Kelompok 1
Sukabumi
2022
DAFTAR ISI
PEMBAHASAN
2.1 Pembahasan.
Dari definisi dan pengertian itu ada tiga unsur yang membentuk pendidikan yaitu
adanya proses, kandungan, dan penerima. Kemudian disimpulkan lebih lanjut yaitu ”
sesuatu yang secara bertahap ditanamkan ke dalam diri manusia”.Jadi definisi
pendidikan Islam adalah, pengenalan atau pengakuan yang secara berangsur-angsur
ditanamkan ke dalam diri manusia, tentang tempat-tempat yang tepat dari segala
sesuatu di dalam tatanan penciptaan, sehingga membimbing ke arah pengenalan dan
pengakuan tempat Tuhan yang tepat di dalam tatanan wujud dan kepribadian. Jadi
pendidikan ini hanyalah untuk manusia saja.
Ilmu tanpa amal maupun amal tanpa ilmu adalah kesia-siaan. Kemudian tempat
yang tepat adalah kedudukan dan kondisinya dalam kehidupan sehubungan dengan
dirinya, keluarga, kelompok, komunitas dan masyarakatnya, maksudnya dalam
mengaktualisasikan dirinya harus berdasarkan kriteria Al-Quran tentang ilmu, akal,
dan kebaikan (ihsan) yang selanjutnya mesti bertindak sesuai dengan ilmu
pengetahuan secara positif, dipujikan serta terpuji.
Islam diturunkan sebagai rahmatan lil ‘alamin. Untuk mengenalkan Islam ini
diutus Rasulullah SAW. Tujuan utamanya adalah memperbaiki manusia untuk
kembali kepada Allah SWT. Oleh karena itu selama kurang lebih 23 tahun Rasulullah
SAW membina dan memperbaiki manusia melalui pendidikan. Pendidikanlah yang
mengantarkan manusia pada derajat yang tinggi, yaitu orang-orang yang berilmu.
Ilmu yang dipandu dengan keimanan inilah yang mampu melanjutkan warisan
berharga berupa ketaqwaan kepada Allah SWT.
Muadz bin Jabal ra. berkata: “Andaikata orang yang beakal itu mempunyai dosa
pada pagi dan sore hari sebanyak bilangan pasir, maka akhirnya dia cenderung masih
bisa selamat dari dosa tersebut namun sebaliknya, andaikata orang bodoh itu
mempunyai kebaikan dan kebajikan pada pagi dan sore hari sebanyak bilangan pasir,
maka akhirnya ia cenderung tidak bisa mempertahankannya sekalipun hanya seberat
biji sawi.” Ada yang bertanya, “Bagaimana hal itu bisa terjadi?” Ia menjawab,
“Sesungguhnya jika orang berakal itu tergelincir, maka ia segera menyadarinya
dengan cara bertaubat, dan menggunakan akal yang dianugerahkan kepadanya. Tetapi
orang bodoh itu ibarat orang yang membangun dan langsung merobohkannya karena
kebodohannya ia terlalu mudah melakukan apa yang bisa merusak amal shalihnya.”
Kebodohan adalah salah satu faktor yang menghalangi masuknya cahaya Islam. Oleh
karena itu, manusia butuh terapi agar menjadi makhluk yang mulia dan dimuliakan
oleh Allah SWT. Kemuliaan manusia terletak pada akal yang dianugerahi Allah. Akal
ini digunakan untuk mendidik dirinya sehingga memiliki ilmu untuk mengenal
penciptanya dan beribadah kepada-Nya dengan benar. Itulah sebabnya Rasulullah
SAW menggunakan metode pendidikan untuk memperbaiki manusia, karena dengan
pendidikanlah manusia memiliki ilmu yang benar. Dengan demikian, ia terhindar dari
ketergelinciran pada maksiat, kelemahan, kemiskinan dan terpecah belah.
Tujuan pendidikan Islam tidak terlepas dari tujuan hidup manusia dalam Islam,
yaitu untuk menciptakan pribadi-pribadi hamba Allah yang selalu bertakwa
kepadaNya, dan dapat mencapai kehidupan yang berbahagia di dunia dan akhirat
(lihat S. Al-Dzariat:56; S. ali Imran: 102).
Dalam konteks sosiologi pribadi yang bertakwa menjadi rahmatan lil ‘alamin,
baik dalam skala kecil maupun besar. Tujuan hidup manusia dalam Islam inilah yang
dapat disebut juga sebagai tujuan akhir pendidikan Islam.
Tujuan khusus yang lebih spesifik menjelaskan apa yang ingin dicapai melalui
pendidikan Islam. Sifatnya lebih praxis, sehingga konsep pendidikan Islam jadinya
tidak sekedar idealisasi ajaran-ajaran Islam dalam bidang pendidikan.Dengan
kerangka tujuan ini dirumuskan harapan-harapan yang ingin dicapai di dalam tahap-
tahap tertentu proses pendidikan, sekaligus dapat pula dinilai hasil-hasil yang telah
dicapai.
Menurut Abdul Fatah Jalal, tujuan umum pendidikan Islam ialah terwujudnya
manusia sebagai hamba Allah. Jadi menurut Islam, pendidikan haruslah menjadikan
seluruh manusia yang menghambakan kepada Allah. Yang dimaksud menghambakan
diri ialah beribadah kepada Allah.
Ibadah ialah jalan hidup yang mencakup seluruh aspek kehidupan serta segala
yang dilakukan manusia berupa perkataan, perbuatan, perasaan, pemikiran yang
disangkutkan dengan Allah.
1. Pembinaan akhlak.
2. menyiapkan anak didik untuk hidup dudunia dan akhirat.
3. Penguasaan ilmu.
4. Keterampilan bekerja dalam masyrakat.
Menurut Asma hasan Fahmi, tujuan akhir pendidikan islam dapat diperinci menjadi :
1. Tujuan keagamaan.
4. Akhlak mulia.
Islam adalah adalah suatu agama yang berisi ajaran tentang tata hidup yang
diturunkan Allah kepada umat manusia melalui para rasul-Nya, sejak dari Nabi Adam
sampai kepada Nabi Muhammad SAW. Ajaran ini diturunkan Allah untuk
kesejahteraan hidup manusia di dunia ini dan di akhirat nanti.
Ajaran yang dibawa oleh Nabi Muhammad ini, lebih lengkap dan lebih
sempuran dari ajaran yang dibawa oleh nabi-nabi sebelumnya dan nama “Islam”
diresmikan pemakaiannya pada masa Nabi Muhammad ini.(Zakiah Daradjat,2014: 59-
60). Karena ajaran Islam ini memuat ajaran tentang tata hidup yang meliputi seluruh
aspek kehidupan manusia, maka jelaslah agama Islam memiliki fungsi bagi kehidupan
manusia, terkhusus remaja.
a) Memberikan Bimbingan dalam Hidup
Pengendali kehidupan manusia adalah kepribadiannya yang mencakup
segala unsur-unsur pengalaman, pendidikan dan keyakinan yang
didapatnya sejak kecil.Agama yang ditanamkan sejak kecil kepada anak-
anak sehingga merupakan bagian dari unsur-unsur kepribadiannya, akan
cepat bertindak menjadi pengendali dalam menghadapi segala keinginan-
keinginan dan dorongan-dorongan yang timbul. Karena keyakinan
terhadap agama yang menjadi bagian dari kepribadian itu, akan mengatur
sikap dan tingkah laku seseorang secara otomatis dari dalam.(Zakiah
Daradjat,1985:57).Sebagai contoh Zakiah Daradjat memberikan
gambaran dalam menghadapi dorongan-dorongan biologis, yang mulai
timbul setelah pertumbuhan jasmani atau setelah masa puber, bagi orang
yang tidak beragama, pengendali satu-satunya adalah masyarakat. Jika
masyarakat di mana ia hidup membenarkan dipenuhinya kebutuhan-
kebutuhan biologis itu di luar perkawinan, maka akan mudahlah orang
melakukan permainan itu tanpa merasa bersalah, seperti terjadi di
beberapa negara modern, di mana sudah sangat sukar untuk mencari gadis
yang masih perawan. Di samping itu akan didapati pula gadis-gadis yang
sudah mempunyai anak. Hubungan seksual yang dilakukan di luar
perkawinan itu, akan membuka pintu bagi terjadinya penyakit-penyakit
kelamin dan yang akan menderita lebih banyak adalah anak-anak yang
lahir, yang tidak jelas siapa ayahnya.Bagi orang yang beragama,
kendatipun ia hidup dalam masyarakat yang serba modern itu, ia tetap
akan berusaha mengendalikan dirinya ketika terasa dorongan-dorongan
seksual itu.(Zakiah Daradjat,1985:57-58). Penolong dalam Kesukaran
Bagi orang yang beragama, kesukaran atau bahaya sebesar apapun yang
harus dihadapinnya, namun ia akan waras dan sabar, karena dia merasa
bahwa kesukaran dalam hidup itu merupakan bagian dari percobaan Allah
kepada hamba- Nya yang beriman. Ia tidak memandang setiap kesukaran
atau ancaman terhadap dirinya dengan cara negatif, akan tetapi sebaliknya
melihat bahwa di celah-celah kesukaran tersebut terdapat harapan-
harapan. Dia tidak akan menyalahkan orang lain atau mencari sebab-
sebab negatif pada orang lain.(Zakiah Daradjat,1988: 60).
b) Menentramkan Batin
Betapa gelisahnya anak-anak muda yang tidak pernah menerima didikan
agama. Karena usia muda itu adalah usia di mana jiwa sedang bergejolak,
penuh dengan kegelisahan dan pertentangan batin dan banyak dorongan
yang menyebabkan lebih gelisah lagi. Maka agama bagi anak muda
mempunyai fungsi penentram batin dan penenang jiwa, di samping itu
menjadi pengendali moral.(Zakiah Daradjat,1988: 62).Jadi jelas dapat
dirasakan bahwa pendidikan Islam dalam hal keimanan/agama
memberikan bimbingan dalam hidup, penolong dalam kesukaran dan
menentramkan batin agar terhindar dari hal yang tidak bermanfaat bahkan
hal yang bisa menghancurkan diri remaja. Bagi remaja agama merupakan
bibit terbaik yang diperlukan dalam pembinaan kepribadiannya. Remaja
yang tidak pernah mendapat didikan agama di waktu kecilnya, tidak akan
merasakan kebutuhan terhadap agama di kala dewasa nanti.
Lulusan sekolah yang kurang kuat imannya akan sangat sulit menghadapi kehidupan
pada zaman yang semakin penuh tantangan di masa mendatang.Oleh karena itu,
mengingat pentingnya pendidikan Islam terutama bagi generasi muda, semua elemen
bangsa, terutama guru pendidikan Islam, perlu membumikan kembali pendidikan Islam
di sekolah-sekolah baik formal maupun informal.
Ada tiga hal yang harus secara serius dan konsisten diajarkan kepada anak didik:
1. Pertama, Pendidikan akidah/keimanan.Ini merupakan hal yang sangat
penting untuk mencetak generasi muda masa depan yang tangguh dalam imtaq
(iman dan taqwa) dan terhindar dari aliran atau perbuatan yang menyesatkan
kaum remaja seperti gerakan Islam radikal, penyalagunaan narkoba, tawuran dan
pergaulan bebas (freesex) yang akhir-akhir ini sangat dikhawatirkan oleh
sejumlah kalangan.
2. Kedua, Pendidikan ibadah. Ini merupakan hal yang sangat penting untuk
diajarkan kepada anak-anak kita untuk membangun generasi muda yang punya
komitmen dan terbiasa melaksanakan ibadah. Seperti shalat, puasa, membaca al-
Quran yang saat ini hanya dilakukan oleh minoritas generasi muda kita. Bahkan,
tidak sedikit anak remaja yang sudah berani meninggalkan ibadah-ibadah
wajibnya dengan sengaja. Di sini peran orang tua dalam memberikan contoh dan
teladan yang baik bagi anak-anaknya sangat diperlukan selain guru juga harus
menanamkan secara mantab kepada anak-anak didiknya.
3. Ketiga, Pendidikan akhlakul-karimah. Hal ini juga harus mendapat perhatian
besar dari para orang tua dan para pendidik baik lingkungan sekolah maupun di
luar sekolah (keluarga). Dengan pendidikan akhlakul-karimah akan melahirkan
generasi rabbani, atau generasi yang bertaqwa, cerdas dan berakhlak
mulia.Penanaman pendidikan Islam bagi generasi muda bangsa tidak akan bisa
berjalan secara optimal dan konsisten tanpa dibarengi keterlibatan serius dari
semua pihak. Oleh karena itu, semua elemen bangsa (pemerintah, tokoh agama,
masyarakat, pendidik, orang tua dan sebagainya) harus memiliki niat dan
keseriusan untuk melakukan ini. Harapannya, generasi masa depan bangsa ini
adalah generasi yang berintelektual tinggi dan berakhlak mulia.
Tujuan utama dalam pendidikan Islam adalah agar manusia memiliki gambaran
tentang Islam yang jelas, utuh dan menyeluruh. Interaksi di dalam diri ini memberi
pengaruh kepada penampilan, sikap, tingkah laku dan amalnya sehingga
menghasilkan akhlaq yang baik. Akhlaq ini perlu dan harus dilatih melalui latihan
membaca dan mengkaji Al Qur’an, sholat malam, shoum (puasa) sunnah,
berhubungan kepada keluarga dan masyarakat. Semakin sering ia melakukan latihan,
maka semakin banyak amalnya dan semakin mudah ia melakukan kebajikan. Selain
itu latihan akan menghantarkan dirinya memiliki kebiasaan yang akhirnya menjadi
gaya hidup sehari-hari.
BAB III
PENUTUP
2.8 Kesimpulan,
Berdasarkan analisis penelitian, maka dapat diambil simpulan: Pendidikan
dalam Islam begitu penting sehingga merupakan suatu kewajiban, karena
pendidikan dapat mengubah manusia dari tidak tahu menjadi tahu. Terkhusus
pendidikan pada remaja adalah hal yang diharapkan akan memberikan bimbingan
untuk mendorong remaja menjadi generasi yang beragama dan jiwanya sehat.
Kebutuhan kejiwaan remaja banyak dipengaruhi oleh lingkungan dan
kebudayaan masyarakat di mana ia tinggal. Remaja memerlukan kebutuhan-
kebutuhan tertentu yang sesuai dengan perkembangan emosinya. Kebutuhan
tersebut jika tidak dapat terpenuhi akan menyebabkan kemerosotan akhlak pada
remaja, karena remaja sudah dapat menilai secara logis dan memerlukan
penjelasan yang logis juga terhadap suatu yang ingin diketahuinya.
Pendidikan pada remaja adalah pendidikan yang Islami, dalam arti Islami
mengadung makna bahwa setiap jenis pendidikan yang diberikan pada remaja
harus dengan nilai agama (Islam), karena nilai agama merupakan ajaran yang
absolut, berlaku sepanjang zaman sehingga nilai-nilai yang lainnya mengikuti
nilai- nilai Islam.
Tanggung jawab pendidikan pada remaja terletak dan dipengaruhi oleh
orang tua, guru, dan masyarakat. Dengan demikian bahwa tanggung jawab
pendidikan dalam Islam bersifat perseorangan dan sosial sekaligus.
Peranan agama sebagai fungsi pendidikan Islam bagi remaja sangat
penting. Karena remaja yang memiliki dasar-dasar agama akan lebih mudah
dikembalikan
pada jiwanya yang beragama apabila ia melenceng perbuatannya, jika
dibandingkan dengan remaja yang tidak dibekali pendidikan agama akan goncang
sampai ia dewasa.
DAFTAR PUSTAKA
Rineka Cipta.
Ash Shiddiqy, Hasby. 1974. Sejarah dan pengantar ilmu Al-quran dan Hadits, Jakarta:
PT Bulan Bintang.
PT Tiga Serangkai
Daradjat, Zakiah. 2004. Ilmu Pendidikan Islam cet. ke-5, Jakarta: Bumi
Aksara.
Kwintang.
Majid, Abdul dan Dian Andayani, 2004, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi,
Al-Ma’arif.
Firdaus