Anda di halaman 1dari 12

TUGAS MAKALAH ILMU PENDIDIKAN

“ SISTEM PENDIDIKAN ISLAM “

Disusun Oleh:
Ahmad Syaufi (219116243)

Dosen Pembimbing
Drs. H. Murdan, M.Ag

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM


(STAI) AL JAMI BANJARMASIN
TAHUN 2019
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh


Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala nikmat dan karunia-Nya, sehingga k
ami dapat menyelesaikan tugas makalah ini. Sholawat serta salam semoga selalu tercurah
kan kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW, yang telah membawa kita dari
zaman kegelapan jahiliyah menuju zaman terang benderang addinul islam .
Mungkin tugas yang kami buat ini, belum sempurna oleh karena itu, kami memin
ta maaf jika makalah ini masih terdapat kekurangannya. Kami mohon saran dan kritiknya
untuk memperbaiki pembahasan makalah ini.
Wassalamu’alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh.

Bajarmasin, November 2019

Penyusun
DAFTAR ISI

Cover .......................................................................................................................................
Kata pengatar ...........................................................................................................................
Daftar isi...................................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang.......................................................................................................................


.....
1.2. Tujuan Penulisan...................................................................................................................
........
1.3. Rumusan Masalah ................................................................................................................
............

BAB II PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Sistem Pendidikan Islam..................................................................................
2.2. Paradigma pendidikan islam..............................................................................................
2.3. Masalah dan prospektif sistem pendidikan islam..............................................................

BAB III PENUTUP


Kesimpulan..............................................................................................................................
Daftar Pustaka..........................................................................................................................
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pendidikan dalam Islam merupakan sebuah rangkaian proses pemberdayaan manusiamenu
ju kedewasaan, baik secara akal, mental maupun moral, untuk menjalankanfungsi kemanu
siaan yang diemban sebagai seorang hamba di hadapan Khaliq-nya dan juga sebagai Kha
lifatu fil ardh (pemelihara) pada alam semesta ini. Dengan demikian,fungsi utama pendid
ikan adalah mempersiapkan generasi penerus (peserta didik)dengan kemampuan dan keah
liannya (skill) yang diperlukan agar memiliki kemampuandan kesiapan untuk terjun ke te
ngah lingkungan masyarakat.

1. 2 umusan Masalah

1. Mengetahui bagaimana sistem pendidikan islam

2. Mengetahui paradigma Pendidikan islam

3. Mengetahui masalah dan Prospek sistem pendidikan islam

1.3 tujuan Penulisan

Untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu pendidikan dan sekaligus untuk menamb
ah pengetahuan dan pemahaman terhadap Sistem pendidikan dalam agama islam.
BAB II
PEMBAHASAN

2 . 1 p e n g e r t i a n S i s t e m P e n d i d i k a n I s l a m
Istilah sistem berasal dari bahasa Yunani “sistema” yang artinya: suatu keseluruhan yang
tersusun dari banyak bagian (whole compounded of several parts). Di antara bagian-bagia
n itu terdapat hubungan yang berlangsung secara teratur. Definisi sistem yang lain dikem
ukakan Anas Sudjana yang mengutip pendapat Johnson, Kost dan Rosenzweg sebagai be
rikut “Suatu sistem adalah suatu kebulatan/keseluruhan yang kompleks atau terorganisir;
suatu himpunan atau perpaduan hal-hal atau bagian-bagian yang membentuk suatu kebula
tan/keseluruhan yang kompleks.” Sedangkan Campbel menyatakan bahwa sistem itu meru
pakan himpunan komponen atau bagian yang saling berkaitan yang bersama-sama berfun
g s i u n t u k m e n c a p a i s u a t u t u j u a n .
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk menciptakan suasana belajar dan pros
es pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia s
ert a ket eramp i l an yang di perl ukan di rin ya, m as yarakat bangsa dan negara.
Dalam Islam, istilah pendidikan diyakini berasal dari bahasa Arab yaitu tarbiyah yang be
rbeda dengan kata ta’lîm yang berarti pengajaran atau teaching dalam bahasa Inggris. Ke
dua istilah (tarbiyah danta’lîm) berbeda pula dengan istilah ta’dzîb yang berarti pembentu
kan tindakan atau tatakrama yang sasarannya manusia. Walaupun belum ada kesepakatan
di antara para ahli, dalam kajian ini yang dimaksud pendidikan Islam adalah al-tarbiyah,
istilah bahasa Arab yang menurut penulis dapat meliputi kedua istilah di atas. Hal yang
sama dikemukakan oleh Azyumardi Azra bahwa pendidikan dengan seluruh totalitasnya
dalam konteks Islam inhern dalam konotasi istilah tarbiyah, ta’lîm danta’dzîb yang harus
d i p a h a m i s e c a r a b e r s a m a - s a m a .
Dari pemaparan diatas dapat kita tarik kesimpulan bahwa pendidikan Islam berarti usaha
sadar dan terencana untuk mewujudkan sarana belajar dan proses pembelajaran agar sisw
a secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagam
aan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang dip
erlukan dirinya, masyarakat dan negara sesuai dengan ajaran Islam. Rumusan ini sesuai d
engan pendapat Endang Saefudin Anshari yang dikutip Azra bahwa pendidikan Islam ada
lah proses bimbingan oleh pendidik terhadap perkembangan fisik dan psikis siswa denga
n bahan-bahan materi tertentu dengan metoda tertentu dan dengan alat perlengkapan yan
g ada ke arah terciptan ya pribadi tertentu sesuai dengan ajaran Islam.
Berdasarkan uraian di atas, yang dimaksud sistem pendidikan Islam yaitu suatu kesatuan
komponen yang terdiri dari unsur-unsur pendidikan yang bekerja sama untuk mencapai t
ujuan sesuai dengan ajaran Islam
2.2 Paradigma Pendidikan Islam

Pendidikan adalah proses seseorang mengembangkan kemampuan sikap dan tingkah laku
di dalam masyarakat tempat ia hidup, juga pendidikan itu adalah proses sosial yang terj
adi pada orang yang dihadapkan pada pengaruh lingkungan yang terpilih dan terkontrol (
khususnya yang datang dari sekolah), sehingga mereka dapat memperoleh pengembangan
kemampuan sosial dan kemampuan individu yang optimal. Islam adalah agama penyemp
urna dari agama yang telah ada sebelumnya,

ajarannya melingkupi seluruh aspek kehidupan manusia, seperti teologis, sosiologis, Ibada
h, hukum dan akhlak. Selain itu Islam juga sebagai agama terakhir yang diturunkan Alla
h swt. Aspek-aspek yang terdapat dalam ajaran Islam, dalam rangka membangun sikap p
asrah manusia kepada Allah swt. Sikap pasrah atau al Islam adalah kodrat manusia sejak
diciptakannya. Terna kehidupan manusia tidak membutuhkan ajaran baru sesudah Islam
dan nabi Muhammad saw sebagai nabi terakhir. Aspek-aspek yang terdapat di dalam Isla
m menjadi dasar, arah, tujuan, dan orientasi pengembangan dari masa ke masa yang ditr
ansformasikan baik melalui dakwah maupun pendidikan.

Untuk mendapatkan gambaran tentang paradigma pendidikan Islam, beberapa bahagian y


ang penulis ingin gambarkan yaitu; paradigma pendidikan Islam yang mencakup pengerti
an pendidikan Islam, tujuan pendidikan Islam, prinsip pendidikan Islam juga akan dibaha
s tentang konsep pembelajaran demokratis yang meliputi; pengertian pembelajaran demok
ratis, strategi pembelajaran demokratis, prinsip pembelajaran demokratis dan bentuk-bentu
k pembelajaran demokratis.

2.3 Masalah Dan Prospek Sistem Pendidikan Islam


1. Problematika Dasar Pendidikan Islam

Ketertinggalan pendidikan Islam telah sedemikian parahnya. Hal ini mengundang keprihat
inan yang mendalam dan menyisahkan berbagai pertanyaan yang berkaitan dengan faktor
-faktor yang melatar belakangi keadaan tersebut. Seperti; apakah karena adanya SDM ? a
taukah karena adanya aspek-aspek yang terkait dengan persoalan teologi dan kultur mas
yarakat muslim Indonesia yang cenderung jumud dan ortodoks ? Ataukah akibat dari pro
blem strukturalis yang diskriminatif terhadap keberadaan pendidikan Islam yang lulusann
ya cenderung tidak produktif ? Atau mungkin karena akumulasi dari berbagai persoalan t
ersebut ?
Terlepas dari pertanyaan-pertanyaan tersebut, sebenarnya pada masa lampau pendidikan I
slam pernah menjadi tumpuan utama bagi masyarakatnya dan perkembangannya senantias
a seirama dengan perkembangan dan kebutuhan masyarakat pada masanya. Dalam catata
n sejarah, dapat diketahui bahwa pendidikan Islam bermula dari pengajian-pengajian di r
umah-rumah penduduk yang dilakukan oleh para penyebar islam yang kemudian berkem
bang menjadi pengajian di langgar-langgar, masjid dan pondok pesantren. Pendidikan Isla
m memang dapat diterima seiring dengan jalannya pertumbuhan Islam pada waktu itu.

Demikian pula pada masa kolonial Belanda dan Jepang, sistim pendidikan Islam tetap be
rtahan dan dapat menyesuaikan dengan tuntutan-tuntutan kebutuhan. Namun, pasca era ke
merdekaan sampai sekarang dinamika pertumbuhan sistim pendidikan Islam cenderung m
enurun dan kurang dapat mengimbangi kebutuhan obyektif masyarakat, sebagaimana yan
g dikatakan AM Saefuddin sebagai berikut: “Pada masa selanjutnya muncullah bentuk m
adrasah dan upaya untuk memasukkan materi pendidikan agama kedalam kurikulum pend
idikan umum yang didirikan oleh kolonial Belanda. Pada masa selanjutnya, yakni ketika
bangsa Indonesia memasuki alam kemerdekaan, maka bentuk-bentuk sistim pendidikan Is
lam baik pesantren, madrasah maupun disekolah-sekolah umum terus berlanjut, tetapi den
gan perkembangan yang tampaknya menunjukkan ketertinggalan dari perkembangan masy
arakatnya sendiri.

Namun apapun yang terjadi, cara pandang yang terlalu merendahkan martabat pendidikan
Islam jelas kontra produktif, apalagi hal yang menjadi tolak ukur adalah kemajuan di B
arat. Ketertinggalan dalam pendidikan Islam haruslah dilihat sebagai tantangan. Orientasi
ini menjadi demikian penting agar terhindar dari munculnya problem baru yang lebih ser
ius. Artinya, apabila melihat ketertinggalan pendidikan Islam ini dengan rasa rendah diri,
maka dengan sendirinya telah mengawali problem baru.

Ada beberapa hal yang dianggap sebagai tantangan dalam pendidikan Islam, diantaranya:
Pertama adalah pengembangan potensi manusia. Mengembangkan potensi manusia dalam
pandangan pendidikan Islam merupakan tantangan yang bersifat holistik, berkesinambung
an dan tanpa akhir. Kedua, membahas tentang kegagalan dari para pemikiran Barat dala
m membangun konsep tentang sifat asal manusia yang tidak dipandu oleh wahyu. Ketiga
, membahas tentang tantangan budaya fatalistik dari kaum muslimin sendiri. Keempat, m
embahas tentang munculnya ancaman di era abad 21, yang dipengaruhi oleh faktor-faktor
perubahan sosial[6][6].

2. Problematika Institusional Kekinian

Perubahan sosial yang terjadi secara simultan dalam masyarakat, pada gilirannya akan m
erangsang munculnya berbagai permasalahan dalam lembaga pendidikan Islam, diantaran
ya adalah problem lulusan LPI dengan tuntutan dunia industri, kualitas SDM dan lingkup
LPI, masalah keilmuan Islam yang dilematis dan ambivalensi penyelenggaraan pendidika
n Islam.

Semua hal tersebut merupakan permasalahan-permasalahan yang sangat penting untuk seg
era dicarikan solusinya. Namun, problem yang lebih mendasar untuk dipecahkan adalah
dua persoalan terakhir, karena kedua persoalan itu dapat menjadi acuan dalam penyeleng
garaan pendidikan Islam pada masa kini maupun masa datang. Apabila kedua problem te
rsebut kurang mendapat tanggapan dimungkinkan masa depan pendidikan Islam hanya tin
ggal nama, karena telah ditinggalkan oleh masyarakat yang aktif mengikuti perubahan

a. Keilmuan Islam yang Dilematis

Masalah keilmuan Islam secara historis prespective dipengaruhi oleh dua arus besar yang
menjadi tabir bagi upaya rekontruksi pemikiran Islam secara umum dan pemikiran Islam
secara khusus. Arus besar itu adalah warisan ortodoksi pemikiran Islam dan masuknya
positivisme kedalam metodologi keilmuan Islam. Dampak dari warisan ortodoksi pemikir
an Islam tersebut tidak sekedar mewarnai bingkai-bingkai fiqh, tetapi juga memberikan a
kses negatif terhadap epistemologi keilmuan dalam Islam, pintu ijtihad pun tertutup. dam
pak dari stagnasi pemikiran tersebut membawa dunia Islam dalam rentang waktu yang cu
kup lama hanya menghasilkan ilmu-ilmu yang isinya sebagian besar berbentuk elaborasi
(syarah, hasyiyah), termasuk dalam bidang penafsiran maupun dalam bidang muamalat.

Dalam bidang penafsiran Islam memang dapat memunculkan ribuan jilid kitab tafsir den
gan berbagai corak dan metodenya. Namun, sayang sebagian besar berisi pengulangan ya
ng ada. sebagaimana juga dijelaskan Nasr hamid Abu Zaid tentang keadaan tersebut seba
gai berikut: “pada saat ini sikap dan wacana keagamaan kontemporer terhadap ilmu-ilmu
al-Qur’an dan demikian pula ilmu-ilmu hadis adalah sikap pengulangan. Hal ini t
erjadi karena diantara ulama ada yang mempunyai asumsi bahwa dua tipe ilmu tersebut
masuk dalam ilmu yang sudah matang dan sudah selesai, sehingga generasi kemudian tid
ak lagi memiliki apapun seperti yang dimiliki oleh generasi tua.

Nasr hamid Abu Zaid menambahkan bahwa stagnasi pemikiran di dunia Islam ini dipeng
aruhi oleh apa yang disebutnya sebagai peradaban teks (Hadharah al-Nash). Peradaban te
ks menurutnya merupakan sebuah peradaban dimana teks menjadi semacam poros pengge
rak serta sekaligus sebagai pembentuk pengetahuan. dalam peradaban demikian, tafsir tek
menjadi semacam kebutuhan utama dari waktu ke waktu senantiasa mewarnai tiap jengk
al deretan sejarah Islam. Oleh karena itu, Islam dapat memunculkan ribuan jilid kitab ta
fsir dengan berbagai corak dan metode, mulai dari tahlili sampai maudhu’i.

Peradaban demikian akhirnya membawa implikasi luas serta memungkinkan terciptanya k


ultur yang serba berdimensi teks, termasuk dalam memandang kebenaran. Kebenaran sela
lu diukur dengan letterleks teks, tidak ada kebenaran di luar itu. Sekalipun manusia mem
ungkinkan dapat memperoleh kebenaran sendiri melalui pencarian dengan daya nalarnya,
ia tetap harus selalu mendapat rujukan dari teks. Kalau ia gagal dalam merujuk, maka ap
a yang dikatakan nalar sebagai kebenaran gagal pula. Sedangkan dampak kedua arus ters
ebut dalam dunia pendidikan Islam adalah terjadinya transformasi pada paradigma ilmu p
endidikan Islam beserta epistemologinya dari Islamic education of islamic menjadi Islami
c education for Moslem.

b. Ambivalensi (dikotomi) Penyelenggaraan Pendidikan Islam

Sistim pendidikan Islam sampai saat ini dirasa masih bersifat ambivalensi. Sifat ambivale
nsi yang dimaksud adalah model penyelenggaraan pendidikan agama di Indonesia mengal
ami ketimpangan, dimana di satu pihak pendidikan agama yang diterapkan disekolah-sek
olah umum hanya sekedar pelengkap, sedangkan penyelenggaraan pendidikan yang dilaks
anakan pada sistim pendidikan Islam (pesantren) kurang mengembangkan penguasaan disi
plin ilmu (sains dan teknologi) dan keterampilan. Ada anggapan yang berkembang selam
a ini bahwa penguasaan disiplin ilmu dan keterampilan hanya garapan sistim pendidikan
umum.
A. M Saefuddin menjelaskan bahwa sistim madrasah dan apalagi sekolah dari PT Islam
yang membagi porsi materi pendidikan Islam dan materi pendidikan umum dalam prosen
tase tertentu telah terbukti mengakibatkan bukan saja pendidikan Islam tidak lagi berorie
ntasi sepenuhnya kepada tujuan Islam yang membentuk manusia takwa, tapi juga tidak m
encapai tujuan pendidikan Barat yang bersifat sekuler. Sementara itu keadaan pendidikan
Islam di sekolah PT umum, lebih jelas diketahui sebagai lebih banyak hanya berfungsi s
ebagai pelengkap yang menempel bagi orientasi pendidikan sekuler.
Keadaan itu timbul akibat adanya pandangan dikotomi yang memisahkan ilmu-ilmu agam
a dan ilmu-ilmu umum. Hal ini jelas bertentangan dengan konsep ajaran Islam yang men
gajarkan kesatuan dunia-akhirat, dimana ilmu-ilmu dunia adalah bagian dari ilmu-ilmu ag
ama yang tidak boleh dipisahkan dengan pandangan dikotomis serta orientasi yang ambiv
alen. Apabila keadaan ini tetap dibiarkan, maka dapat dipastikan sistim pendidikan Islam
hanya akan menghasilkan lulusan-lulusan yang makin jauh dari cita-cita pendidikan Islam
sendiri.
Perbedaan itu terjadi karena, selain sumber dan medan garapan berbeda, juga adalah perb
edaan titik tolak. Jika ilmu agama berangkat dari sebuah kepercayaan, ilmu umum beran
gkat dari keraguan. Sekalipun anggapan ini sesungguhnya tidak seluruhnya benar, karena
masing-masing menyisakan pelbagai persoalan metodologis di dalam menemukan kebenar
an sejati
Mengembalikan pemahaman parsial adanya dualitas keilmuan ini ke arah integrasi kirany
a membutuhkan keberanian serius dari pelbagai kalangan, pembacaan ulang visi, misi da
n orientasi sistim pendidikan adalah suatu yang urgen bila tidak ingin terjebak pada peng
ulangan tradisi yang tak memiliki kemampuan menjawab persoalan-persoalan kekinian da
n masa depan. Sekalipun persoalan yang mendasar bukanlah terletak pada dikotomi dan i
ntegrasi, melainkan pada bagaimana menanamkan pemahaman holistik (kaffah) terhadap
ajaran agama yang universal dan kosmopolit. Karena didalam ilmu sebenarnya tidak men
genal dikotomi dan disentegrasi, melainkan spesialisasi-spesialisasi yang berkembang sem
akin cepat, kompetitif dan berkualitas.
Al-Qur’an sebagai kitab rujukan umat Islam sesungguhnya tidak mengenal dikotomi. Al-
Qur’an justru menginstruksikan kaum beriman untuk senantiasa ber-tafakkur (QS. Ali-Imr
an (3): 189-190) dan ber-tasyakkur (QS. An-Nahl (16): 114. Perintah memikirkan segala
ciptaan Tuhan di langit dan di bumi melalui hukum-hukum-Nya di dalam Al-Qur’an men
gandung pengertian bahwa sains merupakan jalan untuk mendekati kebenaran Tuhan.
Jadi, orientasi sains dan teknologi sesungguhnya merupakan instruksi utama al-Qur’an ba
gi terbentuknya ulul al-bab, yaitu seseorang yang dengan fikir dan zikirnya mampu mela
hirkan gagasan-gagasan imajinatif bagi peradaban manusia dan lingkungannya, disamping
memberikan penekanan pada nilai dan moral.
dengan demikian, tetaplah harus ditegaskan bahwa tanpa landasan nilai-nilai agama, mak
a ilmu pengetahuan dan teknologi justru akan menjadi bumerang bagi manusia sendiri, k
arena itu persoalan kini adalah bagaimana ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut dapat
menjadi milik yang dapat dikembangkan tanpa merasa khawatir akan efek bumerang da
n terpecahnya kepribadian manusia oleh pandangan-pandangan dikotomis. Jalan yang kini
terlihat menjadi titik terang adalah dengan melakukan proses Islamisasi sains dan teknol
ogi.
kondisi semacam ini tentu saja harus dibaca sebagai tantangan yang harus segera diantisi
pasi secara lebih matang dan terencana serta dituntut untuk memunculkan inovasi-inovasi
baru dan mendalam dari masyarakat akademik maupun yang lainnya, agar pendidikan Is
lam tetap bisa diterima oleh masyarakat yang juga terus menerus berubah.

BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Pendidikan dalam Islam merupakan proses perubahan sikap dan tatalaku orang dalam usa
ha mendewasakan manusia supaya pengajaran dan pelatihan. Pendidikan Islam adalah usa
ha maksimal untuk menentukan kepribadian anak didik berdasarkan ketentuan-ketentuan
yang telah di gariskan dalam al-qur’an dan as-sunnah/al-hadits.
Al-qur’an merupakan pendidikan secara umum, yang merupakan pendidikan secara khusu
s, kelebihan dalam al-qur’an terletak pada metode yang menakjubkan dan unik sehingga
dalam konsep pendidikan yang terkandung di dalamnya, al-qur’an mampu menciptakan i
ndividu yang beriman dan senantiasa meng-Esakan Allah, serta mengimani hari akhir.
Assunnah/al-hadits adalah: Perbuatan, perkataan ataupun pengakuan Rosul Allah SWT, p
engakuan itu sendiri adalah kejadian atau perbuatan orang lain yang diketahui Rosulullah
, untuk membina umat manjadi manusia seutuhnya. Al-Hadits sebagai dasar Islam tidak t
erlepas dari fungsi itu sendiri terhadap al-qur’an, fungsi as-sunnah terhadap al-qur’an ada
lah sangat penting.
Sistem adalah suatu keseluruhan yang terdiri dari komponen-komponen yang masing-mas
ing bekerja sendiri dalam fungsinya yang berkaitan dengan fungsi dari komponen lainnya
yang secara terpadu bergerak menuju ke arah satu tujuan yang telah ditetapkan.
sistem pendidikan Islam yaitu suatu kesatuan komponen yang terdiri dari unsur-unsur pe
ndidikan yang bekerja sama untuk mencapai tujuan sesuai dengan ajaran Islam
DAFTAR PUSTAKA

Prof. Dr. Mastuhu, M.Ed.


Hak Cipta pada: Panganang
Hak penerbitan pada: Logos Wacana lmu
Editor: M.Deden Ridwan
Layout: Maula PS
Desan Sampul: Studio-KU(lham Khoiri R)
Cetakan I: Syawal 1417H/Maret 1999 M
Cetakan II: JanadiAir1420H/Oktober 1999 M
LWI: 046
Diterbitkan oleh: Logos Wacana Ilmu Bukit Pamulang Indah
V Blok A-4/2, Tlp./Fax. (021) 7493747
Pamulang Timur, Ciputat 15417
Email: logos-wi@centrin.net. Id

Anda mungkin juga menyukai