Dosen Pengampu :
Oleh :
SAMSUL MAARIF
ABDUR ROHMAN
FAKULTAS TARBIYAH
PRODI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM
November 2022
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan YME atas limpahan rahmat dan
karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “MANAJEMEN PENDIDIKAN TINGGI & HUMAN CAPITAL” ini dengan lancar.
Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas yang diberikan oleh
dosen pengampu mata kuliah Studi Manajemen Pendidikan Tinggi Agama Islam. Makalah
ini ditulis dari hasil penyusunan data-data sekunder yang penulis peroleh dari artikel yang
berkaitan dengan MANAJEMEN PENDIDIKAN TINGGI & HUMAN CAPITAL
tak lupa penyusun ucapkan terima kasih kepada pengajar Mata kuliah atas bimbingan
dan arahan dalam penulisan makalah ini. Juga kepada rekan-rekan mahasiswa yang telah
mendukung sehingga dapat diselesaikannya makalah ini. Harapan penulis, dengan
membaca makalah ini dapat memberi manfaat bagi kita semua, dalam hal ini dapat
menambah wawasan kita mengenai Manajemen strategi pendidikan tinggi khususnya bagi
penulis. Memang makalah ini masih jauh dari sempurna, maka penulis mengharapkan
kritik dan saran dari pembaca demi perbaikan menuju arah yang lebih baik.
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Konsep manajemen Pendidikan tinggi & human capital ?
2. Apa Makna manajemen Pendidikan tinggi & human capital ?
3. Bagaimana tingkat kepentingan & pengembangan manajemen Pendidikan
tinggi & human capital ?
C. Tujuan
1. Mengetahui Konsep manajemen Pendidikan tinggi & human capital
2. Mengetahui Makna manajemen Pendidikan tinggi & human capital
3. Mengetahui tingkat kepentingan & pengembangan manajemen Pendidikan
tinggi & human capital
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
a. Pengetahuan
Modal pengetahuan merupakan komponen terpenting dari human
capital, karena dapat menyumbangkan sesuatu atau memberikan
kontribusi yang dapat memberi nilai tambah dan Human Capital
Pengetahuan Motivasi Sikap dan Perilaku Emosi kegunaan yang
berbeda bagi organisasi. Modal pengetahuan terdiri atas kemampuan,
keahlian, keterampilan seeorang. Jika seseorang tidak terampil berarti
bahwa seseorang tersebut tidak memiliki suatu pengetahuan yang
dapat digunakan dalam penyelesaian pekerjaan kantor sehari-hari. Itu
artinya bahwa human capital yang sedang bekerja dalam suatu
organisasi tidak memfungsikan kemampuan untuk memiliki
pengetahuan yang ada atau kata lain dapat diartikan bahwa
kurangnya terampil dalam mengelola capital yang dimilikinya.
Modal pengetahuan baru akan berkembang jika masingmasing
orang memiliki berbagai wawasan. Modal pengetahuan
dimanifestasikan pula dalam kemampuan untuk dapat hidup dalam
perbedaan dan menghargai perbedaan (diversity). Pengakuan dan
penghargaan atas perbedaan adalah suatu syarat tumbuhnya
kreativitas dan sinergi. Kemampuan bergaul dengan orang yang
berbeda, menghargai, dan memanfaatkan secara bersama
bagaimana perbedaan tersebut akan memberikan kebaikan bagi
semua pegawai yang ada di dalam organisasi.
b. Motivasi
Untuk menghasilkan suatu tindakan baik berupa jasa maupun
layanan, maka seseorang harus memiliki keinginan untuk melakukan
dengan optimal. Suatu kekuatan dalam diri seseorang untuk
menggerakkan batin supaya dapat bertindak ke arah yang lebih baik
dan berkembang maka itu adalah motivasi. Dalam kaitannya dengan
human capital as investment maka kekuatan tersebut didorong untuk
melakukan hal yang berkaitan dengan peningkatan, entah dalam
peningkatan pendidikan, pelatihan, mencoba memperbaharui
keadaan, kesejahteraan, dan lain sebagainya merupakan motivasi
yang harus ada di dalam seorang capital yang bergabung dalam
organisasi.
c. Sikap dan Perilaku
Kesiapan dan kemauan untuk merubah pola pikir, sikap, dan
perilaku sebagai pegawai dalam organisasi yang berintegritas dan 41
profesional menjadi fondasi dan esensi strategis yang menentukan
keberhasilan bagi organisasi. Sikap dan perilaku setiap pegawai
mencerminkan langkah awal untuk menciptakan tenaga yang
berkualitas.
d. Emosi
Setiap karyawan pasti memiliki emosi yang berbeda-beda, ada
kecenderungan pada emosi negatif, juga emosi positif. Apabila
karyawan bekerja dengan menggunakan emosi negatif, maka hasil
pekerjaan dapat dipastikan tidak optimal dikarenakan emosi negatif
tersebut dapat mempengaruhi produktivtas, probabilitas, kerjasama,
kinerja, semangat kerja, dan pada akhirnya akan mengurangi
keberhasilan organisasi.
Seseorang yang memiliki modal emosional yang tinggi akan
memiliki sikap positif di dalam menjalani pekerjaan dalam oganisasi.
Khususnya di dalam menghadapi perbedaan, orang yang memiliki
modal emosional baik akan menyikapinya dengan positif, sehingga
3
diperoleh manfaat yang besar bagi pengembangan diri atau
pengembangan sebuah konsep dalam organisasi.
4
dirumuskan dalam buku ini adalah terkait dengan perlakuan seorang leader
terhadap permintaan peningkatan produktivitas dan kinerja seseorang
(anggota/staff/pegawai) yang bekerja dalam sebuah
organisasi/lembaga/instansi.
Model tersebut memandang peningkatan kinerja sebagai persediaan
modal tahan lama yang menghasilkan output dari waktu ke waktu, begitu juga
peningkatan produktivitas. Seseorang mewarisi suatu tindakan nyata dan
berkelas di dalam organisasi yang dapat ditingkatkan melalui investasi. Dalam
kerangka ini, harga bayangan “peningkatan kinerja dan produktivitas”
bergantung pada banyaknya variabel selain dengan variabel peningkatan
pendidikan dan pelatihan. Hal ini menunjukkan bahwa seseorang dapat
meningkatkan kinerja dan produktivitas dalam bekerja berarti secara siklus
hidup juga akan meningkatkan kesejahteraan juga ilmu pengetahuan jika
orang tersebut melakukan pendidikan lebih efisien.
Hasil yang penting adalah bahwa dalam kondisi tertentu, kenaikan harga
bayangan “kinerja dan produktivitas” secara simultan dapat mengurangi
kuantitas dari ketidakpercayaan diri, dimotivasi, mangkir, serta dapat
meningkatkan input dari keterampilan dan kecakapan seseorang.
5
tidak tercermin dalam laporan keuangan para masingmasing individu dalam
organisasi.
Dalam dekade terakhir, manajemen organisasi telah menemukan bahwa
SDM merupakan capital yang sangat vital bagi organisasi, karena SDM
merupakan bagian utama dalam pelaksanaan aktivitas/kegaitan operasional
organisasi. Artinya bahwa capital yang lain tidak akan dapat berjalan dengan baik
apabila tidak ada campur tangan dengan manusia.
Secara sederhana human capital adalah kemampuan baik nyata maupun
yang masih terpendam seorang individu yang dibentuk oleh suatu peningkatan
baik pendidikan maupun pelatihan yang dilakukan secara rutin dan kontinu (terus-
menerus) dan hasil dari pendidikan dan pelatihan dapat dipergunakan untuk
berkontribusi pada organisasi 39 sehingga tujuan organisasi dapat berjalan
dengan lancar dan tercapai sesuai dengan yang diharapkan.
6
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
salah satu faktor yang dapat menetapkan sebuah kesuksesan organisasi
dalam lingkungan yang kompetitif saat ini adalah dilihat dari bagaimana cara
organisasi tersebut memanusiakan sumber daya manusia dalam kata lain yaitu
memberdayakan dan mengembangkan potensi dari human yang ada. Kualitas dari
organisasi sangat jelas terlihat dari antusias para tenaga kependidikan dalam
bekerja, loyalitas, pengalaman bekerja, kesejahteraan dimana mereka bekerja,
Begitu juga dengan organisasi dalam pendidikan, meskipun sedikit tenaga
kependidikan yang paham betul terkait dengan capital yang ada di dalam dirinya,
akan tetapi semua tenaga kependidikan harus bekerja dengan orang lain dan
harus dapat memahami peran dari capital masing-masing. Bekerja sama
merupakan realitas dari proses dan kehidupan di dalam organisasi, di bidang
manapun tenaga kependidikan berada baik di bidang kearsipan, keuangan,
humas, perlengkapan, operasional, atau bidang yang lain. Karena setiap tenaga
kependidikan memiliki kapital yang dapat diimplementasikan dalam pengelolaan
sendiri maupun orang lain di dalam organisasi.
7
DAFTAR PUSTAKA
Adam Smith (1776) An Inquiry Into The Nature and Causes Of The Wealth Of
Nations.Renascence Editions.