Disusun oleh:
Kelompok 8
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................................ii
A. Latar Belakang.......................................................................................................3
B. Rumusan Masalah..................................................................................................3
C. Tujuan masalah......................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN..................................................................................................5
A. Definisi Sistem Pendidikan Islam...............................................................................5
B. Kurikulum Pendidikan Islam..................................................................................9
C. Konsep Dasar Kurikulum Pendidikan Islam.........................................................10
D. Prinsip-Prinsip Penyusunan Kurikulum Pendidikan Islam...................................11
E. Perkembangan kurikulum sejarah di indonesia....................................................12
Bab III PENUTUP..........................................................................................................16
A. Kesimpulan..........................................................................................................16
DAFTAR ISI....................................................................................................................17
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sistem Pendidikan Islam adalah keseluruhan dari bagian-bagian yang
saling bekerja sama atau unsur-unsur yang disusun secara teratur dan saling
berkaitan, dalam rangka membentuk manusia yang berkepribadian muslim
berdasarkan nilai-nilai ajaran Islam yang berdasarkan kepada Al-Qur'an dan
al-Sunnah.
Pendidikan Islam di Indonesia dilaksanakan secara terencana dan
sistematis untuk mengembangkan potensi peserta didik berdasarkan pada
kaidah dan nilai-nilai Islam, pendidikan Islam tidak hanya mempelajari ilmu
agama saja tetapi sudah berkembang mempelajari ilmu-ilmu lain. kurikulum
pendidikan Islam adalah bahan-bahan pendidikan agama Islam berupa
kegiatan, pengetahuan dan pengalaman yang dengan sengaja dan sistimatis
diberikan kepada siswa dalam rangka mencapai tujuan pendidikan Agama
Islam.
Adapun kurikulum pendidikan agama Islam yang berfungsi untuk
pengembangan, penyaluran, perbaikan, pencegahan, penyesuaian, dan sumber
nilai. Dengan tujuan membentuk karakter anak bangsa yang bermartabat serta
beriman dan dapat mengaplikasikan ilmu agama kedalam kehidupan
masyarakat.
Selanjutnya akan dibahas dalam makalah ini mengenai sistem
pendidikan islam dan kurikulum pendidikan islam.
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi sistem pendidikan islam?
2. Apa definisi kurikulum pendidikan islam?
3. Apa konsep dasar pendidikan islam?
4. Apa prinsip-prinsip penyusunan kurikulum Pendidikan islam?
5. Bagaimana pengembangan pendidikan islam?
3
C. Tujuan masalah
1. Untuk mengetahui definisi sistem pendidikan islam .
2. Untuk mengetahui definisi kurikulum pendidikan islam.
3. Untuk mengetahui konsep dasar pendidikan islam.
4. Untuk mengetahui prinsip-prinsip penyusunan kurikulum.
5. Untuk mengetahui pengembangan pendidikan islam.
4
BAB II
PEMBAHASAN
5
Dengan demikian, pendidikan Islam berarti proses bimbingan
dari pendidik terhadap perkembangan jasmani, rohani, dan akal peserta
didik ke arah terbentuknya pribadi muslim yang baik (Insan Kamil).
Berdasarkan uraian di atas, yang dimaksud sistem pendidikan adalah
sistem pendidikan Islam yaitu suatu kesatuan komponen yang terdiri dari
unsur-unsur pendidikan yang bekerja sama untuk mencapai tujuan sesuai
dengan ajaran Islam.
1. Komponen Sistem Pendidikan
Dari beberapa sumber yang dipelajari, dapat disimpulkan bahwa
terdapat 6 komponen pendidikan. Maka untuk menghasilkan output dari
sistem pendidikan yang bermutu, hal yang paling penting adalah bagaimana
membuat semua komponen yang dimaksud berjalan dengan baik. Yang mana
pendidik, siswa, materi pendidikan, alat pendidikan dan lingkungan pendidikan
semuanya satu langkah menuju pencapaian tujuan pendidikan itu
a. ִKomponen Tujuan
Tujuan Pendidikan berfungsi sebagai arah yang ingin dituju dalam
aktivitas pendidikan. Dengan adanya tujuan yang jelas, maka komponen-
komponen pendidikan yang lain serta aktivitasnya senantiasa berpedoman
kepada tujuan, sehingga efektivitas proses pendidikannya selalu diukur apakah
dapat dan dalam rangka mencapai tujuan atau tidak. Dalam praktek
pendidikan, baik di lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat luas,
banyak tujuan pendidikan yang diinginkan oleh pendidik agar dapat dicapai
oleh siswa.
Di Indonesia tujuan pendidikan terdiri dari lima tingkatan yaitu
tujuan pendidikan nasional, tujuan pendidikan institusional, tujuan
pendidikan kurikuler, tujuan pembelajaran umum dan tujuan pembelajaran
khusus. Tujuan pendidikan nasional adalah tujuan pendidikan yang menjadi
acuan tertinggi di Negara Indonesia apapun bentuk dan tingkatan
pendidikannya. Tujuan pendidikan nasional tercantum dalam Undang-undang
Sistem Pendidikan Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan nasional bertujuan
untuk mengembangkan potensi siswa agar menjadi manusia yang
6
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab.
b. Komponen Siswa
Siswa/peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha
mengembangkan dirinya melalui proses pendidikan pada jalur, jenjang dan
jenis pendidikan tertentu. Dalam pendidikan tradisional, siswa dipandang
sebagai organisme yang pasif, hanya menerima informasi dari orang dewasa.
Kini makin cepatnya perubahan sosial, dan berkat penemuan teknologi maka
komunikasi antar manusia berkembang amat cepat. Siswa di samping sebagai
objek pendidikan, ia juga sebagai subjek pendidikan, karena sumber belajar
bukan hanya guru, tapi siswa juga dapat menjadi sumber belajar terutama
dalam pembelajaran aktif. Sebagai salah satu input di lembaga pendidikan juga
sebagai komponen yang turut menentukan keberhasilan sistem pendidikan.
c. Komponen Pendidik
Pendidik adalah anggota masyarakat yang bertugas membimbing,
mengajar, dan atau melatih peserta didik. Pendidik harus memiliki
kualifikasi akademik sebagai pendidik dan memenuhi beberapa kompetensi
sebagai pendidik. Kualifikasi akademik adalah tingkat pendidikan minimal
yangyang dipenuhi oleh seorang pendidik yang dibuktikan dengan ijazah
atau sertifikat keahlian yang relevan. Sedangkan kompetensi sebagai agen
pembelajaran pada jenjang pendidikan dasar dan menengah serta pendidikan anak
pada usia dini meliputi, a. kompetensi pedagogik, b. kompetensi
kepribadian, c. kompetensi profesional, d. kompetensi sosial.
d. Komponen Materi/Isi Pendidikan
Materi/isi pendidikan adalah segala sesuatu pesan yang disampaikan
oleh pendidik kepada siswa dalam rangka mencapai tujuan pendidikan. Dalam
usaha pendidikan yang diselenggarakan di keluarga, di sekolah, dan di
masyarakat, terdapat syarat utama dalam pemilihan beban/materi pendidikan,
yaitu: a. materi harus sesuai dengan tujuan pendidikan, b.materi harus sesuai
dengan kebutuhan siswa.
e. Komponen Lingkungan Pendidikan
Lingkungan Pendidikan adalah suatu ruang dan waktu yang mendukung
kegiatan pendidikan. Proses pendidikan berada dalam suatu lingkungan, baik
7
lingkungan keluarga, lingkungan sekolah atau lingkungan masyarakat. Siswa dengan
berbagai potensinya akan berkembang maksimal jika berada dalam sebuah
lingkungan yang kondusif.
Situasi lingkungan mempengaruhi proses dan hasil pendidikan. Situasi
lingkungan ini meliputi lingkungan fisik, lingkungan teknis dan lingkungan
sosiokultural. Dalam hal-hal di mana situasi lingkungan ini berpengaruh secara
negatif terhadap pendidikan, maka lingkungan itu juga menjadi pembatas
pendidikan. Indikator lingkungan pendidikan adalah sebagai: interaksi pelaku, iklim
organisasi, dan hubungan antara madrasah dengan masyarakat.
f. Komponen Alat Pendidikan
Alat Pendidikan adalah pendukung dan penunjang pelaksanaan
pendidikan yang berfungsi sebagai perantara pada saat menyampaikan materi. Agar
interaksi dapat berlangsung secara efektif dan efisien dalam mencapai tujuan, maka di
samping dibutuhkan pemilihan bahan materi pendidikan yang tepat, perlu dipilih
metode yang tepat pula. Metode adalah cara yang di dalam fungsinya merupakan alat
untukmencapai tujuan. Untuk menentukan apakah sebuah metode dapat disebut
baik diperlukan patokan (kriterium) yang bersumber pada beberapa faktor.
Faktor utama yang menentukan adalah tujuan yang akan dicapai. Dalam
prakteknya paling tidak ada dua macam alatpendidikan. Pertama alat pendidikan
dalam arti metode, kedua alat pendidikan dalam arti perangkat keras yang digunakan
seperti media pembelajaran dan sarana pembelajaran. Alat pendidikan dalam arti
perangkat keras adalah sarana pembelajaran dan media pembelajaran yang dapat
mendukung terselenggaranya pembelajaran aktif dan efektif. Dalam Peraturan
Pemerintah (PP) Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan
(SNP) ditentukan bahwa setiap satuan pendidikanwajib memiliki sarana yang
meliputi, perabot, peralatan pendidikan, media pendidikan, buku dan sumber belajar
lainnya, bahan habis pakai serta perlengkapan lain yang diperlukan, seperti
perpustakaan dan laboratorium.
8
tercapai tujuan yang baik dan efektif sesuai dengan tujuan dari sekolah
tersebut.
9
1. Dasar Agama
Seluruh sistem yang ada dalam masyarakat Islam, termasuk sistem
pendidikannya harus meletakkan dasar falsafah, tujuan,dan kurikulumnya
pada ajaran Islam yang meliputi aqidah, ibadah, muamalat, dan hubungan-
hubungan yang berlaku didalam masyarakat. Hal ini bermakna bahwa semua
itu pada akhirnya harus mengacu pada dua sumber utama syariat Islam yaitu
al-Quran dan Sunnah.
2. Dasar Falsafah
Dasar ini memberikan arah dan tujuan pendidikan Islam, dengan dasar
filosofis sehingga susunan kurikulum pendidikan Islam mengandung suatu
kebenaran, terutama dari sisi nilai-nilai sebagai pandangan hidup yang
diyakini kebenarannya.
3. Dasar Psikologis
Asas ini memberikan bahwa kurikulum pendidikan Islam
hendaknya disusun dengan mempertimbangkan taha-pan-tahapan
pertumbuhan dan perkembangan yang dilalui anak didik. Kurikulum
pendidikan Islam harus dirancang sejalan dengan ciri-ciri perkembangan
anak didik, tahap ke-matangan bakat-bakat jasmani, intelektual, bahasa,
emosi dan sosial, kebutuhan dan keinginan, minat, kecakapan, dan
perbedaan individual antara peserta didik yang satu dengan yang lainnya.
4. Dasar Sosial
Dasar ini memberikan gambaran bagi kurikulum pendidikan Islam
yang tercermin pada dasar sosial yang mengandung ciri-ciri masyarakat Islam
dan kebudayaannya. Baik segi dari pengetahuan, nilai-nilai ideal, cara berpikir
dan adat kebiasaan, serta seni. Sebab tidak ada suatu masyarakat yang tidak
berbudaya dan tidak ada suatu kebudayaan yang tidak berada pada
10
masyarakat. Kaitannya dengan kurikulum pen-didikan Islam sudah tentu
kurikulum ini harus mengakar terhadap masyarakat dan perubahan serta
perkembangan
5. Dasar Organisatoris
Dasar ini memberikan landasan dalam penyusunan bahan
pembelajaran beserta penyajiannya dalam proses pembelajaran.
11
12. Prinsip efektivitas, adalah agar kurikulum dapat menunjang efektivitas guru
yang mengajar dan peserta didik yang belajar.
12
b. Kurikulum 1952-1964
Dalam kurikulum ini pada pengajaran yang harus
disampaikan pada siswa, dalam bentuk mata pelajaran Bahasa
Indonesia, Bahasa Daerah, Ilmu Alam, Ilmu Hayat, Ilmu Bumi,
dan sejarah. Sementara itu,pelaksanaan pembelajaran dalam
kurikulum ini sebagaimana diatur dalam UUPPP (Undang-Undang
Pokok (Pendidikan dan Pengajaran) nomor 4 tahun 1950.
Selanjutnya, muncul SKB dua menteri tahun 1951 yang
menegaskan bahwa pendidikan agama wajib diselenggarakan di
sekolah- sekolah, minimal 2 jam perminggu.
a. Kurikulum 1968
Boleh dibilang, kurikulum 1968 ini adalah penyempurnaan dari
kurikulum 1964. Sejak kemerdekaan, kurikulum ini menjadi model
kurikulum terintegrasi. Fokus kurikulum ini tidak lagi pancawardhana
sebagaimana kurikulum 1964. Hanya saja, pelaksanaan pendidikan agama
kebijakannya kurang lebih sama dengan kurikulum 1964.
b. Kurikulum 1975
Dalam kurikulum ini, orientasi pendidikan adalah untuk meningkatkan
efektifitas dan efisiensi kegiatan belajar mengajar. Di era inilah dikenal istilah
satuan pelajaran yang merupakan rencana pengajaran pada setiap bahasan.
Sementara tujuan pendidikan dan pengajaran terbagi pada tujuan pendidikan
13
umum, tujuan institusional, tujuan kurikuler, tujuan instruksional umum dan
tujuan instruksional khusus.
Pendidikan agama islam dalam kurikulum 1975 mengalami perubahan
cukup signifikan. Adanya SKB 3 menteri (Menteri Agama, Menteri dalam
Negeri dan Menteri P&K) serta disusunnya kurikulum madrasah 1975,
pendidikan agama mendapatkan porsi 30%, sementara pendidikan umum
70%. Sehingga ijazah madrasah setingkat dengan ijazah dari sekolah umum,
dan murid madrasah yang ingin pindah ke sekolah umumpun
diakui/diperbolehkan.
c. Kurikulum 1984
Kurikulum 1984 ini adalah menyempurnakan kurikulum 1975. Peran
siswa dalam kurikulum ini menjadi mengamati sesuatu, mengelompokkan,
mendiskusikan, hingga melaporkan. Model ini disebut Cara Belajar Siswa
Aktif (CBSA) atau Student Active Leaming (SAL). CBSA memposisikan
guru sebagai fasilitator, sehingga bentuk kegiatan ceramah tidak lagi
ditemukan dalam kurikulum ini.
14
pendidikan nasional. Kurikum di era reformasi juga telah mengalami beberapa
perubahan, diantaranya:
a. Kurikulum KBK
Era reformasi memberikan ruang yang cukup besar bagi perumusan
kebijakan-kebijakan pendidikan baru yang bersifat reformatif dan revolusioner.
Era ini memiliki visi untuk mewujudkan masyarakat Indonesia yang berdaya
saing, maju, sejahtera dalam wadah NKRI. Sebagai salah satu dampak dari laju
reformasi adalah dibuatnya sistem “Kurikulum Berbasis Kompetensi” atau yang
kerap disebut kurikulum KBK. Karakteristik utama KBK sebagaimana
dikemukakan E. Mulyasa (2003), yaitu “Menekankan pencapaian kompetensi
siswa, bukan tuntasnya materi. Kurikulum dapat diperluas, diperdalam, dan
disesuaikan dengan potensi siswa (normal, sedang, dan tinggi), Berpusat pada
siswa, Orientasi pada proses dan hasil, Pendekatan dan metode yang digunakan
beragam dan bersifat kontekstual, Guru bukan satu-satunya sumber ilmu
pengetahuan, Buku pelajaran bukan satu- satunya sumber belajar, Belajar
sepanjang hayat, Belajar mengetahui (learning how to know), Belajar melakukan
(learning how to do), Belajar menjadi diri sendiri (learning how to be), Belajar
hidup dalam keberagaman (learning how to live together).”
15
pada desentralisasi sistem pendidikan. Pemerintah pusat menetapkan standar
kompetensi dan kompetensi dasar, sedangkan sekolah dituntut untuk mampu
mengembangkan dalam bentuk silabus dan penilaiannya sesuai dengan kondisi
sekolah dan daerahnya. Jadi pada kurikulum ini sekolah sebagai satuan
pendidikan berhak untuk menyusun dan membuat silabus pendidikan sesuai
dengan kepentingan siswa dan kepentingan lingkungan. KTSP lebih mendorong
pada lokalitas pendidikan. Selanjutnya, penyelenggaraan pendidikan agama islam
di madrasah/sekolah, dijabarkan dalam kurikulum agama yang dikeluarkan oleh
KEMENAG, dan tepat pada bulan Mei 2008 menteri Agama mendatangani
PERMENAG no. 2 tahun 2008, menyangkut standard kompetensi lulusan dan
standard isi PAI.
c. Kurikulum 2013
ciri-ciri yang melekat dalam K-13 yaitu:
16
Bab III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sistem pendidikan Islam yang ada di Indonesia meliputi: sekolah,
madrasah, pesantren dan perguruan tinggi Islam yang didalamnya memiliki
peraturan tersendiri dalam menjalankan lembaga pendidikan masing-masing
dan kurikulum pendidikan Islam adalah bahan-bahan pendidikan Islam berupa
kegiatan, pengetahuan dan pengalaman yang dengan sengaja dan sistematis
diberikan kepada anak didik dalam rangka mencapai tujuan pendidikan Islam.
Kurikulum pendidikan Islam meliputi tiga masalah yang sangat penting yaitu:
masalah keimanan (aqidah), masalah keislaman (syari’ah), dan masalah ihsan
(akhlak).
17
DAFTAR ISI
Nurmadiah, N. (2014). Kurikulum Pendidikan Agama Islam. Al-Afkar: Jurnal Keislaman &
Peradaban, 2(2).
Wafi, A. (2017). Konsep Dasar Kurikulum Pendidikan Agama Islam. EDURELIGIA: Jurnal
Pendidikan Agama Islam, 1(2), 133-139.
Noorzanah, N. (2018). Konsep Kurikulum dalam Pendidikan Islam. ITTIHAD, 15(28), 68-
74.
18