Anda di halaman 1dari 15

Manajemen Pengembangan Pendidikan Islam

Makalah ini di Susun guna memenuhi tugas mata kuliah


Manajemen Pendidikan Islam

Dosen pengampu:
Dr. H.A. Dardiri Hasyim, SH, MH

Oleh:
Mohamad Sholihin

Program Pasca Sarjana


Jurusan Magister Pendidikan Islam
Universitas Nahdlatul Ulama Surakarta
2019

1
ABSTRAK

Mohamad Sholihin Manajemen Pengembangan Pendidikan Islam Makalah


Manajemen Pendidikan Islam Program Pasca Sarjana Pendidikan Agama
Islam Universitas Nahdlatul Ulama Surakarta 20 Juli 2019
Nama : Mohamad Sholihin
NIM/NIRM : 17.MPI.027 /017.12.10.3034

Penelitian ini akan dikemukakan latar belakang masalah yaitu:


kesuksesan sebuah pekerjaan sebenarnya tidak harus dicapai oleh orang yang
pandai dan cakap di semua bidang, melainkan gabungan dari berbagai potensi
yang saling menopang, mendukung, dan melengkapi akan menjadi inspirasi dan
motivasi berhasilnya suatu pekerjaan.Manajemen yang bagus untuk suatu lembaga
adalah menempatkan orang dengan kemampuan yang dimilikinya pada tempatnya
atau sesuai dengan jobnya.
Sedangkan rumusan masalah dari penelitian ini sebagai berikut: Apa itu
Manajemen? Apa itu Pendidikan Islam? Bagaimana Manajemen Pengembangan
Pendidikan Islam?
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: Untuk mengetahui pengertian
manajemen, Untuk mengetahui pendidikan Islam, Untuk mengetahui manajemen
pengembangan pendidikan Islam.
Penelitian dilakukan dengan metode Kepustakaan.
Berdasarkan penelitian dapat ditarik kesimpulan, yaitu: Manajemen adalah
Manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya
manusia dan sumber-sumber lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai
suatu tujuan tertentu. Pendidikan Islam di kalangan umat Islam merupakan salah
satu bentuk manifestasi dari cita-cita Islam untuk melestarikan, mengalihkan, dan
menanamkan nilai-nilai islam tersebut kepada generasi penerusnya sehingga nilai-
nilai cultural religious dapat tetap berfungsi dan berkembang dalam masyarakat.
Pendidikan Islam merupakan transformasi ajaran yang bersifat estafet dari
generasi ke generasi selanjutnya. Manajemen Pengembangan Pendidikan Islam
membutuhkan keterlibatan berbagai pihak. Butuh jam’iyyah atau lembaga yang
meliputi; kepemimpinan, job description, tata kerja dan tanggungjawab bersama,
kebersamaan untuk maju bersama, membangun lembaga pendidikan secara ideal
sesuai dengan fungsinya dan bisa mengfungsikannya untuk kemaslahatan jama’ah
dan umat. Ada beberapa langkah yang bisa ditempuh untuk bisa mengembangkan
manajemen agar fungsi lembaga pendidikan berjalan dengan baik. Saling percaya
antar satu dengan yang lain, saling melengkapi kekurangan, mengapresiasi
prestasi yang dicapai yang lain, evaluasi bersama atas kinerja yang telah
dilakukan dan yang paling utama menghindar dari ingin tampil sendiri atau paling
merasa berjasa atas sebuah keberhasilan pekerjaan yang telah dicapai.

Kata Kunci: Manajemen, Pendidikan, Islam, Elastis

2
A. Latar Belakang
Istilah manajemen muncul pertama kali dari sebuah doktrin
ekonomi klasik yang diterbitkan oleh Adam Smith. Dalam doktrin itu
disebutkan tentang keunggulan ekonomis yang akan diperoleh oleh sebuah
organisasi dari pembagian kerja (division of labor), yaitu pembagian
pekerjaan dalam tugas-tugas yang spesifik dan berulang. Dengan begitu
sebuah pekerjaan akan sangat mudah diselesaikan dalam waktu yang
singkat dan membuahkan hasil yang sangat memuaskan dan hasil produksi
yang lebih banyak.
Berbeda ketika sebuah pekerjaan diselesaikan utuh oleh satu orang
saja dalam tiap-tiap bagiannya, sungguh akan menghabiskan energy dan
waktu untuk bisa menghasilkan sebuah produk kerja yang lebih banyak.
Maka manajemen sebuah pekerjaan akan menjadi sangat penting untuk
dilakukan agar tidak terjadi tumpang tindih tugas dan saling lempar
tanggungjawab antar satu dengan yang lain.
Harapan hasil yang memuaskan menjadi isapan jempol belaka,
ketika dalam sebuah lembaga tiap-tiap individu yang berada di dalamnya
dipaksa untuk mengetahui, memahami, menguasai dan mampu
melaksanakan semua pekerjaan yang ada di dalam suatu lembaga secara
sempurna tanpa melihat dan mempertimbangkan background pengalaman,
kemampuan maupun pendidikan yang dimiliki oleh tiap-tiap individu.
Mewajibkan setiap individu untuk bisa melakukan semua
pekerjaan dalam sebuah lembaga memang akan terlihat sangat baik, karena
setiap individu yang ada di dalamnya dipacu untuk belajar dan
meningkatkan potensinya. Namun di sisi lain kebijakan tersebut akan
menjadi hambatan kemajuan karena tidak semua yang ada di dalam
lembaga mempunyai kemampuan dan kelonggaran waktu yang sama.
Maka kesuksesan sebuah pekerjaan sebenarnya tidak harus dicapai
oleh orang yang pandai dan cakap di semua bidang, melainkan gabungan

3
dari berbagai potensi yang saling menopang, mendukung, dan melengkapi
akan menjadi inspirasi dan motivasi berhasilnya suatu pekerjaan.
Manajemen yang bagus untuk suatu lembaga adalah menempatkan
orang dengan kemampuan yang dimilikinya pada tempatnya atau sesuai
dengan jobnya. Maka dalam makalah ini penulis akan menguraikan
tentang pendidikan islam yang dikelola dengan sebuah manajemen dan
manajemen pengembangan pendidikan Islam tersebut.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu Manajemen?
2. Apa itu Pendidikan Islam?
3. Bagaimana Manajemen Pengembangan Pendidikan Islam?

C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui pengertian manajemen.
2. Untuk mengetahui pendidikan Islam.
3. Untuk mengetahui manajemen pengembangan pendidikan Islam

D. Pembahasan
a. Pengertian Manajemen
Manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan
sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya secara efektif dan
efisien untuk mencapai suatu tujuan tertentu.1 Pemanfaatan SDM secara
efektif dan efisien dapat dipahami menempatkan dan menugaskan SDM
sesuai dengan potensi yang dimiliki. Sehingga efektifitas waktu dan
kecepatan serta ketepatan hasil akan sangat mudah dicapai.
Penggunaan sumber-sumber yang lain tepat guna sesuai dengan
kebutuhan yang dibutuhkan tepat waktu juga sangat mendukung lancarnya
sebuah pekerjaan yang diharapkan bisa mencapai hasil yang memuaskan.
1
A. Dardiri Hasyim, Manajemen Pendidikan Islam, (Surakarta: UNS PRESS Publishing
& Printing, 2014), hal.3

4
Manajemen disebut sebagai sebuah ilmu karena manajemen
dipandang sebagai bidang pengetahuan yang secara sistematis berusaha
memehami mengapa dan bagaimana orang bekerjasama. 2 Untuk itu
diperlukan adanya pengetahuan secara mendalam tentang sesuatu yang
diharapkan sempurna hasilnya. Bisa dengan cara memahami teori dan
definisi sesuatu dengan cara belajar secara spesifik sesuai dengan
bidangnya atau menggunakan pengalaman pribadi maupun orang lain yang
telah terbukti kesuksesannya.
Ilmu pengetahuan dan pengalaman menjadi syarat wajib sebuah
manajemen bisa berhasil mengatur suatu lembaga menuju kemajuan tanpa
harus meninggalkan dan menjegal orang lain yang mempunyai potensi dan
kesempatan yang berbeda. Karena tiap-tiap elemen dengan manajemen
yang baik akan tetap memberikan sumbangan keberhasilan dalam sebuah
pekerjaan tertentu.
Manajemen juga dikatakan seni karena melibatkan kemampuan
memimpin dengan berbagai keunikan atau karakteristik.3 Maka kekakuan
kepemimpinan dalam sebuah lembaga yang bisa menyebabkan patahnya
semangat dan loyalitas anggota akan bisa dihindari. Di sinilah kehebatan
sebuah manajemen yang baik, tidak ada tabrakan ide maupun gagasan.
Karena semua ide maupun gagasan yang muncul dari tiap-tiap anggota
dalam sebuah lembaga akan ditampung dan direspon dengan baik oleh
seorang manajer atau pemimpin yang paham tentang manajemen.
Manajemen bersifat lentur dan elastic karena mampu menampung
dan mendayagunakan segala potensi yang ada, bahkan bisa memproduksi
gagasan-gagasan baru yang lebih bernas dan brilian.
Manajemen dalam bahasa Inggris ditulis dengan to-manage yang
berarti suatu proses pengaturan atau ketatalaksanaan untuk mencapai suatu
tujuan dengan melibatkan berbagai sumber daya. 4 Sehingga tumpang
2
Ibid.
3
Ibid.
4
Ibid.

5
tindih pekerjaan atau rangkap jabatan yang seringkali dijadikan alasan
lambatnya sebuah pekerjaan akan sangat mudah untuk dihindari.
Ketercapaian suatu tujuan menjadi terukur dan bisa diramalkan dengan
tepat.
Manajemen juga merupakan kiat karena membutuhkan keahlian
yang dibatasi kode etik.5 Sehingga setiap SDM yang ada akan menyadari
batasan-batasan tugasnya dan akan hanya bekerja sesuai dengan
pembagian tugas yang ada tanpa intervensi atau sibuk mengurusi
pekerjaan orang lain yang bisa membuat teledor pekerjaannya sendiri.
Manajemen juga menjadi sebuah profesi karena sesuai dengan
kerangka ilmu manajemen.6 Dalam sebuah lembaga ada seorang manajer
yang tugasnya mengatur semua pekerjaan yang ada dalam lembaga
tersebut. Bagi seorang manajer ini diwajibkan mempunyai kemampuan
yang bagus dan pengalaman yang mumpuni serta kepandaian
berkomunikasi sehingga bisa menugaskan tiap-tiap individu yang ada
dalam sebuah lembaga sesuai dengan potensinya.
Manajemen menjadi sangat vital, dan dibutuhkan untuk
menjadikan sebuah pekerjaan menjadi sukses dan memuaskan. Seorang
manajer yang handal mampu menghidupkan semangat kinerja anggotanya
dan mampu mengapresiasi segala masukan dari anggotanya. Bahkan mapu
menjadikan kekurangan yang timbul menjadi inspirasi untuk memperbaiki
dan mengajak bersama-sama untuk merasa berhasil dan sukses bersama.

b. Pendidikan Islam
Pendidikan Islam memiliki beberapa istilah dalam bahasa arab,
tarbiyah, ta’dib, dan ta’lim.7 Tarbiyah terdiri dari 4 unsur pendekatan
5
Ibid.
6
Ibid .
7
Ibid, hal.4

6
yakni memelihara dan menjaga fitrah anak didik menjelang dewasa,
mengembangkan seluruh potensi menuju kesempurnaan, mengarahkan
seluruh fitrah menuju kesempurnaan, dan melaksanakan pendidikan Islam
secara bertahap.8
Sedangkan ta’dib merupakan pengenalan dan pengakuan yang
secara berangsur-angsur ditanamkan pada diri manusia (peserta didik)
tentang tempat-tempat yang tepat dari segala sesuatu dalam tatanan
penciptaan.9 Dengan pendekatan ini pendidikan akan berfungsi sebagai
pembimbing ke arah pengenalan dan pengakuan kepada Tuhan yang tepat
dalam tataran wujud dan kepribadiannya.10
Ta’lim merupakan proses transmisi berbagai ilmu pengetahuan
pada jiwa individu tanpa adanya batasan dan ketentuan tertentu.11
Melainkan membawa kaum muslimin kepada nilai pendidikan tazkiyah
dan annafs (pensucian diri) dari segala kotoran sehingga
memungkinkannya menerima hikmah serta mempelajari segala yang
bermanfaat untuk diketahui.12
Ketiga definisi tersebut tarbiyah merupakan pendidikan Islam yang
berdasarkan kurikulum yang bisa dinilai dan diukur secara ilmiah, sedang
ta’dib dan ta’lim cenderung bersifat cultural tanpa adanya ikatan yang
mengikat dalam proses pendidikannya.
Pendidikan Islam di kalangan umat Islam merupakan salah satu
bentuk manifestasi dari cita-cita Islam untuk melestarikan, mengalihkan,
dan menanamkan nilai-nilai islam tersebut kepada generasi penerusnya
sehingga nilai-nilai cultural religious dapat tetap berfungsi dan
berkembang dalam masyarakat.13 Pendidikan Islam merupakan

8
Ibid.
9
Ibid.
10
Ibid.
11
Ibid.
12
Ibid.
13
Uci Sanusi, Rudi Ahmad Suryadi, Ilmu Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Deepublish,
2018), hal.7

7
transformasi ajaran yang bersifat estafet dari generasi ke generasi
selanjutnya.
Menurut Muhaimin istilah pendidikan Islam dapat dipahami dalam
beberapa pengertian:14
1. Pendidikan menurut Islam atau pendidikan Islami, yaitu
pendidikan yang dipahami yang dikembangkan dari ajaran dan
nilai-nilai fundamental yang terkandung dalam sumber
dasarnya yaitu al-Qur’an dan Hadits. Dalam pengertian ini
pendidikan Islam dapat berwujud pemikiran dan teori
pendidikan yang mendasarkan diri atau dibangun dan
dikembangkan dari sumber-sumber dasar tersebut.
2. Pendidikan keislaman atau pendidikan agama Islam, yaitu
upaya mendidik agama Islam atau ajaran Islam dan nilai-
nilainya agar menjadi way of life (pandangan dan sikap hidup)
seseorang.
3. Pendidikan dalam Islam atau proses dan praktek
penyelenggaraan pendidikan yang berlangsung dan
berkembang dalam sejarah umat Islam. Pendidikan Islam dapat
dipahami sebagai proses pembudayaan dan pewarisan ajaran
agama, budaya dan peradaban umat Islam dari generasi ke
genarasi sepanjang sejarahnya.
Pendidikan Islam telah dimulai sejak masa nabi Muhammad SAW
diutus sebagai rasul. Beliau bertugas menyampaikan wahyu Alloh SWT
untuk mengatur kehidupan umat manusia. Dilanjutkan oleh para shahabat
mulai Khulafaur rasyidin sampai dinasti-dinasti Islam yang ada. Semuanya
bertujuan menyampaikan wahyu Alloh SWT untuk kemaslahatan manusia
di dunia dan di akherat.
Pendidikan Agama Islam, baik dalam lingkup kecil yaitu keluarga,
maupun di lingkungan masyarakat dalam lingkup yang lebih luas

14
Ibid, hal. 10

8
merupakan hal yang sangat penting.15 Hal ini mengingat dari pada esensi
dari pendidikan sangat dibutuhkan dari setiap individu baik untuk
kepentingan pribadi maupun dalam kaitan dengan masyarakat, bahkan
dalam skup yang lebih luas untuk kepentingan bangsa.16 Dalam konteks
individu pendidikan termasuk salah satu kebutuhan asasi manusia.17
Pendidikan Islam di Indonesia dilaksanakan dengan membentuk
sebuah lembaga, ada pesantren, madrasah, dan PTKI (Perguruan Tinggi
Keagamaan Islam). Kemajuan Lembaga Pendidikan Islam (LPI) bukan
sesuatu yang given dan taken for granted, tetapi diusahakan tetapi
dilakukan dengan sungguh-sungguh oleh umat Islam dengan dukungan tim
yang solid dan manajemen yang matang.18
Corak pendidikan Islam yang dikembangkan oleh para kyai dengan
lembaga tradisional yang disebut Pondok Pesantren merupakan lembaga
pendidikan yang sudah tua, tetapi hingga kini masih tetap eksis, dan telah
banyak melahirkan ahli dalam bidang ilmu agama.19
Corak pendidikan yang dikembangkan secara modern disebut
madrasi, yaitu dengan menggunakan kelas dan tingkatan jenjang
pendidikan.20 Corak pendidikan ini biasa disebut madrasah mulai tingkat
dasar menengah atas. Sedang untuk pendidikan tinggi disebut dengan
pendidikan tinggi agama.21 Di Lingkungan Pondok Pesantren untuk
pendidikan stara dengan pendidikan tinggi agama dikembangkan dengan
apa yang disebut ma’had Aly.22

15
Munawiroh, Corak Pendidikan Islam, (Jakarta: Pustaka Cendekiamuda, 2017), hal. viii
16
Ibid.
17
Ibid.
18
Jejen Musfah, Memelihara Keunggulan Lembaga Pendidikan Islam, Kata Pengantar
dalam buku, Pendidikan Islam, Memajukan Umat dan Memperkuat kesadaran Bela Negara,
Editor M. Hamdar Arraiyah, Jejen Musfah, (Jakarta: Kencana, 2016), hal. 7
19
Op.Cit. Munawiroh, Corak Pendidikan Islam
20
Ibid.
21
Ibid.
22
Ibid.

9
Lembaga Pendidikan Islam mempunyai Indikator kemajuan yang
mencakup keunggulan dalam ilmu pengetahuan dan karakter alumni.23
Pertama,LPI harus melahirkan lulusan yang kompeten dalam ilmu sains
seperti Biologi, Fisika, Matematika, Kimia, dan Teknologi Informasi. 24
Sehingga umat islam dikemudian hari tidak hanya menjadi konsumen atas
produk-produk pemeluk agama lain tetapi bisa memproduksi sendiri,
menghasilkan karya sendiri dalam bidang sains.
Selain itu alumni LPI juga harus mampu mempertahankan
keunggulan alumni dalam penguasaan ilmu-ilmu agama seperti al-Qur’an,
Hadits, Fiqh, Sejarah Kebudayaan Islam, dan Bahasa Arab. 25 Sehingga
tidak terjadi kemogolan generasi karena sibuk mempelajari sains, lupa
terhadap ilmu agama. Sehingga kaderisasi ulama menjadi lamban, atau
bisa dikatakan hampir punah, bahkan banyak yang mempelajari agama
secara pragmatis. Simplifikasi pemahaman agama menjamur hanya
mencukupkan browsing di internet atau brosur tanpa adanya usaha
pendalaman atau tafaqquh fi al-din. Hal ini yang berbahaya.
Kedua, LPI harus mampu melahirkan alumni yang mampu
mempertahankan karakter yang baik, yang terbukti mampu dilakukannya
selama masa pembinaan di lingkungan LPI.26 Istiqomah dalam berkarakter
baik ketika masih menutut ilmu di pesantren misalnya atau ketika sudah
lulus.
Alumni LPI harus mampu mewarnai komunitasnya yang baru baik
di lingkungan kerja, lingkungan masyarakat, lingkungan keluarga dengan
nilai-nilai yang positif. Dengan begitu LPI akan mendapatkan kepercayaan
dari masyarakat sebagai benteng dan tempat menempa karakter yang baik.
Sehingga pendidikan Islam akan terus diminati oleh semua orang sebagai
solusi alternative atas merosotnya karakter generasi bangsa.

23
Op.Cit. Jejen Musfah
24
Ibid
25
Ibid
26
Ibid, hal. 8

10
c. Manajemen Pengembangan Pendidikan Islam
Setiap muslim harus termotivasi agar bisa sukses secara bersama,
sukses bersama dengan memanfaatkan fasilitas serbaguna, murah egaliter,
mudah dijangkau dan demokratis.27
Fasilitas religious-sosial ini hampir ada di setiap komunitas
muslim, meskipun selama ini belum dapat dioptimalkan dan bahkan
terkesan diabaikan. Mengabaikan sesuatu itu sebenarnya dilarang oleh
agama. Hanya saja pengabaikan itu karena sudah terbiasa di kalangan
umat islam maka hal itu menjadi tidak terasakan lagi.28
Pembahasan Manajemen Pendidikan Islam berawal dari pemikiran
bahwa manusia dilahirkan dengan sempurna sebagaimana al-Qur’an surat
at-Tiin ayat 4, sehingga pendidikan khususnya Islam harus dikelola dengan
baik efektif dan efesien sejalan dengan fungsi manajemen dan fitrah
manusia sebagai obyek utama.29
Manajemen menekankan sebuah keteraturan dan keluwesan dalam
bekerja sehingga akan menghasilkan produk pendidikan yang berkualitas.
Kegiatan belajar mengajar (KBM) dalam perspektif pendidikan
Islam sepantasnya mengedepankan prinsip kesatuan, dalam hal ini
mencakup hubungan manajemen dengan pendidikan sebagai hablum
minannas, serta manajemen pendidikan dengan etika sebagai hablum
minalloh (Ali Imron: 112).30
Dua arah gerak hubungan tersebut hablum minannas (pola
hubungan horizontal) dan habum minalloh (pola hubungan vertical)
merupakan satu kesatuan dalam menjalankan praktek pendidikan Islam.
Dalam rangka mewujudkan pendidikan Islam yang berkualitas harus
menggunakan pendekatan horizontal dan vertical, tidak bisa hanya
27
M. Roqib, Ilmu pendidikan Islam; Pengembangan Integratif di Sekolah Keluarga dan
masyarakat,(Yogyakarta: LKiS, 2009, hal. 130
28
Ibid
29
Op.Cit. A. Dardiri, hal. 1
30
Ibid.

11
menggunakan pendekatan vertical yang hanya mengedepankan doktrin
semata.
Menyeimbangkan dengan pendekatan horizontal yang mau
menghargai sisi-sisi yang tidak terlihat maupun terbaca dalam diri maupun
lingkungan yang mengitari tiap-tiap individu yang terlibat dalam
pendidikan baik subyek maupun obyek pendidikan akan memudahkan
pencapaian tujuan pendidikan yang berkualitas.
Dengan demikian jelaslah manajemen pendidikan Islam
merupakan suatu disiplin Ilmu yang memainkan peranan penting dalam
mewujudkan system pendidikan yang bermutu dan berkualitas. 31 Lembaga
pendidikan islam sendiri pada akhirnya akan mampu menwarkan dirinya
layaknya filosfi sebuah pohon, yaitu kokoh di akar, tegap di batang,
beragam di dahan, teduh di dedaunan, dan kaya akan manfaat.
Manajemen pendidikan Islam berarti proses pengelolaan
perubahan, pendewasaan dan penyambungan sel otak anak yang dinafasi
dengan nilai atau tatanan keislaman.32 Artinya etika Islam akan selalu
dipakai dalam serangkaian proses pengelolaan anak.33
Dalam pengoptimalan fungsi lembaga dan dalam rangka
mengembang manajemen pendidikan Islam dibutuhkan keterlibatan
berbagai pihak. Butuh jam’iyyah atau lembaga yang meliputi;
kepemimpinan, job description, tata kerja dan tanggungjawab bersama,
kebersamaan untuk maju bersama, membangun lembaga pendidikan secara
ideal sesuai dengan fungsinya dan bisa mengfungsikannya untuk
kemaslahatan jama’ah dan umat.
Ada beberapa langkah yang bisa ditempuh untuk bisa
mengembangkan manajemen agar fungsi lembaga pendidikan berjalan
dengan baik. Saling percaya antar satu dengan yang lain, saling
melengkapi kekurangan, mengapresiasi prestasi yang dicapai yang lain,
31
Ibid.
32
Ibid.
33
Ibid.

12
evaluasi bersama atas kinerja yang telah dilakukan dan yang paling utama
menghindar dari ingin tampil sendiri atau paling merasa berjasa atas
sebuah keberhasilan pekerjaan yang telah dicapai.

E. Penutup
1. Manajemen adalah Manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses
pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya secara
efektif dan efisien untuk mencapai suatu tujuan tertentu.
2. Pendidikan Islam di kalangan umat Islam merupakan salah satu bentuk
manifestasi dari cita-cita Islam untuk melestarikan, mengalihkan, dan
menanamkan nilai-nilai islam tersebut kepada generasi penerusnya
sehingga nilai-nilai cultural religious dapat tetap berfungsi dan
berkembang dalam masyarakat. Pendidikan Islam merupakan
transformasi ajaran yang bersifat estafet dari generasi ke generasi
selanjutnya.
3. Manajemen Pengembangan Pendidikan Islam membutuhkan
keterlibatan berbagai pihak. Butuh jam’iyyah atau lembaga yang
meliputi; kepemimpinan, job description, tata kerja dan
tanggungjawab bersama, kebersamaan untuk maju bersama,
membangun lembaga pendidikan secara ideal sesuai dengan fungsinya
dan bisa mengfungsikannya untuk kemaslahatan jama’ah dan umat.
Ada beberapa langkah yang bisa ditempuh untuk bisa mengembangkan
manajemen agar fungsi lembaga pendidikan berjalan dengan baik.
Saling percaya antar satu dengan yang lain, saling melengkapi
kekurangan, mengapresiasi prestasi yang dicapai yang lain, evaluasi
bersama atas kinerja yang telah dilakukan dan yang paling utama
menghindar dari ingin tampil sendiri atau paling merasa berjasa atas
sebuah keberhasilan pekerjaan yang telah dicapai.

13
Daftar Pustaka

Dardiri Hasyim, A., Manajemen Pendidikan Islam, (Surakarta: UNS PRESS


Publishing & Printing, 2014)
Munawiroh, Corak Pendidikan Islam, (Jakarta: Pustaka Cendekiamuda, 2017),
Musfah, Jejen, Pendidikan Islam, Memajukan Umat dan Memperkuat

14
kesadaran Bela Negara, Editor M. Hamdar Arraiyah, Jejen Musfah,
(Jakarta: Kencana, 2016)
Roqib, M., Ilmu pendidikan Islam; Pengembangan Integratif di Sekolah Keluarga
dan masyarakat,(Yogyakarta: LKiS, 2009)
Suryadi, Uci Sanusi, Rudi Ahmad, Ilmu Pendidikan Islam, (Yogyakarta:
Deepublish, 2018), hal.7

15

Anda mungkin juga menyukai