Anda di halaman 1dari 12

HAKIKAT PENDIDIKAN ISLAM

Di
S
U
S
U
N

Oleh:
KELOMPOK 2
Nama : Rahmah (18220520)
Mulidar (18220516)
Program Studi : PBA
Mata Kuliah : Filsafat Pendidikan Islam
Semeseter : V (Lima)

Pengasuh : Rusnawati, MA

SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH


PERGURUAN TINGGI ISLAM
AL-HILAL SIGLI
2020
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Agama adalah risalah yang disampaikan Tuhan kepada Nabi sebagai petunjuk bagi
manusia dan hukum-hukum sempurna untuk dipergunakan manusia dalam menyelenggarakan
tata cara hidup yang nyata serta mengatur hubungan dengan dan tanggung jawab kepada
Allah, kepada masyarakat serta alam sekitarnya. Bilamana pendidikan kita artikan sebagai
latihan mental, moral dan fisik (jasmaniah) yang menghasilkan manusia berbudaya tinggi
untuk melaksanakan tugas kewajiban dan tanggung jawab dalam masyarakat selaku hamba
Allah, maka pendidikan berarti menumbuhkan personalitas (kepribadian) serta menanamkan
rasa tanggung jawab. Usaha kependidikan bagi manusia menyerupai makanan yang berfungsi
memberikan vitamin bagi pertumbuhan manusia.
Setiap manusia yang diciptakan di dunia ini tidak akan pernah bisa terlepas oleh yang
namanya pendidikan. Alam diciptakan pun ini syarat akan potensi yang bisa dimanfaatkan.
Pemanfaatan segala peotensi yang ada di bumi ini bisa berjalan maksimal bila manusia
memiliki daya kredibilitas dan daya intelegensi yang cukup. Untuk mendapatkan kesemuanya
itu, maka diadakan yang namanya pendidikan.
Pendidikan memiliki unsure-unsur yang membangunnya. Salah duanya adalah pendidik
dan peserta didik. Keduanya sangat terikat satu sama lain dalam pendidikan. Pendidik tidak
akan bisa melakukan pendidikan bila tidak ada peserta didik. Begitupun juga sebaliknya,
peserta didik tidak akan berkembang secara maksimal bila tidak mendapatkan pendidikan
yang cukup yang dilakukan oleh pendidik.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan hakikat pendidikan islam ?
2. Apa tujuan pendidikan islam ?
3. Apa yang dimaksud dengan Pendidik dan Pengajar
4. Apa Hakikat Pendidik dan Pengajar
5. Sebutkan Tujuan Pendidik dan Pengajar
6. Apa yang dimaksud dengan Peserta Didik.
7. Sebutkan Tugas dan Kewajiban Peserta Didik
8. Sebutkan Etika Peserta Didik
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Hakikat Pendidikan Islam


Secara umum konsep pendidikan Islam mengacu pada makna asal kata yang membentuk
kata pendidikan itu sendiri dalam hubungannya dengan ajaran Islam. Dalam hal ini akan
dirunut hakikat pendidikan Islam yang sekaligus menggambarkan apa yang dimaksud dengan
pendidikan menurut pengertian secara umum. Pendidikan Islam berarti sistem pendidikan
yang memberikan kemampuan seseorang untuk memimpin kehidupannya sesuai dengan cita-
cita dan nilai-nilai Islam yang telah menjiwai dan mewarnai corak kepribadiannya, dengan
kata lain pendidikan Islam adalah suatu sistem kependidikannya yang mencakup seluruh
aspek kehidupan yang dibutuhkan oleh hamba Allah sebagaimana Islam telah menjadi
pedoman bagi seluruh aspek kehidupan manusia baik duniawi maupun ukhrawi. Ada tiga
istilah yang lazim digunakan dalam pendidikan Islam, yaitu:
1. Tarbiyah
Pendidikan berasal dari padanan bahasa arab ‫” التربية‬tarbiyah”. Abdurrahman Nahlawy
menyebutkan bahwasannya kata ”tarbiyah” secara etimologi berasal dari tiga asal kata,
Yaitu ‫ ربا‬rabaa ‫ يربو‬yarbuu yang berarti bertambah dan berkembang, Yang kedua dari
kata ‫ يربي ربي‬rabiya yarbiy yang berarti tumbuh. Dan yang ketiga ‫ يربي رب‬rabba yurabbi yang
berarti memperbaiki atau membenahi. Manusia perlu di bantu agar ia berhasil menjadi
manusia. Seseorang dapat dikatakan menjadi manusia, bila telah memiliki (sifat)
kemanusiaan. Ini menunjukkan bahwa tidaklah mudah menjadi manusia, apalagi yang Allah
Swt. memberikan amanah besar yang harus ia jaga, yang mana makhluk-makhluk lain
ciptaannya merasa berat untuk menanggungnya, namun manusia sebaliknya berani
menanggungnya. Dan hal ini membuat makhluk lainnya menjadi sanksi akan kemampuan
manusia bahkan bisa di dikatakan iri. Secara filosofis mengisyaratkan bahwa proses
pendidikan Islam adalah bersumber pada pendidikan yang diberikan Islam adalah bersumber
pada pendidikan yang diberikan Allah sebagai “pendidik” seluruh ciptaan-Nya, termasuk
manusia. Dalam konteks yang luas, pengertian pendidikan Islam yang dikandung dalam term
al-tarbiyah terdiri atas empat unsur pendekatan, yaitu:
a. Memelihara dan menjaga fitrah anak didik menjelang dewasa (baligh)
b. Mengembangkan seluruh potensi menuju kesempurnaan
c. Mengarahkan seluruh fitrfah menuju kesempurnaan
d. Melaksanakan pendidikan secara bertahap.
2. Ta’dib
Berasal dari istilah Ta’dib ( ‫ ) تاءديب‬berasal dari kata adaba ya’dubu yang berarti melatih,
mendisiplinkan diri untuk berperilaku yang baik dan sopan santun. Secara
terminologi Ta’dib merupakan usaha untuk menciptakan situasi dan kondisi sedemikian rupa
sehingga mendorong dan memotivasi setiap individu untuk berperilaku dan berperadaban
yang baik sesuai yang diharapkan1. Sebagai pengenalan dan pengakuan yang secara
berangsur-angsur ditanamkan ke dalam manusia tentang tempat-tempat yang tepat dari segala
sesuatu di dalam tatanan penciptaan sedemikian rupa, sehingga hal ini membimbing ke arah
pengenalan dan pengakuan tempat Tuhan yang tepat di dalam tatanan wujud dan kepribadian.
Makna al-ta’dib berarti pengenalan dan pengakuan yang secara berangsur-angsur
ditanamkan ke dalam diri manusia (peserta didik) tentang tempat-tempat yang tepat dari
segala sesuatu di dalam tatanan penciptaan.
3. Ta’lim
Istilah al-Ta’lim telah digunakan sejak periode awal pelaksanaan pendidikan islam.
Menurut para ahli, kata ini lebih bersifat universal dibanding dengan al-Tarbiyah maupun al-
Ta’dib. Rasyid Ridha mengartikan al-Ta’lim sebagai proses transmisi berbagai ilmu
pengetahuan pada jiwa individu tanpa adanya batasan dan ketentuan tertentu. Jalal
memberikan alasan bahwa proses taklim lebih umum dibandingkan dengan proses
tarbiyah. Pertama, ketika mengajarkan membaca Al-Qur’an kepada kaum muslimin,
Rasulullah SAW tidak terbatas pada membuat mereka sekedar dapat membaca, melainkan
membaca dengan perenungan yang berisikan pemahaman, pengertian, tanggung jawab,
penanaman amanah sehingga terjadi pembersihan diri (tazkiyah al-nufus) dari segala kotoran,
menjadikan dirinya dalam kondisi siap menerima hikmah, dan mempelajari segala sesuatu
yang belum diketahuinya dan yang tidak diketahuinya serta berguna bagi
dirinya. Kedua, kata taklim tidak berhenti hanya kepada pencapaian pengetahuan
berdasarkan prasangka atau yang lahir dari taklid semata-mata, ataupun pengetahuan yang
lahir dari dongengan hayalan dan syahwat atau cerita-cerita dusta. Ketiga, kata taklim
mencakup aspek-aspek pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan seseorang dalam
hidupnya serta pedoman perilaku yang baik. Dengan demikian kata taklim menurut Jalal
mencakup ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik dan berlangsung sepanjang hayat serta
tidak terbatas pada masa bayi dan kanak-kanak, tetapi juga orang dewasa. Sementara itu
Abrasyi, menjelaskan kata taklim hanya merupakan bagian dari tarbiyah karena hanya

1 M. Jindar Wahyudi, Nalar Pendidikan Qur’ani, (Yogyakarta : Aperion Philotes, 2006), hlm. 55
menyangkut domain kognitif. Al-Attas menganggap kata taklim lebih dekat kepada
pengajaran atau pengalihan ilmu dari guru kepada pembelajaran, bahkan jangkauan aspek
kognitif tidak memberikan porsi pengenalan secara mendasar.

B. Tujuan Pendidikan Islam


Hakekatnya tujuan Pendidikan Agama Islam adalah menanamkan taqwa dan akhlak serta
menegakkan kebenaran dalam rangka membentuk manusia yang berpribadi dan berbudi luhur
menurut ajaran Islam. Tujuan tersebut ditetapkan berdasarkan atas pengertian bahwa:
Pendidikan Islam adalah bimbingan terhadap pertumbuhan rohani dan jasmani menurut
ajaran Islam dengan hikmah mengarahkan, melatih, mengasuh dan mengawasi berlakunya
semua ajaran Islam.2 Tujuan pendidikan agama Islam didasarkan pada sistem nilai yang
istimewa yang berasaskan pada Al-Qur’an dan Hadits, yaitu keyakinan kepada Tuhan,
kepatuhan dan penyerahan kepada segala perintah-Nya. Sebagaimana yang dipraktekkan oleh
Rosululloh SAW.3
Jadi, pada dasarnya tujuan dari Pendidikan Agama Islam disamping mencerdaskan
kehidupan umat, membentuk manusia berkepribadian muslim, juga untuk mencapai
kebahagiaan lahir batin, dunia dan akhirat. Adapun yang menjadi tujuan akhir dari
Pendidikan Agama Islam adalah mempersiapkan manusia yang abid dan yang
menghambakan dirinya kepada Allah. Sebagai bagian dari komponen kegiatan pendidikan,
keberadaan rumusan tujuan pendidikan memegang peranan sangat penting. Karena memang
tujuan berfungsi mengarahkan aktivitas, mendorong untuk bekerja, memberi nilai dan
membantu mencapai keberhasilan. Pendidikan Islam bertugas mempertahankan,
menanamkan, dan mengembangkan kelangsungan berfungsinya nilai-nilai islami yang
bersumber dari kitab suci Al-Qur’an dan Al-Hadis. Sedangkan Anwar Jundi menjelaskan di
dalam konsep Islam, tujuan pertama dan pokok dari pendidikan ialah terbentuknya manusia
yang berpribadi muslim.
Tujuan pendidikan adalah menciptakan seseorang yang berkualitas dan berkarakter
sehingga memiliki pandangan yang luas kedepan untuk mencapai suatu cita- cita yang di
harapkan dan mampu beradaptasi secara cepat dan tepat di dalam berbagai lingkungan.
Karena pendidikan itu sendiri memotivasi diri kita untuk lebih baik dalam segala aspek
kehidupan. Karena tanpa pendidikan itu sendiri kita akan terjajah oleh adanya kemajuan saat

2 Arifin, Mohammad, M. Ed. Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1994) hlm 16,
3 Alwi, Zianuddin. Pemikiran Pendidikan Islam pada Abad Klasik dan Pertengahan, ( Bandung: Angkasa Bandung, , 2003),
hal 98.
ini, karena semakin lama semakin ketat pula persaingan dan semakin lama juga mutu
pendidikan akan semakin maju.
Tujuan pendidikan Islam adalah untuk mencapai keseimbangan pertumbuhan
kepribadian manusia. Secara menyeluruh dan seimbang yang dilakukan melalui latihan jiwa,
akal pikiran, diri manusia yang rasional, perasaan dan indra, karena itu, pendidikan
hendaknya mencakup pengembangan seluruh aspek fitrah peserta didik, aspek spiritual,
intelektual, imajinasi, fisik, ilmiah dan bahasa, baik secara individual maupun kolektif, dan
mendorong semua aspek tersebut berkembang ke arah kebaikan dan kesempurnaan. Tujuan
terakhir pendidikan muslim terletak pada perwujudan ketundukan yang sempurna kepada
Allah SWT, baik secara pribadi kontinuitas, maupun seluruh umat manusia.
Tujuan pendidikan ialah perubahan yang diharapkan pada subyek didik setelah
mengalami proses pendidikan baik pada tingkah laku individu dan
kehidupan pribadinya maupun kehdupan masyarakat dan alam sekitarnya dimana individu itu
hidup. Pendidikan Islam bertugas di samping menginternalisasikan (menanamkan dalam
pribadi) nilai-nilai islami, juga mengembangkan anak didik agar mampu melakukan
pengamalan nilai-nilai itu secara dinamis dan fleksibel dalam batas-batas konfigurasi idealitas
wahyu Tuhan. Hal ini berarti Pendidikan Islam secara optimal harus mampu mendidik anak
didik agar memiliki “kedewasaan atau kematangan” dalam beriman, bertaqwa, dan
mengamalkan hasil pendidikan yang diperoleh, sehingga menjadi pemikir yang sekaligus
pengamal ajaran Islam, yang dialogis terhadap perkembangan kemajuan zaman. Dengan kata
lain, Pendidikan Islam harus mampu menciptakan para “mujtahid” baru dalam bidang
kehidupan duniawi-ukhrawi yang berkesinambungan secara interaktif tanpa pengkotakan
antara kedua bidang itu.

C. Pengertian Pendidik dan Pengajar


Pendidik apabila ditinjau dari segi bahasa (etimologi), sebagaimana yang dijelaskan oleh
WJS. Poerwadarminta adalah orang yang mendidik.4 Di dalam bahasa Inggris dikenal
dengan Teacher yang diartikan guru atau pengajar, atau tutor yang berarti guru pribadi
(private). Dalam bahasa Arab disebutUstadz/zah, Mudarris, Mu`allim, Mu`addib, selanjutnya
dalam bahasa Arab kata Ustadz adalah jamak dari asatidz yang berarti guru (teacher),
profesor (gelar akademik), jenjang dalam bidang intelektual, pelatih, penulis, dan penyair.
adapun kata Mudarris berarti Teacher (guru), instruktor (pelatih), trainer (pemandu).

4 WJS. Poerwadarminta, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2003), hlm. 302.
sedangkan kata Muaddib berarti educator/pendidik atau Teacher In Coranic School (guru
dalam lembaga pendidikan al-Qur`an).5
Sedangkan Pendidik dalam perspektif pendidikan Islam adalah orang-orang yang
bertanggung jawab terhadap perkembangan seluruh potensi peserta didik , baik petensi
afektif, kognitif, maupun psikomotorik sesuai dengan nilai-nilai ajaran Islam.6
Secara terminologi, pengertian yang lebih implisit kata pendidik dapat diartikan dengan
guru, sebagaimana yang disampaikan oleh Hadari Nawawi yang dikutip oleh Moh. Uzer,
pendidik adalah orang yang kerjanya mengajar atau memberikan pelajaran di sekolah atau di
kelas. Bahwa guru yang berarti orang yang bekerja sebagai tenaga pengajar yang ikut juga
bertanggung jawab dalam membantu peserta didik untuk mencapai proses kedewasaan.
Tetapi dalam hal ini banyak disalah artikan banyak orang, bahwa hanya gurulah yang
bertanggung jawab dalam proses pendidikan. Tetapi yang sesungguhnya adalah baik
masyarakat lebih-lebih orang tua peserta didik bersama-sama membangun proses pendidikan,
agar menjadi masyarakat yang dewasa pula.7
1. Hakikat Pendidik dan Pengajar
Dari berbagai definisi di atas baik pengertian secara etimologi maupun terminologi,
dapat ditarik hal yang paling inti kaitannya dengan seorang pendidik dalam hal ini yang
banyak diartikan adalah guru, karena salah satu faktor yang perlu diperhatikan dalam
pendidikan adalah pendidik (guru). Karena guru yang dapat diartikan sebagai pelaku utama
pendidikan (pendidik profesional) sehingga banyak syarat-syarat untuk menjadi seorang
pendidik. Bahwa seorang pendidik (guru) merupakan pemeran penting dalam proses belajar
mengajar.
Sebenarnya esensi dari tugas mendidik adalah kedua orang tua peserta didik (aspek
keluarga), mungkin karena banyak kesibukan-kesibukan dari berbagai individu keluarga
sehingga memilih untuk menitipkan anaknya ke lembaga pendidikan. Sehingga guru adalah
orang tua yang kedua. Tetapi hal ini merupakan pengaruh yang besar dalam perkembangan
peserta didik. Sehingga bentuk kerja sama antara keluarga, lembaga pendidikan, bahkan
seluruh masyarakat juga harus aktif dalam proses pelaksanaan pendidikan. Sehinga tidak ada
dikotomi salah arti yang dapat menyudutkan pendidik (guru.). karena dapat dikatakan bahwa
pengaruh pendidikan yang ada di sekolah hanya sebatas perkembangan sikap (afektif), aspek
kognitif (pengetahuan) dan psikomotorik (ketrampilan). Karena sebenarnya istilah antara

5 Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Persepektif Islam, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2008), hlm. 12.
6 Ramayulis, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2005), hlm. 19.
7 Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008), hal. 210.
pendidik dan pengajar adalah berbeda. Sebab pengajar hanya memberi pengetahuan. Berbeda
dengan mendidik, bukan hanya sekedar memberitahu tetapi juga memberikan teladan dan
melakukan usaha-usaha sehingga yang diberi teladan dapat berbuat seperti yang telah
diberitahukan dan telah diteladankan.
Secara konvensional, guru setidaknya harus memiliki tiga kualifikasi dasar. Yaitu
menguasai materi (pengetahuan), antusiasme, dan penuh kasih sayang (loving) dalam
mengajar dan mendidik karena misi utama guru adalah enlightening "mencerdaskan bangsa"
(bukan sebaliknya membodohkan masyarakat), mempersiapakan anak didik sebagai individu
yang bertanggung jawab dan mandiri, bukan menjadikan manja dan beban masyarakat.
Karena proses pencerdasan harus berangkat dari pandangan filosofi guru,bahwa anak didik
adalah individu yang memiliki beberapa kemampuan dan ketrampilan.
2. Tujuan Pendidik dan Pengajar
Pendidik adalah orang yang mempunyai rasa tanggung jawab untuk memberi bimbingan
atau bantuan kepada anak didik dalam perkembangan jasmani dan rohaninya demi mencapai
kedewasaannya, mampu melaksanakan tugasnya sebagai makhluk tuhan, makhluk sosial dan
sebagai individu yang sanggup berdiri sendiri.8
Orang yang pertama yang bertanggung jawab terhadap perkembangan anak atau
pendidikan anak adalah orang tuanya, karena adanya pertalian darah secara langsung
sehingga ia mempunyai rasa tanggung jawab terhadap masa depan anaknya.
Orang tua disebut juga sebagai pendidik kodrat. Namun karena mereka tidak
mempunayai kemampuan, waktu dan sebagainya, maka mereka menyerahkan sebagian
tanggung jawabnya kepada orang lain yang dikira mampu atau berkompeten untuk
melaksanakan tugas mendidik.

D. Pengertian Peserta Didik.


Al-Ghozali menggunakan istilah Al-Shobiy, al-Mutaalim dan Tholibul Ilmi. Peserta
didik dapat diartikan dalam arti luas sebagai orang yang sedang mengalami perkembangan
jasmani dan rohani sejak awal terciptanya dan merupakan objek daripada pendidikan. 9
Dengan adanya pertumbuhan dan perkembangan yang masih berjalan, maka peserta
didik dianggap belum dewasa hingga membutuhkan bimbingan orang lain untuk
menjadikannya dewasa. Secara terminologi peserta didik adalah anak didik atau individu

8 Departemen Agama RI. Al-Qur’an dan Terjemahnya. (Bandung: PT. Sygma Examedia Arkamlema, 2009),
hlm. 597.
9 Abu Hamid Al-Ghozali, Ihya ‘Ulumuddin Juz I-III, Isal Babiyul Hilbi wa Syirkah, Kairo, 1957.
yang mengalami perubahan, perkembangan sehingga masih memerlukan bimbingan dan
arahan dalam membentuk kepribadian serta sebagai bagian dari struktural proses pendidikan.
Dengan kata lain peserta didik adalah seorang individu yang tengah mengalami fase
perkembangan atau pertumbuhan baik dari segi fisik dan mental maupun fikiran
Sebagai individu yang tengah mengalami fase perkembangan, tentu peserta didik
tersebut masih banyak memerlukan bantuan, bimbingan dan arahan untuk menuju
kesempurnaan. Hal ini dapat dicontohkan ketika seorang peserta didik berada pada usia balita
seorang selalu banyak mendapat bantuan dari orang tua ataupun saudara yang lebih tua.
Dengan demikin dapat di simpulkan bahwa peserta didik merupakan barang mentah (raw
material) yang harus diolah dan bentuk sehingga menjadi suatu produk pendidikan.
Peserta didik secara khusus adalah orang-orang yang belajar di lembaga pendidikan
tertentu yang menerima bimbingan, pengarahan, nasihat, pembelajaran dan berbagai hal yang
berkaitan dengan proses kependidikan. Dengan diakuinya keberadaan seorang peserta didik
dalam konteks kehadiran dan keindividuannya, maka tugas dari seorang pendidik adalah
memberikan bantuan, arahan dan bimbingan kepada peserta didik menuju kesempurnaan atau
kedewasaannya sesuai dengan kedewasaannya.Dalam konteks ini seorang pendidik harus
mengetahuai ciri-ciri dari peserta didik tersebut. Ciri-ciri peserta didik yaitu:
1. Kelemahan dan ketidak berdayaannya
2. Berkemauan keras untuk berkembang
3. Ingin menjadi diri sendiri (memperoleh kemampuan).
1. Tugas dan Kewajiban Peserta Didik
2. Bersedia merantau untuk mencari ilmu pengetahuan.
3. Tidak Menyombongkan Ilmunya dan menantang gurunya.
4. Mengetahui kedudukan ilmu pengetahuan.
2. Etika Peserta Didik
1. Jika berkunjung kepada guru harus menghormati dan menyampaikan salam terlebih
dahulu.
2. Jangan banyak bicara di depan guru.
3. Jangan bicara jika tidak diajak bicara oleh guru.
4. Jangan bertanya jika belum minta ijin lebih dulu.
5. Jangan sekali-kali menegur ucapan guru, seperti : katanya fulan demikian, lantas
berbeda dengan guru.
6. Jangan mengisyarati terhadap guru, yang dapat member perasaan khilaf dengan
pendapat guru. Kalau demikian itu menganggap murid lebih besar daripadanya.
7. Jangan berunding dengan teman di tempat duduknya, dan berbicara dengan guru
sambil tertawa.
8. Jika duduk di depan guru jangan menoleh-noleh, tapi duduklah dengan menundukkan
kepala tawadlu’ sebagaimana ketika melakukan sholat.
9. Jangan banyak bertanya waktu guru kelihatan bosan dan kurang enak.
10. Sewaktu guru berdiri, murid harus berdiri sambil memberikan penghormatan
terhadap guru.
11. Sewaktu guru sedang berdiri dan sudah hendak keluar, jangan menghentikannya
hanya karena bertanya.
12. Jangan bertanya guru saat di tengah perjalanan, tunggulah sampai rumah.
13. Jangan su’udhon terhadap guru.

E. Hakikat Lingkungan Pendidikan


Lingkungan pendidikan sangat dibutuhkan dalam proses pendidikan, sebab lingkungan
pendidikan tersebut berfungsi menunjang terjadinya proses belajar mengajar secara aman,
nyaman, tertib, dan berkelanjutan. Dengan suasana seperti itu, maka proses pendidikan dapat
diselenggarakan menuju tercapainya tujuan pendidikan yang diharapkan.
Pada periode awal, umat Islam mengenal lembaga pendidikan berupa kutab yang mana
di tempat ini diajarkan membaca dan menulis huruf al-Qur’an lalu diajarkan pula ilmu al-
Qur’an dan ilmu-ilmu agama lainnya. Begitu di awal dakwah Rasulullah SAW, ia
menggunakan rumah Arqam sebagai institusi pendidikan bagi sahabat awal (assabiqunal
awwalun). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pendidikan Islam mengenal adanya
rumah, masjid, kutab, dan madrasah sebagai tempat berlangsungnya pendidikan, atau disebut
juga sebagai lingkungan pendidikan.
Pada perkembangan selanjutnya, institusi pendidikan ini disederhanakan menjadi tiga
macam, yaitu keluarga—disebut juga sebagai salah satu dari satuan pendidikan luar
sekolah—sebagai lembaga pendidikan informal, sekolah sebagai lembaga pendidikan formal,
dan masyarakat sebagai lembaga pendidikan non formal. Ketiga bentuk lembaga pendidikan
tersebut akan berpengaruh terhadap perkembangan dan pembinaan kepribadian peserta didik.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Fungsi pendidikan itu bukanlah sekedar mengembangkan kemampuan dan mencerdaskan
otak peserta didik, tetapi juga menyelamatkan fitrahnya. Oleh karena itu fungsi pendidikan
dan pengajaran Islam dalam hubungannya dengan faktor anak didik adalah untuk menjaga,
menyelamatkan, dan mengembangkan fitrah ini agar tetap menjadi al-fithratus salimah dan
terhindar dari al-fithratu ghairus salimah. Artinya, agar anak tetap memiliki aqidah keimanan
yang tetap dibawanya sejak lahir itu, terus menerus mengokohkannya, sehinggamati dalam
keadaan fitrah yang semakin mantap, tidak menjadi Yahudi, Nashrani, Majusi ataupun
agama-agama dan faham-faham yang selain Islam.
Hakikat seorang pendidik kaitannya dalam pendidikan Islam adalah mendidik dan
sekaligus di dalamnya mengajar sesuai dengan keilmuwan yang dimilikinya. Secara
umumnya pendidik adalah orang yang memiliki tanggungjawab mendidik. Bila dipersempit
pengertian pendidik adalah guru yang dalam hal ini di suatu lembaga sekolah. Sedangkan
pengajar adalah pendidik yang baik.
Tugas dan peran pendidik sangat berkaitan dan tak tidak dapat dipisahkan, tugas
pendidik adalah membantu peserta didik agar mampu melakukan adaptasi terhadap diri dan
berbagai tantangan kehidupannya, sedangkan peran pendidik adalah sebagai pemimpin dan
pelaksana pendidikan dalam suatu masyarakat dan sekaligus sebagai anggota masyarakat,
sehingga dengan demikian dituntut guru atau pendidik dalam meningkatkan tugas dan
perannya.
Peserta didik adalah orang yang sedang mengalami perkembangan jasmani dan rohani
sejak awal terciptanya dan merupakan objek daripada pendidikan. Peserta didik juga
merupakan orang yang senantiasa berkembang untuk menuju kedewasaan dan pendekatan
diri kepada Allah SWT.
lingkungan pendidikan sangat berperan dalam penyelenggaraan pendidikan Islam, sebab
lingkungan yang juga dikenal dengan institusi itu merupakan tempat terjadinya proses
pendidikan. Secara umum lingkungan tersebut dapat dilihat dari tiga hal, yaitu keluarga,
sekolah, dan masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA

Abu Hamid Al-Ghozali, Ihya ‘Ulumuddin Juz I-III, Isal Babiyul Hilbi wa Syirkah, Kairo, 1957.

Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Persepektif Islam, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2008),
hlm. 12.

Alwi, Zianuddin. 2003. Pemikiran Pendidikan Islam pada Abad Klasik dan Pertengahan. Bandung:
Angkasa Bandung

Arifin, Muhammad, M. Ed, 1994, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara.

Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008), hal. 210.

Ramayulis, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2005), hlm. 19.

Wayudhi ,M. Jindar. 2006. Nalar Pendidikan Qur’ani. Yogyakarta : Aperion Philotes.

WJS. Poerwadarminta, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2003), hlm. 302.

Anda mungkin juga menyukai