Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH

Sistem Pendidikan Islam dan Kurikulum


Pendidikan Islam

DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH


MATRIKULASI “PENGANTAR PENDIDIKAN ISLAM”
 

Disusun Oleh:
KELOMPOK II

Muhammad Daud
Muhamad Salim
Umbar

Dosen Pembimbing :
Dr. H. ISMAIL, M.Ag.

PROGRAM STUDY PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


PASCASARJANA (S2)
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) BENGKULU
2021

i
KATA PENGANTAR

Untaian rasa syukur tak henti Kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Berkat
rahmat dan karunia-Nya yang tak terhingga, akhirnya tugas kelompok mata kuliah
Matrikulasi Pengantar Pendidikan Islam (PPI) ini dapat Penulis selesaikan tepat pada
waktunya. Semoga tugas ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan ataupun
petunjuk bagi Pembaca.
Tak lupa Penulis Kelompok 2 mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini. Terutama kepada orang tua Penulis
yang telah memberikan dukungan moril maupun materil. Juga kepada teman-teman yang
telah mendukung dan memberikan semangat hingga penulis dapat menyelesaikan
makalah ini. Khususnya kepada dosen mata kuliah Matrikulasi Pengantar Pendidikan
Islam (PPI), DR. Ismail, M. Ag., yang telah membimbing Penulis.
Penulis menyadari masih terdapat banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh
karena itu, saran dan kritik yang bersifat membangun demi membuat makalah yang lebih
baik dari sebelumnya.

Lubuklinggau, 11 Agustus 2021

Penyusun

Kelompok 2

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.......................................................................................i
KATA PENGANTAR....................................................................................ii
DAFTAR ISI..................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................4
A. Latar Belakang Masalah.......................................................................4
B. Rumusan Masalah.................................................................................5
C. Tujuan Penulisan...................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................6
A. Pengertian Sistem Pendidikan Islam.....................................................6
1. Komponen-Komponen Sistem Pendidikan Islam...........................7
2. Keistimewaan Sistem Pendidikan Islam.........................................9
3. Metode dan Prinsip Pendidikan Islam............................................10
4. Sistem Pendidikan Islam di Indonesia............................................11
B. Kurikulum Pendidikan Islam................................................................15
1. Ciri-Ciri Kurikulum Pendidikan Islam...........................................16
2. Prinsip Dasar Penyusunan Kurikulum Pendidikan Islam...............18
3. Isi Kurikulum Pendidikan Islam....................................................23
4. Langkah-Langkah Mendesain Kurikulum Pendidikan Islam.........24
BAB III PENUTUP.........................................................................................27
A. Kesimpulan...........................................................................................27
B. Saran.....................................................................................................28
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................29

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pendidikan bagi umat manusia merupakan sistem dan cara
meningkatkan kualitas hidup dalam segala bidang. Namun, sistem dan
metode yang digunakan berbeda-beda sesuai taraf hidup dan budaya
masyarakat masing-masing.

Di kalangan masyarakat manusia yang berbudaya modern, sistem dan


metode pendidikan yang dipergunakan setaraf dengan kebutuhan atau
tuntutan aspirasinya. Sistem dan metode tersebut diorientasikan kepada
efektivitas dan efisiensi. Sedangkan pada masyarakat primitif
mempergunakan sistem dan metode yang sederhana sesuai dengan tingkat
pengetahuan mereka. Sistem mereka menitikberatkan pada pemenuhan
kebutuhan hidupnya sehari-hari, tanpa antisipasiorientasi ke masa depan dan
tanpa memikirkan afektivitas dan efisiensi.1

Pendidikan Islam merupakan sistem pendidikan untuk melatih anak


didiknya dengan sedemikian rupa sehingga dalam sikap hidup, tindakan, dan
pendekatannya terhadap segala jenis pengetahuan banyak dipengaruhi oleh
nilai-nilai spiritual dan sangat sadar akan nilai etik Islam.2
Agama Islam yang ajarannya berorientasi kepada kesejahteraan duniawi-
ukhrawi sebagai kesinambungan tujuan hidup manusia, meletakkan iman
dan takwa kepada Allah SWT sebagai landasan kehidupan manusia.

Salah satu sarana yang efektif untuk membina dan mengembangkan


manusia dalam masyarakat adalah pendidikan yang teratur, berdaya guna,
dan berhasil guna. Oleh karena itu, pendidikan Islam perlu diorganisasikan
atau dikelola secara rapi, efektif, dan efisien melalui sistem dan metode yang
tepat. Namun, banyak para pendidik atau orang yang berkecimpung di dunia
pendidikan Islam tidak tahu bagaimana sistem dan metode pendidikan Islam
itu sendiri. Sehingga masih banyak kegagalan dalam pendidikan Islam.

4
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan dari uraian latar belakang masalah diatas, maka rumusan
masalahnya adalah sebagai berikut:
A. Apa pengertian sistem pendidikan Islam?
1. Apa saja komponen dalam sistem pendidikan Islam?
2. Apa keistimewaan sistem pendidikan Islam?
3. Apa metode dan prinsip pendidikan Islam?
4. Apa saja sistem pendidikan islam di Indonesia ?
B. Apa Pengertian dari Kurikulum Pendidikan Islam ?
1. Apa saja Ciri-Ciri Kurikulum Pendidikan Islam ?
2. Apa saja Prinsip Dasar Penyusunan Kurikulum Pendidikan
Islam?
3. Bagaimana Isi Kurikulum Pendidikan Islam ?
4. Bagaimana Langkah-Langkah Mendesain Kurikulum Pendidikan
Islam ?

C. Tujuan Penulisan
Sesuai dengan latar belakang masalah yang telah dirumuskan maka
yang menjadi tujuan dari adanya makalah ini yaitu:
A. Untuk mengetahui sistem pendidikan Islam.
B. Untuk mengetahui kurikulum dalam sistem pendidikan Islam.

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Sistem Pendidikan Islam


Istilah sistem berasal dari bahasa Yunani “sistema” yang artinya suatu
keseluruhan yang tersusun dari banyak bagian (whole compounded of
several parts). Di antara bagian-bagian itu terdapat hubungan yang
berlangsung secara teratur.
Definisi sistem yang lain dikemukakan Anas Sudjana yang mengutip
pendapat Johnson, Kost dan Rosenzweg sebagai berikut “Suatu sistem
adalah suatu kebulatan/keseluruhan yang kompleks atau terorganisir; suatu
himpunan atau perpaduan hal-hal atau bagian-bagian yang membentuk suatu
kebulatan/keseluruhan yang kompleks.”3
Sistem adalah suatu keseluruhan yang terdiri dari komponen-
komponen yang masing-masing bekerja sendiri dalam fungsinya. Sistem
juga berarti suatu cara dan langkah yang tersusun secara terpadu untuk dapat
digunakan dan dilaksanakan dalam suatu usaha dengan baik dan teratur.4
Sistem pendidikan adalah satu keseluruhan yang terpadu dari semua
satuan dan kegiatan pendidikan yang berkaitan dengan yang lainnya untuk
mengusahakan tercapainya tujuan pendidikan. Faktor atau unsur yang
disistematisasikan adalah proses kegiatan pendidikan dalam upaya mencapai
tujuannya.
Sistem pendidikan Islam merupakan usaha pengorganisasian proses
kegiatan kependidikan yang berdasarkan ajaran Islam. Ajaran yang
berdasarkan atas pendekatan sistemik sehingga dalam pelaksanaan
operasionalnya terdiri dari berbagai sub-sub sistem dari jenjang pendidikan
dasar, menengah, dan perguruan tinggi yang harus memiliki vertikalitas
dalam kualitas keilmuan-pengetahuan dan teknologinya.5
Dari definisi-definisi di atas bisa kita rangkai bahwa sistem pendidikan
Islam merupakan suatu cara dalam pemberian ilmu kepada murid tentang
ilmu-ilmu Islam. dengan cara dan langkah yang tersusun berdasarkan sumber-
6
sumber ajaran Islam dalam melaksanakan usaha pendidikan secara baik dan
teratur dalam mencapai tujuan pendidikan Islam.
1. Komponen-Komponen Sistem Pendidikan Islam
Untuk menghasilkan output dari sistem pendidikan yang bermutu, hal
yang paling penting adalah bagaimana membuat semua komponen yang
dimaksud berjalan dengan baik. Yang mana pendidik, siswa, materi
pendidikan, alat pendidikan dan lingkungan pendidikan semuanya satu

langkah menuju pencapaian tujuan pendidikan itu.


Komponen dalam sistem pendidikan ada 6, yaitu: tujuan, siswa,
pendidik, isi/materi, situasi lingkungan, dan alat pendidikan.
a. Tujuan
Tujuan pendidikan berfungsi sebagai arah yang ingin dituju dalam
aktivitas pendidikan. Dengan adanya tujuan yang jelas, maka komponen-
komponen pendidikan yang lain serta aktivitasnya senantiasa
berpedoman kepada tujuan, sehingga efektivitas proses pendidikannya
selalu diukur apakah dapat dan dalam rangka mencapai tujuan atau
tidak.
Menurut al-Abrasyi, tujuan akhir pendidikan Islam adalah:6
a. Pembinaan akhlak.
b. Menyiapkan peserta didik untuk hidup di dunia dan akhirat.
c. Penguasaan ilmu.
d. Keterampilan bekerja dalam masyarakat.

b. Siswa/Peserta Didik
Siswa/peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha
mengembangkan dirinya melalui proses pendidikan pada jalur, jenjang
dan jenis pendidikan tertentu.
Peserta didik dalam pendidikan Islam selalu terkait dengan
pandangan Islam tentang hakikat manusia, yaitu makhluk yang memiliki
dua dimensi (jasmanyiah dan ruhaniyah) yang didesaian dengan sebaik-
baik model dan sekaligus fleksibel serta berpotensi tinggi untuk
dikembangkan. Keutamaan lain yang diberikan Allah swt adalah fitrah,
yakni potensi manusiawi yang educable.7

7
c. Pendidik
Secara umum, pendidik adalah orang yang mempunyai tanggung
jawab untuk mendidik. Sementara secara khusus, pendidik dalam
perspektif pendidikan Islam adalah orang-orang yang bertanggung jawab
terhadap perkembangan peserta didik dengan mengupayakan
perkembangan seluruh potensi peserta didik sesuai dengan nilai-nilai
ajaran Islam.8
d. Materi Pendidikan Islam
Materi adalah bahan-bahan pelajaran yang disajikan dalam proses
kependidikan dalam suatu sistem institusional pendidikan.9 Secara garis
besarnya materi pendidikan Islam sudah terangkum dalam prinsip-
prinsip keimanan (rukun iman) dan prinsip-prinsip keislaman (rukun
Islam). Rukun iman dititikberatkan pada penanaman keyakinan terhadap
hal-hal yang ghaib. Sementara rukun Islam difokuskan pada
pembentukan nilai-nilai pengabdian yang diwujudkan dalam sikap dan
perilaku pada setiap aktivitas.10
Materi/isi pendidikan adalah segala sesuatu pesan yang
disampaikan oleh pendidik kepada siswa dalam rangka mencapai tujuan
pendidikan. Dalam usaha pendidikan yang diselenggarakan di keluarga,
di sekolah, dan di masyarakat, terdapat syarat utama dalam pemilihan
beban/materi pendidikan, yaitu: (a) materi harus sesuai dengan tujuan
pendidikan, (b) materi harus sesuai dengan kebutuhan siswa.
Materi pendidikan Islam bersumber dari produk “iqra” (kajian)
terhadap alam semesta, manusia, dan kitab suci Al-Quran. Kajian
terhadap alam semesta dan manusia didasarkan pada prinsip-prinsip
sunnatullah. Oleh sebab itu, materi pendidikan Islam bersifat terpadu.11

Klasifikasi Ibnu Khaldun tentang ilmu-ilmu dasar pengetahuan


Islam yang bersumber dari Al Qur’an meliputi sebagai berikut:12
i. Ilmu pengetahuan filosofi dan intelektual, terdiri dari: logika, fisika,
medis, pertanian, metafisika, serta ilmu yang berkaitan dengan
kuantitas.
ii. Ilmu-ilmu pengetahuan yang disampaikan (transmitted sciences),
terdiri dari: ilmu Al Qur’an, tafsir dan tajwid, ilmu hadis, ilmu fiqh,
8
teologi (ilmu ketuhanan), dan bahasa.

e. Lingkungan Pendidikan
Lingkungan Pendidikan adalah suatu ruang dan waktu yang
mendukung kegiatan pendidikan. Proses pendidikan berada dalam suatu
lingkungan, baik lingkungan keluarga, lingkungan sekolah atau
lingkungan masyarakat.
 Lingkungan keluarga, merupakan awal mula pendidikan Islam.
 Lingkungan sekolah, terdiri dari: Raudhatul Atfal, Madrasah
Diniyah, Madrasah Ibtidaiyah, Madrasah Tsanawiyah, Madrasah
Aliyah, Universitas Islam.
 Lingkungan masyarakat, contohnya: pondok pesantren, masjid dan
mushala, TPA.13

f. Alat Pendidikan
Alat pendidikan adalah pendukung dan penunjang pelaksanaan
pendidikan yang berfungsi sebagai perantara pada saat menyampaikan
materi pendidikan, oleh pendidik kepada siswa dalam mencapai tujuan
pendidikan.14
Fungsi alat pendidikan tidak hanya menyangkut aktivitas belajar
yang terbatas pada mengembangakan potensi individu, melainkan juga
menyangkut ubahan tingkah laku, serta pembentukan kepribadian.15

Alat pendidikan dapat membentuk dan bahkan terkadang dalam hal


tertentu dapat menggantikan peran pendidik dalam proses
pembelajaran.16
Dalam prakteknya paling tidak ada dua macam alat pendidikan.
Pertama alat pendidikan dalam arti metode, kedua alat pendidikan dalam
arti perangkat keras yang digunakan seperti media pembelajaran dan
sarana pembelajaran.

2. Keistimewaan Sistem Pendidikan Islam


Sistem pendidikan Islam memiliki keistemewaan dibanding sistem
pendidikan lain. Keistimewaan tersebut yaitu:17

9
a. Adanya korelasi antara bahan-bahan pelajaran dengan agama.
b. Mewujudkan prinsip dan sistem desentralisasi dalam belajar.
c. Tujuan pendidikan dalam Islam adalah membentuk kepribadian
Islam dan memberikan keterampilan dalam ilmu kehidupan.
d. Asas persamaan dalam pengajaran dan demokratisasi dalam
pendidikan Islam.
e. Mengkaitkan ajaran agama dengan kehidupan manusia.
f. Asas kewajiban mengajar.
g. Pendidikan terpadu. Dalam sistem pendidikan saat ini kebanyakan
hanya memadukan antara aspek kognitif, afektif dan psikomotorik.
Padahal aspek-aspek tersebut hanya menyelesaikan persoalan
individual. Karenanya, perlu dipadukan juga aspek yang terkait
materi. Keterpaduan berarti memadukan antara kepribadian Islam,
ilmu keislaman dan ilmu kehidupan.

3. Metode dan Prinsip Pendidikan Islam


 Pengertian Metode Pendidikan Islam
Secara literal metode berasal dari bahasa Greek, yaitu meta yang
berarti melalui, dan hodos yang berarti jalan. Jadi, metode berarti jalan

yang dilalui. Menurut Ahmad Tafsir, metode pendidikan adalah semua


cara yang digunakan dalam upaya mendidik. Sedangkan menurut
Abdul Munir Mulkan, metode pendidikan adalah suatu cara yang
dipergunakan untuk menyampaikan atau mentransformasikan isi atau
bahan pendidikan kepada peserta didik.18
Metode pendidikan Islam adalah prosedur umum dalam
penyampaian materi untuk mencapai tujuan pendidikanyang
didasarkan asumsi tertentu tentang hakikat Islam sebagai supra
sistem.19

 Prinsip Metode Pendidikan Islam20


 Niat dan orientasi dalam pendidikan Islam, yakni untuk mendekatkan
hubungan manusia dengan Allah SWT dan sesama makhluk.
 Keterpaduan (integratif dan tauhid) antara iman-ilmu-amal, iman- islam-

10
ihsan.
 Bertumpu pada kebenaran. Materi yang disampaikan harus benar, dengan
cara yang benar, dan dasar niat yang benar.
 Kejujuran dan amanah.
 Keteladanan.
 Berdasar pada nilai (etika-moral).
 Sesuai dengan usia dan kemampuan akal peserta didik. Pendidikan
hendaknya diberikan kepada peserta didik setelah mereka berusia minimal
tujuh tahun.21
 Sesuai dengan kebutuhan peserta didik.
 Mengambil pelajaran pada setiap kasus, baik itu menyenangkan atau
menyedihkan.
 Proporsional dalam memberikan janji.
 Macam-Macam Metode Pendidikan Islam
Macam-macam metode pendidikan Islam, menurut an-Nahlawi
adalah:22
a. Metode hiwar (percakapan).
b. Mendidik dengan kisah-kisah Qur’ani dan Nabawi.
c. Mendidik dengan perumpamaan.
d. Mendidik dengan memberi teladan.
e. Mendidik dengan pembiasaan diri dan pengamalan.
f. Metode tanya jawab.
g. Mendidik dengan mengambil ibrah (pelajaran) dan mauidhah
(peringatan).
h. Mendidik dengan targhib (membuat senang) dan tarhib (membuat
takut).

4. SISTEM PENDIDIKAN ISLAM DI INDONESIA


 Sekolah
Sekolah adalah sebuah lembaga yang dirancang untuk pengajaran
murid di bawah pengawasan guru. Saat ini, kata sekolah berubah arti
menjadi bangunan atau lembaga untuk belajar dan mengajar serta tempat
menerima dan memberi pelajaran.

11
Sekolah dipimpin oleh seorang Kepala Sekolah. Kepala sekolah
dibantu oleh wakil kepala sekolah. Jumlah wakil kepala sekolah di setiap
sekolah berbeda, tergantung dengan kebutuhannya. Biasanya bangunan
sekolah disusun meninggi untuk memanfaatkan tanah yang tersedia dan
dapat diisi dengan fasilitas yang lain. Ketersediaan sarana dalam suatu
sekolah mempunyai peran penting dalam terlaksananya proses
pendidikan.23
Sekolah menitikberatkan kepada pendidikan formal. Di sekolah
prosedur pendidikan telah diatur sedemikian rupa, ada guru, ada siswa,
ada jadwal pelajaran yang berpedoman kepada kurikulum dan silabus,
ada jam-jam tertentu waktu belajar serta dilengkapi dengan sarana dan

fasilitas pendidikan serta perlengkapan-perlengkapan dan peraturan-


peraturan lainnya.24

 Madrasah
Madrasah adalah suatu lembaga yang mengajarkan ilmu-ilmu
keislaman. Madrasah pada prinsipnya adalah kelanjutan dari sistem
pesantren.
Ditinjau dari segi tingkatannya madrasah dibagi menjadi tiga:
 Tingkat Ibtidaiyah (Tingkat Dasar)
 Tingkat Tsanawiyah (Tingkat Menengah)
 Tingkat Aliyah (Tingkat Menengah Atas).25

Tugas lembaga madrasah sebagai lembaga pendidikan Islam adalah:


a. Merealisasikan pendidikan Islam yang didasarkan atas prinsip pikir,
akidah, dan tasyri’ yang diarahkan untuk mencapai tujuan
pendidikan.
b. Memelihara fitrah anak didik sebagai insan mulia, agar tak
menyimpang tujuan Allah menciptakannya.
c. Memberikan kepada anak didik dengan seperangkat keberadaban
dan kebudayaan islami.
d. Membersihkan pikiran dan jiwa dari pengaruh subjektivitas (emosi),
karena pengaruh zaman dewasa ini lebih mengarah pada

12
penyimpangan fitrah manusiawi.
e. Memberikan wawasan nilai dan moral, serta peradaban manusia
yang membawa khazanah pemikiran anak didik menjadi
berkembang.
f. Menciptakan suasana kesatuan dan kesamaan antar anak didik.26

 Pondok Pesantren

Pondok Pesantren yaitu suatu lembaga pendidikan Islam, yang


didalamnya terdapat seorang ustaz (pendidik) yang mengajar dan
mendidik para santri (peserta didik) dengan sarana masjid yang
digunakan untuk menyelenggarakan pendidikan tersebut, serta adanya
pemondokan atau asrama sebagai tempat tinggal para santri. Ciri-ciri
khusus dalam pondok pesantren adalah isi kurikulum yang dibuat
terfokus pada ilmu-ilmu agama, misalnya ilmu sintaksis Arab, morfologi
Arab, hukum Islam, sistem yurisprudensi Islam, Hadits, tafsir Al-
Qur’an, teologi Islam, tasawuf, tarikh, dan retorika. Literatur ilmu-ilmu
tersebut memakai kitab-kitab klasik yang disebut dengan istilah “kitab
kuning”. Tujuan pendidikan dalam pesantren yaitu untuk
mempersiapkan pemimpin-pemimpin akhlak dan keagamaan.27
Sistem yang ditampilkan dalam pondok pesantren mempunyai
keunikan dibandingkan dengan sistem yang diterapkan dalam lembaga
pendidikan umumnya, yaitu:
i. Memakai sistem tradisional, yang memiliki kebebasan penuh
dibandingkan dengan sekolah modern, sehingga terjadi hubungan
dua arah antara kiai dan santri.
ii. Kehidupan di pesantren menampakkan semangat demokrasi, karena
mereka praktis bekerja sama mengatasi problem non kurikuler
mereka sendiri.
iii. Para santri tidak mengidap penyakit simbolis, yaitu perolehan gelar
dan ijazah, karena sebagian besar pesantren tidak mengeluarkan
ijazah, sedangkan santri dengan ketulusan hatinya masuk pesantren
tanpa adanya ijazah tersebut. Hal itu karena tujuan mereka hanya
ingin mencari keridhaan Allah semata.
13
iv. Sistem pondok pesantren mengutamakan kesederhanaan, idealisme,
persaudaraan, persamaan, rasa percaya diri, dan keberanian hidup.

v. Alumni pondok pesantren tak ingin menduduki jabatan pemerintahan, sehingga mereka
tidak dapat dikuasai oleh pemerintah.28

 Majlis Ta’lim
Menurut bahasa Majelis Ta’lim berasal dari kata bahasa Arab yaitu
dari kata majlis yang artinya tempat duduk dan ta’lim yang artinya
pengajaran. Jadi majelis ta’lim adalah tempat untuk mengadakan
pengajaran dan pengajian agama Islam. Pengertian majelis ta’lim
lainnya adalah tempat berkumpulnya sekelompok orang untuk
melakukan suatu kegiatan.29
Keberadaan majelis ta’lim tidak hanya terbatas sebagai tempat
pengajian saja, tetapi menjadi lebih maju lagi menjadi lembaga yang
menyelenggarakan pengajaranatau pengajian agama Islam. Oleh karena
itu majelis ta’lim menjadi sarana dakwah pembinaan dan peningkatan
kualitas hidup umat Islam sesuai tuntutan ajaran agama.
Penyelenggaraan majelis ta’lim berbeda dengan peyelenggaraan
pendidikan Islam lainnya, seperti pesantren dan madrasah, baik
menyangkut sistem, materi maupun tujuannya.
Majelis ta’lim memiliki karakteristik sebagai berikut:
i. Majelis ta’lim adalah lembaga pendidikan non formal Islam
ii. Pengikut atau pesertanya disebut jamâ.ah (orang banyak), bukan
pelajar atausantri. Hal ini didasarkan kepada kehadiran di
majelis ta.lim tidak merupakankewajiban sebagaimana dengan
kewajiban murid menghadiri sekolah
iii. Waktu belajar berkala tidak teratur, tidak setiap hari
sebagaimana halnyasekolah dan madrasah.
iv. Tujuannya yaitu untuk memasyarakatkan ajaran Islam.

Sistem pengajaran yang diterapkan dalam majelis taklim terdiri dari


beragam metode. Secara umum, terdapat berbagai metode yang
digunakan di majelis taklim, yaitu:
1. Metode ceramah, yaitu penerangan dengan penuturan lisan oleh
14
guru terhadap peserta.
2. Metode tanya jawab, metode ini membuat peserta lebih aktif.
Keaktifan dirangsang melalui pertanyaan yang disajikan.
3. Metode latihan. Metode ini sifatnya melatih untuk menimbulkan
keterampilan dan ketangkasan.
4. Metode diskusi. Metode ini akan dipakai harus ada terlebih dahulu
masalah atau pertanyaan yang jawabannya dapat didiskusikan.30
Majelis ta’lim adalah lembaga pengajian dan pengajaran agama
Islam yangmensyaratkan adanya :
a. Badan yang mengurusi sehingga kegiatan ta’lim tersebut
berkesinambungan.
b. Guru, ustadz, mubaligh, baik seorang atau lebih yang memberikan
pelajaran secara rutin dan berkesinambungan.
c. Peserta atau jama’ah yang relatif tetap.
d. Kurikulum atau materi pokok yang diajarkan.
e. Kegiatannya dilaksanakan secara teratur dan berkala.
f. Adanya tempat tertentu untuk menyelenggarakannya

B. Pengertian Kurikulum Dalam Pendidikan Islam


Kata kurikulum mulai di kenal sebagai istilah dalam dunia pendidikan
lebih kurang sejak satu abad yang lalu. istilah kurikulum muncul untuk pertama
kalinya dalam Webster tahun 1856. pada tahun itu kata kurikulum di gunakan
dalam bidang olah raga yakni suatu alat yang membawa orang dari star sampai
finish.barulah pada tahun 1955 istilah kurikulum di pakai dalam bidang
pendidikan dengan arti sejumlah mata pelajaran di suatu perguruan.
Dalam kamus tersebut kurikulum di artikan 2 macam, yaitu :
 Sejumlah mata pelajaran yang harus di tempuh atau di pelajari siswa di
sekolah atau perguruan tinggi untuk memperoleh ijazah tertentu.
 Sejumlah mata pelajaran yang di tawarkan oleh suatu lembaga pendidikan atau
jurusan.
Pengertian tersebut menimbulkan faham bahwa dari sekian banyak
kegiatan dalam proses pendidikan di sekolah, hanya sejumlah mata pelajaran
(bidang study) yang ditawarkan itu kurikulum.

15
Kurikulum dapat dipandang sebagai suatu program yang direncanakan
dan dilaksanakan untuk mencapai sejumlah tujuan-tujuan pendidikan tertentu.
Kurikulum dalam pendidikan Islam, dikenal dengan kata manhaj yang berarti
jalan yang terang yang dilalui oleh pendidik bersama anak didiknya untuk
mengembangkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap mereka. Selain itu,
kurikulum juga dapat dipandang sebagai suatu program pendidikan yang
direncanakan dan dilaksanakan untuk mencapai pendidikan. \
M. Arifin memandang kurikulum sebagai seluruh bahan pelajaran yang
harus disajikan dalam proses kependidikan dalam suatu sistem institusional
pendidikan.
S. Nasution menyatakan, ada beberapa penafsiran lain tentang
kurikulum. Diantaranya : Pertama, kurikulum sebagai produk (hasil
pengembangan kurikulum), Kedua, kurikulum sebagai hal-hal yang
diharapkan akan dipelajari oleh siswa (sikap, keterampilan tertentu), dan
Ketiga, kurikulum dipandang sebagai pengalaman siswa.
Pengertian kurikulum dalam pandangan modern merupakan program
pendidikan yang disediakan oleh sekolah yang tidak hanya sebatas bidang studi
dan kegiatan belajarnya saja, akan tetapi meliputi segala sesuatu yang dapat
mempengaruhi perkembangan dan pembentukan pribadi siswa sesuai dengan
tujuan pendidikan yang diharapkan sehingga dapat meningkatkan mutu
kehidupannya yangpelaksanaannya tidak hanya di sekolah tetapi juga di luar
sekolah.
Jika diaplikasikan dalam kurikulum pendidikan Islam, maka kurikulum
berfungsi sebagai pedoman yang digunakan oleh pendidik untuk membimbing
peserta didiknya ke arah tujuan tertinggi pendidikan Islam, melalui
akumulasi sejumlah pengetahuan, keterampilan dan sikap. Dalam hal ini
proses pendidikan Islam bukanlah suatu proses yang dapat dilakukan secara
serampangan, tetapi hendaknya mengacu kepada konseptualisasi manusia
paripurna (insan kamil) yang strateginya telah tersusun secara sistematis dalam
kurikulum pendidikan Islam.

1. Ciri –Ciri Kurikulum Pendidikan Islam


Ciri-ciri umum kurikulum pendidikan Islam adalah sebagai berikut :

16
 Agama dan akhlak merupakan tujuan utama. Segala yang diajarkan dan di
amalkan harus berdasarkan pada Al-Qur‟an dan As-Sunnah serta ijtihad para
ulama.
 Mempertahankan pengembangan dan bimbingan terhadap semua aspek pribadi
siswa dari segi intelektual, psikologi, sosial, dan spiritual.
 Adanya keseimbangan antara kandungan kurikulum dan pengalaman serta
kegiatan pengajaran.
Oleh karena itu dapat dikatakan, bahwa sebagai inti dari ciri-ciri
kurikulum pendidikan Islam adalah kurikulum yang dapat memotivasi siswa
untuk berakhlak atau berbudi pekerti luhur, baik terhadap Tuhan, terhadap diri
dan lingkungan sekitarnya.
Menurut Abdurrahman An-Nahlawi dalam buku Ilmu pendidikan
islam : Dra.Hj.Nur Uhbiyati bahwa Sistem pendidikan Islam menuntut
pengkajian kurikulum yang Islami, tercermin dari sifat dan karakteristiknya.
Kurikulum seperti itu apabila bertopang yang mengacu pada dasar pemikiran
yang Islami pula, serta bertolak dari pandangan hidup serta pandangan tentang
manusia/ pandangan antropologi serta diarahkan kepada tujuan pendidikan
yang dilandasi kaidah-kaidah Islami.
Agar kriteria Kurikulum Pendidikan Islam tersebut dapat terpenuhi
maka dalam penyusunannya supaya selalu mempertimbangkan hal-hal sebagai
berikut:
a. Sistem dan perkembangan kurikulum hendaknya selaras dengan fitrah insani.
b. Kurikulum hendaknya diarahkan untuk mencapai tujuan akhir pendidikan Islam.
c. Pentahapan serta pengkhususan kurikulum hendaknya memperhatikan
periodisasi peserta didik maupun unisitas (ke-khas-an)nya.

d. Dalam berbagai pelaksanaan, aktivitas, contoh dan nashnya, hendaknya


kurikulum memelihara segala kebutuhan nyata kehidupan masyarakat, sambil
tetap bertopang pada jiwa dan cita-cita ideal Islamnya.
e. Secara keseluruhan struktur dan organisasi kurikulum tersebut hendaknya tidak
bertentangan dan tidak menimbulkan pertentangan.
f. Hendaknya kurikulum itu realistik.
g. Hendaknya metode pendidikan/pengajaran dalam kurikulum itu bersifat luwes.
h. Hendaknya kurikulum itu efektif.
17
i. Kurikulum itu hendaknya memperhatikan pula tingkat perkembangan siswa
yang bersangkutan.
j. Hendaknya kurikulum itu memperhatikan aspek-aspek tingkah laku amaliah
Islami.
Adapun ciri-ciri kurikulum pendidikan islam Menurut Al Syaibani
bahwa Kurikulum pendidikan Islam seharusnya mempunyai cirri-ciri sebagai
berikut:
 Kurikulum pendidikan Islam harus menonjolkan mata pelajaran agama dan
akhlak.
 Kurikulum pendidikan Islam harus memperhatikan pengembangan menyeruluh
aspek pribadi siswa, yaitu aspek jasmani, akal, dan rohani.
 Kurikulum pendidikan Islam memperhatikan keseimbangan antara pribadi
dan masyarakat, dunia dan akhirat;jasmani, akal dan rohani manusia.
 Kurikulum pendidikan Islam memperhatikan juga seni halus.
 Kurikulum pendidikan Islam mempertimbangkan perbedaan-perbedaan
kebudayaan.

2. Prinsip Dasar Penyusunan Kurikulum Pendidikan Islam


Tentang prinsip-prinsip umum yang menjadi dasar penyusunan
kurikulum pendidikan Islam, diantaranya:
a. Prinsip relevansi adalah adanya kesesuaian pendidikan dengan
lingkungan hidup murid, relevansi dengan kehidupan masa sekarang dan akan
datang, dan relevansi dengan tuntutan pekerjaan.
b. Prinsip efektifitas adalah agar kurikulum dapat menunjang efektifitas
guru yang mengajar dan peserta didik yang belajar.
c. Prinsip efisiensi adalah agar kurikulum dapat mendaya gunakan waktu,
tenaga, dana, dan sumber lain secara cermat, tepat, memadai dan dapat
memenuhi harapan.

d. Prinsip kesinambungan adalah saling hubungan dan jalin menjalin antara


berbagai tingkat dan jenis program pendidikan

e. Prinsip fleksibilitas artinya ada semacam ruang gerak yang memberikan


sedikit kebebasan di dalam bertindak yang meliputi fleksibilitas dalam memilih
program pendidikan, mengembangkan program pengajaran, serta tahap-tahap
pengembangan kurikulum.
18
f. Prinsip integritas antara mata pelajaran, pengalaman-pengalaman, dan
aktivitas yang terkandung di dalam kurikulum, begitu pula dengan pertautan
antara kandungan kurikulum dengan kebutuhan murid dan masyarakat.

Menurut Al-Taumi Dalam buku ilmu pendidikan islam karangan


Dra.Hj.Nur Uhbiyati bahwasannya prinsip-prinsip kurikulum pendidikan islam
harus diajadikan pegangan pada waktu menyusun kurikulum, prinsip-prinsip
itu terdiri dari:
• Prinsip pertama adalah prinsip yang berkaitan dengan agama ,
termasuk ajaran dan nilainya, artinya segala sesuatu yang berkaitan
dengan kurikulum, termasuk falsafah, tujuan, metode mengajar dan
lain sebaginya harus berdasarkan pada agama dan akhlak islam.
• Prinsip yang kedua adalah prinsip yang bersifat menyeluruh,
( universal) pada tujuan dan kandungan kurikulum.
• Prinsip ke tiga adalah keseimbangan yang relative antara tujuan dan
kandungan kurikulum.
• Prinsip yang keempat adalah berkaitan dengan
bakat,minat,kemampuan,dan kebutuhan pelajar, begitu juga dengan
lingkungan sekitar fisik dan social damana pelajar hidup dan
berinteraksi untuk memperoleh pengetahuan,kemahiran pengalaman
dan sikapnya.
• Prinsip kelima adalah pemeliharaaan perbedaan individual di antara
pelajar dalam bakat, minat, kemampuan, kebutuhan dan
masalahnya, dan juga memelihara perbedaan dan kelainan di antara
alam sekitar dan masyarakat.
• Prinsip keenam adalah prinsip perkembangan dan perubahan Islam
yang menjadi sumber pengambilan falsafah, prinsip, dasar
kurikulum, metode mengajar pendidikan Islam mencela keras sifat
meniru (taklid) secara membabi buta dan membeku pada yang kuno
yang diwarisi dan mengikuti tanpa selidik.
• Prinsip ketujuh adalah prinsip peraturan antara mata pelajaran,
pengalaman dan kativita yang terkandung dalam kurikulum.

19
Selanjutnya menurut Prof. H. M. Arifin, MEd., bahwa prinsip-prinsip
yang harus diperhatikan pada waktu menyusun kurikulum mencakup 4 macam,
yaitu:
1. Kurikulum pendidikan yang sejalan dengan identitas Islam.
2. Berfungsi sebagai alat yang efektif mencapai tujuan tersebut.
3. Kurikulum yang bercirikan Islam.
4. Antara kurikulum, metode dan tujuan pendidikan Islam harus saling berkaitan
dan saling menjiwai dalam proses mencapai produk yang bercita-citakan
menurut ajaran Islam.
Sedangkan menurut Dr. Asma Hasan Fahmi menyatakan bahwa
prinsip-prinsip yang dijadikan pegangan dalam menentukan kurikulum ada 6
macam, yaitu:
1. Nilai materi atau mata pelajaran, karena pengaruhnya dalam mencapai
kesempurnaan jiwa dengan cara mengenal Tuhan Yang Maha Esa.
2. Nilai mata pelajaran karena mengandung nasihat untuk mengikuti jalan
hidup yang baik dan utama.
3. Nilai mata pelajaran, karena pengaruhnya yang berupa latihan, atau
nilainya dalam memperoleh kebiasaan yang tertentu dari akal yang dapat
berpindah ke lapangan-lapangan yang lain bukan lapangan mata pelajaran yang
melatih akal itu pada kali pertama.
Nilai mata pelajaran, yang berfungsi pembudayaan dan kesenangan otak
(intellect).
4. Nilai pelajaran, karena diperlukan untuk mempersiapkan seseorang guna
memperoleh pekerjaan atau penghidupan.
5. Nilai mata pelajaran, karena ia merupakan alat atau media untuk
mempelajari ilmu yang lebih berguna.
Identik dengan pendapat tersebut di atas yaitu sebagaimana
dikemukakan oleh M. Athiyah Al-Abrasyi yang mengatakan:
 Pengaruh mata pelajaran dalam pendidikan jiwa serta kesempurnaan jiwa.
 Pengaruh suatu pelajaran dalam bidang petunjuk dan tuntunan.
 Mata pelajaran yang dipelajari oleh orang-orang Islam karena mata
pelajaran tersebut mengandung kelezatan ilmiah dan kelezatan ideologi.
 Orang muslim mempelajari ilmu pengetahuan karena ilmu iu dianggap yang

20
terlezat bagi manusia.
 Pendidikan kejuruan, teknik dan industrialisasi buat mencari penghidupan.
Mempelajari beberapa mata pelajaran adalah alat dan pembuka jalan untuk
mempelajari ilmu-ilmu lain.
Kurikulum pendidikan Islam merupakan salah satu komponen yang amat
penting dalam proses pendidikan Islam. Ia juga menjadi salah satu bagian dari
bahan masukan yang mengandung fungsi sebagai alat pencapai tujuan (input
instrumental) pendidikan Islam.
Imam Al-Ghazali menyatakan ilmu-ilmu pengetahuan yang harus
dijadikan bahan kurikulum lembaga pendidikan yaitu:

a) Ilmu-ilmu yang fardu‟ain yang wajib dipelajari oleh semua orang Islam
meliputi ilmu-ilmu agama yakni ilmu yang bersumber dari dalam kitab suci Al
Qur‟an.
b) Ilmu-ilmu yang merupakan fardu kifayah, terdiri dari ilmu-ilmu yang dapat
dimanfaatkan untuk memudahkan urusan hidup duniawi, seperti ilmu hitung,
ilmu kedokteran, ilmu pertanian dan industri.
Dari kedua kategori ilmu-ilmu tersebut, Al-Ghazali merinci lagi menjadi 4,
yaitu:
1. Ilmu-ilmu Al Qur‟an dan ilmu agama seperti Fiqih, Hadis dan Tafsir.
2. Ilmu bahasa, seperti nahwu saraf, makhraj, dan lafal-lafalnya yang membantu
ilmu agama.
3. Ilmu-ilmu yang fardu kifayah, terdiri dari berbagai ilmu yang memudahkan
urusan kehidupan duniawi.
4. Ilmu kebudayaan, seperti syair, sejarah, dan beberapa cabang filsafat.
Ibnu Sina memberikan klasifikasi ilmu pengetahuan untuk diajarkan
kepada anak didik ada 2 macam, yaitu:
a) Ilmu Nadari atau ilmu teoretis adalah ilmu yang mengandung iktibar tentang
maujud dari alam dan isinya yang dianalisis secara jujur dan jelas, akan
diketahui Maha Penciptanya. Yang termasuk dalam jenis ilmu ini adalah ilmu
matematika, ilmu alam.
b) Ilmu –ilmu „Amali (praktis) yang terdiri dari beberapa ilmu pengetahuan yang
prinsip-prinsipnya berdasarkan atas sasaran-sasaran analisisnya. Misalnya ilmu
yang menganalisis tentang perilaku manusia dilihat dari aspek individual maka

21
timbullah ilmu akhlak. Jika menganalisis tentang perilaku manusia dilihat dari
aspek sosial, maka timbul ilmu politik (ilmu siasah).

Adapun prinsip kurikulum ilmu pendidikan menurut Mujib (2006 ; 131-133),


yaitu :
 Prinsip yang berorientasi pada tujuan. “ Al Umur Bi Maqashidiha” merupakan
prinsip adagium ushuliyah yang berimplikasi pada aktifitas kurikulum yang
terarah, sehingga tujuan pendidikan yang tersusun sebelumnya dapat tercapai
 Prinsip relevansi implikasinya adalah mengusulkan agar kurikulum yang
ditetapkan harus di bentuk sedemikian rupa, sehingga tuntutan pendidikan
dengan kurikulum tersebut dapat memenuhi jenis dan mutu tenaga kerja yang
di butuhkan oleh masyarakat.
 prinsip efisiensi dan efektifitas implikasinya adalah mengusulkan agar
kegiatan kurikulum dapat mendayagunakan waktu, tenaga, biaya, dan sumber-
sumber lain secara cermat dan tepat sehingga hasilnya memadai dan memenuhi
harapan serta membuahkan hasil sebanyaknya..
 Prinsip fleksibilitas implikasinya adalah kurikulum disusun begitu luwes,
sehingga mampu disesuaikan dengan situasi setempat waktu dan kondisi yang
berkembang, tanpa mengubah tujuan pendidikan yang di inginkan.
 Prinsip integritas implikasinya adalah mengupayakan kurikulum agar
menghasilkan manusia seutuhnya
 Prinsip kontinuitas (istiqamah) implikasinya adalah bagaimana susunan
kurikulum yang terdiri dari bagian yang berkesinambungan dengan kegiatan-
kegiatan kurikulum lainnya.
 Prinsip sinkronisme implikasinya adalah bagaimana suatu kurikulum dapat
seirama, searah, dan setujuan.
 Prinsip objektifitas implikasinya adalah adanya kurikulum tersebut dilakukan
melalui tuntunan kebenaran ilmiah yang objektif.
 Prinsip demokratis impilikasinya adalah pelaksanaan kurikulum harus
dilakukan secara demokrasi .
 Prinsip analisis kegiatan prinsip ini mengandung tuntutan agar kurikulum di
kontruksikan melalui proses analisis isi bahan mata pelajaran, serta analisis
tingkah laku yang sesui dengan materi.
 Prinsip individualitas prinsip kurikulum yang memperhatikan perbedaan
22
pembawaan dan lingkungan pada umumnya yang meliputi seluruh aspek
pribadi peserta didik.
 Prinsip pendidikan seumur hidup. prinsip ini di terapkan dalam kurikulum
mengingat keutuhan potensi subjek manusia sebagai subjek yang berkembang.

Menurut Asy-syaibani (1979: 519-522) prinsip utama dalam kurikulum


pendidikan islam, sebagai berikut :
 Berorientasi pada islam, termasuk ajaran dan nilai-nilainya.
 Prinsip menyeluruh (syumuliyyah) baik dalam tujuan maupun isi kandungannya.
 Prinsip keseimbangan (tawazun), antara tujuan dan kandungan kurikulum.
 Prinsip interaksi (ittishaliyyah), antara kebutuhan siswa dan kebutuhan
masyarakat.
 Prinsip pemeliharaan (wiqayah), antara perbedaan-perbedaan individu.
 Prinsip perkembangan (tanmiyyah) dan perubahan (taghayyur) seiring
dengan tuntutan yang ada dengan tidak mengabaikan nilai-nilai absolute
ilahiyyah.

 Prinsip integritas (muwahhadah), antara mata pelajaran, pengalaman, dan


aktifitas kurikulum dengan kebutuhan peserta didik, masyarakat, dan tuntutan
zaman.
Fungsi kurikulum dalam pendidikan islam antara lain, yaitu :
 Alat untuk mencapai tujuan dan untuk menempuh harapan manusia sesuai
dengan tujuan yang di cita-citakan.
 Pedoman dan program yang harus dilakukan oleh subjek dan objek pendidikan.
 Fungsi kesinambungan untuk persiapan pada jenjang sekolah berikutnya dan
penyiapan tenaga kerja bagi yang tidak melanjutnya.
 Standarisasi dalam penilaian kriteria keberhasilan suatu proses pendidikan atau
sebagai batasan dari program kegiatan yang akan dijalan kan pada semester
tingkat pendidikan tertentu.

3. Isi Kurikulum Pendidikan Islam


Isi Kurikulum pendidikan Islam, yaitu :
 Materi yang disusun tidak menyalahi fitrah manusia,
 Adanya relevansi dengan tujuan pendidikan Islam yaitu sebagai upaya
mendekatkan diri kepada Allah SWT dengan penuh ketaqwaan dan keikhlasan,
23
 Disesuaikan dengan tingkat perkembangan peserta didik
 Perlunya membawa peserta didik kepada objek empiris, praktik langsung, dan
fungsi pragmatis,
 Penyusunan kurikulum brsifat integral, terorganisasi dan terlepas dari segala
kontradiksi antara materi satu dengan materi lainnya.
 Materi yang disusun memiliki relevansi dengan masalah-masalah yang
mutakhir, yang sedang di bicarakan, dan relevan dengan tujuan negara
setempat.
 Materi yang disusun mempunyai relevansi dengan tingkat perkembangan
peserta didik.
 Memperhatikan aspek-aspek sosial, misalnya dakwah islamiyah.
 Materi yang disusun mempunyai pengaruh positif terhadap jiwa peserta
didik, sehingga menjadikan kesempurnaan jiwa.

Tingkatan isi kurikulum pendidikan islam oleh ibnu khaldun dibagi


menjadi 2, yaitu :
 TINGKATAN PEMULA
Materi kurikulum pemula di fokukan pada pembelajaran Al- Qur‟an dan As-
Sunnah. ibnu khaldun memandang bahwa Al- Qur‟an merupakan asal agama,
sumber sebagai ilmu pengetahuan dan asas pelaksanaan pendidikan islam
disamping itu mengingat isi Al- Qur‟an mencangkup isi materi penanaman
aqidah dan keimanan pada jiwa pesrta didik serta memuat akhlak mulia dan
pembinaan pribadi menuju perilaku yang positif.
 TINGKAT ATAS
Kurikulum tingkat ini mempunyai dua kualifikasi, pertama ilmu-ilmu
yang berkaitan dengan zatnya sendiri, seperti ilmu syariah yang mencangkup
fiqh, hadist, ilmu kalam dll. Kedua, Ilmu-ilmu yang ditujukan untuk ilmu-ilmu
lain dan bukan berkaitan dengan zatnya sendiri, seperti ilmu matematika, ilmu
bahsa, dan ilmu mantiq. Ibnu khaldun membagi ilmu dengan 3 kategori, yaitu :
1. Ilmu-ilmu naqliyah.
2. Ilmu-ilmu aqliyah.
3. Ilmu-ilmu lisan.
Klasifikasi isi kurikulum tersebut berpijak pada klasifikasi ilmu
pengetahuan dengan 3 kelompok, yaitu :
24
1. Ilmu pengetetahuan menurut kuantitas yang mempelajari.
2. Ilmu pengetahuan menurut fungsinya.
3. Ilmu pengetahuan menurut sumbernya

4. Langkah-Langkah Mendesain Kurikulum Pendidikan Islam


Dalam kurikulum terdapat komponen-komponen yang tidak boleh
diabaikan keberadaannya, komponen-komponen yang dimaksud adalah:
1. Tujuan;
2. Isi atau program;
3. Metode atau proses pembelajaran;
4. Evaluasi
Adapun dalam mendesain kurikulum pendidikan Islam berdasarkan
komponen- komponen kurikulum diatas, yaitu harus dimulai dari penyusunan
atau perumusan tujuan menurut Islam. Dan tujuan pendidikan Islam tidak lain
sebagai berikut:
1. Jasmaninya sehat dan kuat;
2. Akalnya cerdas dan pandai;
3. Hatinya dipenuhi iman kepada Allah.
Untuk mewujudkan muslim seperti itu, pendesainan kurikulum dapat
dilakukan dengan kerangka sebagai berikut:
1. Untuk jasmani yang sehat dan kuat disediakan mata pelajaran dan
kegiatan olahraga dan kesehatan.

2. Untuk otak yang cerdas dan pandai disediakan mata pelajaran dan
kegiatan yang dapat mencerdaskan otak dan menambah pengetahuan seperti
logika dan berbagai sains. Untuk hati yang penuh iman disediakan mata
pelajaran dan kegiatan agama.
Sementara itu, mata pelajaran dapat didesain sesuai dengan:
1. Perkembangan kemampuan siswa yang bersangkutan;
2. Kebutuhan individu dan masyarakatnya menurut tempat dan waktu.
Dan pendesainan kurikulum itu dengan memberikan pertimbangan, sebagai
berikut:
1. Prinsip berkesinambungan;
2. Prinsip berurutan; dan

25
3. Prinsip integrasi pengalaman.
Karena tujuan pendidikan disegala tingkatan dan jenis pendidikan
berintikan iman, maka seluruh mata pelajaran dan kegiatan belajar haruslah
bertolak dari dan menuju kepada keimanan kepada Allah. Dengan cara begitu
maka kesatuan pengalaman siswa akan terbentuk dan kesatuan pengalaman itu
dikendalikan oleh otoritas Allah. Dalam keadaan seperti itu, manusia akan
mampu menempati posisinya sebagai kholifah Allah yang memiliki otoritas tak
terbatas dalam mengatur alam ini.
kurikulum pendidikan Islam adalah kehendak Allah. Dengan ini maka
kesatuan pengetahuan dan pengalaman akan berpusat pada Allah, pengaturan
kehidupan akan sesuai dengan kehendak Allah.
Kerangka kurikulum Islam sebagaimana dilukikan diatas adalah
kurikulum yang umum, dapat dan dijadikan acuan oleh orang islam dalam
mendesain kurikulumpendidikan disekolah, dimasyarakat, dan didalam rumah
tangga. Kerangka kurikulum tersebut ialah sebagai berikut:
1. Tujuan;
2. Isi kurikulum (materi)
3. Metode
4. Evaluasi

26
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
1. Sistem pendidikan adalah satu keseluruhan yang terpadu dari semua satuan dan
kegiatan pendidikan yang berkaitan dengan yang lainnya untuk mengusahakan
tercapainya tujuan pendidikan.

2. Sistem pendidikan Islam merupakan usaha pengorganisasian proses kegiatan


kependidikan yang berdasarkan ajaran Islam.

3. Secara sederhana, komponen-komponen yang ada dalam sistem pendidikan Islam


meliputi:
 Tujuan pendidikan Islam
 Siswa
 Pendidik
 Materi pendidikan Islam
 Situasi lingkungan
 Alat pendidikan

4. Kurikulum dalam pendidikan Islam, dikenal dengan kata manhaj yang berarti jalan
yang terang yang dilalui oleh pendidik bersama anak didiknya untuk mengembangkan
pengetahuan, keterampilan, dan sikap mereka. Selain itu, kurikulum juga dapat
dipandang sebagai suatu program pendidikan yang direncanakan dan dilaksanakan
untuk mencapai pendidik.

5. kurikulum berfungsi sebagai pedoman yang digunakan oleh pendidik untuk


membimbing peserta didiknya ke arah tujuan tertinggi pendidikan Islam, melalui
akumulasi sejumlah pengetahuan, keterampilan dan sikap.

6. Ciri-ciri umum kurikulum pendidikan Islam adalah sebagai berikut :


 Agama dan akhlak merupakan tujuan utama. Segala yang diajarkan dan di amalkan
harus berdasarkan pada Al-Qur‟an dan As-Sunnah serta ijtihad para ulama.
 Mempertahankan pengembangan dan bimbingan terhadap semua aspek pribadi siswa
dzri segi intelektual, psikologi, sosial, dan spiritual.
 Adanya keseimbangan antara kandungan kurikulum dan pengalaman serta kegiatan

27
pengajaran.
Pertimbangan-pertimbangan para ahli pendidikan Islam dalam menentukan
atau memilih kurikulum adalah segi agama akhlak/budi pekerti dan berikutnya
barulah dari segi kebudayaan dan manfaat.
Kurikulum itu didesain dengan mempertimbangkan:
Prinsip berkesinambungan.
Prinsip berurutan.
Prinsip integrasi pengalaman.

Saran
Setelah adanya kajian tentang sistem pendidikan Islam dan kurikulum pendidikan
islam sebagaimana yang dipaparkan dalam makalah ini, penulis berharap semoga
kita sebagai calon tenaga kependidikan dapat mengetahui bagaimana sistem dan
kurikulum pendidikan Islam. Sehingga setelah kita mengetahui komponen-
komponen yang terdapat di dalamnya, kita dapat “mengolahnya”, agar masing-
masing komponen yang bertugas sesuai fungsinya akan bekerja sama antara satu
dengan yang lainnya dalam rangkaian satu sistem. Serta mampu secara terpadu
bergerak ke arah tujuan sesuai dengan fungsinya. Demi tercapainya tujuan
pendidikan Islam. Kami harap makalah ini bisa bermanfaat bagi kita semua serta
menambah pengetahuan kita.

28
DAFTAR PUSTAKA

Al-Jumbulati, Ali dan Abdul Futuh at-Tuwaanisi. 2002. Perbandingan


Pendidikan Islam. Jakarta: Rineka Cipta.
Al-Rasyidin dan Samsul Nizar. 2005. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Ciputat
Press.
Arifin. 2011. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara.
Arifin, Muzayyin. 2003. Kapita Selekta Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi
Aksara. Daulay, Haidar Putra. 2007. Sejarah Pertumbuhan dan Pembaruan
Pendidikan
Islam di Indonesia. Jakarta: Prenada Media Group.
Fahmi, Asma Hasan. t.th. Sejarah dan Filsafat. t.t: t.tt.
H. Jalaluddin. 2016. Pendidikan Islam: Pendekatan Sistem dan Proses. Jakarta:
Rajawali Pers.
Hasan, Muhammad Tholchah. 1987. Islam dalam Perspektif Sosial
Budaya.
Jakarta: Galasa Nusantara.
http://tutorialpai.mkdu.epi.edu Diakses pada tanggal 22 Maret 2018 pukul
20.01. Koordinasi Da’wah Islam (KODI). 1990. Jakarta: Pedoman Majlis
Ta’lim.
Mas’ud, Abdurrachman dkk. 2001. Paradigma Pendidikan Islam. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar
Mujib, Abdul. 2006. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana Prenada Media.
Rais M., Amien. 1998. Cakrawala Islam: Antara Cita dan Fakta. Bandung:
Mizan.
Roqib, Moh. 2009. Ilmu Pendidikan Islam. Yogyakarta: LkiS.
Tafsir, Ahmad. 2004. Ilmu Pendidikan Islam Perspektif Islam. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Thalib, Muhammad. 2001. 20 Kerangka Pokok Pendidikan Islam. Yogyakarta:
Ma’alimul Usroh.

Sudiyono.H.M. Drs; Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), Jilid

Ke-1. Uhbiyati Nur .Hj.Dra ; Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung: CV Pustaka

Setia , 2005),
29
Cet. Ke-1.

Daradjat, Zakiah dkk. 1996. Ilmu Pendidikan Islam. Cet. III. Jakarta: Bumi

Aksara. Hamalik, Oemar. 1994. Kurikulum dan Pembelajaran. Bandung:

Bumi Aksara.

Nasution. 2006. Kurikulum dan Pengajaran. Cet. IV. Jakarta: Bumi Aksara.

Tafsir, Ahmad. 2012. Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam.


Bandung: Remaja Rosdakarya.

Umar, Bukhori. 2010. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Amzah.

30

Anda mungkin juga menyukai