Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH PENDEKATAN DAN TANTANGAN

MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM


Dosen Pengampu: Asep Saepudin, M.Pd. I

Di susun Oleh :
Kelompok 1
Nadila Tri Anjani (21221011223)
Amalina Mutia Hamida (21221011248)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS ILMU KEISLAMAN
UNIERSITAS ISLAM AL-IHYA KUNINGAN
20223
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Atas


limpahan rahmat, taufiq dan hidayah-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas mata kuliah “Manajemen Pendidikan Islam”.
Penyusunan tugas ini bertujuan untuk memenuhi tugas sebagai
mahasiswa. Dalam tugas ini kami membahas mengenai “Pendekatan
dan Tantangan dalam Manajemen Pendidikan Islam”.
Kami menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh
dari kesempurnaan oleh karena itu, kami mengharap kepada semua
pihak agar memberikan berbagai kritik dan saran yang bersifat
membangun sehingga kami dapat memperbaiki kesalahan kami.
Akhir kata kami ucapkan terima kasih semoga semua tugas ini
bermanfaat dan berguna bagi kita semua.

Kuningan, 20 Oktober 2023

Kelompok 1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................İ
DAATAR ISI.............................................................................................................İİ
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................<
A. Latar Belakang................................................................................................<
B. Rumusan Masalah..........................................................................................<
C. Tujuan Masalah..............................................................................................<
BAB II PEMBAHASAN............................................................................................2
A. Pengertian Manajemen Pendidikan Islam................................................2
B. Pendekatan Manajemen Pendidikan Islam.............................................
C. Tantangan dalam Manajemen Pendidikan Islam di Era
Globalisasi.........................................................................................................1
D. Cara menghadapi tantangan dalam Manajemen Pendidikan Islam
di Indonesia.......................................................................................................0
BAB III PENUTUP....................................................................................................<3
A. KESIMPULAN.............................................................................................<3
DAATAR PUSTAKA......................................................<<
B

PE

N
A. Latar Belakang

Rumusan tujuan Pendidikan Nasional dalam Undang-undang nomor 20


Tahun tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan pendidikan
2003
nasional berfungsi
untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak
serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa. Bertujuan untuk
mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia
yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan
menjadi warga negara yang demokrasi dan bertanggungjawab.
Salah satu manusia berkualitas dalam rumusan undang-
undang No. 20 Tahun 2003 diatas adalah mereka yang beriman
dan bertaqwa serta memiliki akhlak mulia. Dengan demikian
salah satu ciri kompetensi keluaran pendidikan nasional adalah
ketangguhan dalam iman, taqwa serta akhlak mulia.

Menurut tafsir, bagi umat islam dan khususnya dalam


Pendidikan Islam, etensi iman dan taqwa serta memiliki
komp s
akhlak mulia tersebut udah lama d sadari
kepentingannya, dan sudah diimplementasikan dalam lembaga
pendidikan islam. Dalam pandangan Imtaq dan Iptek, juga
akhlak mulia diperlukan manusia dalam melaksanakan tugasnya
sebagai khalifah di bumi.

B. Rumusan Masalah
Apa pengertian manajemen pendidikan islam ?
Apa saja pendekatan manajemen pendidikan islam ? Apa
saja tantangan manajemen pendidikan islam ?
Bagaimana cara menghadapi tantangan manajemen pendidikan islam
indonesia?

C. Tujuan Masalah
Untuk mengetahui pengertian manajemen pendidikan
Islam.
Untuk mengetahui apa saja pendekatan manajemen
pendidikan Islam
Untuk mengetahui tantangan manajemen pendidikan
Islam.
B

N
A. Pengertian Manajemen Pendidikan Islam
Aktivitas kependidikan islam ada sejak adanya manusia
itu sendiri (Nabi Adam dan Ibu Hawa), bahkan ayat Al Qur'an
yang pertama kali diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW
adalah bukan perintah tentang sholat, puasa dan lainnya, tetapi
justru perintah iqra (membaca, merenung, menelaah, meneliti
atau mengkaji) atau perintah untuk mencerdaskan kehidupan
manusia yang merupakan inti dari aktivitas pendidikan.
Banyak definisi yang dikemukakan oleh para ahli
mengenai pendidikan islam, tetapi menurut penulis intinya ada
dua yaitu : pertama, pendidikan islam merupakan aktivitas
pendidikan yang mengejawantahkan ajaran-ajaran dan nilai-nilai
islam. Dalam prakteknya di Indonesia, pendidikan islam ini
setidak-tidaknya dapat dikelompokkan ke dalam lima jenis, yaitu
:
1. Pondok Pesantren atau Madrasah Diniyah, menurut UU
No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
disebut sebagai pendidikan keagamaan (islam) formal,
seperti pondok pesantren / Madrasah Diniyah.
2. PAUD / RA, BA, TA, Madrasah dan pendidikan
lanjutan seperti IAIN / STAIN atau Universitas Islam
Negeri dibawah naungan Departemen Agama.
3. Pendidikan Usia Dini / RA, BA, TA Sekolah / Perguruan
Tinggi yang diselenggarakan oleh dan / atau dibawah
naungan yayasan dan organisasi islam.
4. Pelajaran agama islam di sekolah / madrasah / perguruan
tinggi sebagai suatu mata pelajaran atau mata kuliah, dan
/ atau sebagai program studi.
5. Pendidikan islam dalam keluarga atau tempat-tempat
ibadah dan / atau forum- forum kajian ke islaman, majelis
taklim dan institusi-institusi yang sedang digalakkan oleh
masyarakat, atau pendidikan (islam) melalui jalur
pendidikan formal dan informal.
Kedua pendidikan islam adalah sistem pendidikan yang dikembangkan
dari dan disemangati atai dijiwai oleh ajaran dan nilai-nilai islam. Dalam
pengertian yang kedua ini pendidikan islam mencakup.
1. Pendidikan / guru / dosen, Kepala Madrasah / Sekolah
atau pemimpin perguruan tinggi dan / atau tenaga
kependidikan lainnya yang melakukan dan
mengembangkan aktivitas kependidikannya disemangati
atau dijiwai oleh ajaran dan nilai-nilai islam.

2. Komponen-komponen pendidikan lainnya seperti tujuan, materi /


bahan ajar, alat / media / sumber belajar, metode, evaluasi,
lingkungan / kontek, manajemen yang dijiwai oleh ajaran dan nilai
islam.
Manajemen pendidikan adalah manajemen yang diterapkan dalam
pengembangan pendidikan dalam arti, ia merupakan seni dan ilmu
mengelola sumber daya pendidikan islam untuk mencapai tujuan
pendidikan islam secara efektif dan efisien,

bisa juga didefinisikan sebagai proses perencanaan, pengorganisasian,


pengarahan dan pengendalian sumber daya pendidikan islam untuk
mencapai tujuan pendidikan islam
secara efektif dan efisien.
Lembaga pendidikan islam dikategorikan sebagai lembaga industri
mulia (noble industy) karena mengemban misi ganda yaitu profit sekaligus
sosial. Misi profit yaitu untuk mencapai keuntungan, ini dapat dicapai
ketika efisiensi dan efektivitas dana bisa tercapai, sehingga pemasukan
(income) lebih besar dari operasional, misi sosial bertujuan untuk
mewariskan dan menginternalisasikan nilai luhur. Misi kedua ini dapat
dicapai apabila lembaga pendidikan islam memiliki modal human
capital dan social capital yang menandai dan juga memiliki tingkat
keefektifan dan efisiensi yang tinggi itu sebabnya mengelola lembaga
pendidikan islam tidak hanya

dibutuhkan profesionalisme yang tinggi tetapi juga misi, niat suci dan
mental berlimpah.
B. Pendekatan Manajemen Pendidikan Islam
Pendekatan menurut H.M Habib Thaha adalah cara
pemrosesan subyek atas obyek untuk mencapai tujuan.
Pendekatan ini juga berarti cara pandang terhadap sebuah obyek
permasalahan, dimana cara pandang tersebut memiliki cakupan
yang luas. Sedangkan menurut Prof. Dr. Oteng Sutisna, M.Sc
pendekatan adalah apa yang hendak ia kerjakan dan bagaimana
ia akan mengerjakan sesuatu. Yang pertama disebut dalam
pengertian “tugas” dan yang kedua adalah pendekatan dalam
pengertian “proses”.

Penggunaan istilah “pendekatan” memiliki arti yang


berbeda-beda tergantung
kepada obyek apa yang akan menjadi tema sentral perencanaan
kerja dan kajian pemikiran apa yang akan dikembangkan. Dalam
konteks belajar, pendekatan dipahami sebagai segala cara atau
strategi yang digunakan peserta didik untuk menunjang efisiensi
dan efektifitas dalam proses pembelajaran tertentu. Dengan
demikian pendekatan adalah seperangkat langkah oprasional
yang direkayasa sedemikian rupa, untuk memecahkan masalah
atau untuk mencapai tujuan belajar tertentu.

Macam-Macam Pendekatan dalam Manajemen Pendidikan Islam :

1. Pendekatan Kontekstual
Salah satu unsur terpenting dalam penerapan pendekatan kontekstual adalah
pemahaman guru untuk menerapkan strategi pembelajaran konstektual i dalam
kelas. Akan tetapi, fenomena yang ada menunjukkan sedikitnya pemahaman
guru-guru PAI mengenai strategi ini.
di dalam kelas. Akan tetapi, fenomena yang ada menunjukkan sedikitnya
pemahaman guru-guru PAI mengenai strategi ini.
Pembelajaran kontekstual didasarkan pada hasil
penelitian John Dewey (1961) yang menyimpulkan bahwa
siswa akan belajar dengan baik jika apa yang dipelajari
terkait dengan apa yang terjadi di sekelilingnya.
Pembelajaran ini menekankan pada daya pikir yang
tinggi. Transfer ilmu pengetahuan,

mengumpulkan dan menganalisa data, memecahkan


masalah-masalah tertentu baik secara individu maupun
kelompok.
Jawahir mengemukakan bahwa guru PAI dapat
menggunakan strategi pembelajaran konstektual dengan
memperhatikan beberapa hal sebagai berikut:
- Memberikan kegiatan yang bervariasi
sehingga dapat melayani
perbedaan individual siswa.
- Lebih mengaktifkan siswa dan guru
- Mendorong berkembangnya kemampuan baru
- Menimbulkan jalinan belajar di sekolah,
rumah dan lingkungan
masyarakat.

Beberapa hal yang diperhatikan para guru PAI dalam


mengimplementasikan pendekatan konstektual adalah :
- Memanfaatkan lingkungan siswa untuk
memperoleh pengalaman belajar
- Membuat aktivitas kelompok
- Membuat aktivitas belajar mandiri
- Menyusun refleksi
2. Pendekatan Sains
Pendekatan sains yaitu suatu pengkajian pendidikan
untuk menelaah dan memecahkan masalah-masalah
pendidikan dengan menggunakan disiplin ilmu tertentu
sebagai dasarnya. Cara kerja pendekatan sains dalam
pendidikan yaitu

dengan menggunakan prinsip-prinsip dan metode kerja


ilmiah yang ketat, baik yang bersifat kuantitatif maupun
kualitatif.
Melalui pendekatan sains kemudian dihasilkan sains
pendidikan atau ilmu pendidikan dengan berbagai
cabangnya seperti :
- Sosiologi pendidikan
- Psikologi pendidikan
- Administrasi atau manajemen pendidikan
- Teknologi pendidikan
- Evaluasi pendidikan
- Bimbingan dan konseling
3. Pendekatan Filosofis.
Pendekatan filosofi yaitu suatu pendekatan untuk menelaah dan
memecahkan masalah-masalah pendidikan dengan menggunakan metode
filsafat. Cara kerja pendekatan filsafat dalam pendidikan melalui metode
berfikir yang radikal, sistematis dan menyeluruh tentang pendidikan yang
dapat dikelompokkan ke dalam 3 model :
- Model filsafat spekulatif adalah cara berpikir
sistematis tentang gejala

yang ada, merenungkan secara rasional spekulatif


seluruh persoalan manusia.
- Model filsafat preskriptif berusaha untuk
menghasilkan suatu ukuran (standar) penilaian
tentang nilai-nilai, penilaian tentang perbuatan
menusia menguji apa yang disebut baik, jahat,
benar, salah, bagus dan jelek.
- Model filsafat analitik memusatkan pemikirannya
pada kata : istilah-
istilah dan pengertian-pengertian dalam bahasa
menguji suatu ide ada gagasan untuk
menjernihkan dan menjelaskan istilah-istilah yang
dipergunakan secara hati dan cenderung untuk
tidak membangun suatu mazhad dalam sistem
berfikir.

Dari kajian tentang filsafat pendidikan selanjutnya


dihasilkan berbagai teori pendidikan diantaranya :
- Perenialisme
- Esensialisme
- Progresivesme
- Rekonstruktivesme
- Eksistensialisme

4. Pendekatan Religius
Pendekatan religius yaitu suatu pendekatan untuk
menyusun teori-teori pendidikan dengan bersumber
dan berlandaskan pada ajaran agama

didalammnya berisikan keyakinan dan nilai-nilai tentang


kehidupan yang dapat dijadikan sebagai sumber untuk
menentukan tujuan. Metode bahkan
sampai dengan jenis-jenis pendidikan pendekatan religi
titik tolaknya adalah keimanan.
Terkait teori pendidikan islam, Ahmad Tafsir[10]
mengemukakan dasar ilmu pendidikan islam yaitu Al
Qur'an, Hadist dan Akal. Al Qur;an sebagai dasar
pertama, Hadist Rasulullah SAW sebagai dasar kedua,
dan akal digunakan untuk membuat aturan dan teknis
yang tidak boleh bertentangan dengan kedua sumber Al
Qur'an dan Hadist.
Dalam proses perencanaan pembelajaran terkandung
juga kegiatan pendekatan yang akan dilakukan oleh
seorang guru terhadap peserta didik.

Karena pendekatan sangat menentukan interaksi guru


dan siswa. Pendekatan yang dapat digunakan sebagai
garis besar adalah :
Pendekatan imposisi / ekpositoris yaitu pendekatan dengan guru
menyampaikan materi pembelajaran dengan melontarkan (ekspositoris)
materi pembelajaran.
Pendekatan teknologis yaitu pembelajaran dengan menggunakan
perangkat (wares) baik berupa perangkat benda / perangkat keras
(hardware) misal : radio, TV, computer.
Pendekatan personalisasi, yaitu pembelajaran dengan mengarh pada
siswa untuk menentukan apa yang ingin dipelajari. Sehingga yang
bersangkutan
mempertahankan keunggulan yang semula sudah dimiliki dan
mengembangkan sesuai dengan dasar-dasar yang dimiliki.
Pendekatan interaksional yaitu proses pembelajaran dengan pola
terjadinya interaksi yang seimbang antara guru dan siswa. Guru aktif
dalam memberi gagasan maupun jawaban demikian juga siswa.
Pendekatan konstruktivis yaitu proses pembelajaran dimana siswa
melakukan preposi yang sederhana dengan mengkontruksikan
pengertian terhadap dunia tempat hidup.
Untuk melakukan pendekatan konstruktivis. Seseorang harus
memahami
prinsip-prinsip kontruktifitas yaitu :
Masalah yang sesuai dengan kehidupan
Penataan belajar pada konsep primer / utama
Menjajaki dan menghargai pendapat siswa
Kurikulum disesuaikan dengan kebutuhan siswa
Menilai belajar siswa dalam konsteksi mengajar
C. Tantangan dalam Manajemen Pendidikan Islam di Era
Globalisasi
Arus global itu bukanlah kawan maupun lawan bagi
pendidikan Islam, melainkan sebagai dinamisator bagi “mesin”
yang namanya pendidikan Islam. Bila Pendidikan Islam
mengambil posisi anti global, maka “mesin” tersebut akan tidak
stationaire alias macet, dan Pendididkan Islam pun mengalami
intellectual shut down atau penutupan intelektual. Sebaliknya,
bila Pendidikan Islam terseret oleh arus global, tanpa daya lagi
identitas keislaman sebuah proses pendidikan akan di lindas oleh
“mesin” tadi. Karenanya Pendidikan Islam menarik ulur arus
global, yang sesuai ditarik bahkan dikembangkan, sementara
yang tidak sesuai diulur, lepaskan atau ditinggalkan.
Sebagai agen perubahan sosial, Pendidikan Islam yang
berada dalam atmosfer moderenisasi dan globalisasi dewasa ini
dituntut untuk mampu memainkan perannya secara dinamis dan
proaktif. Pendidikan Islam bukan sekedar proses penanaman
nilai moral untuk membentengi diri dari akses negatif globalisasi,
tetapi yang paling penting adalah bagaimana nilai-nilai moral
yang telah ditanamkan Pendidikan Islam tersebut mampu
berperan sebagai kekuatan pembebas (liberating force) dari
himpitan kemiskinan, kebodohan, dan keterbelakangan sosial
budaya dan ekonomi.
1. Krisis Moral-Akhlak
Memperhatikan kenyataan merosotnya akhlak sebagian besar bangsa
kita, tentunya penyelenggaran pendidikan agana beserta para guru
agama dan dosen agama tergugah untuk merasa bertanggung jawab guna
meningkatkan kualitas pelaksanaan pendidikan agama agar mampu
membantu mengatasi kemerosotan akhlak yang sudah parah itu.
Kemerosotan akhlak bangsa disebabkan oleh banyak factor, seperti
pengaruh globalisasi, krisis sosial, politik, budaya, dll.
Karena globalisasi, langsung atau tidak, dapat membawa paradox
bagi
praktik pendidikan islam, seperti terjadinya kontra-moralitas antara
apa yang diidealkan dalam pendidikan islam dengan realitas di
lapangan, maka dalam
pendidikan islam hendaknya melihat kenyataan kehidupan
mansyarakat lebih dahulu, sehingga ajaran islam yang hendak
dididikan itu dapat leanding , dan sesuai dengan kondidi masyarakat.
Bila tema yang diangkat itu adalah puasa, misalnya maka bagaimana
masalah puasa ini dapat dijelaskan secara psikologis, sosiologis,
bahkan sudut pandang medis, sehingga ibadah puasa tersebut terasa
amat berarti dan dibutuhkan oleh sang pelaku. Pendidikan Islam yang
tidak mau tahu atas apa yang terjadi di sekelilingnya, baik skope local
maupun global, akan kehilangan makna ibadah itu sendiri.
Pendidikan islam mengajarkan hidup damai, tetapi idealisme
tersebut mengalami benturan nilai dengan peristiwa yang terjadi
diberbagai belahan dunia, berupa perang antar negara, kerusuhan
masal, pemberontakan, gerakan separatis, bahkan aksi teroris. Dalam
pendidikan islam diajarakan batas aurat, serta hak dan kewajiban
seorang muslim yang menginjak dewasa atau baligh dan mukalaf,
tetapi arus global non-muslim menciptakan “kekacauan” nilai batas
aurat dan si mukallaf tadi sehingga menimbulkan image bahwa
perkara “bupati” buka paha tinggi-tinggi) dan sekwilda (sekitar
wilayah dada), sebagaimanan marak ditayangkan di media masa
elektronik semisal televise dan internet, berupa pornografi dan
pornoaksi, adalah trends moderenitas. Padahal, berbagai penelitian
telah membuktikan bahwa hadirnya media masa, terutama televise,
memberikan dampak tertentu kepada masyarakat, khususnya kaum
remaja, yang kadang kala menimbulkan efek dehumanisasi,
demoralisasi, dan dekulturasi.
Disinilah tantangan terbesar bagi sekoalah-sekolah agama islam, yakni

m
islealm
ahiairhkanyaninte
g alepklitukatlif mduaslalim m
y ansygaram
kattmpiuslam
melyaahnirgkahnidukponsdeapl-akmonseerpa
globalisasi inii. Khususnya untuk masyarakat islam Indonesia, kebhinekaan
masyarakat Indonesia merupakan tantangan tersendiri bagi perimusan
konsep- konsep tersebut.
Tuntutan masa depan bagi sekolah tinggi agama islam adalah
menghasilkan alumni yang memiliki moral yang tinnggi serta kedalaman ilmu
pengetahuan. Selain itu secara institusi, perguruan tinggi agama islam
diharapkan dapat mengaplikasikan nilai-nilai moral yang tinggi secara
internal di lingkungan kampus dan dapat menyebarluaskan di masyarakat.
1. Masih kuatnya manajemen patriarki
Dalam ruang lingkup lembaga pendidikan agama/keagamaan masih
sering kita dapatkan mamajemen patriarki (kekeluargaan). Artinya semua
unsur pemangku kebijakan di lembaga tersebut adalah terdiri dari satu
keluarga/kerabat, misalnya dari unsur ketua yayasan, pembina, pengawas,
pengurus, kepala sekolah, bahkan guru dan staf. Pendekatan manajemen
sepertiini dalam banyak hal akan menimbulkan difusi manajemen
organisasi kelembagaan pendidikan yang ada, hal tersebut sudah barang
tertentu akan menggangu profesionalitas manajemen pengelolaan lembaga
tersebut, sehingga dapat dikatakan tingkat akuntabilitasnya sulit
dipertanggungjawabkan.
Kondisi tersebut dapat mengakibatkan kurang berfungsinya unsur-
unsur manajemen secara baik, dan memungkinkan akan terhambatnya
akselerasi pencapain program-program sekolah yang ada, termasuk
dalam
bidang pendidikan agama. Karena akuntabilitas dan realinilitas unsur-
unsur yang ada sulit ditegakan secara ideal. Maka dalam konteks inilah
peran serta masyarakat dapat saling mengawasi terhadap manajemen
lembaga pendidikan agama yang ada. Kalaupun ada unsur
kekeluargaan sebaiknya tetap memperhatikan profesionalitas.
Guna mencapai biokrasi seperti diatas, perlu dilakukan terobosan
tradisi baru. Misalnya, mengedepankan transparasi dan kompetensi
dalam proses penerimaan calon tenaga administrasi, calon PNS dan
honorer. Terobosan seperti ini hanya bias berjalan bila dalam waktu
yang sama juga dilakukan pemberantasan proses rekrutmen dengan
cara-cara klasik yang umumnya didasarkan pada ikatan primordial
yang sempit (hubungan saudara, sedaerah, seorganisasi, sekolega) serta
sarat dengan kolusi dan nepotisme. Disamping mementingkan aspek
kompetensi, ketrampilan, keahlian, dan integritas, mamnajemen
pendidikan modern juga masyarakat bersendikan pada system
promosi jabatan yang transparan atas dasar pertimbangan yang
rasional dan objektif. Jika hal-hal yang demikian dapat diwujudkan
secara konkrit dalam kebijakan birokrasi, maka pemberdayaan
manajemen birokrasi akan berjalan semakin baik pula di masa depan.
Salah satu indikatornya adalah, setiap pegawai memiliki etos kerja
sebagai pegawai yang professional. Satu yang perlu dicatat bahwa
corporate culture dari sekolah agama islam adalah bersifat akademik.
Oleh karenanya, iklim birokasi yang hendak dikembangkan harus pula
diarahkan kepada iklim birokasi akademis. Hal ini membawa
implikasi

b
pauhlawm
a epm
ihialikk-ipvih
isaikbiyraonkgratseiralikbaadtedmii ds.alam system
birokrasi sekolah harus
2. Semakin diminatinya pendidikan umum
Telah lama dirasakan bahwa sekolah agama islam dianggap
sebagai “kelas kedua”. Mereka masuk sekolah islam setelah mereka
tidak diterima di sekolah umum. Pendidikan umum yang ternyata
lebih mampu menghadapi tantangan duniawi dalam arti jasmaniah
dan materi, sedangkan pendidikan umum yang lebih bercorak islam
milik lembaga atau yayasan umat islam tidak mampu bersaing
dalam segi kualitas dan kuantitas.
3. Pendidikan menjadi tuntutan duniawi
Masyarakat cenderung untuk memilih pendidikan yang lebih
dapat menjawab tuntutan dan tantangan atas kebutuhan
hidup duniawi.
Sedangkan pendidikan umum hanya memberikan bagian waktu
terkecil bagi pelajaran agama, misalnya hanya 2 kali 45 menit
saja dalam satu
minggu. Berarti kekuranagan yang terjadi dalam pendidikan agama ini
harus diperoleh dari sumber-sumber lain (pendidikan non formal). Jika
kekurangan ini tidak terisi berarti akan hilanglah keseimbangan antara
IMTAQ dan IPTEK dari pada peserta didik. Akibat pendidikan umum
telah “lebih mampu” menjawab tantangan duniawi dan materi dari
masyarakat, maka pendidikan agama dalam arti lembaga (institusional)
merupakan pendidikan yang kurang mempunyai daya tarik bagi
sebagian
masyarakat islam Indonesia.

D. Cara menghadapi tantangan dalam Manajemen Pendidikan


Islam di Indonesia
1. Para lulusan yang berminat kembali ke desa, sudah barang
tentu disamping keharusan untuk mampu beradaptasi
dengan suasana kehidupan pedesaan agraris namun
bercampur dengan lembaga-lembaga modernitas, mereka
tentunya diharapkan mampu memberikan santunan
keagamaan dalam tingkatan yang elementer.
2. Para lulusan yang memilih tinggal dengan masyarakat
perkotaan dan terlibat aktivitas di lapangan birokratis baik
pemerintah maupun swasta. Kepada mereka ini dititipkan
harapan agar mampu mewarnai suasana birokratis sebagai
kelompok elit strategis masyarakat dapat membawa
kemajuan bagi perkembangan masyarakat. Masyarakat
perkotaan sebagai pengaruh dari kehidupan modernitas itu
telah mulai dirasakan sebagai tragedy dehumanisasi. Untuk
agama hendaknya dapat dijadikan sebagai terapi untuk
melakukan penyembahan itu.
3. Para lulusan yang tidak berminat di lapangan birokrasi
tetapi lebih memusatkan perhatian untuk memberikan
sumbangan pemikiran-pemikiran filosofis kepada jalannya
pembangunan bangsa. Para lulusan perguruan tinggi islam
tersebut mempersiapkan dirinya sebagai kritisan terhadap
perjalanan kehidupan masyarakat.
BAB III PENUTUP
A. KESIMPULAN
Aktivitas kependidikan islam ada sejak adanya
manusia itu sendiri (Nabi
Adam dan Ibu Hawa), bahkan ayat Al Qur'an yang pertama kali
diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW adalah bukan
perintah tentang sholat, puasa dan lainnya, tetapi justru perintah
iqra (membaca, merenung, menelaah, meneliti atau mengkaji)
atau perintah untuk mencerdaskan kehidupan manusia yang
merupakan inti dari aktivitas pendidikan.
Banyak definisi yang dikemukakan oleh para ahli
mengenai pendidikan islam, tetapi menurut penulis intinya ada
dua yaitu :
• Pendidikan islam merupakan aktivitas pendidikan yang
mengejewantahkan
ajaran-ajaran dan nilai-nilai islam.

Pendidikan islam adalah sistem pendidikan yang


dikembangkan dari dan disemangati atai dijiwai oleh
ajaran dan nilai-nilai islam.
Beberapa sistem pendekatan manajemen pendidikan islam.
1. Pendekatan Kontekstual
Pemahaman guru untuk menerapkan strategi
pembelajaran konstektual di dalam kelas.
2. Pendekatan Sains
Suatu pengkajian pendidikan untuk menelaah dan
memecahkan masalah- masalah pendidikan dengan
menggunakan disiplin ilmu tertentu sebagai
dasarnya.
3. Pendekatan Filosofis

Pendekatan filosofi yaitu suatu pendekatan


untuk menebak
atau memecahkan pendidikan
dengan menggunakan metode filsafat.
4. Pendekatan Religius
Suatu pendekatan untuk menyusun teori-teori
pendidikan dengan bersumber dan berlandas pada
ajaran agama.
DAATAR PUSTAKA

Muhaimin, Sutiah, Probowo, Listyo, Sugeng. Ganaiemen


Sendididan, Jakarta Kencana Prenada Media Group 2011

Muzzak, Kholilah. Ilmu Pendidikan Islam, Surabaya :


Kopertais IV Press. 2004 http://ululazmi-
zabaz.blogs.pendidikan-islam.com.2011/03

Badruzaman, Ahmad. ]tratehi dan Sendedatan dalam


Sembelaiaran Lr Zuzz.

Yogyakarta.2006

Jawahir, Muhammad. Rednid dan ]tratehi Sembelaiaran.


Cendeka Press.Bandung,2005

Humaidi, MK. Godel-Godel Sembelaiaran Dreatia. Bandung


Rosdakarya, 2006.

Anda mungkin juga menyukai