DOSEN PENGAMPU :
DISUSUN OLEH :
Alhamdulillah. Segala puji bagi Allah SWT tuhan semesta alam. Atas segala rahmat dan
karunia Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Makalah yang berjudul ILMU
PENDIDIKAN ISLAM ini disusun dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Pendidikan
Islam yang di ampu oleh dosen NUMASHANI MUSTAFIDAH, M.PdI.
Dalam penyusunan makalah ini, kami tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada banyak
pihak yang telah membantu menyelesaikan tugas makalah ini sehingga kami dapat
menyelesaikan peyusunan makalah ini.
Meski kami telah menyusun makalah ini semaksimal mungkin sesuai kemampuan. Namun,
sebagai manusia biasa tentu tak luput dari salah, kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari
kata sempurna. Karenanya kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca
sekalian.
Besar harapan kami, makalah ini bisa menjadi sarana membantu masyarakat dalam
memahami Ilmu Pendidikan Islam tentang Sistem Pendidikan Islam.
Demikian yang bisa kami sampaikan. Semoga pembaca dapat mengambil manfaat dari
makalah ini.
Penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................................................... 2
DAFTAR ISI ................................................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................... 4
A. Latar Belakang ..................................................................................................................... 4
B. Rumusan Masalah ................................................................................................................ 4
C. Tujuan Penulisan .................................................................................................................. 5
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................................ 6
A. Definisi Sistem Pendidikan Islam ........................................................................................ 6
B. Sistem Pendidikan Islam di Indonesia ................................................................................. 6
C. Komponen Sistem Pendidikan ........................................................................................... 11
D. Keistimewaan Sistem Pendidikan Islam ............................................................................ 12
E. Definisi Metode Pendidikan Islam ..................................................................................... 12
F. Prinsip Metode Pendidikan Islam ...................................................................................... 14
G. Fungsi Pendidikan Islam .................................................................................................... 15
H. Sistem dan Metode Pendidikan Islam yang Seharusnya .................................................... 16
I. Model Perumusan Sistem Pendidikan Islam ...................................................................... 17
BAB III PENUTUP ....................................................................................................................... 19
A. Kesimpulan......................................................................................................................... 19
B. Saran ................................................................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................... 20
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dikalangan mayarakat manusia yang berbudaya masyarakat modern, sistem dan metode
pendidikan yang digunakan setaraf dengan kebutuhan atau tuntutan aspirasinya. Sistem dan
metode tersebut diorientasikan kepada efektivitas dan efesiensi. Pada masyarakat primitive
mempergunakan sistem dan cara sederhana sesuai dengan tingkat pengetahuan mereka.
Sistem mereka menitik beratkan pada pemenuhan kebutuhan hidupnya sehari-hari, tanpa
antisipasi orientasi ke masa depan dan tanpa memikirkan efektivitas dan efesiensi.
Sedangkan pada masyarakat yang telah menduduki tingkat hidup post-industrial, seperti
masyarakat di beberapa Negara Barat atau di Negara Timur seperti Jepang. Proses
pendidikan mereka dilaksanakan dalam sistem organisasi kelembagaan yang dikelola secara
efektif dan efesien kearah tujuan yang ditetapkan. Orientasinya diarahkan kepada
pengembangan ilmu dan teknologi canggih.
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk menciptakan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat bangsa dan negara.
Dalam Islam, istilah pendidikan diyakini berasal dari bahasa Arab yaitu tarbiyah yang
berbeda dengan kata ta’lîm yang berarti pengajaran atau teaching dalam bahasa Inggris.
Kedua istilah (tarbiyah dan ta’lîm) berbeda pula dengan istilah ta’dzîb yang berarti
pembentukan tindakan atau tatakrama yang sasarannya manusia[1]. Walaupun belum ada
kesepakatan di antara para ahli, dalam kajian ini yang dimaksud pendidikan Islam adalah al-
tarbiyah.
Islam sebagai agama wahyu, menuntut umat manusia yang berakal sehat walafiat untuk
berusaha keras mendapatkan kesehteraan hidup di dunia dan kebahagiaan di akhirat sesuai
dengan petunjuk wahyu Tuhan. Agama islam yang ajarannya berorientasi kepada
kesejahteraan duniawi-ukhrawi sebagai kesinambungan tujuan hidup manusia, meletakkan
iman dan takwa kepada Allah SWT sebagai landasan kehidupan umat manusia.Salah satu
sarana yang efektif untuk membina dan mengembangkan manusia dalam masyarakat adalah
pendidikan yang teratur, berdaya guna dan berhasil guna. Pendidikan islam di negeri kita
perlu diorganisasikan atau dikelola secara rapi, efektif, dan efesien melalui sistem dan
metode yang tepat.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang pemikiran di atas, maka penulis dapat merumuskan masalah
sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud Sistem Pendidikan Islam?
2. Apa Sistem Pendidikan Islam di Indonesia?
3. Apa Komponen Sistem Pendidikan ?
4. Apa Keistimewaan Sistem Pendidikan Islam ?
5. Apa Definisi Metode Pendidikan Islam ?
6. Apa Prinsip Metode PendidikaIslam ?
7. Apa Fungsi Pendidikan Islam ?
4
8. Bagaimana Sistem dan Metode Pendidikan Islam yang Seharusnya ?
9. Apa Model Perumusan Sistem Pendidikan Islam?
C. Tujuan Penulisan
Untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Pendidikan Islam dan untuk bisa lebih
mengetahui serta memahami Ilmu pendidikan Islam khususnya pada materi Sistem
Pendidikan Islam.
5
BAB II
PEMBAHASAN
6
c. Usaha menuntut ilmu pengetahuan.
Sekolah dipimpin oleh seorang Kepala Sekolah. Kepala sekolah dibantu oleh
wakil kepala sekolah.Jumlah wakil kepala sekolah di setiap sekolah berbeda,
tergantung dengan kebutuhannya. Biasanya bangunan sekolah disusun meninggi untuk
memanfaatkan tanah yang tersedia dan dapat diisi dengan fasilitas yang lain.
Ketersediaan sarana dalam suatu sekolah mempunyai peran penting dalam
terlaksananya proses pendidikan.
Sekolah menitikberatkan kepada pendidikan formal, di sekolah prosedur
pendidikan telah diatur sedemikian rupa, ada guru, ada siswa, ada jadwal pelajaran
yang berpedoman kepada kurikulum dan silabus, ada jam-jam tertentu waktu belajar
serta dilengkapi dengan sarana dan fasilitas pendidikan serta perlengkapan-
perlengkapan dan peraturan-peraturan lainnya.
2. Madrasah
Madrasah adalah suatu lembaga yang mengajarkan ilmu-ilmu keislaman.
Madrasah pada prinsipnya adalah kelanjutan dari system pesantren.
Ditinjau dari segi tingkatannya madrasah dibagi menjadi tiga, yaitu :
a. Tingkat Ibtidaiyah (Tingkat Dasar)
b. Tingkat Tsanawiyah (Tingkat Menengah)
c. Tingkat Aliyah (Tingkat Menengah Atas).
Tugas lembaga madrasah sebagai lembaga pendidikan Islam adalah :
a. Merealisasikan pendidikan Islam yang didasarkan atas prinsip pikir, akidah, dan
tasyri’ yang diarahkan untuk mencapai tujuan pendidikan. Bentuk dan realisasi itu
ialah agar peserta didik beribadah, mentauhidkan Alloh SWT, tunduk dan patuh
atas perintah-Nya serta syariat-Nya.
b. Memelihara fitrah anak didik sebagai insan mulia, agar tak menyimpang tujuan
Allah menciptakannya.
c. Memberikan kepada anak didik dengan seperangkat keberadaban dan kebudayaan
islami.
d. Membersihkan pikiran dan jiwa dari pengaruh subjektivitas (emosi), karena
pengaruh zaman dewasa ini lebih mengarah pada penyimpangan fitrah manusiawi.
e. Memberikan wawasan nilai dan moral, serta peradaban manusia yang membawa
khazanah pemikiran anak didik menjadi berkembang.
f. Menciptakan suasana kesatuan dan kesamaan antar anak didik.
3. Pondok Pesantren
Pondok Pesantren yaitu suatu lembaga pendidikan Islam, yang didalamnya
terdapat seorang kiai (pendidik) yang mengajar dan mendidik para santri (peserta didik)
dengan sarana masjid yang digunakan untuk menyelenggarakan pendidikan tersebut,
serta adanya pemondokan atau asrama sebagai tempat tinggal para santri. Ciri-ciri
khusus dalam pondok pesantren adalah isi kurikulum yang dibuat terfokus pada ilmu-
ilmu agama, misalnya ilmu sintaksis Arab, morfologi Arab, hukum Islam, system
yurisprudensi Islam, Hadits, tafsir Al-Qur’an, teologi Islam, tasawuf, tarikh, dan
retorika. Literatur ilmu-ilmu tersebut memakai kitab-kitab klasik yang disebut dengan
istilah “kitab kuning”. Tujuan pendidikan dalam pesantren yaitu untuk mempersiapkan
pemimpin-pemimpin akhlak dan keagamaan.
Sistem yang ditampilkan dalam pondok pesantren mempunyai keunikan
dibandingkan dengan system yang diterapkan dalam lembaga pendidikan umumnya,
yaitu:
a. Memakai system tradisional, yang memiliki kebebasan penuh dibandingkan dengan
sekolah modern, sehingga terjadi hubungan dua arah antara kiai dan santri.
7
b. Kehidupan di pesantren menampakkan semangat demokrasi, karena mereka praktis
bekerja sama mengatasi problem non kurikuler mereka sendiri.
c. Para santri tidak mengidap penyakit simbolis, yaitu perolehan gelar dan ijazah,
karena sebagian besar pesantren tidak mengeluarkan ijazah, sedangkan santri
dengan ketulusan hatinya masuk pesantren tanpa adanya ijazah tersebut. Hal itu
karena tujuan mereka hanya ingin mencari keridhaan Allah SWT semata.
d. Sistem pondok pesantren mengutamakan kesederhanaan, idealisme, persaudaraan,
persamaan, rasa percaya diri, dan keberanian hidup.
e. Alumni pondok pesantren tak ingin menduduki jabatan pemerintahan, sehingga
mereka tidak dapat dikuasai oleh pemerintah.
4. Majlis Ta’lim
Menurut bahasa Majelis Ta’lim berasal dari kata bahasa Arab yaitu dari kata
majlis yang artinya tempat dudukdan ta’lim yang artinyapengajaran. Jadi majelis ta’lim
adalah tempat untuk mengadakan pengajaran dan pengajian agama Islam. Pengertian
majelis ta’lim lainnya adalah tempat berkumpulnya sekelompok orang untuk
melakukan suatu kegiatan.
Keberadaan majelis ta’lim tidak hanya terbatas sebagai tempat pengajian
saja,tetapi menjadi lebih maju lagi menjadi lembaga yang menyelenggarakan
pengajaranatau pengajian agama Islam. Oleh karena itu majelis ta’lim menjadi sarana
dakwahpembinaan dan peningkatan kualitas hidup umat Islam sesuai tuntutan ajaran
agama. Penyelenggaraan majelis ta’lim berbeda dengan peyelenggaraan pendidikan
Islam lainnya, seperti pesantren dan madrasah, baik menyangkut sistem, materimaupun
tujuannya.
Majelis ta’lim memiliki karakteristik sebagai berikut:
a. Majelis ta’lim adalah lembaga pendidikan non formal Islam
b. Pengikut atau pesertanya disebut jamâ.ah (orang banyak), bukan pelajar atausantri.
Hal ini didasarkan kepada kehadiran di majelis ta.lim tidak merupakankewajiban
sebagaimana dengan kewajiban murid menghadiri sekolah
c. Waktu belajar berkala tidak teratur, tidak setiap hari sebagaimana halnyasekolah
dan madrasah.
d. Tujuannya yaitu untuk memasyarakatkan ajaran Islam.
Sistem pengajaran yang diterapkan dalam majelis taklim terdiri dari beragam
metode. Secara umum, terdapat berbagai metode yang digunakan di majelis taklim,
yaitu :
a. Metode Ceramah, yang dimaksud adalah penerangan dengan penuturan lisan
b. Metode Tanya Jawab, metode ini membuat peserta lebih aktif. Keaktifan
dirangsang melalui pertanyaan yang disajikan.
c. Metode Latihan, metode ini sifatnya melatih untuk menimbulkan keterampilan dan
ketangkasan.
d. Metode Diskusi, metode ini akan dipakai harus ada terlebih dahulu masalah atau
pertanyaan yang jawabannya dapat didiskusikan.
Majelis ta’lim adalah lembaga pengajian dan pengajaran agama Islam yang
mensyaratkan adanya :
a. Badan yang mengurusi sehingga kegiatan ta’lim tersebut berkesinambungan
b. Guru, ustadz, muballigh, baik seorang atau lebih yang memberikan pelajaransecara
rutin dan berkesinambungan.
c. Peserta atau jama.ah yang relatif tetap.
d. Kurikulum atau materi pokok yang diajarkan.
e. Kegiatannya dilaksanakan secara teratur dan berkala.
f. Adanya tempat tertentu untuk menyelenggarakannya.
8
Alternatif Sistem Pendidikan Islam di Indoonesia
Ada dua bentuk kegiatan pendidikan di Indonesia yang perlu mendapat perhatian
dari kalangan ahli pendidikan Islam di Indonesia. Bentuk – bentuk itu hampir pasti
mendukung usaha pendidikan agama Islam di Indonesia.Kegiatan pendidikan itu
mempengaruhi orang untuk beragama Islam dan atau meningkatkan keislaman seseorang.
Bentuk – bentuk yang dimaksud adalah pesantren kilat dan perguruan silat tenaga dalam.
1. Pesantren Kilat
Istilah pesantren pasti sudah dikenal oleh orang Islam di Indoneisa. Itu adalah
nama lembaga pendidikan islam yang paling tua di Indonesia. Pada sekitar tahun
1970-an orang-orang di Departemen Agama Pusat mengirimkan anaknya ke
Pesantren Gontor bila datang saat libur sekolah. Di sana mereka mondok dan belajar
agama, dari itulah mungkin asal-usul pesantren kilat. Kemudian sejak tahun 1980-
an, di kota Bandung banyak sekali orang yang menyelenggarakan pesantren kilat.
Menjelang libur orang mengedarkan pengumuman, bahwa akan dibuka pesantren
kilat yang umumnya diadakan di masjid maupun pesantren. Lamanya berkisar dari 7
sampai 30 hari. Di sana diajarkan tentang agama Islam seperti membaca al-Qur’an,
keimanan islam, fiqih, akhlak dan lain sebagainya.
Peserta itu dibagi menurut tingkat kemampuannya, mulai dari kelompok pemula
yang belajar membaca al-Qur’an dan amalan agama sehari-hari sampai kelompok
lanjutan yang belajar membaca kitab kuning dan diskusi masalah-masalah Islam
yang kontemporer.
Dari berbagai penelitian dapat diketahui motif orang tua memasukkan anaknya ke
pesantren kilat, yaitu :
a. Agar anaknya tidak nakal. Orang tua sekarang khawatir sekali terhadap
perkembangan akhlak anaknya. Sudah banyak gejala kenakalan anak remaja,
misalnya sering berkelahi, nongkrong, minum-minuman keras, kenakalan
seksual, menggunakan narkotika bahkan sampai berujung pada tindakan-
tindakan kejahatan.
b. Motif mengisi waktu. Orang tua memasukkan anaknya ke pesantren kilat
dengan maksud mengisi waktu luang (karena libur), karena waktu luang bagi
anak dan remaja adalah waktu yang amat berbahaya bila tidak diisi dengan atau
dialihkan kepada kegiatan positif.
c. Menutupi kekurangan pendidikan agama di sekolah. Orang tua memasukkan
anaknya ke pesantren kilat karena merasa pendidikan agama Islam yang
diperoleh anaknya di sekolah masih kurang. Nyatanya, murid-murid pada
umumnya banyak paham, lebih sedikit amal, boleh dikatakan kosong dalam
iman. Rasa beragama kurang sekali dibina oleh guru-guru di sekolah, mereka
mati-matian membina pemahaman dan sedikit membina pengalaman.
Selanjutnya disini ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh penyelenggara
pesantren kilat, yaitu:
a. Hendaknya pesantren kilat diadakan di pesantren, maksunya tempatnya di
pesantren, mondok di pesantren, dan tata cara pesantren.
9
b. Aturan kehidupan di pesantren kilat hendaknya diatur persis seperti aturan
kehidupan di pesantren. Aturan yang penting antara lain ialah hidup sederhana,
melayani diri sendiri, melaksanakan ibadah tepat waktu, menghormati guru
(ulama,kiai), pergaulan Islami dan kerja sama.
c. Tradisi pesantren diterapkan pada santri pesantren kilat, misalnya bangun
malam untuk mandi dan sholat, wirid, atau pepujian.
d. Kurikulum pesantren kilat cukup dibagi dua macam, yang berlaku umum dan
khusus sesuai tingkat kematangan peserta.
e. Biaya pesantren kilat jangan terlalu rendah, biaya yang perlu ditanggung oleh
santri ialah honor guru, biaya makan, biaya kebersihan, biaya keamanan, sewa
pondokan dan sumbangan bagi sesepuh pesantren. Biaya buku,kitap,fotokopian
dibebankan secara insidental.
f. Kebersihan tempat dan makanan perlu diperhatikan.
g. Kehidupan sederhana benar-benar harus dituntun tanpa pilih bulu, ini penting
karena kemewahan dapat merusak perkembangan anak-anak kita.
10
C. Komponen Sistem Pendidikan
Untuk menghasilkan output dari sistem pendidikan yang bermutu, hal yang paling
penting adalah bagaimana membuat semua komponen yang dimaksud berjalan dengan baik.
Yang mana pendidik, siswa, materi pendidikan, alat pendidikan dan lingkungan pendidikan
semuanya satu langkah menuju pencapaian tujuan pendidikan itu.
Komponen dalam sistem pendidikan ada 6, yaitu: tujuan, siswa, pendidik, isi/materi,
situasi lingkungan, dan alat pendidikan.
1. Tujuan
Tujuan pendidikan berfungsi sebagai arah yang ingin dituju dalam aktivitas
pendidikan. Dengan adanya tujuan yang jelas, maka komponen-komponen pendidikan
yang lain serta aktivitasnya senantiasa berpedoman kepada tujuan, sehingga efektivitas
proses pendidikannya selalu diukur apakah dapat dan dalam rangka mencapai tujuan atau
tidak. Menurut al-Abrasyi, tujuan akhir pendidikan Islam adalah:
a. Pembinaan akhlak
b. Menyiapkan peserta didik untuk hidup di dunia dan akhirat
c. Penguasaan ilmu
d. Keterampilan bekerja dalam masyarakat
2. Siswa
Siswa/peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan
dirinya melalui proses pendidikan pada jalur, jenjang dan jenis pendidikan tertentu.
Peserta didik dalam pendidikan Islam selalu terkait dengan pandangan Islam
tentang hakikat manusia, yaitu makhluk yang memiliki dua dimensi (jasmanyiah dan
ruhaniyah) yang didesaian dengan sebaik-baik model dan sekaligus fleksibel serta
berpotensi tinggi untuk dikembangkan. Keutamaan lain yang diberikan Allah SWT
adalah fitrah, yakni potensi manusiawi yang educable.
3. Pendidik
Secara umum, pendidik adalah orang yang mempunyai tanggung jawab untuk
mendidik. Sementara secara khusus, pendidik dalam perspektif pendidikan Islam adalah
orang-orang yang bertanggung jawab terhadap perkembangan peserta didik dengan
mengupayakan perkembangan seluruh potensi peserta didik sesuai dengan nilai-nilai
ajaran Islam.
4. Materi/isi Pendidikan
Materi adalah bahan-bahan pelajaran yang disajikan dalam proses kependidikan
dalam suatu sistem institusional pendidikan.
Materi/isi pendidikan adalah segala sesuatu pesan yang disampaikan oleh
pendidik kepada siswa dalam rangka mencapai tujuan pendidikan. Dalam usaha
pendidikan yang diselenggarakan di keluarga, di sekolah, dan di masyarakat, terdapat
syarat utama dalam pemilihan beban/materi pendidikan, yaitu: (a) materi harus sesuai
dengan tujuan pendidikan, (b) materi harus sesuai dengan kebutuhan siswa.
Klasifikasi Ibnu Khaldun tentang ilmu-ilmu dasar pengetahuan Islam yang
bersumber dari Al Qur’an meliputi sebagai berikut:
a. Ilmu pengetahuan filosofi dan intelektual, terdiri dari: logika, fisika, medis,
pertanian, metafisika, serta ilmu yang berkaitan dengan kuantitas.
11
b. Ilmu-ilmu pengetahuan yang disampaikan (transmitted sciences), terdiri dari: ilmu
Al Qur’an, tafsir dan tajwid, ilmu hadis, ilmu fiqh, teologi (ilmu ketuhanan), dan
bahasa.
5. Lingkungan Pendidikan
Lingkungan Pendidikan adalah suatu ruang dan waktu yang mendukung kegiatan
pendidikan. Proses pendidikan berada dalam suatu lingkungan, baik lingkungan keluarga,
lingkungan sekolah atau lingkungan masyarakat.
a. Lingkungan keluarga, merupakan awal mula pendidikan Islam
b. Lingkungan sekolah, terdiri dari: Raudhatul Atfal, Madrasah Diniyah, Madrasah
Ibtidaiyah, Madrasah Tsanawiyah, Madrasah Aliyah, Universitas Islam
c. Lingkungan masyarakat, contohnya: pondok pesantren, masjid dan mushala, TPA.
6. Alat Pendidikan
Alat pendidikan adalah pendukung dan penunjang pelaksanaan pendidikan yang
berfungsi sebagai perantara pada saat menyampaikan materi pendidikan, oleh pendidik
kepada siswa dalam mencapai tujuan pendidikan.
Alat pendidikan dapat membentu dan bahkan terkadang dalam hal tertentu dapat
menggantikan peran pendidikdalam proses pembelajaran.
Dalam prakteknya paling tidak ada dua macam alat pendidikan. Pertama alat
pendidikan dalam arti metode, kedua alat pendidikan dalam arti perangkat keras yang
digunakan seperti media pembelajaran dan sarana pembelajaran.
12
Istilah sering sekali disamakan dengan istilah pendekatan,strategi dan teknik sehingga
dalam penggunaanya sering saling bergantian yang pada intinya suatu cara untuk mencapai
tujuan pendidikan yang ditetapkan atau cara yang cepat dan tepat untuk meraih tujuan
pendidikan sesuai dengan kebutuhan peserta didik.
Isitilah pendekantan bersifat aksiomatis yang menyatakan pendirian, filsafat, dan
keyakinan, walaupun hal itu tidak mesti dapat dibuktikan. Ia terkait dengan serangkaian
asumsi mengenai hakikat pembelajaran. Pendekatan merupakan kerangka filosofis
dan teoritis yang menjadi dasar pijak bagi cara yang ditempuh seseorang untuk mencapai
tujuan.. contohnya pendekatan humanisme, leberalisme, behaviorisme, dan pendekatan
kognitivisme.
Metode Pendidikan Islam dapat diartikan sebagai jalan untuk menanamkan pengetahuan
agama pada diri seseorang sehingga dapat terlihat dalam pribadi objek sasaran, yaitu pribadi
Islami. Selain itu metode pendidikan Islam dapat diartikan sebagai cara untuk memahami,
manggali, dan mengembangkan ajaran Islam, sehingga terus berkembang sesuai dengan
perkembangan zaman.
Nabi Muhammad SAW. Juga telah meberikan beberapa metode atau cara mendidik
contohnya dalam hadits yang artinya sebagai berikut: “Suruhlah anak-anakmu
bersembahyang apabila ia telah berumur tujuh tahun dan apabila ia sudah berumur sepuluh
tahun ia meninggalkan sembahyang itu maka pukul ia.” (HR. Tirmizi)
Adapun Metode yang digunakan oleh Dra. Hj. Nur Uhbiyati yang mengutip dari
Muhammad Qutb di dalam bukunya Minhajut Tarbiyah Islamiyah menyatakan bahwa teknik
metode pendidikan islam itu ada lima macam yaitu:
a. Metode Pendidikan Melalui Teladan yaitu: merupakan salah satu teknik pedidikan
yang efektif dan sukses.
b. Metode Pendidikan Melalui Nasihat. Didalam jiwa terdapat pembawaan untuk
terpengaruh oleh kata-kata yang didengar, pembawaan itu biasanya tidak tetap dan
oleh karena itu kata-kata harus diulang-ulang.
c. Metode Pendidikan Melalui Cerita. Cerita mempunyai daya tarik yang menyentuh
perasaan manusia, sebab bagaimanapun cerita sudah merajut hati manusia dan akan
mempengaruh kehidupan mereka.
d. Metode Pendidikan Melalui kebiasaan. Kebiasaan mempunyai peranan penting dalam
kehidupan manusia karena itu menghemat banyak sekali kekuatan manusia karena
kebiasaan yang mudah melekat dan spontan agar kekuatan itu dapat dipergunakan
untuk kegiatan-kegiatn yang bermanfaat.
e. Metode Pendidikan Melalui Peristiwa-peristiwa. Hidup ini penuh perjuangan dan
merupakan pengalaman-pengalaman dengan berbagai peristiwa, baik yang timbul
karena tindakanya sendiri, maupun karena sebab-sebab diluar kemampuanya, Guru
yang baik tidak akan membiarkan peristiwa peristiwa itu berlalu begitu saja tanpa di
ambil menjadi pengalaman yang berharga, ia mesti menggunakanya untuk membina,
mengasuh dan mendidik jiwa, oleh karena itu pengaruhnya tidak boleh hanya
sebentar itu saja. Pada jaman sekarang pendidikan sangat beragam dan menggunakan
alat yang serba canggih, ada yang mengunakan televisi, komputer dan lain
sebagainya. Maka dari itulah metode menurut Dra. Jakiah Drajat dalam bukunya
yaitu Pendidikan Islam mengatakan bahwa metode yang akurat adalah bagaimana
13
caranya mengunakan alat yang serba canggih itu supaya mudah menyampaikan
materi kepada anak-anak didik.
14
metode tersebut dilaksanakan dan dipraktikan. Prinsip metode pendidikan islam yang
mengandung unsur-unsur pembeda adalah:
Prinsip metode pendidikan islam;
1. Niat dan orientasi dalam pendidikan agama islam, yakni untuk mendekatkan
hubungan antara manusia dan tAllah dan sesama makhluk.
2. Keterpaduan(integrative, tauhid), dalam pendidikan islam ada kesatuan antara iman-
ilmu-amal, iman-islam-ihsan.
3. Bertumpu pada kebenaramateri yang disampaikan harus benar, disampaikan dengan
cara yang benar, dan dengan dasar niat yang benar.
4. Kejujuran dan amanahbrbagai metode yang dipakai dalam pendidikan islam harus
memegang teguh prinsip kejujuran(akademik) kebohongan dan dusta dalam bentuk
apaun tidak bisa dibenarkan.
5. Keteladanan, dalam pendidikan islam ada kesatuan antara iman-ilmu-amal pendidik
dituntuk menjadi teladan bagi peserta didiknya.
6. Berdasar pada nilai, metode pendidikan islam teap pada nilai etika-moral.
7. Sesuai dengan usia dan kemampuan akal, pendidikan hendaknya diberikan kepada
peserta didik setelah mereka berusia minimal tujuh tahun
8. Sesuai dengan kebutuhan peserta didik, bukan hanya untuk memenuhi keinginan
pendidik, apalagi untuk proyek semata.
9. Mengambil pelajaran pada setiap kasus atau kejadian, yang menyenangkan atau
menyedihkan. Mengambil pelajaran dimulai dengan pikiran positif dan menerima
perjalanan hidup dengan tidak berlebihan dalam menyikapinya.
Proporsional dalam memberikan janji, yang menggembirakan dan ancaman untuk
mendidik kedisiplinan, proporsional karena harus disesuaikan dengan situasi dan kondisi
peserta didik.
15
c. Fungsi Penyesuaian mental, yaitu untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya
baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial dan dapat mengubah lingkungannya
sesuai dengan ajaran agama Islam.
d. Fungsi Perbaikan, yaitu untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan, kekurangan-
kekurangan dan kelemahan-kelemahan peserta didik dalam keyakinan, pemahaman
dan pengalaman ajaran dalam kehidupan sehari-hari.
e. Fungsi Pencegahan, yaitu untuk menangkal hal-hal negatif dari lingkungannya atau
dari budaya lain yang dapat membahayakan dirinya dan menghambat
perkembangannya menuju manusia seutuhnya.
f. Fungsi Pengajaran tentang ilmu pengetahuan keagamaan secara umum (alam nyata
dan nir-nyata), sistem dan fungsionalnya.
g. Fungsi Penyaluran, yaitu untuk menyalurkan anak-anak yang memiliki bakat khusus
di bidang agama Islam agar bakat tersebut dapat berkembang secara optimal sehingga
dapat dimanfaatkan untuk dirinya sendiri dan bagi orang lain.
Dikemukakan oleh Yusuf Amir Faisal, tujuan pendidikan Islam pada hakekatnya sama
dengan tujuan diturunkannya agama Islam yaitu untuk membentuk manusia yang bertakwa
(muttaqîn). Selanjutnya Faisal merinci manusia yang bertakwa itu adalah yang:
1) Dapat melaksanakan ibadah mahdah dan ghair mahdah,
2) Membentuk warga Negara yang bertanggungjawab kepada masyarakatnya,
bangsanya, dalam rangka bertanggung jawab kepada Allah.
3) Membentuk dan mengembangkan tenaga profesional yang siap dan terampil untuk
memasuki teknostruktur masyarakatnya.
4) Mengembangkan tenaga ahli di bidang ilmu agama Islam.
17
Model Pragmatis
Model pragmatis adalah model yang lebih mengutamakan aspek praktis dan kegunaannya
artinya formulasi sisetem pendidikan itu diambil dari sistem pendidikan kontemorer dapat
dikembangkan dalam pendidikan islam, selalam tidak bertentangan dengan prinsip-prisnsip
dasar yang terdapta dalam alquran dan sunnah.
Model pragmatis dilakukan dengan cara :
1. Adobsi yaitu mengambil secara utuh sistem pendidikan non-islam
2. Asimilasi yaitu mengambil sistem pendidikan non-islam dengan menyesuaikannya
disana sini.
3. Legitimasi yaitu mengambil sistem pendidikan no-islam kemudian dicarikan nash
untuk justifikasinya
4. Menurut abd mujib sistem pendidikan yang didasarkan model ini bersumber dair
pemikiran filsafat pendidikan, psikologi pendidikan kontemporer. Sistem pendidikan
yang terdapat di dalam aliran progrevisme, esensisalisme, dan rekontruksionisme.
Model pragmatis paling banyak diminati pakar pendidikan islam. Disamping efektif dan
efisiensinya, model ini tekh diuji keunggulannya. Sistem penddikan islam yang
dikembangkan melalui model ini memiliki posisi tersendir bahkan mampu menjadi alternatif
bagi keberadaan sistem pendidikan kontemporer.
Perbedaan Sistem Pendidikan Islam Dengan Sistem Pendidikan Non Islam
Sistem Ideologi
Islam memiliki ideologi al-tauhid yang bersumber dari al-Quran dan Sunnah.
Sedangkan non-islam memiliki berbagai macam ideologi yang bersumber dari isme-
isme materialis, komunis, ateis, sosialis, kapitalis dan sebagainya.
Sistem Nilai
Sistem Islam bersumber dari nilai al-Quran dan sunnah, sedangkan non-islam
bersumber dari nilai hasil pemikiran, hasil penelitian para ahli, dan adat kebiasaan
masyarakat. Dalam Islam nilai-nilai pada al-Quran dan Sunnah tersebut
diinternalisasikan kepada peserta didik melalui proses pendidikan.
Orientasi Pendidikan
Pendidikan Islam berorientasi kepada pada kedua kehidupan yaitu duniawi dan
ukhrawi, sedangkan pendidikan non-islam orientasinya duniawi semata. Didalam
islam kehidupan akhirat merupakan kelanjutan dari kehidupan dunia, bahkan suatu
mutu kehidupan akhirat konsekuensi dari mutu kehidupan dunia.
18
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pendidikan dalam Islam merupakan proses perubahan sikap dan tata laku orang dalam
usaha mendewasakan manusia dengan upaya pengajaran dan pelatihan. Pendidikan Islam
adalah usaha maksimal untuk menentukan kepribadian anak didik berdasarkan ketentuan-
ketentuan yang telah di gariskan dalam al-qur’an dan as-sunnah/al-hadits.
Al-qur’an merupakan pendidikan secara umum, yang merupakan pendidikan secara
khusus, kelebihan dalam al-qur’an terletak pada metode yang menakjubkan dan unik
sehingga dalam konsep pendidikan yang terkandung di dalamnya, al-qur’an mampu
menciptakan individu yang beriman dan senantiasa meng-Esakan Allah, serta mengimani
hari akhir.
Assunnah/al-hadits adalah: Perbuatan, perkataan ataupun pengakuan Rosul Allah SWT,
pengakuan itu sendiri adalah kejadian atau perbuatan orang lain yang diketahui Rosulullah,
untuk membina umat manjadi manusia seutuhnya. Al-Hadits sebagai dasar Islam tidak
terlepas dari fungsi itu sendiri terhadap al-qur’an, fungsi as-sunnah terhadap al-qur’an adalah
sangat penting.
Sistem adalah suatu keseluruhan yang terdiri dari komponen-komponen yang masing-
masing bekerja sendiri dalam fungsinya yang berkaitan dengan fungsi dari komponen lainnya
yang secara terpadu bergerak menuju ke arah satu tujuan yang telah ditetapkan.
B. Saran
Setelah adanya kajian tentang sistem dan metode pendidikan Islam sebagaiamana yang
dipaparkan dalam makalah ini, penulis berharap semoga kita sebagai calon guru dapat
mengetahui bagaimana sistem pendidikan Islam. Sehingga setelah kita mengetahui
komponen-komponen yang terdapat di dalamnya, kita dapat “mengolahnya”, agar masing-
masing komponen yang bertugas sesuai fungsinya akan bekerja antara satu dengan yang
lainnya dalam rangkaian satu sistem. Serta mampu secara terpadu bergerak ke arah tujuan
sesuai dengan fungsinya. Demi tercapainya tujuan pendidikan Islam.
19
DAFTAR PUSTAKA
20