Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

“SISTEM PENDIDIKAN ISLAM”

Makalah Disusun Untuk Memenuhi Tugas


Mata Kuliah Ilmu Pendidikan Islam

Disusun Oleh :

Hafid Abdullah, S.Pd.I 20232010009


Indarti, S.Pd.I 20232010010
Sinta Anggun Pertiwi, S.Pd 20232010015

Dosen Pengampu:
Dr. Muslih Hidayat, M.Pd.I

PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT AGAMA ISLAM (IAI) AL – AZHAAR LUBUK LINGGAU
2023
KATA PENGANTAR

Assalamu‘alaikum Warahmatullah Wabarakaatuh.

Alhamdulillah, segala puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala
limpahan Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan
makalah ini sebagai tugas pada mata kuliah Ilmu Pendidikan Islam.

Shalawat beserta salam selalu tercurahkan kepada Sang kekasih Allah baginda Nabi
besar Muhammad, SAW. Kepada keluarga, sahabat dan umat nya yang insya, Allah selalu
setia hingga Akhir Zaman. Aamiin Ya Rabbal ‗Aalamiin.

Penulis berharap semoga hasil makalah ini dapat membantu menambahkan


pengetahuan dan wawasan bagi pembaca. Tidak lupa pula penulis mengucapkan terimakasih
kepada Bpk. Dr. Muslih Hidayat, M.Pd.I selaku dosen pengampu mata kuliah, dan
terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dan ikut serta sehingga makalah ini
dapat terselesaikan tepat pada waktunya.

Penulis mengakui, dalam makalah ini terdapat kesalahan dan kekurangan bahkan jauh
dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis sangat berharap kepada para pembaca untuk
memberikan kritik dan saran yang mampu membangun dan menyempurnakan makalah ini
untuk kedepannya. Terima kasih.

Lubuklinggau, 20 Oktober 2023

Pemakalah

ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ........................................................................................................... ii

Daftar Isi .................................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN

A. LatarBelakangMasalah................................................................................... 1
B. RumusanMasalah ........................................................................................... 2
C. TujuandanManfaat ......................................................................................... 2
D. ProsedurPemecahanMasalah.......................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian sistem pendidikan islam ............................................................... 3


B. Keistimewaan sistem pendidikan islam ........................................................ 9
C. Fungsi pendidikan islam ................................................................................ 14
D. Sistem dan metode pendidikan islam ............................................................ 15

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan .................................................................................................... 17
B. Saran .............................................................................................................. 17

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

iii
1
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah.


Di kalangan masyarakat manusia sekarang yang berbudaya modern, sistem dan
metode pendidikan yang dipergunakan setara dengan kebutuhan atau tuntutan aspirasinya.
Sistem dan metode tersebut diorientasikan kepada efektivitas dan efisiensi. Sedangkan
pada masyarakat primitif masih mempergunakan sistem dan metode yang sederhana
sesuai dengan tingkat pengetahuan mereka. Sistem mereka menitik beratkan pada
pemenuhan kebutuhan hidupnya sehari-hari, tanpa antisipasi orientasi kemasa depan dan
tanpa memikirkan efektivitas dan efisiensi.1
Saat ini, dirasakan ada keperihatinan sangat mendalam tentang adanya dikotomi ilmu
agama dan ilmu umum. Telah dikenal bahkan diyakini, akan adanya perbedaan sistem
pendidikan agama dan sistem pendidikan umum. Kedua sistem tersebut lebih dikenal
dengan pendidikan tradisional dan pendidikan modern. Salah satu sarana yang efektif
untuk membina dan mengembangkan manusia dalam masyarakat adalah pendidikan yang
teratur, berdayaguna, dan berhasilguna. Oleh karena itu, pendidikan Islam perlu
diorganisasikan atau dikelola secara rapi, efektif dan efisien melalui sistem dan metode
yang tepat. Namun, banyak para pendidik atau orang yang berkecimpung langsung di
dunia pendidikan Islam tidak tahu bagaimana sistem dalam pendidikan Islam itu sendiri.
Sehingga masih banyak kegagalan dalam pendidikan Islam.
Pendidikan Islam tentunya sangat dibutuhkan masyarakat muslim itu sendiri, karena
Islam sendiri merupakan ajaran dan agama yang terang dan menjadi pedoman bagi umat
Islam yang berlandaskan pada Al-Qur‘an dan Sunnahnya. Di Indonesia sendiripun sudah
ditetapkannya pendidikan yang berlandaskan pada agama Islam misalnya sekolah umum
yang didalamnya memuat pelajaran PAI, di madrasah yang menjadikan landasan pokok
dalam pelajarannya, serta pesantren-pesantren yang memang benar-benar mengajarkan
dengan berlandaskan kepada Al-Qur‘an dan Hadits sebagai pedoman. Tidak hanya
lembaga tersebut, akan tetapi sekarang sudah banyak adanya lembaga perguruan tinggi
yang berlandaskan pada pelajaran agama Islam.Dengan adanya kebutuahan tersebut maka
dilaksanakannya pendidikan yang didalamnya mengandung pelajaran agama Islam.

1
MuzayyinArifin, KapitaSelektaPendidikan Islam, Jakarta: BumiAksara, 2003, hlm. 69

1
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang pemikiran diatas, maka penulis dapat merumuskan
masalah sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan sistem pendidikan?
2. Apa keistimewaan sistem pendidikan islam?
3. Apa fungsi pendidikan islam?
4. Bagaimana Sistem dan MetodePendidikan Islam yang Seharusnya?

C. Tujuan dan Manfaat


Untukmengetahuiapa yang telahmenjadirumusanmasalah, yaitu :
1. Untuk mengetahui apa itu sistem pendidikan.
2. Untuk mengetahui keistimewaan dalam sistem pendidikan islam.
3. Untuk mengetahui fungsi pendidikan islam.
4. Untuk mengetahui bagaimana sistem dan metode pendidikan islam.

D. Prosedur Pemecahan Masalah


Adapun prosedur pemahaman pemecahan dalam kaitannya materi ini diantaranya:
1. Pemahaman materi-materi yang berkenaan dengan sistem pendidikan islam.
2. Pemahaman sistem dan metode pendidikan islam.
Dari prosedur pemecahan masalah diatas penyusun dapat memecahkan
permasalahan dengan mengkaji perpustakaan dan sumber-sumber yang berkenaan
dengan masalah tersebut.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Sistem Pendidikan Islam


1. Pengertian Sistem
Istilah sistem merujuk kepada bahasa Yunani yaitu ―systema‖. Ini
mengandung arti yaitu sebagai sebuah keseluruhan yang terdiri dari banyak bagian.
Sistem berarti himpunan bagian atau merupakan suatu komponen yang saling
berhubungan dengan cukup teratur yang merupakan satu dari keseluruhan yang ada.2
Dalam kamus bahasa Indonesia tercantum bahwa sistem berarti seperangkat unsur
yang saling berkaitan sehingga membentuk suatu kesatuan, susunan yang teratur dari
pendapat, teori, asal usul dan sebagainya. Ada juga yang memberi ari sistem sebagai
metode. Definisi lainnya dari sistem menurut Anas Sudjana adalah sistem adalah
suatu keseluruhan yang kompleks atau terorganisir, suatu perpaduan dari hal-hal atau
bagian-bagian yang membentuk suatu keseluruhan yang lengkap.3 Jika kita kaitkan
dengan Jika kita kaitkan dengan pendidikan Islam, maka sistem pendidikan Islam
merupakan beberapa perangkat dari unsur-unsur pendidikan yang sesuai dengan
ajaran Islam satu sama lainnya saling terkait dan mengikat dalam mewujudkan satu
kesatuan yang utuh untuk mencapai tujuan akhir.4
2. Pengertian Pendidikan
Istilah pendidikan bisa ditemukan dalam Alquran dengan istilah at-Tarbiyah
dan at-Ta‟liam, tetapi lebih banyak kita temukan dengan ungkapan kata ‗rabbi‘, kata
atTarbiyah adalah bentuk mashdar dari fi‟il maadli rabba, yang mempunyai
pengertian yang sama dengan kata ‗rabb‘ yang berarti nama Allah. Dalam Alquran
tidak ditemukan kata at-Tarbiyah, tetapi ada istilah yang senada dengan itu yaitu; ar-
rabb, murabbi, rabbiyun, rabbaania. Semua fonem tersebut mempunyai konotasi
makna yang berbeda-beda. Pendidikan merupakan arti dari kata Tarbiyah kata
tersebut berasal dari tiga kata yaitu; rabaa-yarbua yang bertambah, tumbuh, dan
rabiya- yarbaa berarti menjadi besar, serta rabba-yarubbu yang berarti memperbaiki,
menguasai urusan, menuntun, menjaga, memelihara. Sehingga kata dasar ar-rabb

2
U. Saifullah, Manajemen Pendidikan Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 2012), hal.69
3
Anas Sudjana, Pengantar Administrasi Pendidikan Sebagai suatu Sistem (Bandung: Rosda Karya,
1997), hal.21-26
4
Muhammad Aulia Rahman, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Intermasa,
2002), hal. 69

3
mempunyai arti yang luas antara lain; memiliki, menguasai, mengatur, memelihara,
memberi makan, menumbuhkan, mengembangkan dan berarti pula mendidik.
Adapun pengertian pendidikan menurut Marimba yang dikutip oleh Ahmad
Tafsir menyatakan bahwa pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar
oleh pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani anak didik menuju
terbentuknya kepribadian yang utama.5 Dari pendapat Marimba tersebut, dapat
penulis simpulkan bahwa pendidikan adalah untuk menumbuh kembangan potensi
jasmani dan rohani mencakup seluruh potensi anak didik, baik potensi psikomotorik,
kognitif, maupun potensi afektifnya demi terwujudnya manusia yang memiliki
kepribadian-kepribadian yang utama dalam istilah agamanya adalah Insan Kamil dan
menjadi hamba Allah SWT yang selalu mendekatkan diri kepada-Nya.
3. Urgensi Pendidikan dalam Islam
Tugas manusia yang pertama adalah menjadi hamba Allah yang taat,
sebagaimana firman Allah dalam Alquran.
―Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mengabdi (ibadah)
kepada-Ku.” (QS. Adz-Dzaariyyaat/51: 56) Manusia diperintah untuk beribadah
hanya kepada Allah, karena tidak ada tuhan selain Dia.―Sembahlah Allah, sekali-kali
tak ada tuhan bagimu selain-Nya”
Dalam rangka menjalani tugasnya tersebut, Allah telah membekali manusia
dengan ilmu pengetahuan, sebagaimana dalam firman-Nya ―Dan Dia mengajarkan
kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya…‖.6 Inilah cikal bakal ilmu
pengetahuan yang diajarkan kepada manusia pertama dari Sang Pemilik Ilmu. Selain
kepada nabi Adam AS, Allah SWT juga memberikan hikmah (kenabian,
kesempurnaan ilmu dan ketelitian amal perbuatan) kepada para nabi dan rasulnya.
Pada dasarnya, sistem pendidikan Islam didasarkan pada sebuah kesadaran
bahwa setiap Muslim wajib menuntut ilmu dan tidak boleh mengabaikannya karena
Rasulullah saw. bersabda : ―Sesungguhnya mencari ilmu adalah wajib (fardhu) bagi
setiap orang” islam”.7 Banyak teks Alquran maupun hadits Nabi SAW yang

5
Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007), h.
6
QS. Al-A‘raf/7:59.
7
Abu Bakar Ahmad Ibn Al-Husain Ibn ‘Ali Ibn Mu>sa> Al-Baihaqi>, Syu‟ab al-I>ma>n, vol. 2 (Beirut: Da>r
al-Kutub al-‘Ilmiyyah, 1410), h. 253. Al-Baihaqi> berkomentar: ―Hadits ini adalah syibh almasyhu>r
(semi masyhu>r), tetapi jalur sanad periwayatannya adalah dla‟i>f, telah diriwayatkan dalam berbagai riwayat,
tetapi semuanya dla‟i>f‖. Menurut penulis, walaupun sanad hadits ini dla‟i>f, tetapi maknanya adalah shahi>h
karena selaras dengan informasi dalam QS. An-Nahl/16: 43 dan QS. AlAnbiya>`/21: 7yang berbunyi : “Maka
bertanyalah kepada orang yang memiliki pengetahuan jika kamu tidak mengetahui”. Sebagaimana yang telah

4
menyebutkan juga keutamaan mencari ilmu dan orang-orang yang berilmu.
Sesungguhnya motivasi seorang Muslim untuk mencari ilmu adalah dorongan ruhani,
bukan untuk mengejar faktor duniawi semata. Seorang Muslim yang giat belajar
karena terdorong oleh keimanannya, bahwa Allah SWT sangat cinta dan memuliakan
orang-orang yang mencari ilmu dan berilmu di dunia dan di akhirat.
Betapa pentingnya pendidikan, karena hanya dengan proses pendidikanlah
manusia dapat mempertahankan eksistensinya sebagai manusia yang mulia, melalui
pemberdayaan potensi dasar dan karunia yang telah diberikan Allah. Apabila semua
itu dilupakan dengan mengabaikan pendidikan, manusia akan kehilangan jati dirinya.
4. Pendidikan dalam pandangan islam
Konsep pendidikan dalam Islam menurut Al-Bughuri tidak hanya menekankan
kepada pengajaran yang berorientasi kepada intelektualitas penalaran, melainkan
lebih menekankan pada pembentukan keribadian yang utuh dan bulat. 8 Pendidikan
Islam menghendaki kesempurnaan kehidupan yang tuntas sesuai dengan firman Allah
dalam Alquran.
“Wahai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam secara
keseluruhannya, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan Sesungguhnya
syaitan itu musuh yang nyata bagimu.‖ (QS. Al-Baqarah/2: 208).
Bagi manusia pendidikan penting sebagai upaya menanamkan dan
mengaktualisasikan nilai-nilai Islam pada kehidupan nyata melalui pribadi-pribadi
muslim yang beriman dan bertakwa, sesuai dengan harkat dan derajat kemanusiaan
sebagai khaliafah di atas muka bumi.Penghargaan Allah terhadap orang-orang yang
berilmu dan berpendidikan dilukiskan pada ayat berikut. ―Allah akan meninggikan
orang-orang yang beriman di antara kamu dan orang-orang yang diberi
pengetahuan derajat (yang banyak)” 9. “Maka bertanyalah kepada orang yang
mempunyai ilmu pengetahuan jika kamu tidak mengetahui”.10 ―Katakanlah
:”Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak
mengetahui‖. 11

ditetapkan dalam ushul fiqh, bahwa asal dari perintah adalah wajib kecuali adanya qari>nah. Selain itu juga,
tidak sedikit dari para ulama yang menggunakan hadits ini, di antaranya Imam al-Ghazali dalam Ihya>‟ Ulu>m
ad-Di>n, Syekh Az-Zarnuji dalam Ta‟li>m alMuta‟allim, dll.
8
Abu Naufal Alauddin Al-Bughury, ―Konsep Pendidikan Islam dalam Alquran,‖ blognya-maseko.blogspot.com
(blog), 3 Juli 2010, http://blognya-mas-eko.blogspot.com.
9
QS. Al-Muja>dalah/58:11.
10
QS. An-Nahl/16:43.
11
QS. Az-Zumar/39:9.

5
Pentingnya pendidikan telah dicontohkan oleh Allah pada wahyu pertama
pada QS. Al-‗Alaq/96: 1-5 yang banyak mengandung isyarat-isyarat pendidikan dan
pengajaran dengan makna luas dan mendalam.
Memahami pendidikan Islam dapat ditelusuri melalui keseluruhan sejarah
kemunculan Islam itu sendiri. Tentu saja untuk memahaminya, tidaklah dipahami
sebagai sebuah sistem pendidikan yang sudah mapan dan sistematis, melainkan proses
pendidikan lebih banyak terjadi secara insidental bahkan mungkin lebih banyak yang
bersifat jawaban dari berbagai problematika yang berkembang pada masa
itu.Pendidikan dalam Islam, secara bahasa memiliki terma yang sangat varian.
Perbedaan ini tidak terlepas dari banyaknya istilah yang muncul dalam Al-Qur‘an dan
Al-Hadits—sebagai sumber rujukan utama pendidikan Islam—yang menyebutkan
kata (kalimah) yang memiliki konotasi pendidikan atau pengajaran. Setidaknya, ada
empat (4) istilah yang digunakan untuk menyebutkan makna pendidikan, misalnya
tarbiyah, ta‘dib, ta‘lim dan riyadhah. Tiga (3) dari empat (4) istilah tersebut pernah
direkomendasikan oleh Konfrensi Internasional I tentang Pendidikan Islam di Mekkah
pada tahun 1977.12 Masing-masing terma tersebut, jelas memiliki aksentuasi dan
implikasi yang berbeda. Berikut akan dijelaskan masing-masing istilah tersebut.
1. Al-Tarbiyah
Menurut Abdurrahman Al-Nahlawi, kata tarbiyah secara bahasa
merupakan kata yang berasal tiga (3) akar kata, yakni, pertama raba – yarbu,
yang berarti bertambah atau bertumbuh. Pengertian ini dapat dilihat dalam Al-
Qur‘an, surat Al-Rum, ayat 39.13 Kedua, berasal dari rabiya-yarba, yang
berarti menjadi dasar, dan yang ketiga, rabba-yarubbu, yang berarti
memperbaiki, menguasai urusan, menuntut, menjaga dan memelihara.
Pengertian ini dapat dilihat pada Al-Qur‘an, surat Al-Isra, ayat 24.14
Sementara, menurut Naquib Al-Attas, kata tarbiyah mengandung konotasi
mengasuh, menanggung, memberi makan, mengembangkan, memelihara,

12
Lihat, Abdul Halim Soebahar, Wawasan Baru Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2002), cet.ke-1, h. 2.
Konfrensi tersebut merekomenadikan bahwa yang dimaksud dengan pendidikan Islam adalah ―totality in
context of Islam inherent in the conotation of three each these term conveys concerning man in his society and
environment in relation to God Islam related to ten other and together they represent the scope of education in
Islam both ―Formal‖ and ―non Formal‖ (Conference Book, 1997: 1).
13
Wa mã ãtaitum min ribban liyarbũ fi amwãli al-nas falã yarbũ ‗inda Allah (Dan suatu riba (tambahan) yang
kalian berikan agar dia menambah pada harta manusia, maka riba itu tidak menambah pada sisi Allah.
14
]… rabbi irhamhumâ kamâ rabbayâni shaghirâ (ya Tuhan, sayangilah keduanya (ibu-bapak) sebagaimana
mereka telah memelihara (mengasuhku) sejak kecil).

6
menumbuhkan (membentuk) dan juga menjadikannya lebih matang. Dengan
demikian, maka yang dimaksud dengan Al-Tarbiyah adalah proses mengasuh,
membina, mengembangkan, memelihara serta menjadi kematangan bagi suatu
objek. Bahkan dalam hal ini, Imam Baidawi memperjelas makna Tarbiyah
dengan ―Al Rabbu fi al Ashli bima‘na al-Tarbiyah, wahiya al-Tabligh al-
Syai‘u ila kamalihi syai‘an fa syay‘an (Al-Rabb asal katanya bermakna
Tarbiyah, yakni menyampaikan atau mengantarkan sesuatu menuju ke arah
kesempurnaan sedikti demi sedikit).
1. Al-Ta‘dib
Kata Ta‘dib merupakan bentuk masdar dari kata addaba, yang berarti
pengenalan dan pengakuan yang secara bertahap ditanamkan kepada manusia
tentang tempat-tempat yang tepat dari segala sesuatu di dalam tatanan
penciptaan sedemikian rupa, sehingga membimbing ke arah pengenalan dan
pengakuan Kekuasaan dan Keagungan Tuhan di dalam tatanan wujud dan
keberadaannya.15 Pengertian ini didasarkan pada Hadits Rasulullah saw. yang
mengatakan ―addabani rabbi fa ahsana ta‘dibi‖ (Tuhanku telah mendidikku,
sehingga menjadikan baik pendidikanku). Kata Ta‘dib ini menurut Naquib Al-
Attas merupakan istilah yang lebih mendekati pemahaman ilm. Atau dengan
kata lain Ta‘dib dipahami sebagai istilah pendidikan yang lebih mengarah
pada proses pembelajaran, pengetahuan dan pengasuhan. Oleh karenanya,
Naquib beranggapan bahwa penggunaan istilah Ta‘dib lebih proporsional
ketimbang istilah Tarbiyah untuk menyebut istilah Pendidikan Islam.
2. Al-Ta‘lim
Menurut Abdul Fattah Jalal dalam buku Minal Ushul al-Tarbawiyah fi
al-Islam, istilah Ta‘lim diartikan dengan proses yang terus menerus
diusahakan manusia sejak lahir untuk melakukan pembinaan pengetahuan,
pemahaman, pengertian, tanggung jawab dan penanaman amanah.16 Batasan
pengertian ini dipahami lebih luas cakupannya dibandingkan dengan istilah
Al-Tarbiyah, terutama dalam konteks sequency (cakupan dan wilayah) subjek
atau objek didiknya. Sementara menurut Athiyah Al-Abrasy, ta‘lim diartikan
dengan upaya menyiapkan individu dengan mengacu pada aspek-aspek

15
Muhaimin, et.al., Pemikiran Pendidikan Islam; Kajian Filosofisdan Kerangka Dasar
Operasionalisasinya, (Bandung: PT. Trigenda Karya, 1993), cet.ke-1, h. 133-134
16
Lihat, Abd. Halim Soebahar, Op. Cit., h. 4-5, dan Muhamin, et.al., Ibid., h. 132

7
tertentu saja. Al-Ta‘lim merupakan bagian kecil dari al-tarbiyah alaqliyah,
yang hanya mencakup domaik kognitif saja dan tidak menyentuh aspek
(domain) afektif dan psikomotorik.
3. Riyadhah
Istilah riyadhah merupakan istilah pendidikan yang digunakan dan
dikembangkan oleh Imam Al-Ghazali untuk menyebutkan istilah pelatihan
terhadap pribadi individu pada fase anak-anak, atau yang dikenal dengan
riyadhatusshibyan.17 Imam Al-Ghazali dalam mendidik anak, lebih
menekankan pada domain afektif dan psikomotor dibandingkan penguasan
dan pengisian domain kognitif (intelektual).
Dalam praksisnya, para pakar berbeda pendapat mengenai definisi pendidikan
Islam itu sendiri. Berikut beberapa pendapat para ahli pendidikan Islam dalam
mendefinisikan istilah Pendidikan Islam;
a. Muhammad Athiyah Al Abrasyi; ―Pendidikan Islam (Al Tarbiyah Al
Islamiyah) adalah usaha untuk menyiapkan manusia agar hidup dengan
sempurna dan bahagia, mencintai tanah air, sempurna budi pekertinya,
teratur pikirannya, halus perasaannya, mahir dalam pekerjaan, manis tutur
katanya baik lisan maupun tulisan.
b. D. Marimba; Pendidikan Islam merupakan bimbingan jasmani dan rohani
berdasarkan hukum agama Islam menuju kepada terbentuknya kepribadian
utama menurut ukuran-ukuran Islam.
c. M. Yusuf Al Qardawi; pendidikan Islam adalah pendidikan manusia
seutuhnya, akal dan hatinya, rohani dan jasmaninya, akhlak dan
ketrampilannya. Karenanya pendidikan Islam menyiapkan manusia untuk
hidup baik dalam keadaan damai maupun perang dan menyiapkannya
untuk menghadapi masyarakat dengan segala kebaikan dan kejahatannya
serta manis dan pahitnya.18
d. Hasan Langgulung; Pendidikan Islam merupakan suatu proses penyiapan
generasi muda untuk mengisi peranan, memindahkan pengetahuan dan
nilai-nilai Islam yang diselaraskan dengan fungsi manusia untuk beramal

17
Muhaimin, et.al., Loc.Cit., h. 134
18
Yusuf Al Qardhawi, Pendidikan Islam dan Madrasah Hasan Al-Banna, terj. Prof. H. Bustami A. Ghani dan
Drs. Zainal Arifin Ahmad, (Jakarta: Bulan Bintang, 1980), h. 157

8
di dunia dan memetik hasilnya di akhirat.19
e. Azyumardi Azra; Pendidikan Islam merupakan salah satu aspek saja dari
ajaran Islam secara keseluruhan. Karenanya, tujuan pendidikan Islam tidak
terlepas dari tujuan hidup manusia dalam Islam, yaitu untuk menciptakan
pribadi-pribadi hamba Allah yang selalu bertaqwa kepada-Nya dan dapat
mencapai kehidupan berbahagia di dunia dan akhirat.20
f. Zakiyah Daradjat; Pendidikan Islam merupakan proses pembentukan
kepribadian manusia sebagai muslim.21
Berdasarkan beberapa pengertian di atas, maka yang dimaksud dengan
pendidikan Islam adalah proses bimbingan kepada manusia yang mencakup
jasmani dan rohani yang berdasarkan pada ajaran dan dogma agama (Islam)
agar terbentuk kepribadian yang utama menurut aturan Islam dalam
kehidupannya sehingga kelak memperoleh kebahagiaan di akhirat nanti.
Pertanyaan yang muncul dan dapat didiskusikan adalah dari beberapa istilah
tersebut (tarbiyah, ta‘dib, ta‘lim dan riyadhah) manakah yang relevan untuk
menyebutkan dan mewakili istilah pendidikan Islam?, Pertanyaan lain yang
dapat dimunculkan adalah ―apakah pendidikan Islam itu sama atau berbeda
dengan pendidikan pada umumnya berkaitan dengan dasar (sumber), orientasi
serta nilai yang ditransfer‖.
B. Keistimewaan sistem pendidikan islam
Konsep pendidikan dalam islam yang mengacu kepada ajaran Al-quran,
Muhammad Sayyid Ahmad Al-Musayyar menukil beberapa ayat Alquran dalam Surat
Luqman. Beliau mengatakan, ada tiga konsep asasi pendidikan dalam Islam menurut
Al-quran yang dijalankan oleh Luqman kepada anaknya.22 Seperti diketahui, Luqman
diberikan keutamaan Allah berupa Hikmah, yaitu ketepatan bicara, ketajaman nalar
dan kemurnian fitrah. Dengan keistimewaannya tersebut, Luqman ingin mengajari
anaknya hikmah dan membesarkannya dengan metode hikmah itu pula.23

19
Hasan Langgulung, Beberapa Pemikiran tentang Pendidikan Islam (Bandung: Al Ma‘arif, 1980), h. 94
20
Azyumardi Azra, Pendidikan Islam: Tradisi dan Modernisasi Menuju Milenium Baru, (Jakarta: PT.
Logos Wacana Ilmu, 2000), cet.ke-2, h. 8
21
Zakiyah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2000), cet. ke-4, h. 27-28
22
Dian Sahkandi, ―Unsur Pendidikan Aqidah Akhlak dalam Buku Bangkit dari Terpuruk Karya Masriyah
Amva‖ (Skripsi, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, 2011), h. 10.
23
Al-Bughury, ―Konsep Pendidikan Islam dalam Alquran.‖

9
1. Penanaman Keimanan dan Akidah
Konsep pendidikan yang pertama adalah peletakan pondasi dasar, yaitu
penanaman keesaan Allah, kelurusan aqidah, beserta keagungan dan
kesempurnaan-Nya. Kalimat tauhid adalah fokus utama pendidikannya,
sebagaimana yang dikatakan Luqman ketika menasihati putranya : “Wahai
anakku! Janganlah engkau mempersekutukan Allah, sesungguhnya
mempersekutukan Allah adalah benar-benar kezaliman yang besar.” (QS.
Luqman/31: 13).
Dalam ayat lain Allah berfirman:
―Maka ketahuilah, Tidak ada Tuhan (yang patut di sembah) kecuali Allah”
(QS. Muhammad/47: 19).
Pembinaan akidah tentang keesaan Allah ini merupakan pondasi
utama, sehingga semua Rasul dan Nabi yang diutus kepada manusia yang
mereka sampaikan dan tanamkan pada kaum mereka adalah tentang konsep
ini, Allah SWT berfirman: “Dan Kami tidak mengutus seorang rasulpun
sebelum kamu, melainkan Kami wahyukan kepadanya: Bahwasanya tidak ada
Tuhan melainkan Aku, maka sembahlah Aku olehmu sekalian” (QS. Al-
Anbiya/21: 25).
Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Muslim dari ‗Abbas bin
Abd Muthallib bahwasanya ia mendengar Rasulullah SAW Bersabda:
―Telah merasakan manisnya iman, orang yang ridha terhadap Allah sebagai
Tuhannya, Islam sebagai agamanya, dan Muhammad sebagai Rasulnya”.
(HR. Muslim). 24
Sehingga cabang iman yang paling tinggi adalah meyakini bahwa tidak
ada Tuhan selain Allah dengan sepenuh hati. Dari Abu Hurairah ra. Ia berkata,
Rasulullah saw bersabda: “Iman itu ada tujuh puluh sekian cabang. Yang
paling utama ialah mengucapkan Laa Ilaaha illallah (Tidak ada Tuhan selain
Allah), sedang yang paling rendah adalah menyingkirkan gangguan dari
jalan. Dan rasa malu merupakan salah satu cabang iman” (HR. Muslim).25
Tidak ada pendidikan tanpa iman. Tak ada pula akhlak, interaksi
sosial, dan etika tanpa iman. Apabila iman lurus, maka lurus pulalah aspek

24
Muslim Ibn al-Hajja>j Ibn Muslim Al-Qusyairi>, Al-Ja>mi‟ Ash-Shahi>h (Beirut: Da>r al-Ji>l,
1374), h. 46.
25
Ibid. h. 46

10
kehidupannya. Mengapa? Sebab iman selalu diikuti oleh perasaan introspeksi
diri dan takut terhadap Allah. Dari sinilah Luqman menegaskan hal itu kepada
puteranya dengan berkata:“Hai anakku, sesungguhnya jika ada (sesuatu
perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di
dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya (membalasinya).
Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha Mengetahui” (QS. Lukman/31:
16).
Seorang mukmin mesti berkeyakinan bahwa tak ada satu pun yang bisa
disembunyikan dari Allah. Allah Maha Mengetahui apa yang ada dalam
lipatan hati manusia. Dari sinilah ia akan melakukan seluruh amal dan
aktivitasnya semata untuk mencari ridha Allah tanpa sikap riya atau munafik,
dan tanpa menyebut-nyebutnya ataupun menyakiti orang lain.
2. Pendidikan Ibadah (Shalat, Amar Ma‘ruf Nahi Munkar dan Sabar)
Konsep kedua dalam pendidikan menurut Luqman adalah pendidikan
ibadah. Allah SWT menceritakan tentang nasihat Luqman kepada anaknya
selanjutnya: “Wahai anakku! Laksanakanlah shalat dan suruhlah (manusia)
berbuat yang makruf dan cegahlah (mereka) dari yang mungkar dan
bersabarlah terhadap apa yang menimpamu,sesungguhnya yang demikian itu
termasuk perkara yang penting” (QS. Luqman/31: 17) Ia memerintahkan
anaknya untuk shalat, memikul tanggung jawab amar ma‘ruf nahi munkar,
serta menanamkan sifat sabar. Shalat adalah cahaya yang menerangi
kehidupan seorang muslim. Ini adalah kewajiban harian seorang muslim yang
tidak boleh ditinggalkan selama masih berakal baik (red. mukallaf). Karena
shalat merupakan tiang agama26 dengan shalat yang benar dapat mencegah
manusia dari perbuatan keji dan munkar,27 begitu juga dengan shalat sebagai
sarana untuk selalu ingat kepada Allah,28 bahkan shalat adalah bentuk konkrit
dari penyembahan yang dilakukan oleh hamba kepada Rabbnya, karena dalam
gerakan shalat ada ruku‘ dan sujud yang merupakan wujud dari penyembahan
dan penyerahan diri yang sempurna kepada Allah. Atas pentingnya shalat,
Rasulullah menyuruh kepada ummatnya untuk memerintahkan dan mendidik
anak mereka mendirikan shalat sejak umur tujuh tahun, sebagaimana sabda

26
Al-Baihaqi, Syu‟ab al-Iman, h. 39.
27
QS. Al-‗Ankabut/29:45.
28
QS. Thaha/20:14.

11
beliau: “Perintahlah anak-anak agar mendirikan shalat ketika mereka umur
tujuh tahun dan umur sepuluh tahun. Maka ketika sampai umur sepuluh tahun
pukullah mereka agar mendirikan shalat” (HR. Abu Dawud).29 Sehingga
diceritakan dari ‗Ali ra bahwa ucapan terakhir Rasulullah SAW adalah ―As-
Shalah, as-shalah (shalat! Shalat!)‖30 ini menunjukkan bahwa shalat adalah
sangat penting. Amar ma‘ruf nahi munkar merupakan istilah untuk kritik
konstruktif, rasa cinta dan perasaan bersaudara yang besar kepada sesama,
bukan ditujukan untuk mencari-cari kesalahan dan ghibah. Ummat islam telah
diistimewakan dengan tugas amar ma‘ruf nahi munkar ini melalui firman-Nya:
“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh
kepada yang ma‟ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada
Allah. ..” (QS. Ali ‗Imran/3: 110). Sehingga apabila ada kemungkaran
terjadi, maka setiap yang melihatnya harus mencegahnya atau membencinya.
Rasulullah saw bersabda: “Barangsiapa di antara kalian melihat suatu
kemungkaran, hendaklah ia mengubahnya dengan tangannya, jika ia tidak
mampu, maka dengan lisannya, jika ia tidak mampu, maka dengan hatinya,
dan itu adalah selemah-lemah iman” (HR. Muslim). 31
Konsep amar makruf nahi munkar ini harus ditanamkan kepada anak
didik, sehingga ia menyadari akan pentingnya dan tuntutan perkara ini,
tanamkan juga kepada mereka bahwa menyampaikan kepada yang lain segala
ilmu dan pendidikan yang mereka peroleh adalah sebuah tanggung jawab dan
amanat sebagai insan yang beriman, karena Rasulullah saw bersabda:
“Sampaikan (yang kamu dengar) dariku walau hanya satu ayat” (HR.
AlBukhari).32
Salah satu dari tujuan memperdalam ilmu pengetahuan adalah agar
menyampaikan kepada yang lain, sebaimana dikonsepkan oleh Allah swt
dalam alQuran: “Mengapa sebagian dari setiap golongan di antara mereka
tidak pergi untuk memperdalam pengetahuan agama mereka dan untuk
memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali, agar

29
Abu Dawud Sulaiman Ibn al-Asy‘ats As-Sajastani, Sunan Abi Dawud (Beirut: Dar alKitab al-‘Arabi, 1346
H), h. 185.
30
Muhammad ibn Ismail Al-Bukhari, al-Adab al-Mufrad (Beirut: Dar al-Basya‘ir alIslamiyyah, 1989), h. 67.
31
Al-Qusyairi, Al-Jami‟ Ash-Shahih, h. 69.
32
Muhammad ibn Ismail Al-Bukhari, Al-Jami‟ al-Musnad ash-Shahih al Mukhtashar min Umur Rasulillah
Shallallahu ‟alaihi wa Sallam wa Sunanihi wa Ayyamihi (Beirut: Dar Ibn Katsir, 1987), h. 1275.

12
mereka dapat menjaga dirinya” (QS. At-Tawbah/9:122).
Inilah yang dikehendaki oleh Allah, bagaimana ummat islam menjadi
ummat yang rabbani yaitu yang mengajar (mendidik, menyampaikan) dan
33
belajar. Kemudian mengenai sabar, sifat ini sangat diperlukan bagi insan
yang beriman, karena ia tidak akan lepas dari ujian dan cobaan di dunia ini,
baik ujian ketakutan, kelaparan, kehilangan, dsb. Sebagaimana firman Allah
SWT: “Dan Kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan,
kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan sampaikanlah
kabar gembira kepada orang-orang yang sabar” (QS. Al-Baqarah/: 155).
Karena selain orang yang sabar ia akan menjalani hidupnya dengan
penuh kebatilan, ketika mendapat rahmat, ia begitu bangga, ketika mendapat
musibah, ia putus asa, sebagaimana diisyaratkan oleh Allah SWT: “Dan jika
Kami berikan rahmat Kami kepada manusia, kemudian rahmat itu Kami cabut
kembali, pastilah ia jadi putus asa dan tidak berterima kasih. Dan jika Kami
berikan kepadanya setelah ditimpa bencana yang menimpanya, niscaya dia
akan berkata : „Telah hilang bencana itu dariku‟, sesungguhnya dia (merasa)
sangat gembira dan bangga, kecuali orang yang sabar dan mengerjakan
kebaikan..” (QS Hud/11: 9-11).
Sabar itu bermacam-macam. Ada sabar atas ketaatan hingga ketaatan
itu ditunaikan, ada sabar atas kemaksiatan hingga kemaksiatan itu dihindari,
dan ada pula sabar atas kesulitan hidup hingga diterima dengan perasaan ridha
34
dan tenang. Seorang beriman berada di posisi antara syukur dan sabar.
Dalam kemudahan yang diterimanya, ia pandai bersyukur. Sedang dalam
setiap kesulitan yag dihadapinya, ia mesti bersabar dan introspeksi diri.
3. Pendidikan Etika Sosial
Allah SWT berfirman mengenai perkataan Luqman kepada anaknya
selanjutnya: “Dan janganlah kamu memalingkan wajah dari manusia (karena
sombong) dan janganlah berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sungguh,
Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membanggakan diri.
Dan sederhanakanlah dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu.
Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai” (QS. Luqman/31:

33
QS. Ali ‗Imran/3: 79
34
Muh Haris Zubaidillah, ―Nilai-Nilai Pendidikan Adversity Quotient Pada Cerita Nabi Mûsâ Dalam Alquran,‖
Al Qalam: Jurnal Ilmiah Keagamaan Dan Kemasyarakatan 11, no. 24 (2017): h. 7.

13
18-19)
Rasulullah SAW bersabda: “Dari Abu Musa, ia berkata: Ya
Rasulullah islam bagaimana yang paling utama?Rasulullah SAW menjawab:
Islam yang paling utama itu adalah barangsiapa yang orangorang islam
lainnya selamat dari lidah dan tangannya” (HR. Muslim).35
Konsep ketiga adalah pendidikan etika sosial. Metode pendidikan ini
menumbuhkan buah adab yang luhur serta keutamaan-keutamaan yang mulia.
Luqman menggambarkan hal itu untuk putranya dengan larangan melakukan
kemungkaran dan tak tahu terima kasih, serta perintah untuk tidak terlalu cepat
dan tidak pula terlalu lambat dalam berjalan, dan merendahkan suara. Seorang
muslim perlu diingatkan untuk tidak boleh menghina dan angkuh. Sebab,
semua manusia berasal dari air yang hina dan akan berakhir menjadi bangkai
busuk. Dan ketika hidup pun, ia kesakitan jika tertusuk duri dan berkeringat
jika kepanasan. Kalau dia sendiri dibentak, terluka hatinya maka janganlah
membentak orang lain. Sehingga dengan konsep ini akan terjalin masyarakat
yang adil, makmur serta harmonis.

C. Fungsi pendidikan islam


Pembahasan tentang pendidikan agama memang bisa jadi sangat luas, akan
tetapi bisa diperinci menjadi beberapa bagian sesuai dengan aspek-aspek yang ada..
Dalam membahas fungsi pendidikan agama Islam, kita patut mengungkapkan uraian-
uraian yang terkandung dalam kurikulum pendidikan agama Islam, karena pada
dasarnya, disanalah tertuang fungsi-fungsi pendidikan tersebut. Fungsi tersebut adalah
garis-garis besar penjabaran dari fungsi pendidikan agama Islam. Adapun fungsi
tersebut diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Fungsi Pengembangan, yaitu meningkatkan keimanan dan ketaqwaan peserta
didik kepada Allah SWT. yang telah ditanamkan dalam lingkungan keluarga.
b. Fungsi Penanaman nilai sebagai pedoman hidup untuk mencari kebahagiaan hidup
di dunia dan di akhirat.
c. Fungsi Penyesuaian mental, yaitu untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya
baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial dan dapat mengubah
lingkungannya sesuai dengan ajaran agama Islam.

35
Al-Qusyairi>, Al-Ja>mi’ Ash-Shahi>h, h. 48.

14
d. Fungsi Perbaikan, yaitu untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan, kekurangan-
kekurangan dan kelemahan-kelemahan peserta didik dalam keyakinan,
pemahaman dan pengalaman ajaran dalam kehidupan sehari-hari.
e. Fungsi Pencegahan, yaitu untuk menangkal hal-hal negatif dari lingkungannya
atau dari budaya lain yang dapat membahayakan dirinya dan menghambat
perkembangannya menuju manusia seutuhnya.
f. Fungsi Pengajaran tentang ilmu pengetahuan keagamaan secara umum (alam
nyata dan nir-nyata), sistem dan fungsionalnya.
g. Fungsi Penyaluran, yaitu untuk menyalurkan anak-anak yang memiliki bakat
khusus di bidang agama Islam agar bakat tersebut dapat berkembang secara
optimal sehingga dapat dimanfaatkan untuk dirinya sendiri dan bagi orang lain.
Secara sederhana, fungsi Pendidikan Islam adalah sarana untuk menyediakan
fasilitas yang dapat memungkinkan tugas pendidikan Islam dapat tercapai dan
berjalan dengan lancar. Menurut Kurshid Ahmad, fungsi pendidikan Islam adalah:
―Alat untuk memelihara, memperluas dan menghubungkan tingkat-tingkat
kebudayaan, nilai-nilai tradisi dan sosial serta ide-ide masyarakat dan nasional Alat
untuk mengadakan perubahan, inovasi dan perkembangan yang secara garis besarnya
melalui pengetahuan dan skill yang baru ditemukan dan melatih tenaga-tenaga
manusia yang produktif untuk menemukan perimbangan perubahan sosial dan
ekonomi‖.

D. Sistem dan metode pendidikan islam


Secara literal metode berasal dari bahasa Greek, yaitu meta yang berarti
melalui, dan hodos yang berarti jalan. Jadi, metode berarti jalan yang dilalui. Menurut
Ahmad Tafsir, metode pendidikan adalah semua cara yang digunakan dalam upaya
mendidik. Sedangkan menurut Abdul Munir Mulkan, metode pendidikan adalah suatu
cara yang dipergunakan untuk menyampaikan atau mentransformasikan isi atau bahan
pendidikan kepada peserta didik.36

Sistem Metode Pendidikan Islam dapat diartikan sebagai jalan untuk


menanamkan pengetahuan agama pada diri seseorang sehingga dapat terlihat dalam
pribadi Islami. Selain itu sistem dan metode pendidikan Islam dapat diartikan sebagai
cara untuk memahami, manggali, dan mengembangkan ajaran Islam, sehingga terus

36
Al-Rasyidin dan Samsul Nizar,Filsafat Pendidikan Islam,Jakarta:Ciputat Press, 2005, hlm 65

15
berkembang sesuai dengan perkembangan zaman. Adapun macam-macam metode
pendidikan islam, menurut An-Nahlawi adalah:37

a. Metode hiwar (percakapan)


b. Mendidik dengan kisah-kisah Qur‘ani dan Nabawi
c. Mendidik dengan amtsal (perumpamaan)
d. Mendidik dengan memberi teladan
e. Mendidik dengan pembiasaan diri dan pengamalan
f. Mendidik dengan mengambil ibrah (pelajaran) dan mauidhah (peringatan)
g. Mendidik dengan targhib (membuat senang) dan tarhib (membuat takut)

37
Al-Rasyidin dan Samsul Nizar,Filsafat Pendidikan Islam,Jakarta:Ciputat Press, 2005, hlm 73

16
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan pembahasan ini sebagai berikut:
1. Sistem Pendidikan Islam adalah keseluruhan dari bagian-bagian yang saling
bekerja sama atau unsur-unsur yang disusun secara teratur dan saling berkaitan,
dalam rangka membentuk manusia yang berkepribadian muslim berdasarkan
nilai-nilai ajaran Islam yang berdasarkan kepada Al-Qur‘an dan al-Sunnah.
2. Keistimewaan sistem pendidikan islam dapat dipahami dari beberapa ayat Al-
Qur‘an dalam surat Luqman, menururt Muhammad Sayyid Ahmad Al-Musayyar
terdapat tiga konsep asasi pendidikan islam, yaitu:
a. Penanaman keimanan dan akidah
b. Pendidikan ibadah
c. Pendidikan etika sosial

3. Fungsi pendidikan islam


a. Fungsi Pengembangan
b. Fungsi Penanaman nilai sebagai pedoman hidup
c. Fungsi Penyesuaian mental
d. Fungsi Perbaikan
e. Fungsi Pencegahan
f. Fungsi Pengajaran tentang ilmu pengetahuan dan keagamaan
g. Fungsi Penyaluran

4. Sistem dan metode pendidikan islam


Sistem Metode Pendidikan Islam dapat diartikan sebagai jalan untuk
menanamkan pengetahuan agama pada diri seseorang sehingga dapat terlihat
dalam pribadi Islami. Selain itu sistem dan metode pendidikan Islam dapat
diartikan sebagai cara untuk memahami, manggali, dan mengembangkan ajaran
Islam, sehingga terus berkembang sesuai dengan perkembangan zaman.

B. Saran
Setelah adanya kajian tentang sistem pendidikan islam sebagaiamana yanag
dipaparkan dalam makalah ini, penulis berharap semoga kita sebagai pendidik dapat
mengetahui bagaimana sistem pendidikan Islam yang seharusnya. Sehingga setelah
kita mengetahui isi yang terdapat di dalamnya, kita dapat ―mengaplikasikan‖, agar
dapat bertugas sesuai fungsinya yang bekerja antara satu dengan yang lainnya, Serta
mampu secara terpadu bergerak ke arah tujuan sesuai dengan fungsinya. Demi
tercapainya tujuan pendidikan Islam. Sebagai pendidik yang bertanggung jawab
untuk mengembangkan potensi peserta didik, kita harus mampu mencetak generasi
muslim yang berkualitas, Kita harus berani melakukan terobosan baru dan jangan
terpaku pada sistem pendidikan lama.

17
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Halim Soebahar, Wawasan Baru Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2002).
Abu Bakar Ahmad Ibn Al-Husain Ibn ‘Ali Ibn Musa Al-Baihaqi, Syu‟ab al-Iman, vol. 2
Abu Dawud Sulaiman Ibn al-Asy‘ats As-Sajastani, Sunan Abi Dawud (Beirut: Dar alKitab al-
‘Arabi, 1346 H)
Abu Naufal Alauddin Al-Bughury, ―Konsep Pendidikan Islam dalam Alquran,‖ blognya-
maseko.blogspot.com (blog), 3 Juli 2010.
Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam (Bandung: Remaja Rosdakarya,2007)
Al-Rasyidin dan Samsul Nizar,Filsafat Pendidikan Islam,Jakarta:Ciputat Press, 2005.
Anas Sudjana, Pengantar Administrasi Pendidikan Sebagai suatu Sistem (Bandung: Rosda
Karya,1997).
Azyumardi Azra, Pendidikan Islam: Tradisi dan Modernisasi Menuju Milenium Baru,
(Jakarta: PT. Logos Wacana Ilmu, 2000).
Dian Sahkandi, ―Unsur Pendidikan Aqidah Akhlak dalam Buku Bangkit dari Terpuruk Karya
Masriyah Amva‖ (Skripsi, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, 2011)
Hasan Langgulung, Beberapa Pemikiran tentang Pendidikan Islam (Bandung: Al Ma‘arif,
1980).
Muh Haris Zubaidillah, ―Nilai-Nilai Pendidikan Adversity Quotient Pada Cerita Nabi Mûsâ
Dalam Alquran,‖ Al Qalam: Jurnal Ilmiah Keagamaan Dan Kemasyarakatan 11, no.
24 (2017).
Muhaimin, et.al., Pemikiran Pendidikan Islam; Kajian Filosofisdan Kerangka Dasar
Operasionalisasinya, (Bandung: PT. Trigenda Karya, 1993).
Muhammad Aulia Rahman, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta:
Intermasa,2002).
Muhammad ibn Ismail Al-Bukhari, al-Adab al-Mufrad (Beirut: Dar al-Basya‘ir alIslamiyyah,
1989).
MuzayyinArifin, KapitaSelektaPendidikan Islam, Jakarta: BumiAksara, 2003.
U. Saifullah, Manajemen Pendidikan Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 2012).
Yusuf Al Qardhawi, Pendidikan Islam dan Madrasah Hasan Al-Banna, terj. Prof. H. Bustami
A. Ghani dan Drs. Zainal Arifin Ahmad, (Jakarta: Bulan Bintang, 1980).
Zakiyah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2000).

18

Anda mungkin juga menyukai