Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH MANAJEMEN LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM

EFEKTIVITAS MANAJEMEN LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM

Dosen Pembimbing: Rizki Akmalia, M. Pd

Disusun Oleh:

Kelompok 6

Melati Br. Lubis (0307212105)

Nur Khofifah Siregar (0307212118)

Jogi Pras (0307212149)

PROGRAM S1 MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA

MEDAN

2023
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobbil’alamin, segala puji bagi Allah Subhanahu Wata’ala. Yang


Maha Esa atas kesempatan dan kesadaran, karena telah dapat menyelesaikan makalah ini
pada waktu yang telah ditentukan. Dan makalah ini merupakan salah satu tugas mata
kuliah “Manajemen Lembaga Pendidikan Islam” mahasiswa dalam interaksi dengan
dosen.

Atas dukungan moral dan materi yang diberikan pada penulisan makalah ini,
maka kami mengucapkan banyak terima kasih kepada Ibu Rizki Akmalia, M.Pd selaku
dosen mata kuliah Manajemen Lembaga Pendidikan Islam yang banyak memberikan
materi pendukung, masukan, dan juga bimbingan kepada kami. Makalah ini telah kami
susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga
memperlancar pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu kami menyadari bahwa masih ada kekurangan baik dari
segi penyusunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena, itu dengan tangan terbuka
kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
makalah ini. Akhir kata, kami berharap semoga makalah ini dapat memberi manfaat
maupun inspirasi terhadap pembaca.

Jumat, 02 April 2023

Pemakalah

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………………….i

DAFTAR ISI……………………………………………………………………………ii

A. LatarBelakang……………………………………………………………………1

B. Rumusan Masalah………………………………………………………………..2

C. Tujuan Masalah………………………………………………………………….2

BAB II PEMBAHASAN……………………………………………………………….3

A. Pengertian Manajemen…………………………………………………..............3

B. Manajemen Didalam Pendidikan.........................................................................15

C. Manajemen pendidikan yang efektif…………………………………………...15

BAB III PENUTUP…………………………………………………………………...17

A. Kesimpulan…………………………………………………………………….17

B. Saran……………………………………………………………………………17

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………18

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manajemen lembaga pendidikan Islam merupakan salah satu faktor
penting dalam menciptakan pendidikan Islam yang berkualitas. Manajemen yang
baik akan memberikan dampak yang positif bagi kemajuan lembaga pendidikan
Islam dan memastikan bahwa tujuan dan visi misi lembaga dapat tercapai dengan
baik.
Salah satu aspek penting dalam manajemen lembaga pendidikan Islam
adalah efektivitas. Efektivitas dalam manajemen lembaga pendidikan Islam dapat
diartikan sebagai kemampuan lembaga untuk mencapai tujuan yang diinginkan
dengan cara yang efisien dan tepat sasaran. Dalam konteks pendidikan Islam,
tujuan yang diinginkan adalah mencetak generasi yang memiliki pemahaman
agama yang baik dan kuat, serta mampu mengembangkan diri secara holistik.
Manajemen lembaga pendidikan Islam yang efektif dapat mempengaruhi
berbagai aspek seperti kualitas tenaga pendidik, kualitas program pendidikan,
serta penerapan sistem pengelolaan keuangan yang transparan dan akuntabel.
Dengan manajemen yang efektif, lembaga pendidikan Islam dapat menciptakan
lingkungan yang kondusif untuk pembelajaran, sehingga dapat meningkatkan
kualitas pendidikan yang diberikan.
Selain itu, manajemen lembaga pendidikan Islam yang efektif juga dapat
memastikan bahwa lembaga dapat menghadapi berbagai tantangan yang dihadapi,
seperti perubahan tuntutan masyarakat dan perkembangan teknologi informasi.
Dengan manajemen yang efektif, lembaga pendidikan Islam dapat beradaptasi
dengan cepat dan efisien terhadap perubahan tersebut, sehingga tetap relevan dan
kompetitif dalam menyediakan pendidikan yang berkualitas.
Dalam kesimpulannya, efektivitas manajemen lembaga pendidikan Islam
memainkan peran penting dalam menciptakan lembaga yang berkualitas dan
dapat memberikan kontribusi yang besar bagi masyarakat. Oleh karena itu,
manajemen lembaga pendidikan Islam harus terus ditingkatkan agar dapat
mencapai tujuan yang diinginkan dengan cara yang efisien dan tepat sasaran.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan manajemen pendidikan?
2. Manajemen apa saja yang dibutuhkan dalam pendidikan Islam?
3. Bagaiamana manajemen pendidikan yang efektif?

C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui makna manajemen pendidikan !
2. Untuk mengetahui manajemen dalam pendidikan Islam !
3. Untuk mengetahui manajemen yang efektif !

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Manajemen Pendidikan

Sebelum mempelajari manajemen pendidikan Islam, penting untuk


memahami terlebih dahulu definisi dari manajemen. Di Indonesia, kata
"manajemen" sudah sangat populer dan digunakan di berbagai bidang seperti
swasta, perusahaan, dan pendidikan. Hal ini menunjukkan bahwa manajemen
telah diterima dan dianggap penting oleh masyarakat. Asal usul kata "manajemen"
berasal dari bahasa Inggris, yaitu "Management" yang secara umum diartikan
sebagai mengatur.ada beberapa pendapat para ahli mengenai pengertian
manajemen sebagai berikut:

Definisi manajemen menurut Marry Parker Follett adalah seni dalam


menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain. Definisi ini mengimplikasikan
bahwa para manajer harus mengarahkan dan mengatur orang lain untuk
menyelesaikan tugas-tugas yang diperlukan guna mencapai tujuan organisasi,
tanpa harus melakukan tugas-tugas tersebut sendiri. Dalam konteks yang lebih
luas, untuk memenuhi kebutuhan yang meningkat, perlu dilakukan pengukuran
(assessment).1

Menurut James A.F. Stoner, definisi manajemen adalah suatu proses yang
mencakup perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan atas
usaha para anggota organisasi dan pemanfaatan sumber daya organisasi lainnya
guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan oleh organisasi tersebut.

Menurut Muhaimin, manajemen pendidikan memiliki definisi sebagai seni


dan ilmu dalam mengelola sumber daya pendidikan Islam untuk mencapai tujuan
pendidikan secara efektif dan efisien. Sementara menurut Arikunto, manajemen
pendidikan diartikan sebagai serangkaian kegiatan dalam pengolahan usaha kerja
sama sekelompok manusia yang tergabung dalam organisasi pendidikan, guna

1
Muwahid Shulham dan Soim,Manajemen Pendidikan Islam,(Yogyakarta:Teras 20013),hlm.6

3
mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan dengan cara yang efektif dan
efisien.

Manajemen pendidikan dalam Islam, memiliki kesamaan dengan manajemen


pendidikan pada umumnya. Namun, terdapat perbedaan pada beberapa
karakteristik. Salah satu perbedaannya adalah fokus dan konsep teori Islam yang
mempertimbangkan segala variabel yang berpengaruh terhadap aktivitas
manajemen dalam dan di luar organisasi. Teori Islam juga memperhatikan
hubungan perilaku individu dengan faktor sosial yang berpengaruh. Teori Islam
memberikan panduan moral dalam manajemen, dengan mengatur perilaku
individu. Manajemen dalam Islam tidak dapat dipisahkan dari nilai atau etika,
seperti halnya membangun masyarakat Muslim yang harus didasarkan pada
akhlak yang baik.

Menurut Mujamil Qomar, manajemen pendidikan Islam adalah suatu proses


pengelolaan lembaga pendidikan Islam secara Islami, yang melibatkan
pengaturan sumber-sumber belajar dan hal-hal yang terkait, guna mencapai tujuan
pendidikan Islam dengan cara yang efektif dan efisien. Sementara itu, menurut
Ramayulis yang dikutip oleh Saefullah, manajemen pendidikan Islam
didefinisikan sebagai suatu proses pemanfaatan sumber daya umat Islam yang
dilakukan melalui kerja sama yang efektif dan produktif, untuk mencapai
kesejahteraan hidup di dunia dan di akhirat.

Berdasarkan beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa manajemen


pendidikan Islam merupakan proses pengaturan atau pengelolaan lembaga
pendidikan Islam yang melibatkan sumber daya manusia, baik muslim maupun
non-muslim, untuk mencapai tujuan pendidikan Islam secara efektif dan efisien.
Dalam proses manajemen pendidikan Islam, penting untuk memperhatikan aspek-
aspek keislaman dalam pengelolaannya, seperti moralitas, etika, dan nilai-nilai
Islam. Selain itu, manajemen pendidikan Islam juga harus memperhitungkan
faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi kegiatan pendidikan, seperti sosial,
ekonomi, dan politik. Dengan memperhatikan hal-hal tersebut, diharapkan
manajemen pendidikan Islam dapat memberikan kontribusi positif bagi
pengembangan pendidikan Islam secara keseluruhan.

4
Pentingnya manajemen pendidikan Islam saat ini tidak bisa dipungkiri, karena
dapat berkontribusi dalam meningkatkan kualitas pendidikan Islam secara
keseluruhan. Sebagai bagian dari bidang keilmuan, manajemen pendidikan Islam
memiliki objek formal dan material yang perlu dipelajari dan dikuasai oleh para
pengelola pendidikan agar dapat mengelola lembaga pendidikan secara efektif
dan efisien.

Objek formal ilmu manajemen pendidikan Islam adalah ilmu manajemen yang
menggunakan pendekatan riset ilmiah di bidang manajemen. Sementara itu, objek
materialnya meliputi lembaga, pranata, dan organisasi pendidikan Islam baik yang
bersifat formal, nonformal, maupun informal.2 Oleh karena itu, pengelola
lembaga pendidikan Islam perlu memahami dan menerapkan dasar-dasar ilmu
manajemen dengan baik dalam mengelola lembaga pendidikan, tanpa mengambil
kata-kata atau gagasan dari sumber lain tanpa menyebutkan sumbernya secara
jelas dan tepat.

B. Manajemen Didalam Pendidikan

Didalam pendidikan ada berbagai macam manajemen yang dibutuhkan


lembaga pendidikan. Hal itu guna untuk memaksimalkan lembaga pendidikan
yang akan bekerja secara professional, serta diharapkan dapat melahirkan dari
proses pendidikan menjadi pribadi yang diharapkan sesuai dengan visi dan misi
pendidikan. Berikut merupakan beberapa manajemen yang harus ada didalam
lembaga pendidikan diantaranya adalah:

1. Manajemen Kurikulum

Mudjiarto menyimpulkan bahwa manajemen kurikulum adalah program


pendidikan yang belum sepenuhnya terjabarkan, dan dosen bertanggung
jawab untuk menjelaskannya sebelum diterapkan di kelas.3 Agar dosen dapat
menjelaskan kurikulum dengan benar, pembantu dekan bagian akademik
untuk tingkat fakultas dan ketua Prodi/prodi untuk tingkat Prodi/prodi perlu

2
Irawan, “Paradigma Keilmuan Manajemen Pendidikan Islam”. Manageria: Jurnal Manajemen
Pendidikan Islam, Volume 1, Nomor 2, (November 2016), hlm. 302-305
3
Moedjiarto, Sekolah Unggul: Metodologi Untuk Meningkatkan Mutu Pendidikan.(Jakarta: Duta Graha
Pustaka, 2002), 134

5
melakukan kontrol dan evaluasi untuk mengetahui sejauh mana kurikulum
dapat dilaksanakan, apakah tujuannya tercapai, serta kendala-kendala yang
dihadapi.

Menurut Suharsimi Arikunto, manajemen kurikulum adalah proses


bersama untuk memperlancar pencapaian tujuan pengajaran dengan fokus
pada meningkatkan kualitas interaksi belajar-mengajar. Suharsimi Arikunto
memberikan batasan-batasan mengenai kurikulum, yaitu:

1. kurikulum dalam arti jadwal perkuliahan,


2. kurikulum dalam arti semua mata kuliah yang ditentukan untuk
mahasiswa, dan
3. kurikulum dalam arti semua pengalaman yang diberikan oleh lembaga
pendidikan kepada mahasiswa.

Dalam pengertian tersebut, hal-hal seperti pengaturan halaman kampus,


tata-letak keranjang sampai, dan tingkat kedisiplinan juga termasuk dalam
cakupan kurikulum karena bertujuan untuk menciptakan lulusan yang
berkualitas.

Kurikulum dalam arti sempit menurut Suharsimi Arikunto, dapat


disimpulkan bahwa manajemen kurikulum hanya berkaitan dengan upaya
memperlancar jadwal pelajaran. Namun, jika merujuk pada definisi kurikulum
dalam arti luas, maka manajemen kurikulum tidak hanya terbatas pada
kegiatan di dalam kelas, tetapi juga melibatkan pengelolaan di luar kelas dan
bahkan di luar lembaga pendidikan, selama masih berhubungan dengan
program kurikulum dan bertujuan untuk meningkatkan efektivitas
pelaksanaannya.

Gordon Dryden & Jeanette Vos berpendapat bahwa untuk memastikan


proses pembelajaran berjalan dengan baik, seorang pengajar perlu
"mempelajari cara belajar", yaitu memahami bagaimana otak dan memori
bekerja, serta cara mengambil, menghubungkan, dan menyimpan informasi
untuk mencari pengetahuan baru secara efektif. Oleh karena peran kelas dalam
pembelajaran sangat penting, dosen harus memberikan perhatian penuh pada

6
interaksi proses belajar-mengajar, serta kondisi fisik, ruangan, dan aktivitas di
dalam kelas.

2. Manajemen Pendidikan

Manajemen pendidikan mengandung dua hal penting, yaitu profesi dan


praktek yang berkaitan dengan pembelajaran, kurikulum dan komponen
pendidikan lainnya.4 Suharsimi Arikunto menyimpulkan bahwa manajemen
pendidikan merupakan sebuah usaha bersama sekelompok manusia untuk
mencapai tujuan organisasi pendidikan secara efektif dan efisien, dengan
menggunakan segala dana dan daya yang ada.5 Ahmad Subhan mencoba
memberi batasan terkait dengan manajemen pendidikan berdasarkan tiga
pendekatan. Pendekatan pertama menganggap manajemen pendidikan sebagai
cabang ilmu manajemen, sehingga batasannnya adalah seni dan ilmu
mengelola sumber daya pendidikan, untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran, agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Adapun secara proses, manajemen pendidikan merupakan proses


perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengendalian sumber daya
pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan secara efektif dan efisien. Bila
dikaji dengan pendekatan struktur atau tugasnya, maka manajemen
pendidikan diartikan sebagai manajemen peserta didik, kurikulum, tenaga
pendidik, dan kependidikan, keuangan, fasilitas, hubungan lembaga dengan
masyarakat, pengorganisasian, ketatalaksanaan, dan supervisi pendidikan.6
Tilaar sampai pada kesimpulan bahwa manajemen pendidikan itu merupakan
penerapan fungsi-fungsi manajemen dalam mengelola praksis pendidikan

4
Davar Rezania & Mike Henry, “Managemen Education: Classifying Business Curricula and
Conceptualizing Transfers and Bridges,” International Journal of Business and Management, (Vol 5, 2010).
Pp. 45.
5
Suharsimi Arikunto, Manajemen Pendidikan. (Yogyakarta: Aditya Media bekerjasama dengan Fakultas
Ilmu Pendidikan (FIP) Universitas Negeri Yogyakarta, 2008), hlm.31.
6
Ahmad Subhan, Manajemen Pendidikan, tersedia http://www.ahmadsubhan.co.cc/
2011/01/manajemen-pendidikan.html.

7
agar efektif dan efisien. Harapannya, lulusan (output) dari organisasi
pendidikan mempunyai mutu yang tinggi.7 Selanjutnya Pidarta menyebut
manajemen pendidikan sebagai proses pengelolaan orang-orang, pengambilan
keputusan, dan pengorganisasian dengan memakai sumber daya yang ada
guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan.8 Jika dilihat dari ruang
lingkupnya, manajemen pendidikan secara umum lebih luas daripada
administrasi sekolah.9

Manajemen pendidikan tidak saja menyangkut penataan pendidikan


formal (sekolah dan perguruan tinggi) melainkan juga pendidikan non-formal
atau pendidikan luar sekolah seperti kursus-kursus, latihan keterampilan, dan
sebagainya. Sementara Bush & Coleman, mendefinisikan manajemen
pendidikan sebagai:”Educational management is a field of study and practice
concorned with the operation of educational organization.” Bush juga
menegaskan bahwa esensi dari manajemen pendidikan adalah mencapai
tujuan pendidikan secara efektif dan efisien.10 Berdasarkan pendapat para ahli
sebagaimana telah diuraikan, dapat disimpulkan bahwa manajemen
pendidikan merupakan usaha yang dilakukan secara bersama-sama oleh
anggota organisasi pendidikan, dengan menggunakan seluruh potensi yang
dimiliki untuk mencapai suatu tujuan pendidikan yang telah ditetapkan, secara
efektif dan efisien. Jika tujuan pendidikan tidak bisa tercapai secara efektif
dan efisien, maka manajemen pendidikan tersebut dianggap gagal atau tidak
berhasil.

3. Manajemen Sarana Pendidikan

Sarana pendidikan harus dikelola dengan baik agar dapat berfungsi


optimal. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, manajemen adalah
penggunaan sumber daya secara efektif untuk mencapai tujuan tertentu.

7
HAR Tilaar, Kekuasaan dan Pendidikan: Suatu Tinjauan dari Perspektif Kultural. (Jakarta: Rineka Cipta,
2009), hlm. 27.
8
Made Pidarta, Manajemen Pendidikan Indonesia. (Jakarta: Bina Aksara, 1983), hlm. 3.
9
Sutisna. “Ruang Lingkup Manajemen Pendidikan,”
http://sutisna.com/karyatulis/artikel/kependidikan/pendidikan-umum/ruang-lingkup-
manajemenpendidikan/[9 Desember 2010].
10
Husaini Usman, Manajemen, Teori, Praktik, Dan Riset Pendidikan. (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), hlm.12.

8
Dalam konteks sarana pendidikan, manajemen sarana pendidikan dapat
diartikan sebagai proses penggunaan sumber daya secara efektif untuk
mencapai tujuan pendidikan. Artinya, manajemen sarana pendidikan adalah
proses penyelenggaraan pendidikan dengan memanfaatkan sarana pendidikan
secara efektif untuk mencapai tujuan sekolah atau institusi pendidikan
tersebut.11

Manajemen sarana dan prasarana pendidikan di sebuah institusi


pendidikan memiliki tugas untuk mengatur dan menjaga sarana dan prasarana
pendidikan agar memberikan kontribusi optimal pada jalannya proses
pendidikan. Tujuannya adalah menciptakan kondisi yang menyenangkan bagi
tenaga pendidik (dosen) dan mahasiswa, dengan tersedianya fasilitas belajar
yang memadai dan sesuai dengan kebutuhan dan kepentingan proses
pendidikan.

Ketika institusi pendidikan mengembangkan sarana dan prasarana, perlu


memperhatikan aspek efisiensi. Hal ini berarti bahwa sarana dan prasarana
tersebut harus dapat memudahkan tercapainya proses belajar-mengajar secara
efektif serta mengembangkan potensi peserta didik.Menurut Suharsimi
Arikunto, ruang lingkup manajemen sarana yang meliputi:

1. Perencanaan
2. Pengadaan
3. Pengaturan
4. Penggunaan
5. Penyingkiran

Perencanaan yang telah diuraikan di atas berlaku mulai dari prasarana


(tanah, gedung dan ruangan kelas) dan sarana-sarana lain (perabot
kelengkapan ruangan kelas dan kelengkapan ruangan lain).12

11
Anonim, Manajemen sarana pendidikan sekolah. Selengkapnya http://www.sumberilmu.info/wp-
content/.../10/Manajemen-Sarana Pendidikan.do cx. Diakses Pada 10 April 2020.
12
Suharsimi Arikunto, Manajemen Pendidikan. (Yogyakarta: Aditya Media bekerjasama dengan Fakultas
Ilmu Pendidikan (FIP) Universitas Negeri Yogyakarta, 2008), hal. 273.

9
Dalam proses pengadaan sarana pendidikan, terdapat beberapa
persyaratan yang harus dipenuhi. Pertama, sarana atau alat-alat pendidikan
yang diadakan harus mendukung pencapaian tujuan pendidikan. Ini berarti
sarana pendidikan tidak perlu diadakan jika tidak berkorelasi dengan
pencapaian tujuan pendidikan. Misalnya, gedung kelas tidak boleh terlalu
dekat dengan jalan raya atau tempat gaduh lainnya. Kedua, sarana pendidikan
harus memenuhi unsur keindahan dan kerapian. Ketiga, sarana pendidikan
harus memenuhi unsur kesehatan.

Penggunaan dan pengaturan sarana adalah dua kegiatan yang tidak dapat
dipisahkan karena dilaksanakan secara bergantian. Jika dilihat dari aspek
penggunaan dan pengaturan, sarana dapat dibedakan menjadi alat-alat yang
langsung digunakan dalam proses pembelajaran dan alat-alat yang tidak
langsung terlibat dalam proses belajar-mengajar, seperti bangunan
sekolah/kampus, meja dosen, perabot kantor tata usaha, kamar mandi/kamar
kecil, dan lain sebagainya.

Walaupun menghapus barang-barang negara dapat memberikan manfaat,


tindakan ini tidaklah mudah. Barang-barang yang akan dihapuskan harus
memenuhi beberapa kriteria, yaitu:

1. Rusak parah dan tidak dapat diperbaiki atau digunakan kembali


2. Biaya perbaikan yang tinggi akan menyebabkan pemborosan uang
Negara
3. Tidak terlalu berguna secara teknis dan ekonomis dibandingkan
dengan biaya pemeliharaannya
4. Ttidak sesuai lagi dengan kebutuhan saat ini, dan
5. Bila disimpan terlalu lama, barang-barang tersebut akan rusak dan
tidak dapat digunakan lagi.

Cara untuk melakukan penghapusan atau penyingkiran barang


meliputi beberapa tahap yaitu:

1. Melakukan pemilahan barang secara berkala setiap tahun dan


memperkirakan kebutuhan;

10
2. Mempertimbangkan faktor-faktor penyingkiran dan penghapusan
dari segi nilai uang
3. Membuat rencana tertulis;
4. Memberitahukan rencana penghapusan kepada pihak yang terkait
dengan barang-barang yang akan dihapuskan
5. Melakukan penyingkiran barang dengan cara dilelang, diberikan
ke institusi lain, dibakar, atau dilakukan dengan pengawasan
atasan.
4. Manajemen Tatalaksana

Suharsimi Arikunto mengungkapkan bahwa tatalaksana atau


administrasi tata usaha mencakup semua proses pengelolaan surat-
menyurat, mulai dari penerimaan, pengumpulan, pencatatan, pengolahan,
penyimpanan, perencanaan, duplikasi, hingga pengiriman semua
informasi yang dibutuhkan oleh organisasi untuk mendukung
pengambilan keputusan oleh pimpinan organisasi.13

Menurut Sutisna, manajemen ketatausahaan dalam bidang


pendidikan meliputi kegiatan pengelolaan data dan dokumen yang
berkaitan dengan kegiatan sekolah atau institusi pendidikan. Tujuan dari
kegiatan ini adalah untuk membantu pimpinan dalam pengambilan
keputusan, pengurusan surat-menyurat, dan pembuatan laporan mengenai
kegiatan sekolah atau institusi pendidikan. Dengan demikian, manajemen
ketatausahaan menjadi hal yang penting dan perlu dilakukan secara baik
dan teratur dalam bidang pendidikan.Tugas ketatausahaan selain
menyangkut pekerjaan administrasi dan surat menyurat adalah:

a) membuat atau menyiapkan daftar hadir pegawai, untuk


mengetahui kerajinan atau kedisiplinan pegawai, baik edukatif
maupun administratif;
b) menyiapkan buku piket; dan

13
Ibid., hal. 96.

11
c) menyiapkan buku notulen rapat Prodi.14

5. Manajemen Komunikasi/Hubungan Masyarakat

Kegiatan manajemen pendidikan yang meliputi pengelolaan


hubungan antara institusi atau lembaga pendidikan dengan masyarakat
disebut manajemen hubungan masyarakat. Dalam konteks ini, masyarakat
yang dimaksud dapat berupa individu-individu atau kelompok seperti
orang tua siswa atau mahasiswa, serta organisasi lain yang memiliki
dukungan terhadap tujuan pendidikan secara keseluruhan.15 Tugas Humas
tidak hanya terbatas pada komunikasi internal di suatu institusi
pendidikan, tetapi juga melibatkan segala bentuk komunikasi yang terkait
dengan isu pendidikan. Dalam konteks komunikasi, peran Humas
melibatkan beberapa jenis komunikasi yang berbeda, yaitu:

(1) Komunikasi formal merujuk pada komunikasi yang dilakukan oleh


petugas yang telah ditunjuk oleh lembaga atau instansi untuk
melaksanakan tugas-tugas Humas. Kegiatan komunikasi formal
tersebut dilakukan secara sistematis dan terencana, dengan tujuan
yang jelas dan dinyatakan secara tegas, dan
(2) Komunikasi informal mengacu pada transfer gagasan atau ide yang
terjadi melalui jalur yang tidak direncanakan sebelumnya.

Dapat disimpulkan dari uraian di atas bahwa hubungan antara


lembaga/institusi pendidikan dengan masyarakat memiliki peran penting
dalam kelangsungan dan kemajuan institusi pendidikan itu sendiri.
Adanya hubungan yang harmonis antara kedua belah pihak akan
mempermudah proses komunikasi yang pada akhirnya akan meningkatkan
pemahaman masyarakat tentang kebutuhan dan praktek pendidikan.

14
Sutisna, “Ruang lingkup ManajemenPendidikan,
http://sutisna.com/karyatulis/artikel/kependidikan/pendidik n-umum/ruang
lingkupmanajemenpendidikan/[9 Desember 2010]. Dikases Pada 9 April 2020.
15
Ibid

12
Selain itu, hal ini juga mendorong usaha kerjasama dalam meningkatkan
mutu dan kinerja institusi/lembaga pendidikan.

Suharsimi Arikunto menyatakan bahwa humas pendidikan


mencakup percakapan dengan masyarakat umum yang berfokus pada isu-
isu pendidikan. Sebagai hasilnya, kegiatan humas melibatkan komunikasi
yang penting untuk membangun hubungan yang harmonis antara pegawai
pendidikan, administratif, ketua program studi, mahasiswa, dan
masyarakat. Dengan komunikasi yang efektif, hubungan yang baik dapat
terjalin di antara semua pihak tersebut..16

Dari penjelasan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa hubungan


antara lembaga pendidikan dengan masyarakat dalam mempertahankan
dan memajukan lembaga pendidikan tersebut. Selain itu, menjalin
hubungan yang harmonis dapat memfasilitasi proses komunikasi yang
lebih baik, sehingga masyarakat akan lebih memahami kebutuhan dan
praktik pendidikan, dan pada gilirannya, mendorong kerjasama untuk
meningkatkan kualitas dan kinerja institusi/lembaga pendidikan..Apabila
lembaga pendidikan dipandang sebagai sebuah organisasi, maka
komunikasi dibedakan atas:

(1) Komunikasi internal, adalah komunikasi yang terjadi di dalam


intitusi pendidikan, yakni:
 antara rektor/dekan/ketua Prodi dengan dosen
 antara rektor/dekan/ketua Prodi dengan mahasiswa
 antara rektor/dekan/ketua Prodi dengan tata usaha
 antara dosen dengan dosen
 antara dosen dengan mahasiswa
 antara dosen dengan tata usaha
 antara mahasiswa dengan tata usaha

16
Sutisna, “Ruang Lingkup Manajemen
Pendidikan,”http://sutisna.com/karyatulis/artikel/kependidikan/pendidikan-umum/ruang-lingkup-
manajemenpendidikan/[9 Desember 2010].

13
(2) Komunikasi eksternal merujuk pada komunikasi antara
institusi pendidikan dengan orang tua mahasiswa dan
masyarakat secara umum. Terdapat beberapa bentuk hubungan
antara fakultas atau program studi dengan masyarakat, di
antaranya:
 Fakultas atau program studi menjalin hubungan
dengan orang tua mahasiswa dan masyarakat melalui
bentuk individual dan organisasional, seperti: a) orang
tua yang datang ke fakultas atau program studi untuk
berkonsultasi atau meminta bantuan dalam
menyelesaikan masalah yang dihadapi putra/putrinya;
dan b) orang tua yang memberikan saran atau bahkan
sumbangan untuk kemajuan fakultas atau program
studi dengan sukarela.
 Fakultas atau program studi menjalin hubungan
dengan alumni melalui cara berikut: a) alumni diminta
memberikan saran yang berguna untuk memajukan
dan membangun fakultas atau program studi; dan b)
alumni diminta untuk berbagi pengalaman kesuksesan
mereka sehingga dapat menjadi motivasi bagi
mahasiswa yang sedang menempuh pendidikan.
 Hubungan dengan dunia usaha/dunia kerja dilakukan
dengan mengirim mahasiswa untuk melakukan
magang atau praktik kerja. Kerjasama ini memiliki
manfaat saling menguntungkan bagi kedua belah
pihak. Contohnya, dunia usaha/dunia kerja
mendapatkan tenaga kerja yang terlatih, sementara
mahasiswa memperoleh pengalaman kerja yang
berharga.
 Hubungan dengan institusi lain meliputi hubungan
antara program studi atau fakultas dalam satu kampus,
program studi atau fakultas di kampus lain.

14
C. Manajemen pendidikan yang efektif

Manajemen bisa dibilang efektif, jika sumber daya atau sarana dan
prasarana dipergunakan secara sadar dan sesuai perencanaan sebelumnya, guna
menghasilkan barang atau jasa dengan mutu tertentu serta tepat pada waktunya.
Selanjutnya menurut Sudarwan Danim, kajian mengenai keefektifan manajemen,
baik di sekolah maupun perguruan tinggi, menawarkan harapaan akan adanya
peningkatan prestasi belajar siswa disekolah, dan kualitas pendidikan mahasiswa
di perguruan tinggi.17

Keefektifan merupakan ukuran yang menyatakan sejauh mana tujuan


(kualitas, kuantitas dan waktu) telah tercapai. Dalam bentuk persamaan,
keefektifan sama dengan hasil nyata dibagi hasil yang diharapkan.18 Adapun
untuk mengetahui indikator tercapainya kefeektifan ini, dapat dilihat dari
sejauhmana hasil nyata dan pencapaian organisasi/lembaga sesuai dengan target
yang telah ditetapkan, atau sejauhmana masalah yang dipilih dan ditentukan oleh
lembaga/organisasi untuk diatasi dapat ipecahkan secara tepat.19

Efektivitas manajemen lembaga pendidikan Islam sangatlah penting


dalam meningkatkan kualitas pendidikan dan mencapai tujuan pendidikan yang
diharapkan. Manajemen lembaga pendidikan Islam meliputi perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan berbagai kegiatan yang terkait
dengan proses pembelajaran dan pengajaran di lembaga pendidikan Islam.

Salah satu faktor penting dalam efektivitas manajemen lembaga


pendidikan Islam adalah kepemimpinan yang baik dan visioner. Kepemimpinan
yang baik dapat mengarahkan visi dan misi lembaga pendidikan Islam serta
mampu menginspirasi seluruh stakeholders (masyarakat sekolah) yang terlibat
dalam proses pendidikan. Selain itu, pemimpin yang visioner dapat memberikan

17
Sondang P. Siagian, Sistem Informasi Manajemen. (Jakarta:PT. Bumi Aksara, 2006), hal.55.
18
Sudarwan Danim, Visi Baru Manajemen Sekolah: Dari Unit Birokrasi Ke Lembaga. (Jakarta: PT. Bumi
Aksara, 2007), hal. 141.
19
Depdiknas, Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah. (Jakarta: Direktorat Sekolah Lanjutan
Tingkat Pertama, 2007.b), hal 5.

15
arahan dan strategi yang tepat dalam mencapai tujuan pendidikan yang
diinginkan.

Selain kepemimpinan yang baik, faktor lain yang mempengaruhi


efektivitas manajemen lembaga pendidikan Islam adalah sumber daya manusia
yang berkualitas. Guru dan tenaga pendidik lainnya harus memiliki kualifikasi
yang memadai dan berkualitas sehingga dapat memberikan pembelajaran yang
berkualitas dan mendukung pencapaian tujuan pendidikan.

Manajemen lembaga pendidikan Islam yang efektif juga membutuhkan


perencanaan dan pengorganisasian yang baik. Perencanaan yang matang dapat
membantu mengidentifikasi tujuan pendidikan, strategi dan kebijakan pendidikan
yang sesuai, serta mengevaluasi pencapaian tujuan pendidikan secara berkala.
Pengorganisasian yang baik juga penting dalam memastikan bahwa semua
kegiatan dan sumber daya yang ada dapat digunakan secara efektif dan efisien.

Pada akhirnya, pengawasan yang baik juga diperlukan dalam manajemen


lembaga pendidikan Islam yang efektif. Pengawasan yang tepat dapat membantu
memantau dan mengevaluasi proses pembelajaran dan pengajaran, serta
memastikan bahwa semua kegiatan di lembaga pendidikan Islam dilakukan sesuai
dengan kebijakan dan prosedur yang telah ditetapkan

16
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
manajemen pendidikan yang efektif adalah yang harus selaras antara teori
dan praktek dilapangan. Dengan keselarasan yang dibangun oleh tenaga pendidik
maka akan tercipta sebuah proses pembelajaran yang efektif yang akan
memudahkan bagi para pendidik maupun peserta didik dan juga orang tua sebagai
yang bertangungjawab terhadap keberhasilan anaknya. Dalam manajemen
pendidikan terdapat berbagai macam manajemen yang dapat digunakan didalam
lungkup dunia pendidikan diantaranya adalah manajemen kurikulum.
Manajemen kurikulum merupakan hal penting yang akan menentukan
proses pembelajaran didalam lingkup dunia pendidikan. Selanjutnya adalah
manajemen sarana pendidikan ini merupakan penunjang dalam pendidikan
sehingga dengan manajemen sarana pendidikan yang baik maka akan teripta
pendidikan yang baik pula. Yang terakhir adalah manajemen komuikasi atau
hubungan masyarakat manajemen ini merupakan pelindung dari manajemen yang
lain.
Dengan manajemen yang baik maka proses belajar mengajar akan menjadi
mudah dan akan aman serta nyaman. Manajemen pendidikan yang efektif
merupakan kolaborasi atara manajemen yang satu dengan yang lain secara baik.
Sehingga akan tercipta sebuah pendidikan yang efektif yang diharapkan dapat
melahirkan peserta didik yang berhasil dalam segala hal.

B. Saran

Makalah ini masih terdapat banyak kekurangan dalam penulisannya serta teori
atau pembahasan mengenai materi yang dibahas. Diharapkan pembaca dapat
mengambil manfaat dari makalah tersebut dan mengaplikasukannya di dalam
kehidupan sehari-hari.

17
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Subhan, Manajemen Pendidikan, tersedia http://www.ahmadsubhan.co.cc/


2011/01/manajemen-pendidikan.html.

Anonim, Manajemen sarana pendidikan sekolah. Selengkapnya


http://www.sumberilmu.info/wp-content/.../10/Manajemen-Sarana
Pendidikan.do cx. Diakses Pada 10 April 2020.

Davar Rezania & Mike Henry, “Managemen Education: Classifying Business Curricula
and Conceptualizing Transfers and Bridges,” International Journal of Business
and Management, (Vol 5, 2010). Pp. 45.

Depdiknas, Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah. (Jakarta: Direktorat


Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama, 2007.b), hal 5.

HAR Tilaar, Kekuasaan dan Pendidikan: Suatu Tinjauan dari Perspektif Kultural.
(Jakarta: Rineka Cipta, 2009), hlm. 27.

Husaini Usman, Manajemen, Teori, Praktik, Dan Riset Pendidikan. (Jakarta: Bumi
Aksara, 2009), hlm.12.

Irawan, “Paradigma Keilmuan Manajemen Pendidikan Islam”. Manageria: Jurnal


Manajemen Pendidikan Islam, Volume 1, Nomor 2, (November 2016), hlm. 302-
305

Made Pidarta, Manajemen Pendidikan Indonesia. (Jakarta: Bina Aksara, 1983), hlm. 3.

Moedjiarto, Sekolah Unggul: Metodologi Untuk Meningkatkan Mutu


Pendidikan.(Jakarta: Duta Graha Pustaka, 2002), 134

Muwahid Shulham dan Soim,Manajemen Pendidikan Islam,(Yogyakarta:Teras


20013),hlm.6

Sondang P. Siagian, Sistem Informasi Manajemen. (Jakarta:PT. Bumi Aksara, 2006),


hal.55.

18
Sudarwan Danim, Visi Baru Manajemen Sekolah: Dari Unit Birokrasi Ke Lembaga.
(Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2007), hal. 141.
Suharsimi Arikunto, Manajemen Pendidikan. (Yogyakarta: Aditya Media bekerjasama
dengan Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) Universitas Negeri Yogyakarta, 2008),
hlm.31.

Suharsimi Arikunto, Manajemen Pendidikan. (Yogyakarta: Aditya Media bekerjasama


dengan Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) Universitas Negeri Yogyakarta, 2008),
hal. 273.

Sutisna.“Ruang Lingkup Manajemen Pendidikan,”


http://sutisna.com/karyatulis/artikel/kependidikan/pendidikan-umum/ruang-
lingkup-manajemenpendidikan/[9 Desember 2010].

19

Anda mungkin juga menyukai