Anda di halaman 1dari 19

Sistem Pendidikan Islam dan Kurikulum Pendidikan Islam

Diajukan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Ilmu Pendidikan Islam


Dosen Pengampu: Dr. Hj. Imas Kurniasih, M.Ag

Disusun oleh:
Kelompok 8

Haifa Hasya Fatimah Nurafifah 220414030


Nayla Siti Kurnia Salamah 220414057

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANDUNG
TAHUN 2023 M/ 1444 H
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah Puji syukur kehadirat Allah Subhanahu Wata’ala atas


segala nikmat dan karunia-Nya, Sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
yang berjudul “Sistem Pendidikan Islam dan Kurikulum Pendidikan Islam”.
Makalah ini disusun agar pembaca dan penyusun dapat mengetahui dan
memahami sistem Pendidikan islam dan kurikulum Pendidikan islam.
Kemudian penyusun mengucapkan terima kasih kepada ibu Dr. Hj. Imas
Kurniasih, M.Ag. Selaku dosen pengampu mata kuliah Ilmu Pendidikan Islam
yang telah membimbing, sehingga memudahkan penyusunan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari bahwa masih ada kekurangan
dari struktur kalimat dan tata bahasa. Oleh karena itu, penyusun menerima kritik
dan saran yang membangun dari berbagai pihak.

Bandung, 9 Desember 2023

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................................ii
A. Latar Belakang.......................................................................................................3
B. Rumusan Masalah..................................................................................................3
C. Tujuan masalah......................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN..................................................................................................5
A. Definisi Sistem Pendidikan Islam...............................................................................5
B. Kurikulum Pendidikan Islam..................................................................................9
C. Konsep Dasar Kurikulum Pendidikan Islam.........................................................10
D. Prinsip-Prinsip Penyusunan Kurikulum Pendidikan Islam...................................11
E. Perkembangan kurikulum sejarah di indonesia....................................................12
Bab III PENUTUP..........................................................................................................16
A. Kesimpulan..........................................................................................................16
DAFTAR ISI....................................................................................................................17

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sistem Pendidikan Islam adalah keseluruhan dari bagian-bagian yang
saling bekerja sama atau unsur-unsur yang disusun secara teratur dan saling
berkaitan, dalam rangka membentuk manusia yang berkepribadian muslim
berdasarkan nilai-nilai ajaran Islam yang berdasarkan kepada Al-Qur'an dan
al-Sunnah.
Pendidikan Islam di Indonesia dilaksanakan secara terencana dan
sistematis untuk mengembangkan potensi peserta didik berdasarkan pada
kaidah dan nilai-nilai Islam, pendidikan Islam tidak hanya mempelajari ilmu
agama saja tetapi sudah berkembang mempelajari ilmu-ilmu lain. kurikulum
pendidikan Islam adalah bahan-bahan pendidikan agama Islam berupa
kegiatan, pengetahuan dan pengalaman yang dengan sengaja dan sistimatis
diberikan kepada siswa dalam rangka mencapai tujuan pendidikan Agama
Islam.
Adapun kurikulum pendidikan agama Islam yang berfungsi untuk
pengembangan, penyaluran, perbaikan, pencegahan, penyesuaian, dan sumber
nilai. Dengan tujuan membentuk karakter anak bangsa yang bermartabat serta
beriman dan dapat mengaplikasikan ilmu agama kedalam kehidupan
masyarakat.
Selanjutnya akan dibahas dalam makalah ini mengenai sistem
pendidikan islam dan kurikulum pendidikan islam.

B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi sistem pendidikan islam?
2. Apa definisi kurikulum pendidikan islam?
3. Apa konsep dasar pendidikan islam?
4. Apa prinsip-prinsip penyusunan kurikulum Pendidikan islam?
5. Bagaimana pengembangan pendidikan islam?

3
C. Tujuan masalah
1. Untuk mengetahui definisi sistem pendidikan islam .
2. Untuk mengetahui definisi kurikulum pendidikan islam.
3. Untuk mengetahui konsep dasar pendidikan islam.
4. Untuk mengetahui prinsip-prinsip penyusunan kurikulum.
5. Untuk mengetahui pengembangan pendidikan islam.

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Sistem Pendidikan Islam


Istilah sistem berasal dari bahasa Yunani “sistema” yang artinya:
suatu keseluruhan yang tersusun dari banyak bagian (whole compounded
of several parts). Definisi sistem yang lain dikemukakan Anas Sudjana
yang mengutip pendapat Johnson, Kost dan Rosenzweg sebagai berikut
“Suatu sistem adalah suatu kebulatan/keseluruhan yang kompleks atau
terorganisir; suatu himpunan atau perpaduan hal-hal atau bagian-bagian
yang membentuk suatu kebulatan/keseluruhan yang kompleks”.
Sedangkan Campbel menyatakan bahwa sistem itu merupakan himpunan
komponen atau bagian yang saling berkaitan yang bersama-sama berfungsi
untuk mencapai suatu tujuan.
Dapat disimpulkan bahwasannya sistem merupakan suatu
komponen yang terstruktur dalam membentuk kesatuan yang saling
berkaitan satu sama lain serta mendukung dalam keseluruhan komponen
tersebut secara tepat.
Sistem dibagi menjadi dua. Pertama yaitu, sistem tertutup
merupakan sistem dengan struktur bagian yang sulit menyesuaikan diri
dengan lingkungannya dalam tempo yang singkat. Kedua, sistem terbuka
yaitu sistem dengan struktur dan bagian yang mudah menyesuaikan diri
dengan lingkungan yang berubah-ubah. Dalam sistem pendidikan Islam
mempunyai keduanya. Dalam sistem tertutup pendidikan Islam memiliki
prinsip pokok yang tidak boleh diubah yaitu Al-Qur’an dan Hadist.
Sedangkan dalam sistem terbuka, pendidikan Islam terkait dengan sistem
yang ada dalam masyarakat semisal sistem ekonomi, sosial, budaya,
politik, dan teknologi yang sekarang berkembang begitu cepat.

5
Dengan demikian, pendidikan Islam berarti proses bimbingan
dari pendidik terhadap perkembangan jasmani, rohani, dan akal peserta
didik ke arah terbentuknya pribadi muslim yang baik (Insan Kamil).
Berdasarkan uraian di atas, yang dimaksud sistem pendidikan adalah
sistem pendidikan Islam yaitu suatu kesatuan komponen yang terdiri dari
unsur-unsur pendidikan yang bekerja sama untuk mencapai tujuan sesuai
dengan ajaran Islam.
1. Komponen Sistem Pendidikan
Dari beberapa sumber yang dipelajari, dapat disimpulkan bahwa
terdapat 6 komponen pendidikan. Maka untuk menghasilkan output dari
sistem pendidikan yang bermutu, hal yang paling penting adalah bagaimana
membuat semua komponen yang dimaksud berjalan dengan baik. Yang mana
pendidik, siswa, materi pendidikan, alat pendidikan dan lingkungan pendidikan
semuanya satu langkah menuju pencapaian tujuan pendidikan itu
a. ִKomponen Tujuan
Tujuan Pendidikan berfungsi sebagai arah yang ingin dituju dalam
aktivitas pendidikan. Dengan adanya tujuan yang jelas, maka komponen-
komponen pendidikan yang lain serta aktivitasnya senantiasa berpedoman
kepada tujuan, sehingga efektivitas proses pendidikannya selalu diukur apakah
dapat dan dalam rangka mencapai tujuan atau tidak. Dalam praktek
pendidikan, baik di lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat luas,
banyak tujuan pendidikan yang diinginkan oleh pendidik agar dapat dicapai
oleh siswa.
Di Indonesia tujuan pendidikan terdiri dari lima tingkatan yaitu
tujuan pendidikan nasional, tujuan pendidikan institusional, tujuan
pendidikan kurikuler, tujuan pembelajaran umum dan tujuan pembelajaran
khusus. Tujuan pendidikan nasional adalah tujuan pendidikan yang menjadi
acuan tertinggi di Negara Indonesia apapun bentuk dan tingkatan
pendidikannya. Tujuan pendidikan nasional tercantum dalam Undang-undang
Sistem Pendidikan Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan nasional bertujuan
untuk mengembangkan potensi siswa agar menjadi manusia yang

6
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab.
b. Komponen Siswa
Siswa/peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha
mengembangkan dirinya melalui proses pendidikan pada jalur, jenjang dan
jenis pendidikan tertentu. Dalam pendidikan tradisional, siswa dipandang
sebagai organisme yang pasif, hanya menerima informasi dari orang dewasa.
Kini makin cepatnya perubahan sosial, dan berkat penemuan teknologi maka
komunikasi antar manusia berkembang amat cepat. Siswa di samping sebagai
objek pendidikan, ia juga sebagai subjek pendidikan, karena sumber belajar
bukan hanya guru, tapi siswa juga dapat menjadi sumber belajar terutama
dalam pembelajaran aktif. Sebagai salah satu input di lembaga pendidikan juga
sebagai komponen yang turut menentukan keberhasilan sistem pendidikan.
c. Komponen Pendidik
Pendidik adalah anggota masyarakat yang bertugas membimbing,
mengajar, dan atau melatih peserta didik. Pendidik harus memiliki
kualifikasi akademik sebagai pendidik dan memenuhi beberapa kompetensi
sebagai pendidik. Kualifikasi akademik adalah tingkat pendidikan minimal
yangyang dipenuhi oleh seorang pendidik yang dibuktikan dengan ijazah
atau sertifikat keahlian yang relevan. Sedangkan kompetensi sebagai agen
pembelajaran pada jenjang pendidikan dasar dan menengah serta pendidikan anak
pada usia dini meliputi, a. kompetensi pedagogik, b. kompetensi
kepribadian, c. kompetensi profesional, d. kompetensi sosial.
d. Komponen Materi/Isi Pendidikan
Materi/isi pendidikan adalah segala sesuatu pesan yang disampaikan
oleh pendidik kepada siswa dalam rangka mencapai tujuan pendidikan. Dalam
usaha pendidikan yang diselenggarakan di keluarga, di sekolah, dan di
masyarakat, terdapat syarat utama dalam pemilihan beban/materi pendidikan,
yaitu: a. materi harus sesuai dengan tujuan pendidikan, b.materi harus sesuai
dengan kebutuhan siswa.
e. Komponen Lingkungan Pendidikan
Lingkungan Pendidikan adalah suatu ruang dan waktu yang mendukung
kegiatan pendidikan. Proses pendidikan berada dalam suatu lingkungan, baik

7
lingkungan keluarga, lingkungan sekolah atau lingkungan masyarakat. Siswa dengan
berbagai potensinya akan berkembang maksimal jika berada dalam sebuah
lingkungan yang kondusif.
Situasi lingkungan mempengaruhi proses dan hasil pendidikan. Situasi
lingkungan ini meliputi lingkungan fisik, lingkungan teknis dan lingkungan
sosiokultural. Dalam hal-hal di mana situasi lingkungan ini berpengaruh secara
negatif terhadap pendidikan, maka lingkungan itu juga menjadi pembatas
pendidikan. Indikator lingkungan pendidikan adalah sebagai: interaksi pelaku, iklim
organisasi, dan hubungan antara madrasah dengan masyarakat.
f. Komponen Alat Pendidikan
Alat Pendidikan adalah pendukung dan penunjang pelaksanaan
pendidikan yang berfungsi sebagai perantara pada saat menyampaikan materi. Agar
interaksi dapat berlangsung secara efektif dan efisien dalam mencapai tujuan, maka di
samping dibutuhkan pemilihan bahan materi pendidikan yang tepat, perlu dipilih
metode yang tepat pula. Metode adalah cara yang di dalam fungsinya merupakan alat
untukmencapai tujuan. Untuk menentukan apakah sebuah metode dapat disebut
baik diperlukan patokan (kriterium) yang bersumber pada beberapa faktor.
Faktor utama yang menentukan adalah tujuan yang akan dicapai. Dalam
prakteknya paling tidak ada dua macam alatpendidikan. Pertama alat pendidikan
dalam arti metode, kedua alat pendidikan dalam arti perangkat keras yang digunakan
seperti media pembelajaran dan sarana pembelajaran. Alat pendidikan dalam arti
perangkat keras adalah sarana pembelajaran dan media pembelajaran yang dapat
mendukung terselenggaranya pembelajaran aktif dan efektif. Dalam Peraturan
Pemerintah (PP) Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan
(SNP) ditentukan bahwa setiap satuan pendidikanwajib memiliki sarana yang
meliputi, perabot, peralatan pendidikan, media pendidikan, buku dan sumber belajar
lainnya, bahan habis pakai serta perlengkapan lain yang diperlukan, seperti
perpustakaan dan laboratorium.

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwasannya sistem


penddikan Islam merupakan suatu aturan dan komponen-komponen yang
saling berkaitan serta berhubungan satu sama lain dalam melakukan
pembelajaran dengan mengarah kepada pembentukan anak didik yang muslim
serta dalam memperbaiki akhlak secara terstruktur dalam materi ajar supaya

8
tercapai tujuan yang baik dan efektif sesuai dengan tujuan dari sekolah
tersebut.

B. Kurikulum Pendidikan Islam


Kurikulum Pendidikan Agama Islam merupakan seperangkat rencana dan
pengaturan mengenai tujuan, isi, bahan, serta cara pembelajaran yang digunakan
sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan
pendidikan. Ia merupakan sekumpulan studi keislaman yang meliputi al-Qur’an
Hadits, Aqidah Akhlaq, Fiqih, Tarikh, dan Kebudayaan Islam. Sama halnya
dengan kurikulum mata pelajaran lain, kurikulum Pendidikan Agama Islam di
sekolah juga menjadi acuan dalam kegiatan pembelajaran PAI. Kurikulum PAI
dicantumkan dalam kesatuan yang integral bersama-sama dengan bidang studi
lainnya dalam satuan kurikulum untuk sekolah.
Kurikulum disusun dengan berpedoman pada SI-SKL, SK-KD, serta panduan
penyusunan kurikulum yang disusun oleh Badan Standar Nasional
Pendidikan dengan mengacu pada prinsip-prinsip pengembangan kurikulum.
Kerangka Dasar Kurikulum Pendidikan IslamKurikulum yang baik dan
relevan dalam rangka mencapai tujuan pendidikan Islam adalah yang bersifat
intergrated dan komprehensif serta menjadikan al-Qur’an dan hadis sebagai
sumber utama dalam penyusunan. Didalam al-Quran dan hadis ditemukan
kerangka dasar yang dapat dijadikan sebagai pedoman operasional dalam
penyusunan dan pengembangan kurikulum pendidikan Islam. Kerangka dasar
tersebut adalah tauhid dan perintah membaca.

C. Konsep Dasar Kurikulum Pendidikan Islam


Kurikulum sebagai salah satu komponen pendidikan yang sangat
berperan dalam mengantarkan pada tujuan Pendidikan yang diharapkan, harus
mempunyai dasar-dasar yang merupakan kekuatan utama yang mempengaruhi
dan membentuk materi kurikulum, susunan dan organisasi kurikulum. Yang
menjadi dasar-dasar dalam penyusunan kurikulum pendidikan Islam adalah:

9
1. Dasar Agama
Seluruh sistem yang ada dalam masyarakat Islam, termasuk sistem
pendidikannya harus meletakkan dasar falsafah, tujuan,dan kurikulumnya
pada ajaran Islam yang meliputi aqidah, ibadah, muamalat, dan hubungan-
hubungan yang berlaku didalam masyarakat. Hal ini bermakna bahwa semua
itu pada akhirnya harus mengacu pada dua sumber utama syariat Islam yaitu
al-Quran dan Sunnah.

2. Dasar Falsafah
Dasar ini memberikan arah dan tujuan pendidikan Islam, dengan dasar
filosofis sehingga susunan kurikulum pendidikan Islam mengandung suatu
kebenaran, terutama dari sisi nilai-nilai sebagai pandangan hidup yang
diyakini kebenarannya.

3. Dasar Psikologis
Asas ini memberikan bahwa kurikulum pendidikan Islam
hendaknya disusun dengan mempertimbangkan taha-pan-tahapan
pertumbuhan dan perkembangan yang dilalui anak didik. Kurikulum
pendidikan Islam harus dirancang sejalan dengan ciri-ciri perkembangan
anak didik, tahap ke-matangan bakat-bakat jasmani, intelektual, bahasa,
emosi dan sosial, kebutuhan dan keinginan, minat, kecakapan, dan
perbedaan individual antara peserta didik yang satu dengan yang lainnya.

4. Dasar Sosial
Dasar ini memberikan gambaran bagi kurikulum pendidikan Islam
yang tercermin pada dasar sosial yang mengandung ciri-ciri masyarakat Islam
dan kebudayaannya. Baik segi dari pengetahuan, nilai-nilai ideal, cara berpikir
dan adat kebiasaan, serta seni. Sebab tidak ada suatu masyarakat yang tidak
berbudaya dan tidak ada suatu kebudayaan yang tidak berada pada

10
masyarakat. Kaitannya dengan kurikulum pen-didikan Islam sudah tentu
kurikulum ini harus mengakar terhadap masyarakat dan perubahan serta
perkembangan

5. Dasar Organisatoris
Dasar ini memberikan landasan dalam penyusunan bahan
pembelajaran beserta penyajiannya dalam proses pembelajaran.

D. Prinsip-Prinsip Penyusunan Kurikulum Pendidikan Islam


Dalam penyusunan kurikulum, kita harus memperhatikan prinsip-
prinsip yang dapat mewarnai kurikulum pendidikan.
1. Prinsip berasaskan Islam termasuk ajaran dan nilai-nilainya.
2. Prinsip mengarah kepada tujuan adalah seluruh aktivitas dalam kurikulum
diarahkan untuk mencapai tujuan yang dirumuskan sebelumnya.
3. Prinsip integritas antara mata pelajaran, pengalaman-pengalaman, dan aktivitas
yang terkandung di dalam kurikulum.
4. Prinsip relevansi adalah adanya kesesuaian pendidikan dengan lingkungan hidup
murid.
5. Prinsip fleksibilitas, adalah terdapat ruang gerak yang memberikan sedikit
kebebasan dalam bertindak.
6. Prinsip efisiensi, adalah agar kurikulum dapat menggunakan waktu, tenaga, dana,
dan sumber lain secara cermat dan tepat.
7. Prinsip kemitraan adalah bagaimana susunan kurikulum yang terdiri dari bagian
yang berkelanjutan dengan kaitan-kaitan kurikulum lainnya.
8. Prinsip individualitas adalah, bagaimana kurikulum memperhatikan perbedaan
pembawaan dan lingkungan anak.
9. Prinsip kesamaan memperoleh kesempatan dan demokratis adalah bagaimana
kurikulum dapat memberdayakan semua peserta didik memperoleh
pengetahuan, keterampilan, dan sikap sangat diutamakan.
10. Prinsip kedinamisan, adalah agar kurikulum itu tidak statis, tetapi dapat
mengikuti perkembangan ilmu pengeta-huan dan perubahan sosial.
11. Prinsip keseimbangan, adalah bagaimana kurikulum dapat
mengembangkan sikap potensi peserta didik secara harmonis.

11
12. Prinsip efektivitas, adalah agar kurikulum dapat menunjang efektivitas guru
yang mengajar dan peserta didik yang belajar.

E. Perkembangan kurikulum sejarah di indonesia


1. Kurikulum Pendidikan Agama Islam Pra Kemerdekaan
Pendidikan pada pra kemerdekaan dipengaruhi oleh kolonialisme.
Hasilnya bangsa ini dididik untuk mengabdi kepada penjajah. Karena itu,
menurut M. Ali Hasan (2003), pada saat penjajahan semua bentuk pendidikan
dipusatkan untuk membantu dan mendukung kepentingan penjajah. pada abad
ke-16 dan 17, mereka mendirikan lembaga pendidikan dalam upaya
penyebaran agama Kristen di Nusantara. Pendidikan tersebut tidak hanya
diperuntukkan bagi mereka tapi juga penduduk pribumi yang beragama
Kristen. Tujuan pendidikan kolonial tidak terarah pada pembentukan dan
pendidikan orang muda untuk mengabdi pada bangsa dan tanah airnya
sendiri, akan tetapi dipakai untuk menanamkan nilai-nilai dan norma-norma
masyarakat penjajah agar dapat ditransfer oleh penduduk pribumi dan
menggiring penduduk pribumi menjadi budak dari pemerintahan kolonial.

2. Kurikulum Pendidikan Agama Islam Masa Orde Lama


Kurikulum pada era Orde Lama dibagi manjadi 2 kurikulum, di antaranya:
a. Kurikulum 1947
Kurikulum ini dalam prakteknya baru dilaksanakan
padatahun 1950. Banyak kalangan menyebutkan bahwa
perkembangan kurikulum di Indonesia secara formal dimulai tahun
1950. Keberadaan pendidikan agama islam telah diatur
pelaksanaannya dalam SKB dua menteri (Menteri PP & K dan
Menteri Agama) tahun 1946. Kurikulum 1947 ini masih kental
dengan corak sIstem pendidikan Jepang ataupun Belanda.
Sehingga, proses pendidikan lebih ditekankan untuk mewujudkan
manusia yang cinta negara, menjadi berdaulat dan tumbuh
kesadaran berbangsa dan bernegara

12
b. Kurikulum 1952-1964
Dalam kurikulum ini pada pengajaran yang harus
disampaikan pada siswa, dalam bentuk mata pelajaran Bahasa
Indonesia, Bahasa Daerah, Ilmu Alam, Ilmu Hayat, Ilmu Bumi,
dan sejarah. Sementara itu,pelaksanaan pembelajaran dalam
kurikulum ini sebagaimana diatur dalam UUPPP (Undang-Undang
Pokok (Pendidikan dan Pengajaran) nomor 4 tahun 1950.
Selanjutnya, muncul SKB dua menteri tahun 1951 yang
menegaskan bahwa pendidikan agama wajib diselenggarakan di
sekolah- sekolah, minimal 2 jam perminggu.

3. Kurikulum Pendidikan Agama Islam Masa Orde Baru


Peralihan dari era orde lama ke era orde baru pada akhirnya turut
berdampak pada wajah pendidikan nasional, buktinya kurikulum yang
berlaku di era orde lama juga turut berganti, dan tidak cukup disitu, di era
orde baru sendiri kurikulum telah mengalami beberapa perubahan.

a. Kurikulum 1968
Boleh dibilang, kurikulum 1968 ini adalah penyempurnaan dari
kurikulum 1964. Sejak kemerdekaan, kurikulum ini menjadi model
kurikulum terintegrasi. Fokus kurikulum ini tidak lagi pancawardhana
sebagaimana kurikulum 1964. Hanya saja, pelaksanaan pendidikan agama
kebijakannya kurang lebih sama dengan kurikulum 1964.

b. Kurikulum 1975
Dalam kurikulum ini, orientasi pendidikan adalah untuk meningkatkan
efektifitas dan efisiensi kegiatan belajar mengajar. Di era inilah dikenal istilah
satuan pelajaran yang merupakan rencana pengajaran pada setiap bahasan.
Sementara tujuan pendidikan dan pengajaran terbagi pada tujuan pendidikan

13
umum, tujuan institusional, tujuan kurikuler, tujuan instruksional umum dan
tujuan instruksional khusus.
Pendidikan agama islam dalam kurikulum 1975 mengalami perubahan
cukup signifikan. Adanya SKB 3 menteri (Menteri Agama, Menteri dalam
Negeri dan Menteri P&K) serta disusunnya kurikulum madrasah 1975,
pendidikan agama mendapatkan porsi 30%, sementara pendidikan umum
70%. Sehingga ijazah madrasah setingkat dengan ijazah dari sekolah umum,
dan murid madrasah yang ingin pindah ke sekolah umumpun
diakui/diperbolehkan.

c. Kurikulum 1984
Kurikulum 1984 ini adalah menyempurnakan kurikulum 1975. Peran
siswa dalam kurikulum ini menjadi mengamati sesuatu, mengelompokkan,
mendiskusikan, hingga melaporkan. Model ini disebut Cara Belajar Siswa
Aktif (CBSA) atau Student Active Leaming (SAL). CBSA memposisikan
guru sebagai fasilitator, sehingga bentuk kegiatan ceramah tidak lagi
ditemukan dalam kurikulum ini.

d. Kurikulum 1994 dan Suplemen Kurikulum 1999


Kurikulum 1994 merupakan hasil upaya untuk memadukan kurikulum-
kurikulum sebelumnya, terutama kurikulum 1975 dan 1984. Yang patut
dicatat dalam periode ini adalah, terbitnya UU SISDIKNAS No 2 tahun 1989
yang menegaskan bahwa madrasah adalah lembaga pendidikan yang berciri
khas islam, artinya muatan kurikulum struktur dan konsepnya senafas dengan
nilai-nilai islam. Lebih jauh, dengan UU SISDIKNAS ini, pendidikan agama
islam akhirnya berjalan satu paket dengan sIstem pendidikan nasional.

4. Kurikulum Pendidikan Agama Islam Masa Reformasi


Sejarah telah mencatat bahwa bergantinya rezim maka akan berdampak
pada perubahan kebijakan yang berlaku. Era reformasi yang mengedepankan
keterbukaan, transparansi dan akuntabilitas. Telah berpengaruh pada dunia

14
pendidikan nasional. Kurikum di era reformasi juga telah mengalami beberapa
perubahan, diantaranya:

a. Kurikulum KBK
Era reformasi memberikan ruang yang cukup besar bagi perumusan
kebijakan-kebijakan pendidikan baru yang bersifat reformatif dan revolusioner.
Era ini memiliki visi untuk mewujudkan masyarakat Indonesia yang berdaya
saing, maju, sejahtera dalam wadah NKRI. Sebagai salah satu dampak dari laju
reformasi adalah dibuatnya sistem “Kurikulum Berbasis Kompetensi” atau yang
kerap disebut kurikulum KBK. Karakteristik utama KBK sebagaimana
dikemukakan E. Mulyasa (2003), yaitu “Menekankan pencapaian kompetensi
siswa, bukan tuntasnya materi. Kurikulum dapat diperluas, diperdalam, dan
disesuaikan dengan potensi siswa (normal, sedang, dan tinggi), Berpusat pada
siswa, Orientasi pada proses dan hasil, Pendekatan dan metode yang digunakan
beragam dan bersifat kontekstual, Guru bukan satu-satunya sumber ilmu
pengetahuan, Buku pelajaran bukan satu- satunya sumber belajar, Belajar
sepanjang hayat, Belajar mengetahui (learning how to know), Belajar melakukan
(learning how to do), Belajar menjadi diri sendiri (learning how to be), Belajar
hidup dalam keberagaman (learning how to live together).”

Dalam KBM-nya, pendekatan belajar mengajar lebih pada jenis


pendekatan CTL (Contekstual Teaching and Learning), menyangkut
konstruktuvisme, inkuiri, bertanya, masyarakat belajar, pemodelan, refleksi dan
penilaian otentik. Dengan ditetapkannya kurikulum 2004 ini, maka berimplikasi
langsung dengan pelaksanaan pendidikan agama Islam, akhirnya madrasah pun
menjadikan “kompetensi”, sebagai basisnya.

b. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) atau Kurikulum 2006


Secara umum KTSP tidak jauh berbeda dengan KBK namun perbedaan
yang menonjol terletak pada kewenangan dalam penyusunannya, yaitu mengacu

15
pada desentralisasi sistem pendidikan. Pemerintah pusat menetapkan standar
kompetensi dan kompetensi dasar, sedangkan sekolah dituntut untuk mampu
mengembangkan dalam bentuk silabus dan penilaiannya sesuai dengan kondisi
sekolah dan daerahnya. Jadi pada kurikulum ini sekolah sebagai satuan
pendidikan berhak untuk menyusun dan membuat silabus pendidikan sesuai
dengan kepentingan siswa dan kepentingan lingkungan. KTSP lebih mendorong
pada lokalitas pendidikan. Selanjutnya, penyelenggaraan pendidikan agama islam
di madrasah/sekolah, dijabarkan dalam kurikulum agama yang dikeluarkan oleh
KEMENAG, dan tepat pada bulan Mei 2008 menteri Agama mendatangani
PERMENAG no. 2 tahun 2008, menyangkut standard kompetensi lulusan dan
standard isi PAI.

c. Kurikulum 2013
ciri-ciri yang melekat dalam K-13 yaitu:

1) Mewujudkan pendidikan yang berkarakter


2) Menciptakan Pendidikan yang Berwawasan Lokal
3) Menciptakan Pendidikan yang ceria dan Bersahabat

16
Bab III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Sistem pendidikan Islam yang ada di Indonesia meliputi: sekolah,
madrasah, pesantren dan perguruan tinggi Islam yang didalamnya memiliki
peraturan tersendiri dalam menjalankan lembaga pendidikan masing-masing
dan kurikulum pendidikan Islam adalah bahan-bahan pendidikan Islam berupa
kegiatan, pengetahuan dan pengalaman yang dengan sengaja dan sistematis
diberikan kepada anak didik dalam rangka mencapai tujuan pendidikan Islam.
Kurikulum pendidikan Islam meliputi tiga masalah yang sangat penting yaitu:
masalah keimanan (aqidah), masalah keislaman (syari’ah), dan masalah ihsan
(akhlak).

17
DAFTAR ISI

Sajadi, D. (2021). SISTEM PENDIDIKAN ISLAM. Tahdzib Al-Akhlaq: Jurnal Pendidikan


Islam, 4(1), 47-66.

Nurmadiah, N. (2014). Kurikulum Pendidikan Agama Islam. Al-Afkar: Jurnal Keislaman &
Peradaban, 2(2).

Wafi, A. (2017). Konsep Dasar Kurikulum Pendidikan Agama Islam. EDURELIGIA: Jurnal
Pendidikan Agama Islam, 1(2), 133-139.

Mawardi, A. (2016). Perkembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam di


Indonesia. TARBAWI: Jurnal Pendidikan Agama Islam, 1(1), 29-36.

Muttaqin, M. E. (2020). Evaluasi Kurikulum Pendidikan Islam. Prosiding Nasional, 3, 171-180.

Noorzanah, N. (2018). Konsep Kurikulum dalam Pendidikan Islam. ITTIHAD, 15(28), 68-
74.

18

Anda mungkin juga menyukai