarta: Tiara Wacana Yogya

Azra, Azyumardi. 1995. Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan

Nusantara Abad XVII dan XVIII. Bandung: Mizan

Imarah, Muhammad. Islam dan Pluralitas Perbedaan dan Kemajemukan

dalam Bingkai Persatuan. Jakarta: Gema Insani Press

Karim, Abdul. 2007. Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam. Yogyakarta:

Pustaka Book Publisher

Page 01 || Psikologi Agama (Islam Nusantara )


Luthfi, Khabibi Muhammad. 2016. “Islam Nusantara: Relasi Islam dan

Budaya Lokal.” SHAHIH: Journal of Islamicate Multidisciplinary 1, no. 1

Paloutzian, Raymond F. 1996. Psychology of Religion. Massachusetts: Allyn & Bacon

Qomar, Mujamil. 2016. “Islam Nusantara: Sebuah Alternatif Model Pemi-

kiran, Pemahaman, dan Pengamalan Islam.” El-HARAKAH (TERAKREDITASI) 17, no. 2

Sahed, Nur, dan Musari Musari. 2016. “The Discourse of Islamic Education

Development Based on Islam Nusantara Concept in IAIN Salatiga.

” Jurnal Pendidikan Islam 5, no. 1

Suparjo, Suparjo. 2008. “Islam dan Budaya: Strategi Kultural Walisongo

dalam Membangun Masyarakat Muslim Indonesia.” KOMUNIKA 2, no. 2

Susanto, Edi, dan Karimullah Karimullah. 2017. “Islam Nusantara: Islam

Khas dan Akomodatif terhadap Budaya Lokal.” Al-Ulum 16, no. 1

Wahid Abdurrahman, dkk. 2016. Islam Nusantara. Bandung: Miza

Page 01 || Psikologi Agama (Islam Nusantara )

Anda mungkin juga menyukai