Anda di halaman 1dari 22

SISTEM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI PESANTREN, MADRASAH

DAN SEKOLAH
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Sistem Pembelajaran PAI di SMP
Dosen Pengampu : Dr. M. Zainul Hasani Syarif, M.A.

Disusun Oleh :

1. Fadiyah Anshori 211105010278


2. M Sihabudin Ilham 211105010272
3. Zalfa Aliyyah 211105011317

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS IBN KHALDUN BOGOR
2023
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.


Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya, saya
dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Sistem Pendidikan Agama Islam Di Pesantren,
Madrasah, Sekolah” dengan tepat waktu.
Makalah ini diajukan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Sistem Pembelajaran PAI
di SMP. Selain itu, makalah ini bertujuan untuk menambah Ilmu dan wawasan Sistem
Pendidikan Agama Islam Di Pesantren, Madrasah, Sekolah sesuai dengan syariat islam bagi
para pembaca dan juga saya sebagai penulis.
Saya mengucapkan banyak terima kasih kepada Bapak Dr. M. Zainul Hasani Syarif,
M.A. selaku dosen Mata Kuliah Sistem Pembelajaran PAI di SMP. Ucapan terima kasih juga
disampaikan kepada semua pihak yang telah membantu diselesaikannya makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna. Oleh dengan itu saran
dan kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

i
DAFTAR ISI

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan adalah suatu usaha sadar yang terencana untuk menciptakan suasana
belajar dan proses pembelajaran di kelas agar siswa dapat aktif dalam mengembangkan
potensi yang ada didalam dirinya guna memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian
diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat bangsa dan negara. Istilah pendidikan didalam Islam berasal dari bahasa Arab
yaitu tarbiyah yang berarti mendidik anak murid atau siswa. Berbeda dengan kata ta’lîm yang
berarti pengajaran atau teaching dalam bahasa Inggris. Kedua istilah (tarbiyah dan ta’lîm)
berbeda pula dengan istilah ta’dzîb yang berarti pembentukan tindakan atau tatakrama yang
sasarannya manusia. Walaupun belum ada kesepakatan di antara para ahli, dalam kajian ini
yang dimaksud pendidikan Islam adalah al-tarbiyah serta dari ketiga istilah diatas memiliki
keterkaitan.
Pendidikan Agama Islam sekarang telah diakui keberadaanya, Pendidikan Islam
terbagi menjadi tiga bagian diantanya adalah pendidikan Islam sebagai lembaga, pendidikan
Islam sebagai mata pelajaran dan Pendidikan Islam sebagai value. Wajib diterapkan
pendidikan agama Islam sebagai mata pelajaran diseluruh sekolah dari jenjang dasar sampai
perguruan tinggi. Pendidikan Islam sebagai mata pelajaran yang wajib diterapkan di sekolah
tidak hanya memberikan kekuatan agama dan tata cara ibadah, dan membawa semangat
beribadah tersebut pada kehidupan sehari-hari melainkan memberikan pendidikan akhlak
juga diperlukan. Dalam proses untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia,
pendidikan memegang peran yang sangat penting dalam meningkatkan proses yang
terintegrasi dengan proses peningkatan kualitas sumber daya manusia itu sendiri.
Menyiapkan sumber daya manusia yang berkualitas sesuai dengan perubahan zaman agar
tidak terjadi kesenjangan antara realitas dan idealitas merupakan salah satu peran penting
pendidikan
Kunci utama seorang insan dalam meraih kebahagiaan baik di dunia maupun diakhirat
harus mempunyai ilmu pengetahuan, dan ilmu pengetahuan itu merupakan syarat yang amat
penting sebagaimana dikatakan oleh Ki Hajar Dewantara dengan dicetuskannya Tri pusat
pendidikan, baik pendidikan dibawah naungan keluarga dikenal dengan istilah pendidikan

1
pertama dan utama (informal), pendidikan dibawah naungan sekolah atau madrasah (formal)
pendidikan dibawah naungan masyarakat (non formal).
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari sistem Pendidikan Agama Islam?
2. Bagaimana karakteristik Pendidikan Agama Islam di Pesantren, Madrasah dan
Sekolah ?
3. Apa tujuan Pendidikan Agama Islam di Pesantren, Madrasah dan Sekolah ?
4. Bagaimana konsep bentuk Pendidikan Agama Islam di Pesantren, Madrasah dan
Sekolah ?

C. Tujuan
Berdasarkan masalah yang dipaparkan pada rumusan masalah, maka tujuan dari
penelitian ini untuk:
1. Mengetahui dan memahami pengertian dari sistem Pendidikan Agama Islam.
2. Mengetahui dan memahami karakteristik Pendidikan Agama Islam di Pesantren,
Madrasah dan Sekolah.
3. Mengetahui dan memahami tujuan Pendidikan Agama Islam di Pesantren, Madrasah
dan Sekolah.
4. Mengetahui dan memahami bentuk Pendidikan Agama Islam di Pesanntren, Madrasah
dan Sekolah.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Sistem Pendidikan Agama Islam


Sistem adalah suatu kesatuan yang terdiri dari beberapa kesatuan atau komponen dan
masing-masing komponen tersebut saling mendukung dan saling mempengaruhi. Pendidikan
Islam sebagai sebuah sistem, karena di dalamnya terdiri dari sub unit pendidikan Islam. 1 Dari
pengertian tersebut dapat dijelaskan bahwa pendidikan Islam sebagai disiplin ilmu dapat
dianalisis dari segi sistematis atau pendekatan sistem. Dalam konteks ini, pendidikan Islam
dipandang sebagai proses yang terdiri dari sub-sub sistem atau komponen-komponen yang
saling berkaitan dalam rangka mencapai tujuan pendidikan Islam.
Istilah sistem berasal dari bahasa Yunani “systema” (mengumpulkan) yang berarti
suatu kesatuan bermacam-macam hal menjadi suatu keseluruhan dengan bagian-bagian yang
tersusun dari dalam. Sistem adalah suatu keseluruhan yang bulat yang tersusun dari bagian-
bagian yang bekerja sendiri-sendiri (independen) atau bekerja sama-sama untuk mencapai
hasil atau tujuan yang diinginkan berdasarkan kebutuhan. 2 Dari definisi tersebut di atas dapat
disimpulkan bahwa sistem adalah jumlah keseluruhan atau jumlah kesatuan dari bagian-
bagian yang dihubungkan bersama dan saling bekerja sama untuk mencapai hasil yang
diharapkan berdasarkan atas kebutuhan yang telah ditentukan.
Pendidikan Islam adalah pendidikan yang mengupayakan dalam membentuk
kepribadian manusia muslim seutuhnya, adanya potensi jasmani dan rohani yang
mampu dikembangkan secara baik, munculnya keseimbangan dalam hubungan antara
manusia dengan Allah, sesama manusia dan alam semesta, yang berlandaskan
kepada dua ajaran utama dalam Islam yaitu dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah. 3 Dalam
pendidikan Islam, segala kegiatan pendidikan dilakukan melalui kesadaran kesengajaan
dan perencanaan yang bertujuan mengarahkan peserta didik untuk memiliki
kepribadian yang sesuai dengan ajaran Islam. Peserta didik disiapkan dirinya untuk
mengenal, mengetahui, memahami dan mampu menjalankan dalam kehidupan sehari-
hari berbagai proses pendidikan yang bertumpu kepada ajaran Al-Qur’an dan Al-
1
Kustiadi Basuki, “Sistem Pendidikan Islam Secara Umum,” ISSN 2502-3632 (Online) ISSN 2356-0304 (Paper)
Jurnal Online Internasional & Nasional Vol. 7 No.1, Januari – Juni 2019 Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta 53,
no. 9 (2019): 1689–1699, www.journal.uta45jakarta.ac.id.
2
Dahrun Sajadi, “Sistem Pendidikan Islam,” Tahdzib Al-Akhlaq: Jurnal Pendidikan Islam 4, no. 1 (2021): 47–66.
3
Saiful Saiful, “Sistem Pendidikan Islam, Integrasi Ilmu Pengetahuan Agama dan Teknologi Digital,” JIIP - Jurnal
Ilmiah Ilmu Pendidikan 6, no. 2 (2023): 1100–1107.

3
Hadits. Jadi dapat di-simpulkan sistem pendidikan Islam adalah suatu aturan,
bagian, komponen yang saling berhubungan dengan tujuan menciptakan
kepribadian manusia muslim, mengembangkan potensi dan melakukan perbaikan
akhlak pada peserta didik sehingga mereka mampu menjalankan kehidupan
sehari-hari berdasarkan Al-Quran dan Al-Hadits serta mampu menjadi pemimpin
(khalifah) dan pelayan Allah di muka bumi ini.

B. Karakteristik Sistem Pendidikan Islam


a. Pesantren
Keberadaan dari pesantren merupakan sebuah lembaga pendidikan Islam yang
tertua di Indonesia. Pesantren dasarnya difungsikan sebagai suatu lembaga pendidikan
yang dipergunakan untuk menyebarkan agama dan sebagai tempat mempelajari ilmu
agama Islam. Kemampuan yang dimiliki pondok pesantren bukan hanya dalam
pembinaan pribadi seorang muslim, melainkan dalam usaha untuk mengadakan
perubahan sosial dan kemasyarakatan. Sebagai lembaga pendidikan, pesantren juga
menyelenggarakan pendidikan formal dan pendidikan non formal yang secara khusus
mengajarkan fiqih, hadits, tafsir, tauhid dan tasawuf yang bersumberkan dari kitab-
kitab kuning dan mempelajari bahasa Arab seperti nahwu, sharaf, balagah, tajwid,
mantiq dan akhlak. Dengan demikian, pesantren merupakan lembaga pendidikan yang
berisikan dengan ilmu-ilmu agama Islam.
Apabila dilihat dari statusnya tersebut, sebuah lembaga pesantren dapat
menjadi milik perorangan atau lembaga/yayasan yang menampilkan perspektif
berbeda dari lembaga lain dalam merespon sistem pendidikan nasional. Kedua macam
status pesantren tersebut memberikan implikasi yang berbeda pula terhadap struktur
organisasi pesantren. Pesantren milik pribadi biasanya struktur organisasinya lebih
sederhana dibandingkan dengan pesantren yang dikelola oleh yayasan yang
menampilkan kultur pesantren relatif berbeda antara keduanya. Oleh karena itu,
secara terus menerus lembaga tersebut perlu ditingkatkan dan dikembangkan
kapasitasnya dan terlebih lagi kapabilitasnya dalam menyiapkan SDM Indonesia yang
berkualitas agar tidak dipandang rendah. Salah satu upayanya adalah dengan melalui
pengembangan kurikulum pendidikan pesantren secara sistematik, terencana dan
bertujuan.
Apapun polanya, lembaga pendidikan pesantren di Indonesia pada saat ini
telah mendapatkan perhatian yang besar dari pemerintah dan masyarakat. Termasuk
4
dicantumkannya pesantren dalam GBHN dan UU Sisdiknas untuk ditangani secara
khusus. Untuk merespon dari kebijakan pemerintah tersebut, Departemen Agama RI
melalui Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam telah menambah direktorat
baru yang menangani lembaga pendidikan pesantren, yakni Direktorat Pendidikan
Keagamaan dan Pondok Pesantren (Ditpekapontren). Hal ini dapat mengandung
implikasi bahwa di masa yang mendatang lembaga pesantren sebagai pendidikan
alternatif akan memiliki peluang yang besar untuk berperan penting sebagai agen
pembangunan nasional.

b. Madrasah
Sebagai lembaga yang memiliki ciri khas Islam, madrasah lebih banyak
menarik perhatian mengenai dengan cita-cita pendidikan nasional. Hal itu disebabkan
karena jumlah peserta didiknya yang signifikan, akan tetapi juga karena
karakteristiknya yang sesuai dengan perubahan dan perkembangan zaman.
Keberadaan madrasah sangat menonjol karena pertama, pendidikan di madrasah
selama ini seakan-akan tersisih dari mainstream pendidikan nasional. Kedua,
madrasah sebagai pendatang baru dalam sistem pendidikan nasional relatif
menghadapi berbagai kendala dalam hal mutu, manajemen, dan kurukulumnya.
Namun demikian, madrasah masih mempunyai banyak potensi atau nilai-nilai positif
yang dapat dikembangkan.
Dengan sistem pembelajaran seperti itu madrasah dapat didefinisikan sebagai
lembaga yang memiliki kejelasan yaitu lembaga pendidikan yang setara dengan
sekolah sekalipun pengelolaannya tetap berada di bawah Departemen Agama. Namun
pada perkembangan selanjutnya, akhir dekade 1980-an dunia pendidikan Islam
memasuki era integrasi dengan lahirnya UU No. 2/1989 tentang Sisdiknas, eksistensi
madrasah sebagai lembaga pendidikan yang bercirikan Islam semakin mendapatkan
tempatnya dalam wadah pendidikan di Indonesia.
Dengan adanya kesamaan status antara madrasah dengan sekolah umum maka
hanya ciri khusus agama Islam perlu dipertahankan. Dengan adanya muatan
kurikulum pendidikan agama yang benar-benar standar dapat memperkuat keimanan
dan ketakwaan lulusan madrasah harus berbeda dengan lulusan sekolah umum
lainnya. Sedangkan dalam kurikulum mata pelajaran eksak, ilmu sosial serta bahasa
asing harus diupayakan dalam lulusan madrasah sehingga dapat ikut berkompetensi
dengan lulusan sekolah umum. Berdasarkan kebijakan pemerintah yang menetapkan

5
keberadaan madrasah telah dipandang sebagai sekolah umum yang bercirikan agama
Islam dengan tanggung jawabnya mencakup: 1). Sebagai lembaga pencerdasan
kehidupan masyarakat Indonesia, khususnya masyarakat muslim, 2). Sebagai lembaga
pelestarian budaya keislaman bagi masyarakat muslim, 3). Sebagai lembaga pelopor
bagi peningkatan kualitas masyarakat Indonesia, khususnya masyarakat muslim.
Madrasah harus mampu meningkatkan kualitas SDMnya baik imtaq maupun
dari segi iptek, karena sebagai sekolah umum yang memiliki ciri khusus agama Islam.
Pengembangan madrasah menuju sekolah umum dirancang dengan mensejajarkan
kualitas madrasah berbanding dengan sekolah umum melalui pola kurikulum, yakni
70% terdiri dari bidang studi agama dan 30% bidang studi umum. Adapun yang
membedakan suatu sekolah dinamakan madrasah sedangkan yang lainnya dinamakan
sekolah umum adalah
1. Kurikulum
Pada pendidikan madrasah, bidang studi agama Islam dibagi ke dalam
beberapa sub mata pelajaran, seperti al-Qur’an-Hadis, Aqidah-Akhlak, Fiqhi,
Sejarah Kebidayaan Islam, dan Bahasa Arab. Sementara pada pendidikan umum,
bidang studi agama Islam yang bermacam-macam itu digabung menjadi satu, dan
porsinya hanya dua jam perminggu.

2. Budaya Sekolah
Di madrasah, para siswi memakai jilbab sebagai identitas dirinya dan siswa
memakai celana panjang. Sedangkan pada sekolah umum, baik siswa maupun
siswi memakai baju dan celana pendek untuk tingkat SLTP dan celana panjang
untuk tingkat SMU. Memakai jilbab pada sekolah umum bagi siswi tetap
dibolehkan. 4
c. Sekolah
Pendidikan Agama Islam (PAI) pada lembaga formal di madarasah yang
terdiri atas lima mata pelajaran memiliki karakteristik tersendiri. Al-Qur'an-hadis,
menekankan pada kemampuan baca tulis yang baik dan benar, memahami makna
secara tekstual dan kontekstual, serta mengamalkan kandungannya dalam kehidupan
sehari-hari. Aspek akidah menekankan pada kemampuan memahami dan
mempertahankan keyakinan atau keimanan yang benar serta menghayati dan
mengamalkan nilai-nilai dalam al-asma' al-husna.
4
Rufaidah Salam, “Pendidikan di Pesantren dan Madrasah,” IQRA : Jurnal Pendidikan Agama Islam vol.1, no. 01
(2021): 4.

6
Aspek Akhlak menekankan pada pembiasaan untuk melaksanakan akhlak
terpuji dan menjauhi akhlak tercela dalam kehidupan sehari-hari. Aspek fikih
menekankan pada kemampuan cara melaksanakan ibadah dan muamalah yang benar
dan baik. Aspek sejarah kebudayaan Islam menekankan pada kemampuan mengambil
ibrah dari peristiwaperistiwa bersejarah (Islam), meneladani tokoh-tokoh berprestasi,
dan mengaitkannya dengan fenomena sosial, budaya, politik, ekonomi, iptek dan seni,
dan Iain-lain untuk mengembangkan kebudayaan dan peradaban Islam. aspek bahasa
yakni bahasa arab untuk memahami dan mengerti buku-buku agama dan kebudayaan
Islam yang tertulis dalam bahasa arab. Sedangkan karakteristik pendidikan agama
Islam di sekolah umum memiliki karakteristik tersendiri yang berbeda dengan mata
pelajaran lainnya. Pendidikan Agama Islam (PAI) misalnya, memiliki karakteristik
sebagai berikut:
1. PAI berusaha untuk menjaga akidah peserta didik agar tetap kokoh dalam situasi
dan kondisi apa pun;
2. PAI berusaha menjaga dan memelihara ajaran dan nilai-nilai yang tertuang dan
terkandung dalam Alquran dan Hadis serta otentisitas keduanya sebagai sumber
utama ajaran Islam;
3. PAI menonjolkan kesatuan iman, ilmu dan aural dalam kehidupan keseharian;
4. PAI berusaha membentuk dan mengembangkan kesalehan individu dan sekaligus
kesalehan sosial
5. PAI menjadi landasan moral dan etika dalam pengembangan iptek dan budaya
serta aspek aspek kehidupan lainnya;
6. Substansi PAI mengandung entitas-entitas yang bersifat rasional dan supra
rasional;
7. PAI berusaha menggali, mengembangkan dan mengambil ibrah dari sejarah dan
kebudayaan (peradaban) Islam; dan
8. Dalam beberapa hal, PAI mengandung pemahaman dan penafsiran yang beragam,
sehingga memerlukan sikap terbuka dan toleran atau semangat ukhuwah
Islamiyah. (316)

C. Tujuan-Tujuan Sistem Pendidikan Agama Islam


Tujuan pendidikan itu ditentukan oleh zaman dan kebudayaan di tempat kita hidup
dan tujuan pendidikan itu ditentukan oleh “pandangan hidup” manusia. Karena pandangan

7
hidup manusia berbeda-beda, apa yang hendak dicapai dengan pendidikan itu. Jadi, titik berat
yang hendak dituju, berbeda-beda pula.

a. Dalam Pesantren
Adapun dalam rumusan tujuan pendidikan pada berbagai satuan pendidikan
salah satunya adalah pesantren, jelas mencerminkan sosok manusia yang diharapkan
lulusan dari pesantren yang bersangkutan. Artinya, bahwa pesantren memiliki
gambaran tujuan minimal yang ingin dicapai melalui keikutsertaan santri sebagai
peserta didik pada pesantren tersebut, misalnya pesantren yang lulusannya
menghafal al-Qur’an atau pesantren yang lulusannya dapat berbahasa Inggris atau
Arab.
Pondok pesantren dan pendidikan merupakan satu kesatuan karena memiliki
tujuan yang sama dalam mewujudkan anak bangsa berakhlak mulia. Melalui pondok
pesantren menjadikan santri yang berpendidikan dan berakhlakul karimah, terutama
dalam bidang keagamaan dan pengkajian materi maupun praktek keagamaan
berbeda dengan pendidikan non-pondok pesantren yang sedikit pelajaran ilmu
agamanya.
Tujuan pendidikan Islam di Pesantren adalah semata-mata karena kewajiban
Islam seperti dalam hadits : menuntut ilmu adalah kewajiban dari muslim/ah,
menuntut ilmu dan mengembangkannya, yang harus dilakukan secara ikhlas.
Pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam secara selektif bertujuan menjadikan
santrinya sebagai manusia mandiri yang diharapkan dapat menjadi pimpinan umat
dalam keridlaan Allah Swt. Sehingga terdapat pernyataan dari kalangan pesantren
bahwa tujuan pendidikan di pesantren adalah membentuk manusia yang bertakwa
mampu hidup dengan kekuatan sendiri atau dapat disimpulkan tujuan pendidikan di
pesantren adalah mendidik manusia sendiri.5
Tujuan pendidikan merupakan bagian terpadu dari faktor-faktor pendidikan.
Tujuan termasuk kunci keberhasilan dalam proses pendidikan. Dapat dipahami
bahwa tujuan pendidikan pesantren sama dengan dasar-dasar penetapan tujuan
pendidikan Islam, karena pesantren bagian yang tak terpisahkan atau bentuk lembaga
pendidikan Islam. Muzayyin Arifin (2010: 108) menjelaskan bahwa tujuan
pendidikan Islam tidak lain adalah tujuan yang merealisasi idealitas Islami. Sedang
idealitas Islami itu sendiri pada hakikatnya adalah mengandung nilai prilaku manusia
5
Karimah U, “Pondok pesantren dan Pendidikan: relevansinya dalam tujuan Pendidikan,” MISYKAT: Jurnal
Ilmu-ilmu Al-Quran, Hadist, Syari’ah dan Tarbiyah 3, no. 1 (2018): 1–137.

8
yang didasari oleh iman dan takwa keapada Allah sebagai sumber kekuasaan mutlak
yang harus ditaati.
Ketika tujuan manusia dalah ibadah, dalam pengertian pengembangan potensi
maka ditemukan pula tujuan menurut Islam yaitu menciptakan manusia „abid.
Tujuan pendidikan islam menurut konferensi Pendidikan Islam di Islamabad tahun
1980, bahwa pendidikan harus merealitaskan cita-cita Islam yang mencakup
pengembangan kepribadian muslim yang bersifat menyeluruh secara harmonis yang
berdasarkan psikologis dan fisiologis maupun yang mengacu pada keimanan dan
sekaligus berilmu pengetahuan secara berkeseimbangan sehingga terbentuklah
manusia muslim yang paripurna yang berjiwa tawakkal secara total kepada Allah.
Sebagaimana firman allah surat al-an’am ayat 162
‫ُقْل ِاَّن َص اَل ِتْي َو ُنُس ِكْي َو َم ْح َياَي َو َمَم اِتْي ِهّٰلِل َر ِّب اْلٰع َلِم ْيَۙن‬
“ Katakanlah: Sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah
untuk Allah, Tuhan semesta alam (Al-An’am : 162).”
Perumusan tujuan pendidikan ini menjadi pemting artinya bagi proses
pendidikan, karena denganadanya tujuan yang jelas dan tepat maka arah proses itu
akan tepat dan jelas. Tujuan pendidikan Islam dengan jelas mengarah terbentuknya
insan kamil yang berkepribadian muslim, merupakan perwujudan manusia
seutuhnya,takwa cerdas, baik budi pekertinya terampil kuat kepribadianya berguna
bagi diri sendiri, agama, krluarga, masyarakat dan negara.
Ibn khaldun yang dikutip ramayulis menjelaskan bahwa tujuan pendidikan
Islam ada dua, yaitu 1) tujuan keagamaan maksudnya ialah beramal untuk akhirat
sehingga ia menemui tuhannya dan telah menemukan hak-hak Allah yang
diwajibkan keatasnya 2) tujuan ilmiah yang bersifat keduniaan yaitu apa yang
diungkapkan oleh pendidikan modern dengan tujuan kemanfaatan atau persiapan
untuk hidup.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat penyusun simpulkan bahwa
tujuan pendidikan pesantren adalah membentuk manusia yang beriman dan bertakwa
kepada Allah SWT berserta Nabi Muhammad SAW serta menjadikan manusia yang
mampu memiliki pengetahuan luas tentang ilmu duniawi seperti, ilmu pengetahuan
alam, sosial dan teknologi, serta mampu membentuk manusia yang berakhlak mulia,
dan bertanggung jawab. 6

6
Mahasiswa universita syekh nur jati, “Tujuan Pendidikan Pesantren,” Journal of Physics A: Mathematical and
Theoretical 44, no. 8 (2011): 1–20, https://sc.syekhnurjati.ac.id/esscamp/risetmhs/BAB214121120017.pdf.

9
b. Dalam Madrasah
Tujuan pendidikan agama Islam apabila melihat pengertiannya adalah untuk
menjadikan peserta didiknya menjadi manusia yang beriman, bertakwa dan
berakhlak mulia. Oleh karena itu menurut M. Athiyah al-Abrasyi tujuan pendidikan
agama Islam yang pokok dan terutama adalah “mendidik budi pekerti dan
pendidikan jiwa. Karena itulah menurut beliau semua mata pelajaran haruslah
mengandung pelajaran akhlak dan setiap guru haruslah memperhatikan akhlak.
Pendapat lain menyebutkan bahwa tujuan pendidikan agama Islam adalah
pembinaan kepribadian anak didik yang sempurna, peningkatan moral, tingkah laku
yang baik dan menanamkan rasa kepercayaan anak terhadap agama dan kepada
Tuhan, serta mengembangkan intelegensi anak secara efektif agar mereka siap untuk
mewujudkan kebahagiaannya di masa mendatang. Dapat dipahami bahwa
pendidikan agama Islam bertujuan untuk menyiapkan peserta didik menjadi manusia
yang dapat hidup bahagia di dunia maupun di akhirat.
Sebagaimana firman Allah SWT:
‫َو ٱْبَتِغ ِفيَم ٓا َء اَتٰى َك ٱُهَّلل ٱلَّد اَر ٱْل َء اِخَر َةۖ َو اَل َتنَس َنِص يَبَك ِم َن ٱلُّد ْنَياۖ َو َأْح ِس ن َك َم ٓا َأْح َس َن ٱُهَّلل ِإَلْيَكۖ َو اَل َتْبِغ ٱْلَفَس اَد ِفى‬
‫ٱَأْلْر ِضۖ ِإَّن ٱَهَّلل اَل ُيِح ُّب ٱْلُم ْفِسِد يَن‬
Artinya: ”Dan carilah pada apa yang Telah dianugerahkan Allah kepadamu
(kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari
(kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah
Telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka)
bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.”
(Al-Qashash: 77) 7
Abdul Majid mengemukakan tujuh fungsi pendidikan Agama Islam di sekolah
atau madrasah, di antaranya;
a) Pengembangan, yaitu meningkatkan keimanan dan ketakwaan peserta didik
kepada Allah SWT yang telah ditanamkan dalam lingkungan keluarga. Pada
dasarnya dan pertama-tama kewajiban menanamkan keimanan dan
ketakwaan dilakukan oleh setiap orang tua dalam keluarga. Madrasah
berfungsi untuk menumbuh kembangkan lebih lanjut dalam diri anak melalui
bimbingan, pengajaran, dan pelatihan agar keimanan dan ketakwaan tersebut
dapat berkembang secara optimal sesuai dengan tingkat perkembangannya.
7
Manzulin, “Implementasi Pendidikan Agama Islam Dalam Meningkatkan Akhlak Siswa Di SMP Negeri 1 & SMP
Satu Atap Negeri 1 Batu Brak Kecamatan Batu Brak Kabupaten Lampung Barat,” Tesis (2017): 25–73,
http://repository.radenintan.ac.id/1151/12/BAB_II.pdf.

10
b) Penanaman nilai, sebagai pedoman hidup untuk mencari kebahagiaan hidup
di dunia dan akhirat.
c) Penyesuaian mental, yaitu untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya
baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial dan dapat mengubah
lingkungannya sesuai dengan ajaran Agama Islam.
d) Perbaikan, yaitu untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan, kekurangan-
kekurangan, dan kelemahan-kelemahan peserta didik dalam keyakinan,
pemahaman dan pengalaman ajaran dalam kehidupan sehari-hari.
e) Pencegahan, yaitu untuk menangkal hal-hal negatif dari lingkungannya atau
dari budaya lain yang dapat membahayakan dirinya dan menghambat
perkembangannya menuju manusia Indonesia seutuhnya.
f) Pengajaran, tentang ilmu pengetahuan keagamaan secara umum, sistem dan
fungsionalnya.
g) Penyaluran, yaitu untuk menyalurkan anak-anak yang memiliki bakat khusus
di bidang Agama Islam agar bakat tersebut dapat berkembang secara optimal
sehingga dapat dimanfaatkan untuk dirinya sendiri dan bagi orang lain.
Ketujuh fungsi pendidikan agama Islam yang dikemukakan oleh Abdul
Majid menggambarkan bahwa peran pendidikan agama Islam sangat penting
guna membentuk karakter peserta didik untuk menjadi pribadi muslim yang
sempurna lewat pengajaran dan kegiatan yang diadakan di madrasah. 8
c. Dalam Sekolah
PAI adalah usaha dan proses penanaman sesuatu (pendidikan) secara kuntinyu
antara guru dengan siswa, dengan akhlakul karimah sebagai tujuan akhir. Penanaman
nilai-nilai Islam dalam jiwa, rasa, dan pikir; serta keserasian dan keseimbangan
adalah karaktersitik utamanya.
Berkaitan dengan tujuan PAI di sekolah, Darajat (1993) mengemukakan
beberapa tujuan sebagai berikut. Kesatu, menumbuhsuburkan dan mengembangkan
serta membentuk sikap siswa yang positif dan disiplin serta cinta terhadap agama
dalam berbagai kehidupan sebagai esensi takwa; taat kepada perintah Allah dan
Rasul-Nya. Kedua, ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya merupakan motivasi
intrinsik siswa terhadap pengembangan ilmu pengetahuan sehingga mereka sadar
akan iman dan ilmu dan pengembangannya untuk mencapai keridlaan Allah Swt.
Ketiga, menumbuhkan dan membina siswa dalam memahami agama secara benar
8
A Pengertian Pendidikan dan Agama Islam, “Bab Iii Pembelajaran Pendidikan Agama Islam” (2012): 65–88.

11
dan dengannya pula diamalkan menjadi keterampilan beragama dalam berbagai
dimensi kehidupan. 9
Mata pelajaran Pendidikan Agama Islam disini ditawarkan adalah untuk
membantu anak-anak agar memiliki kemampuan menjelaskan tentang Tuhan,
memiliki pemahaman tentang cara memperkuat Iman, taqwa dan pengembangan
akhlak mulia memiliki kemampuan menerapkan ajaran Islam dengan baik dan benar,
Sehingga mampu membentuk wawasan keislaman yang pada akhirnya melahirkan
pandangan dunia yang islami, (bagaimanapun bentuk model dan sistemnya), sangat
menitik beratkan pada upaya penanaman pemahaman nilai-nilai Islam sebagai way
of life, yang bermuara pada pembentukan masyarakat yang berwatak, beretika, dan
berestetika melalui transfer of values. 10
Pendidikan agama Islam di sekolah bertujuan untuk menumbuhkan,
mengembangkan dan meningkatkan keimanan melalui pemberian dan pemupukan
pengetahuan, penghayatan, pengamalan peserta didik tentang ajaran agama Islam,
sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang dalam hal keimanan,
ketakwaannya, berbangsa dan bernegara, serta untuk dapat melanjutkan pada jenjang
pendidikan yang lebih tinggi. Oleh karena itu, berbicara pendidikan agama Islam,
baik makna dan tujuannya haruslah mengacu pada penanaman nilai-nilai Islam dan
tidak dibenarkan melupakan etika dan moralitas sosial. Penanaman nilai-nilai juga
dalam rangka menuai keberhasilan hidup di dunia bagi peserta didik, yang kemudian
akan mampu membuahkan kebaikan di akhirat kelak. 11

D. Konsep Bentuk Pendidikan Agama Islam Ideal Di Pesantren, Madrasah Dan Sekolah
a. Pesantren
Pondok pesantren memiliki sistem pendidikan dan pembelajaran yang unik
dan khas, yakni peserta didik yang diasramakan dalam kompleks pesantren. Pondok
pesantren memiliki ciri khas yakni kyai, masjid, kitab kuning, kesederhanaan, dan
asrama. Ciri khas inilah yang menjadi pemicu bagi lahirnya sistem pembelajaran,
yang berbeda dengan satuan pendidikan lainnya. Pondok pesantren dapat dibedakan

9
Mokh Firmansyah, Iman, “Pendidikan Agama Islam: Pengertian, Tujuan, Dasar Dan Fungsi,” Jurnal Pendidikan
Agama Islam 17, no. 2 (2019): 79–90.
10
Umi Musya’Adah, “Peran Penting Pendidikan Agama Islam Di Sekolah Dasar,” Aulada: Jurnal Pendidikan Dan
… I, no. 2 (2018): 9–27.
11
Winda Agustina, Hamengkubuwono Hamengkubuwono, dan Wandi Syahindra, “Model Pembelajaran
Pendidikan Agama Islam Di Sekolah Umum,” At-Ta’dib: Jurnal Ilmiah Prodi Pendidikan Agama Islam 18, no. 20
(2020): 112.

12
sistem pendidikannya, yakni sistem salafi dan sistem khalafi. Sistem salafi yakni
pondok pesantren yang mempertahankan karakteristik pesantren dengan
konvensional atau tradisional. Sistem khalafi yakni pondok pesantren yang terbuka
dan beradaptasi kemajuan zaman, yang biasa disebut pondok pesantren modern. 12
Desain pembelajaran PAI yang tepat, relevan, rasional, dan terukur di Pondok
Pesantren. Ahmad Tafsir menyatakan bahwa prinsip-prinsip yang perlu dimiliki
dalam mempersiapkan pembelajaran ialah, (1) memahami tujuan pendidikan; (2)
menguasai bahan pelajaran; (3) memahami teori-teori pendidikan; (4) memahami
prinsi-prinsip mengajar; (5) memahami metode-metode mengajar; (6) memahami
teori-teori belajar; (7) memahami beberapa model pembelajaran yang penting; (8)
memahami prinsip-prinsip evaluasi; dan (9) memahami langkah-langkah membuat
perencanaan pembelajaran. Oleh sebab itu, desain pembelajaran sangat penting
dilakukan secara holistik karena ada standar acuan yang ingin dicapai secara efektif
dan efisien, yakni tujuan pembelajaran. 13
Isi kurikulum pesantren terfokus pada ilmu-ilmu agama seperti bahasa Arab,
fiqhi, hadis, tafsir, ilmu kalam, tarikh dan sebaginya. Adapun literatur ilmu-ilmu
tersebut adalah kitab-kitab klasik yang biasa disebut kitab kuning dengan ciri-ciri:
1) Kitab-kitabnya berbahasa Arab,
2) Pada umumya tidak menggunakan syakal, bahkan ada yang tanpa titik dan
koma,
3) Berisi keilmuan yang cukup berbobot,
4) Metode penulisannya dianggap kuno dan relevansinya dengan ilmu-ilmu
kontemporer kerap kali tampak relatif tidak ada,
5) Kertasnya berwarna kuning.

Adapun pola umum pendidikan tradisional di pesantren adalah:


1) Adanya hubungan yang akrab dengan kiyai dan santri,
2) Tradisi ketundukan dan kepatuhan seorang santri terhadap kiyai,
3) Pola hidup sederhana (zuhud),
4) Kemandirian atau independensi,

12
St Wardah Hanafie Das dan Abdul Halik, Pendidikan Islam di Pondok Pesantren: Problematika dan Solusinya,
2019, www.penerbituwais.com.
13
Ibid.

13
5) Berkembangnya iklim dan tradisi tolong menolong dan suasana
persaudaraan,
6) Disiplin yang ketat,
7) Berani menderita untuk mencapai tujuan,
8) Kehidupan dengan tingkat religiusitas yang tinggi.

Ada beberapa metode pengajaran yang diterapkan dalam pesantren yaitu:


1) Hafalan (Tahfidzh); santri diberi tugas menghafal beberapa bait atau baris
kalimat dari sebuah kitab kemudian dibacakan di depan kiyai atau ustadz.
2) Hiwar atau Musyawarah; para santri belajar secara berkelompok untuk
membahas bersama materi kitab dengan cara berdiskusi sehingga mereka
dapat memahami makna dan mampu menyimpulkannya.
3) Bahtsul Masail (Mudzakarah); pertemuan ilmiah untuk membahas masalah
diniyah seperti ibadah, aqidah dan permasalahan-permasalahan agama
lainnya.
4) Fathul Kutub; kegiatan latihan membaca kitab (terutama kitab klasik) yang
bertujuan untuk menguji kemampuan mereka dalam membaca kitab kuning.
Jadi metode ini merupakan wahana aktualisasi kemampuan mereka dalam
penguasaan ilmu kaidah bahasa Arab, di samping beberapa disiplin ilmu
keagamaan lainnya.
5) Muqaranah; metode yang terfokus pada kegiatan perbandingan, baik
perbandingan materi, paham, metode maupun perbandingan kitab. Pada
perkembangan selanjutnya, terdapat perbandingan ajaran-ajaran agama dan
perbandingan paham atau aliran.
6) Muhawarah atau Muhadatsah; latihan bercakap-cakap dengan menggunakan
bahasa Arab. 14
7) Metode Wetonan Metode wetonan adalah suatu metode pendidikan yang
dilakukan oleh kyai dalam proses pendidikan dan pengajaran pelajaran di
pondok pesantren yakni kiyai membaca suatu kitab kemudian para peserta
didik (santri) juga menimak, memperhatikan kitab yang sama dan
mendengarkan kyai membacakan kitab tersebut.
8) Metode Sorogan Metode sorogan adalah metode sistem privat di dalam
pembelajaran penddikan pesantren seperti santri datang secara langsung
14
Rufaidah Salam, “Pendidikan di Pesantren dan Madrasah.”

14
kepada kyai untuk membaca kitab kuning dihadapannya kemudian kyai
menerjemahkannya. 15
Konsep pendidikan pesantren lebih menekankan pendidikan karakter santri,
hal ini sebagai wujud penanaman pendidikan islmami kepada santri sejak dini.
pendidikan pesantren untuk saat ini masih relevan dilihat dari pendidikan Islami
dengan catatan lembaga pendidikan Islami terbentuk pesantren harus mampu
menyesuaikan dengan pendidikan moderen yang relatif efektif dan efisien tanpa
meninggalkan tujuan umum dan pendidikan itu sendiri.

b. Madrasah
Pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) di Madrasah merupakan rumpun
pembelajaran wajib dan inti bagi peserta didik. Pelajaran PAI merupakan rumpun
mata pelajaran interdisipliner, yaitu Aqidah Akhlak, Quran Hadits, Bahasa Arab,
16
Fiqhi, dan Sejarah Peradaban Islam (Tariqh Tasyri). Sistem yang berusaha
diterapkan di Madrasah adalah penggabungan antara sistem sekolah umum dengan
pesantren, di dalam peraturan yang mengatur mengenai madrasah berbicara bahwa
madrasah adalah lembaga pendidikan yang menggabungkan antara sistem pondok
yang merupakan lembaga yang mengajarkan pendidikan agama Islam dan Sistem
pendidikan dimana di dalamnya mengajarkan pelajaran-pelajaran umum. Dalam
pembentukan madrasah ciri khasnya adalah mengintegrasikan antara materi agama
dan materi pelajaran umum, hal itu yang membedakan dengan pondok pesantren dan
sekolah umum. Meskipun mengintegrasikan keduanya tetap saja madrasah
menjadikan mata pelajaran agama sebagai mata pelajaran pokok dibanding mater-
materi mata pelajaran umum.
Bekerjaama dengan berbagai pihak dilingkungan sekolah termasuk kepala
sekolah, Guru PAI yang lain, Guru Non PAI, pegawai-Pegawai dan seluruh warga
sekolah untuk berinteraksi, menciptakan suasana sekolah menjadi suasana yang
religius atau bercirikan agama, Peran guru Pendidikan Agama Islam yang sangat
penting dan mempengaruhi iklim sekolah, maka guru Pendidikan Agama Islam harus
mampu membuat dan menciptakan iklim sekolah yang memiliki nilai-nilai Agama. 17
15
Tanpa Nama, “BAB II Konsep Pendidikan Pesantren” (2013): 5–24, https://eprints.umm.ac.id/59151/3/BAB
II.pdf.
16
Hanafie Das dan Halik, Pendidikan Islam di Pondok Pesantren: Problematika dan Solusinya.
17
Afida Nurrizqi, Uin Sunan, dan Kalijaga Yogyakarta, “Karakteristik Pendidikan Agama Islam Di Madrasah
Prespektif Kebijakan Pendidikan,” Jurnal Pendidikan dan Sains 3, no. 1 (2021): 124–141,
https://ejournal.stitpn.ac.id/index.php/bintang.

15
c. Umum
Proses pembelajaran pendidikan Islam di sekolah ditujukan agar kesalehan
pribadi dan kesalehan sosial peserta didik dapat terwujud. Hal tersebut untuk
menghindari sikap fanatisme dan intoleran pada peserta didik yang pada akhirnya
sikap negatif tersebut dapat melemahkan kerukunan. Maka, pembelajaran diharapkan
dapat menciptakan Ukhuwah Islamiyah, dalam arti luas yaitu ukhuwah fi
al-‘ubudiyah, ukhuwah fi al-insaniyah, ukhuwah fi al-wataniyah wa al-nasab, dan
ukhuwah fi al-din al-Islam.
Pengembangan dan pembelajaran ada beberapa aliran filsafat pendidikan
mendasari usaha-usaha pemberdayaan PAI tersebut, Theodore Brameld, yang yang
diintrodusir oleh M. Noorsyam, mengklasifikasi empat aliran filsafat pendidikan,
yaitu: Progresivisme, Esensialisme, Perenialisme, dan Rekonstrusionisme. Keempat
teori tersebut memiliki kontribusi terhadap konsep pengembangan dan
pemberdayaan pendidikan Islam (termasuk didalamnya adalah PAI). Aliran ini
berpendapat bahwa pendidikan harus bersifat progresif dan dapat menghadapi
amcaman keberadaan manusia. Karena pendidikan ditujukan untuk membangun
pengalaman manusia terus-menerus (progresif). Dalam konteks PAI hal ini
senantiasa relevan, karena pengembangan iman, takwa dan akhlak mulia mulai
sangat penting sebagai bekal seorang muslim dalam menghadapi berbagai problem
kehidupannya yang semakin kompleks.
Mengenai keempat teori filsafat di atas, teori progresivisme dan rekonstruksi
sosial bersifat kritis dan radikal, sedangkan esensialisme dan perenialisme lebih
bersifat konservatif bahkan regresif. Konsep-konsep esensialisme dan perenialisme
berguna bagi pengembangan dan pemberdayaan Pendidikan di sekolah dalam usaha
memelihara dan mengembangkan nilai-nilai esensi dalam pembelajaran secara
umum. Sedangkan progresivisme dan rekonstruksi sosial dapat memberikan
kontribusi dalam pengembangan PAI yang dinamis, progresif, relevan dan adaptif
dengan zaman dan lingkungan. Paradigma pengembangan PAI menurut Muhaimin
diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu: 1) paradigma formisme, 2) paradigma
mekanisme, 3) paradigma organisme. 18

18
Sudadi Sudadi, “Konsep Pendidikan Agama Islam (Pai) Berbasis Pesantren Di Lembaga Pendidikan Umum,”
INSANIA : Jurnal Pemikiran Alternatif Kependidikan 25, no. 2 (2020): 174–188.

16
17
BAB III

PENUTUP

A. Simpulan

18
DAFTAR PUSTAKA

Agustina, Winda, Hamengkubuwono Hamengkubuwono, dan Wandi Syahindra. “Model


Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Di Sekolah Umum.” At-Ta’dib: Jurnal Ilmiah Prodi
Pendidikan Agama Islam 18, no. 20 (2020): 112.
Basuki, Kustiadi. “Sistem Pendidikan Islam Secara Umum.” ISSN 2502-3632 (Online) ISSN 2356-0304
(Paper) Jurnal Online Internasional & Nasional Vol. 7 No.1, Januari – Juni 2019 Universitas 17
Agustus 1945 Jakarta 53, no. 9 (2019): 1689–1699. www.journal.uta45jakarta.ac.id.
Firmansyah, Iman, Mokh. “Pendidikan Agama Islam: Pengertian, Tujuan, Dasar Dan Fungsi.” Jurnal
Pendidikan Agama Islam 17, no. 2 (2019): 79–90.
Hanafie Das, St Wardah, dan Abdul Halik. Pendidikan Islam di Pondok Pesantren: Problematika dan
Solusinya, 2019. www.penerbituwais.com.
Karimah U. “Pondok pesantren dan Pendidikan: relevansinya dalam tujuan Pendidikan.” MISYKAT:
Jurnal Ilmu-ilmu Al-Quran, Hadist, Syari’ah dan Tarbiyah 3, no. 1 (2018): 1–137.
Mahasiswa universita syekh nur jati. “Tujuan Pendidikan Pesantren.” Journal of Physics A:
Mathematical and Theoretical 44, no. 8 (2011): 1–20.
https://sc.syekhnurjati.ac.id/esscamp/risetmhs/BAB214121120017.pdf.
Manzulin. “Implementasi Pendidikan Agama Islam Dalam Meningkatkan Akhlak Siswa Di SMP Negeri
1 & SMP Satu Atap Negeri 1 Batu Brak Kecamatan Batu Brak Kabupaten Lampung Barat.” Tesis
(2017): 25–73. http://repository.radenintan.ac.id/1151/12/BAB_II.pdf.
Musya’Adah, Umi. “Peran Penting Pendidikan Agama Islam Di Sekolah Dasar.” Aulada: Jurnal
Pendidikan Dan … I, no. 2 (2018): 9–27.
Nama, Tanpa. “BAB II Konsep Pendidikan Pesantren” (2013): 5–24.
https://eprints.umm.ac.id/59151/3/BAB II.pdf.
Nurrizqi, Afida, Uin Sunan, dan Kalijaga Yogyakarta. “Karakteristik Pendidikan Agama Islam Di
Madrasah Prespektif Kebijakan Pendidikan.” Jurnal Pendidikan dan Sains 3, no. 1 (2021): 124–
141. https://ejournal.stitpn.ac.id/index.php/bintang.
Pendidikan, A Pengertian, dan Agama Islam. “Bab Iii Pembelajaran Pendidikan Agama Islam” (2012):
65–88.
Rufaidah Salam. “Pendidikan di Pesantren dan Madrasah.” IQRA : Jurnal Pendidikan Agama Islam
vol.1, no. 01 (2021): 4.
Saiful, Saiful. “Sistem Pendidikan Islam, Integrasi Ilmu Pengetahuan Agama dan Teknologi Digital.”
JIIP - Jurnal Ilmiah Ilmu Pendidikan 6, no. 2 (2023): 1100–1107.
Sajadi, Dahrun. “Sistem Pendidikan Islam.” Tahdzib Al-Akhlaq: Jurnal Pendidikan Islam 4, no. 1
(2021): 47–66.
Sudadi, Sudadi. “Konsep Pendidikan Agama Islam (Pai) Berbasis Pesantren Di Lembaga Pendidikan
Umum.” INSANIA : Jurnal Pemikiran Alternatif Kependidikan 25, no. 2 (2020): 174–188.

19

Anda mungkin juga menyukai