Anda di halaman 1dari 18

KEDUDUKAAN DAN HUBUNGAN PENDIDIKAN ISLAM DENGAN PENDIDIKAN

NASIONAL
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Pendidikan

Dosen pengampu :

Ratna Etikasari Agus S.Pd.I,M.Pd

Disusun oleh:

Muthia Dwi Rahayu ( 206210108 MPI D)

Navi’a Tsaniatunnisa ( 206210114 MPI D)

Nely Fenriana Putri Valentina ( 206210116 MPI D)

JURUSAN MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONOROGO

2022/2023
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Substansi pendidikan pada dasarnya merupakan suatu upaya paedagogis untuk
menstranfer sejumlah nilai yang dianut oleh masyarakat suatu bangsa kepada sejumlah
subjek didik melalui proses pembelajaran. Sistem nilai tersebut tertuang dalam sistem
pendidikan yang dirumuskan dalam dasar-dasar pandangan hidup bangsa itu. Rumusan
pandangan hidup tersebut kemudian dituangkan dalam Undang-Undang Dasar dan
perundang-undangan. Dalam Undang-Undang Dasar dan perundang-undangan itu
pandangan filosofis suatu bangsa di antaranya tercermin dalam sistem pendidikan yang
dijalankan.
Begitu pula falsafah negara kita yaitu Pancasila, membuat sistem pendidikan
nasional indonesia bercorak khusus indonesia yang tidak ditemui pada sistem pendidikan
lainnya. Pendidikan nasional adalah pendidikan yang berakar pada kebudayaan bangsa
indonesia yang berdasarkan pada Pancasila dan Undang-Undang 1945. Pada era gobal
sekarang ini, pendidikan Islam pada masyarakat harus tetap dibina dan digalakkan dalam
usaha untuk mengembangkan kehidupan beragama. Pendidikan beragama dalam arti
sebagai salah satu bidang studi telah diintegrasikan dalam kurikulum sekolah-sekolah
negeri.
Pengembangan dan pembinaan pendidikan agama di lembaga-lembaga pendidikan
Islam, seperti di madrasah dan pondok pesantren juga mendapat perhatian serius dari
pemerintah. Khusus untuk madrasah telah dikeluarkan surat keputusan bersama tiga
menteri, antara lain menteri agama, menteri dalam negeri dan menteri P dan K, dinyatakan
bahwa ijazah madrasah disamakan dengan ijazah sekolah umum yang sederajat.
Keterkaitan antara pendidikan Islam dan pendidikan nasional tak dapat dipisahkan
satu sama lain. Pendidikan Islam merupakan bagian yang integral dari pendidikan nasional.
Berdasarkan fakta yang ada, telah ditemukan upaya dari pemerintah untuk mengatasinya
dengan memasukkan pendidikan Islam ke dalam sistem pendidikan nasional

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian pendidikan islam ?
2. Apa pengertian pendidikan nasional ?
3. Bagaimana hubungan pendidikan islam dengan pendidikan nasional ?
4. Bagaimana kedudukan pendidikan islam dengan pendidikan nasional ?
C. Tujuan
1. Untuk memahami pengertian pendidikan islam
2. Untuk memahami pengertian pendidikan nasional
3. Untuk memahami hubungan pendidikan islam dengan pendidikan nasional
4. Untuk memahami kedudukan pendidikan islam dengan pendidikan nasional

2
BAB I
PEMBAHASAN

A. Pengertian pendidikan islam


Pendidikan Islam adalah proses mengubah tingkah laku individu pada kehidupan
pribadi, masyarakat, dan alam sekitarnya, dengan cara pengajaran sebagai suatu aktivitas
asasi dan sebagai profesi diantara profesi-profesi asasi dalam masyarakat. 1

Pendidikan Islam adalah adalah pembentukan kepribadian muslim, atau perubahan


sikap dan tingkah laku sesuai dengan petunjuk ajaran Islam.2Pendidikan Islam pada
dasarnya merupakan pendidikan yang bertujuan untuk membentuk pribadi Muslim
seutuhnya (kaffah), mengembangkan seluruh potensi manusia baik yang berbentuk jasmani
maupun rohani.

Pendidikan Islam merupakan kegiatan yang dilaksanakan dengan terencana dan


sistematis untuk mengembangkan potensi anak didik berdasarkan pada kaidah-kaidah
agama Islam. Pendidikan Islam adalah pendidikan yang bertujuan untuk mencapai
keseimbangan pertumbuhan pribadi manusia secara menyeluruh melalui latihan-latihan
kejiwaan, akal pikiran, kecerdasan, perasaan serta panca indera yang dimilikinya. Dan
adapun tujuan akhir pendidikan adalah pembentukkan tingkah laku Islami (akhlak mulia)
dan kepasrahan (keimanan) kepada Allah berdasarkan pada petunjuk ajaran Islam (Al-
Qur’an dan Hadis). 3

Kehadiran Pendidikan Agama Islam yang dipijakkan kepada aqidah dan keyakinan
tauhid di tengah-tengah kehidupan masyarakat yang telah tertanam aqidah dan keyakinan
Pagaganisme, Majusianisme, Nashranianisme dan Yahudianisme ini menarik untuk
ditelaah, tidak saja karena Pendidikan Agama Islam telah mampu mengeluarkan
masyarakat dari keterpurukannya selama beratus-ratus tahun, tetapi yang lebih penting
untuk digali, adalah bagaimana eksistensi pendidikan agama Islam yang tauhidian itu

1
Omar Mohammad At-toumy, Falsafah Pendidikan Islam, Jakarta : Bulan Bintang 1979, hal. 399
2
Zakiah Dradjat, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 2000, hal. 28
3
Fathul Jannah, Pendidikan Islam Dalam Sistem Pendidikan Nasional, Jurnal Dinamika Ilmu, Vol. 13. No. 2,
Desember 2013, 164

3
sendiri, baik secara institusional, materi, metodologis, kurikulum maupun
epistemologisnya. 4

Pendidikan Islam adalah suatu proses mempersiapkan generasi penerus untuk


mengisi peranan, memindahkan pengetahuan dan nilai-nilai Islam yang diselaraskan
dengan fungsi manusia untuk beramal di dunia dan memetik hasilnya di akhirat.
Pendidikan Islam dalam pengertian di atas merupakan suatu proses pembentukan individu
berdasarkan ajaran Islam yang diwahyukan Allah kepada Muhammad melalui proses
dimana individu dibentuk agar dapat mencapai derajat yang tinggi, sehingga mampu
menunaikan tugasnya sebagai kholifah di bumi yang dalam kerangka lebih lanjut
mewujudkan kebahagiaan di dunia dan akhirat.

Beberapa konsep pendidikan Islam diantaranya ialah tarbiyah, ta’lim, ta’dib.


menurut kamus bahasa arab lafadz At-Tarbiyah berasal dari tiga kata yaitu yang pertama
raba-yarbu yang berarti bertambah dan bertumbuh, kedua rabiya-yarba kata ini mengikuti
wazan khafiya kyakhfa yang berarti menjadi besar, ketiga rabba-yarubbu merupakan kata
yang mengikuti wazan madda-yamuddu yang artinya memperbaiki, menguasai urusan,
menuntun, menjaga, dan memelihara. Kata tarbiyah merupakan mashdar dari rabba-
yurabbiy-tarbiyatan dengan mengikuti wazan fa’ala-yaf’ilu-taf’ilan. Kata ini ditemukan
dalam Al-qur’an surah al-isra’ ayat 24 yang artinya “dan rendahkanlah dirimu terhadap
mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah : wahai tuhanku, kasihilah
mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidikku waktu kecil”. Dari ketiga
asal kata tersebut dapat disimpulkan bahwa tarbiyah memiliki empat unsur yaitu : menjaga
dan memelihara fitrah anak menjelang baligh, mengembangkan seluruh potensi dan
kesiapan yang bermacam-macam, mengarahkan seluruh fitrah dan potensi anak menuju
kepada kebaikan dan kesempurnaan yang layak baginya, proses ini dilaksanakn secara
bertahap5.

4
M. Hasyim Syamhudi, Pendidikan Agama Islam Zaman Mekah Awal (Di antara Dua Peradaban Jahiliyah Dan
Romawi/Persi), Jurnal at-turas Vol. 3 No. 1, Januari-Juni 2016, 91
5
Bukhari Umar, Ilmu Pendidikan Islam, hal. 23

4
Ta’lim merupakan sebuah proses pemberian pengetahuan, pemahaman, pengertian,
tanggung jawab, dan penanaman amanah, sehingga terjadi penyucian atau pembersihan
diri manusia dari segala kotoran yang menjadikan diri manusia itu berada dalam suatu
kondisi yang bisa memungkinkan untuk menerima al-hikmah serta mempelajari segala
6
yang bermanfaat dan yang tidak diketahuinya.

Pada zaman klasik orang hanya mengenal istilah ta’dib untuk mrnunjukkan
kegiatan pendidikan. Pengertian ini terus dipakai sepanjang masa kejayaan Islam, hingga
semua ilmu pengetahuan yang dihasilkan oleh akal manusia pada masa itu disebut adab,
baik yang berhubungan langsung dengan Islam maupun tidak. Seorang pendidik pada masa
itu disebut mu’addib. Ta’dib merupakan sebuah pengenalan dan pengakuan yang terjadi
secara berangsur-angsur ditanamkan kepada manusia tentang tempat-tempat yang tepat
dari segala sesuatu di dalam tatanan penciptaan sedemikian rupa, sehingga membimbing
ke arah pengenalan dan pengakuan kekuasaan dan keagungan tuhan di dalam tatanan
wujud dan keberadaannya.

Setiap sesuatu pasti memiliki tujuan, begitu juga dengan pendidikan Islam ini.
Menurut ibnu taimiyah, sebagaimana dikutip oleh Majid ‘Irsan Al-kaylani tujuan
pendidikan Islam ada empat yaitu tercapainya pendidikan tauhid dengan cara mempelajari
ayat Allah dalam wayu-Nya dan ayat-ayat fisik (afaq) dan psikis (anfus), mengetahui ilmu
Allah melalui pemahaman terhadap kebenaran makhluk-Nya, mengetahui kekuatan
(qudrah) Allah melalui pemahaman jenis, kuantitas, dan kreativitas makhluk-Nya,
mengetahui apa yang diperbuat Allah (sunnah Allah) tentang realitas (alam) dan jenis-jenis
perilakunya7.

Sumber dari sistem Islami adalah Quran dan Sunah Rasul saw. Maka Pendidikan
Islam pun harus bersumber pada Al-Quran dan Sunah Rasul saw. Kedudukan Al-Quran
sebagai sumber pokok pendidikan Islam dapat dipahami dari ayat Al-Qur’an itu sendiri.
Sumber yang kedua, yaitu As-Sunnah. Amalan yang dikerjakan oleh Rasulullah saw dalam

6
Abdul Fatah Jalal, Min Al-ushul At-tarbawiyyah fi Al-Islam, Mesir: Dar Al-kutub Al-Mishriyyah, 1977, hal. 17.
7
Majid ‘Irsan Al-kaylani,Al-fikr At-Tarbawi ‘Inda Ibn Taymiyah, Al-Madinah Al-Munawwarah : Maktabah Dar At-
Tarats 1986, hal. 177-178

5
proses perubahan hidup sehari-hari, menjadi sumber utama pula dalam pendidikan Islam
karena Allah telah menjadikan Muhammad sebagai teladan bagi umatnya.

Ada beberapa nilai fundamental dalam sumber pokok ajaran Islam yang harus
dijadikan dasar bagi pendidikan Islam, yaitu: (1) Aqidah (2) Akhlak (3) Penghargaan
kepada akal (4) Kemanusiaan (5) Keseimbangan (6) Rahmat bagi seluruh alam (Rahmatan
lil’alamin). Pendidikan Islam dalam perencanaan, perumusan, dan pelaksanaannya pada
pembentukan pribadi yang berakidah Islam, berakhlak mulia, berpikiran bebas, untuk
mengarahkan dan mengembangkan potensi manusia secara terpadu tanpa ada pemisahan.
Seperti aspek jasmani dan rohani, akal dan hati, individu dan sosial, duniawiah dan
ukhrawiah, dan seterusnya. Karena pendidikan Islam mengarah pada pembentukan insan
paripurna (insan kamil), yakni yang dapat menjadi rahmatan lil’alamin, mampu
memerankan fungsinya sebagi Abdullah dan kholifatullah.8

Hakikat tujuan pendidikan Islam adalah untuk menjadikan manusia sebagai ‘abdi
Allah atau hamba Allah. Pendidikan seharusnya bertujuan menciptakan pertumbuhan yang
seimbang dari kepribadian total manusia yakni dengan berbagai latihan spiritual,
intelektual, rasional, perasan bahkan kepekaan tubuh manusia. Oleh karena itu, pendidikan
semacam ini memerlukan suatu usaha dan pemikiran yang keras dan serius dalam upaya
mewujudkan cita-citanya9. Karenanya, pendidikan seharusnya menyediakan jalan bagi
pertumbuhan potensi manusia dalam segala aspek; spiritual, intelektual, imajinatif, fisikal,
ilmiah, linguistik, dan lain-lain.) baik secara individual, masyarakat dan manusia pada
umumnya.10

8
Abidin Ibn Rusn, Pemikiran Al-Ghazali Tentang Pendidikan, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1998, hal. 132-133
9
Hasan Baharun, ‘Pendidikan Anak Dalam Keluarga; Telaah Epistemologis’, Pedagogik, 3.2, 2016, 96–107
10
Ali Ashrof, Horison Baru Pendidikan Islam, Jakarta: Pustaka Firdaus, 1993, hal. 2.

6
B. Pengertian Pendidikan Nasional

Didalam kehidupan masyarakat Indonesia saat ini telah sadar membangun dan
memajukan pendidikan. Terutama dalam meneruskan cita-cita dan tujuan-tujuan
pendidikan nasional kesatuan dan persamaan dalam satu tujuan pendidikan yang
memiliki visi dan misi untuk mencerdaskan kehidupan bangsa merupakan hal sangat
penting membangun kehidupan masyarakat yang adil dan makmur. Setiap pribadi
manusia haruslah memiliki pengalaman pendidikan dan mendidik karena setiap
manusia dikaruniai akal dan jasmani untuk mengembangkan potensinya dalam
kehidupan sehari-hari. 11
Pendidikan nasional adalah pendidikan yang berdasarkan kepada Pancasila dan
Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang terdapat juga
pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia dan tanggap terhadap tuntutan
perubahan zaman. Pendidikan nasional adalah suatu sistem pendidikan yang terdiri
diatas landasan dan dijiwai oleh falsafah hidup suatu bangsa dan tujuannya bersifat
mengabdi kepada kepentingan dan cita cita nasional bangsa. Pendidikan nasional
menjadi suatu usaha untuk membimbing para warga Negara Indonesia menjadi warga
yang berpancasila yang berpribadi, berrdasarkan akan ketuhanan,masyarakat dan
mampu merawat semua yang ada di alam semesta ini.12

Tujuan Pendidikan Nasional

Menurut UU No.20 tahun 2003 Pasal 3, tujuan pendidikan nasional berbunyi:

1. "Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk


watak atau sikap, serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta

11
Mastuhu, 2003, Menata Ulang Pemikiran Sistem Pendidikan Nasional dalam Abad 21, Yogyakarta: Safiria
Ingaria Press.
12
Soetarno, 2004, Makalah Sumber Daya Pendidikan Dengan Pendekatan Sistem, Surakarta: UMS

7
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, berakhlak mulia, berilmu, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab."
2. Mengupayakan perluasan dan pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan
yang bermutu bagi seluruh rakyat Indonesia.
3. Membantu dan memfasilitasi pengembangan potensi anak bangsa secara utuh sejak
usia dini sampai akhir hayat dalam rangka mewujudkan masyarakat belajar.
4. Meningkatkan kesiapan masukan dan kualitas proses pendidikan untuk
mengoptimalkan pembentukan kepribadian yang bermoral.
5. Meningkatkan pengembangan ilmu pengetahuan, keterampilan, pengalamanan,
sikap, dan nilai berdasarkan standar nasional dan global.13
C. Hubungan Pendidikan Islam dengan Pendidikan Nasional

Hubungan pendidikan Islam dan pendidikan Nasional tidak dapat


dipisahkan,keduanya mempunyai hubungan yang sangat erat. Dalam hal ini dikaitkan
dengan konsep penyusunan sistem pendidikan nasional tersebut. Suatu sistem
pendidikan nasional harus mementingkan masalah eksistensi umat manusia pada
umumnya dan elcsistensi bangsa Indonesia khususnya dalam hubungan masa lalu,
masa kini dan kemungkinan perkembangan masa depan.
Dari bunyi UU No. 2 tahun 1989 beserta peraturan yang menyertai jelas bahwa
pendidikan agama islam adalah kurikulum wajib bagi yang harus diberikan. Jika
pendidikan agama (islam) tidak diberikan, berarti tujuan pendidikan nasional tidak
akan pernah tercapai secara maksimal, karena ada sebagian siswa, khususnya yang
berada pada satuan pendidikan tertentu tidak mendapat pendidikan agam islam. Karena
itu kehadiran guru pendidikan agama islam yang prefesional sangat dibutuhkan.

13
Pemerintah Republik Indonesia. Undang-Undang Republik Indonesia No.20.Tahun 2003 Tentang Sistem
Pendidikan Nasional.

8
Dan jika kita menengok kepada tujuan pendidikan sebagaimana tertuang dalam
tujuan pendidikan nasional (pasal 4 UU no. 2 tahun 1989) yang berbunyi
“mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya
yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan YME dan berbudi pekerti
luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani,
kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kepada masyarakat
dan bangsa. Sedangkan tujuan pendidikan islam adalah sebagai bimbingan terhadap
pertumbuhan rohani dan jasmani menurut ajaran islam.
Dengan melihat kedua tujuan pendidikan diatas, baik tujuan pendidikan
nasional maupun tujuan pendidikan islam ada kesamaan yang ingin di wujudkan yaitu:
dimensi transcendental (ukhrowi) dan dimensi duniawi (material).14
Pendidikan Islam dan pendidikan nasional terdapat 3 segi yang dapat ditelusuri
Pertama dari konsep penyusunan sistem pendidikan nasional indonesia itu sendiri.
Kedua, dari hakikat pendidikan islam dan kehidupan beragama kaum muslimin di
Indonesia. Ketiga, dari segi kedudukan pendidikan islam dalam sistem pendidikan
nasional.
Pendidikan Islam merupakan suatu Lembaga sesuai dengan peraturan
pemerintah No. 28 tahun 1990, No. 60 tahun 1999 dan No. 73 tahun 1991. Pendidikan
keagamaan diselenggarakan pemerintah sesuai peraturan perundang-undangan dimana
Pendidikan keagamaan berfungsi mempersiapkan peserta didik menjadi anggota
masyarakat serta pendidikan keagamaan dapat diselenggarakan pada jalur pendidikan
formal, nonformal dan informal, pendidikan keagamaan berbentuk pendidikan diniyah,
pesantren, pasraman. Pendidikan Islam juga Sebagai Mata Pelajaran dimana jalur dan
jenjang pendidikan wajib memuat pendidikan pancasila, pendidikan agama dan
pendidikan keagamaan. Dalam pasal 3 isi kurikulum pendidikan dasar memuat
sekurang-kurangnya bahan kajian dan pelajaran (PP 28 Bab. VII pasal 14 ayat 2)
meliputi:
1) Pendidikan pancasila
2) Pendidikan agama
3) Pendidikan kewarganegaraan

9
4) Bahsa Indonesia
5) Membaca dan menulis
6) Matematika (termasuk berhitung)
7) Pengantar sains dan teknologi
8) Ilmu bumi
9) Kerajinan tangan dan kesenian
10) Pendidikan jasmani dan kesehatan
11) Menggambar
12) Bahasa inggris
Pada PP 29 tahun 1990 Bab VIII pasal (15) ayat (2) isi kurikulum pendidikan
menengah wajib memuat bahan kajian dan mata pelajaran tentang:15
1) Pendidikan pancasila
2) Pendidikan agama
3) Pendidikan kewarganegaraan

Dalam undang-undang No. 20 tahun 2003 dicantumkan tentang beberapa hal


yang berkenaan dengan pendidikan agama. Pasal 37 (1): kurikulum pendidikan
dasar dan menengah wajib memuat:

1) Pendidikan agama
2) Pendidikan kewarganegaraan
3) Pendidikan bahasa
4) Matematika
5) Ilmu pengetahuan alam
6) Ilmu pengetahuan social
7) Seni dan budaya
8) Pendidikan jasmani dan olahraga
9) Keterampilan / kejuruan
10) Muatan lokal

Selain itu kurikulum pendidikan tinggi wajib memuat:

15
Haidar Putra Daulay. Pendidikan Islam. Jakarta: Prenada Media. 2004. Hal: 10-12

10
1) Pendidikan agama
2) Pendidikan kewarganegaraan
3) Bahas
Ada beberapa pokok-pokok pikiran nilai-nilai yang terkandung dalam undang-
undang nomor 20 tahun 2003, yaitu: pendidikan nasional adalah pelaksanaan
pembangaunan nasional dibidang pendidikan asas dan dasar pendidikan berdasarkan
pancasila dan undang-undang dasar 1945 tujuan pendidikan nasional bertujuan
berkembangnya potensi peserta didik pendidikan nasional bersifat demokratis dan
humanis yakni memberikan kesempatan kepada setiap negara untuk memperoleh
pendidikan memberikan kesempatan pendidikan bagi peserta didik yang memiliki
kelainan fisik atau mental menekankan pentingnya pendidikan keluarga merupakan
salah satu upaya mencerdaskan kehidupan bangsa melalui pendidikan seumur hidup
pendidikan keagamaan merupakan satu jenis pendidikan yang khusus mengajarkan
agama tertentu.16
Berdasarkan hal di atas dapat dikatakan bahwa suatu sistem pendidikan nasional
tidaklah berlaku umum. Maksudnya adalah pola penyusunan sistem pendidikan
nasional harus berdasarkan keberadaan umat manusia dan latar belakang sejarah bangsa
masa lalu, sekarang dan masa depan.
Dalam laporan komisi pembaharuan pendidikan nasional dikatakan bahwa
pengembangan bangsa merupakan kriteria dasar dalam membangun suatu sistem
pendidikan nasional dengan mewujudkan keselarasan, keseimbangan dan keserasian
antara pengembangan kwantitatif dan pengembangan kwalitatif serta antara aspek
lahiriah dan aspek rohaniah.
Dari keterangan tersebut dikatakan bahwa penyusunan sistem pendidikan
nasional harus berdasarkan dan pertimbangan faktor bangsa dan masyarakat Indonesia
serta aspek lahiriah dan rohaniah bangsa Indoneisa, sebab bangsa Indonesia telah
menjalani penindasan dan perjuangan melawan penjajah, tentu dalam hal ini ada
keterkaitan dengan masa awal perkembangan dan pendidikan Islam di tanah air sampai
sekarang ini.

16
Hasbullah. Kapita Selekta Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers. 1996. Hal: 16-17

11
Ditinjau dari segi hakikat pendidikan Islam, kegiatan mendidik merupakan
bahagian yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan agama Islam di Indoneisa dengan
sistem pendidikan Islam dan usaha-usaha penyiaran agama di masyarakat. Islam dapat
tersebar di seluruh masyarakat Indonesia. Ditambah lagi dengan kebutuhan akan
pendidikan di masyarakat akan semakin meningkat. Karena pendidikan adalah suatu
usaha yang teratur, rinci dan terarah dalam pemeliharaan, pengembangan dan
peningkatan kebudayaan bangsa baik dalam bidang pendidikan formal maupun non
formal.
Dengan adanya sistem pendidikan Barat yang terkoordinir dan sistematis,
menguntungkan pendidikan secara umum namun mempengaruhi sistem pendidikan
Islam. Pada keharusannya memperbaharui sistem pendidikan Islam pada lembaga
keagamaan ke arah sistem yang lebih sempurna. Dan disamping itu muncul lembaga
pendidikan yang menyelenggarakan sekolah-sekolah nasional swasta dengan
menggunakan pola Barat yang berorientasi kepada kepentingan nasional dan semangat
kebangsaan. Berdasarkan hal ini pendidikan akan tetap tumbuh dan berkembang untuk
mendidik masyarakat Indonesia yang mayoritas beragama Islam dan juga lembaga-
lembaga pendidikan Islam seperti pesantren, madrasah, sekolah umum yang
berdasarkan keagamaan dan yang lainnya. Dan lembaga-lembaga inilah yang akan
menjadi modal dasar dan modal pokok dari pendidikan nasional yang akan disusun
bangsa Indonesia yang sudah merdeka, bersatu dan berdaulat.
D. Kedudukan Islam dengan Pendidikan Nasional
Indonesia walaupun secara tegas dinyatakan bukan negara agama yakni negara
yang bedasarkan pada suatu ajaran agama tertentu dan bukan pula negara sekuler yakni
negara yang konstitusional tidak terkait dengan agama tertentu, atau berusaha untuk
mempromosikan atau mengganggu agama, tetapi Indonesia merupakan negara
pancasila. Indonesia mengambil jalan tengah (midlle path) antara negara agama dan
negara sekuler.17 Negara pancasila menjamin kebebasan setiap warga negaranya untuk
beragama dan wajib memelihara budi pekerti luhur berdasarkan nilai-nilai pancasila.
Pendidikan agama Islam di Indonesia berdasarkan peraturan perundang-undangan yang

17
Jannah, Fathul. Pednidikan Islam dalm Sistem Pendidikan Nasional. Jurnal Dinamika. Hal. 13

12
diatur secara langsung mapun tidak langsung, dapat dijadikan pegangan dalam
pelaksanaan pendidikan di lembaga pendidikan formal.

Pendidikan nasional dalam UU Sisdiknas 2003 diartikan sebagai pendidikan


yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 yang berarkar pada nilai-nilai agama, kebudayaan, nasional Indonesia dan
tanggap terhadap perubahan zaman. Sementara sistem pendidikan naisonal adalah
keseluruhan komponen pendidikan yang terkait secara terpadu untuk mencapai tujuan
pendidikan naisonal. Sistem pendidikan nasional dilaksanakan secara: Semesta,
artinya terbuka bagi seluruh rakyat dan berlaku di seluruh wilayah. Menyeluruh,
artinya mencakup semua jalur, jenjang, jenis pendidikan. Terpadu, artinya saling
memiliki keterkaitan antara pendidikan nasional dan seluruh usaha pembangunan
nasional. Kedudukan Islam dalam sistem pendidikan nasional perlu diklasifikasi pada
tiga hal, yaitu:

a. Lembaga pendidikan formal, terdiri dari:


1) Pendidikan usia dini merupakan pendidikan formal yang membentuk Taman
Kanak-Kanak (TK), Raudhatul Athfal (RA), dan atau bentuk lainnya yang
sederajat.
2) Pendidikan dasar merupakan pendidikan formal yang membentuk Sekolah Dasar
(SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI), dan atau bentuk lainnya yang sederajat. Serta
Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Madrasah Tsanawiyah (MTs), dan atau
bentuk lainnya yang sederajat.
3) Pendidikan menengah merupakan pendidikan formal yang membentuk sekolah
Menengah Atas (SMA), Madrasah Aliyah (MA), Sekolah Menengah Kejuruan
(SMK), Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK), dan atau bentuk lainnya yang
sederajat.
4) Pendidikan tinggi merupakan pendidikan formal yang dapat membentuk
Akademi, Politeknik, Sekolah Tinggi, Institut, atau Universitas.
b. Lembaga pendidikan nonformal, terdiri dari: lembaga kursus, lembaga pelatihan,
kelompok belajar, pusat kegiatan belajar masyarakat, majlis ta’lim, dan satuan
pendidikan yang sejenis.

13
c. Lembaga pendidikan informal, kegiata pendidikan informal yang dilakukan
berupa pendidikan keluarga dan lingkungan yang membentuk kegiatan belajar
secara mandiri.18
d. Lembaga pendidikan keagamaan terdiri dari:
1) Pendidikan keagamaaan diselenggarakan oleh pemerintah dan atau kelompok
masyarakat dari pemeluk agama yang sesuai dengan peraturan perundang-
undangan.
2) Pendidikan keagamaan berfungsi mempersiapkan peserta didik menjadi anggota
masyarakat yang memahami dan mengamalkan nilai-nilai ajaran agama dan atau
menjadi ahli agama.
3) Pendidikan keagamaan dapat diselenggarakan melalui jalur pendidikan formal,
nonformal, dan informal.
4) Pendidikan keagamaan berbentuk pendidikan diniyah, pesantren, pasraman,
pabhaja samanera, dan atau bentuk lain yang sejenis.19

18
Haidar Putra Daulay. Pendidikan Islam. Jakarta: Prenada Media. 2004. Hal: 32
19
Arifin, Anwar. Memahami Paradigma Baru Pendidikan Nasonal dalam UU Sisdiknas. Jakarta: Ditjen
Kelembagaan Agama Isam Depag.

14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pendidikan Islam adalah adalah pembentukan kepribadian muslim, atau
perubahan sikap dan tingkah laku sesuai dengan petunjuk ajaran Islam.
Pendidikan Islam pada dasarnya merupakan pendidikan yang bertujuan untuk
membentuk pribadi Muslim seutuhnya (kaffah), mengembangkan seluruh
potensi manusia baik yang berbentuk jasmani maupun rohani. Pendidikan Islam
merupakan kegiatan yang dilaksanakan dengan terencana dan sistematis untuk
mengembangkan potensi anak didik berdasarkan pada kaidah-kaidah agama
Islam. Pendidikan Islam adalah pendidikan yang bertujuan untuk mencapai
keseimbangan pertumbuhan pribadi manusia secara menyeluruh melalui
latihan-latihan kejiwaan, akal pikiran, kecerdasan, perasaan serta panca indera
yang dimilikinya. Dan adapun tujuan akhir pendidikan adalah pembentukkan
tingkah laku Islami (akhlak mulia) dan kepasrahan (keimanan) kepada Allah
berdasarkan pada petunjuk ajaran Islam (Al-Qur’an dan Hadis).
Pendidikan nasional adalah pendidikan yang berdasarkan kepada Pancasila
dan Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang
terdapat juga pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia dan
tanggap terhadap tuntutan perubahan zaman. Pendidikan nasional adalah suatu
sistem pendidikan yang terdiri diatas landasan dan dijiwai oleh falsafah hidup
suatu bangsa dan tujuannya bersifat mengabdi kepada kepentingan dan cita cita
nasional bangsa. Pendidikan nasional menjadi suatu usaha untuk membimbing
para warga Negara Indonesia menjadi warga yang berpancasila yang
berpribadi, berrdasarkan akan ketuhanan,masyarakat dan mampu merawat
semua yang ada di alam semesta ini.

15
Hubungan pendidikan Islam dan pendidikan Nasional tidak dapat
dipisahkan,keduanya mempunyai hubungan yang sangat erat. Dalam hal ini
dikaitkan dengan konsep penyusunan sistem pendidikan nasional tersebut.
Suatu sistem pendidikan nasional harus mementingkan masalah eksistensi umat
manusia pada umumnya dan elcsistensi bangsa Indonesia khususnya dalam
hubungan masa lalu, masa kini dan kemungkinan perkembangan masa depan.

16
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Fatah Jalal, Min Al-ushul At-tarbawiyyah fi Al-Islam, Mesir: Dar Al-kutub AlMishriyyah,
1977.
Abidin Ibn Rusn, Pemikiran Al-Ghazali Tentang Pendidikan, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1998.
Ali Ashrof, Horison Baru Pendidikan Islam, Jakarta: Pustaka Firdaus, 1993, hal. 2.
Arifin, Anwar. Memahami Paradigma Baru Pendidikan Nasonal dalam UU Sisdiknas. Jakarta:
Ditjen Kelembagaan Agama Isam Depag
Fathul Jannah, Pendidikan Islam Dalam Sistem Pendidikan Nasional, Jurnal Dinamika Ilmu,
Vol. 13. No. 2, Desember 2013.
Haidar Putra Daulay. Pendidikan Islam. Jakarta: Prenada Media. 2004.
Haidar Putra Daulay. Pendidikan Islam. Jakarta: Prenada Media. 2004.
Hasan Baharun, ‘Pendidikan Anak Dalam Keluarga; Telaah Epistemologis’, Pedagogik, 3.2,
2016.
Hasbullah. Kapita Selekta Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers. 1996.
Jannah, Fathul. Pednidikan Islam dalm Sistem Pendidikan Nasional. Jurnal Dinamika.
M. Hasyim Syamhudi, Pendidikan Agama Islam Zaman Mekah Awal (Di antara Dua Peradaban
Jahiliyah Dan Romawi/Persi), Jurnal at-turas Vol. 3 No. 1, Januari-Juni 2016.
Majid ‘Irsan Al-kaylani,Al-fikr At-Tarbawi ‘Inda Ibn Taymiyah, Al-Madinah Al-Munawwarah :
Maktabah Dar At-Tarats 1986.
Mastuhu, 2003, Menata Ulang Pemikiran Sistem Pendidikan Nasional dalam Abad 21,
Yogyakarta: Safiria Ingaria Press.

Omar Mohammad At-toumy, Falsafah Pendidikan Islam, Jakarta : Bulan Bintang 1979.
Pemerintah Republik Indonesia. Undang-Undang Republik Indonesia No.20.Tahun 2003 Tentang
Sistem Pendidikan Nasional.

Soetarno, 2004, Makalah Sumber Daya Pendidikan Dengan Pendekatan Sistem, Surakarta: UMS

Zakiah Dradjat, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 2000.

17

Anda mungkin juga menyukai