Anda di halaman 1dari 14

SUMBER DAYA MANUSIA DALAM MANAJEMEN DAKWAH

Disusun untuk Memenuhi Tugas pada Mata Kuliah

Manajemen Dakwah

Dosen Pengampu : Dr. MUBASYAROH, S.Ag, M.Ag.

Di Susun Oleh :

Kelompok 7

1. Noval Azka (2040210082)


2. Muhammad Firnanda Firmansyah (2040210124)
3. Amalia Umami (2040210132)

PROGRAM STUDI KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI ISLAM


INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS

2021

KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah mencurahkan Rahmat-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang di berikan oleh Dosen
Pembimbing dalam mata kuliah Manjemen Dakwah. Sholawat serta salam
semoga selalu tercurahkan kepada junjungan Nabi Muhammmad saw.

Dalam penulisan makalah ini, Penyusun menyadari bahwa makalah ini


masih jauh dari kesempurnaan, baik dari penyusunan kata atau kalimat, tata
letak, dan isi tentunya banyak sekali kekurangan dan kekhilafan.

Untuk kebaikan dan sempurnanya makalah ini, kritik dan saran yang
membangun sangat diharapkan. Dan akhirnya semoga dapat bermanfaat bagi
pembaca, penulis, dan mahasiswa.

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A.LATAR BELAKANG

Manajemen pada dasarnya membutuhkan interaksi dan sinergitas antar


komponen organisasi dengan menggerakan sumber daya manusia yang dimiliki,
yang bertujuan untuk mewujudkan harapan dan citacita organisasi atau
kelembagaan. Ditinjau dari suatu ilmu, manajemen memiliki objek studi,
pendekatan dan strategi, metode sehingga dapat digunakan dan diterapkan
dalam masyarakat. Dengan demikian manajemen memiliki keterkaitan dengan
berbagai disiplin ilmu lainnya, sehingga memungkinkan manajemen dapat
dipelajari, diteliti, dianalisis dan dikembangkan sebagai ilmu terapan dalam
mengelola suatu organisasi atau lembaga.
Sebuah kelembagaan Islam harus menjamin mutu untuk manjaga
eksistensinya di tengah kompetisi yang sekarang ini semakin ketat.
Menguraikan sumber daya manusia, tidak lepas dari manajemen sumber daya
manusia itu sendiri, adapun pengertian manajemen sumber daya manusia adalah
merupakan aktivitas-aktivitas atau kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan agar
sumber merupakan aktivitas-aktivitas atau kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan
agar sumber daya manusia di dalam suatu organisasi dapat digunakan untuk
mencapai tujuan. Dari seluruh sumber daya yang tersedia, sumber daya manusia
memiliki akal, perasaan, keinginan, keterampilan, daya dan kerja. Majunya
teknologi berkembangnya informasi tersedianya modal dan bahan akan sulit
bagi organisasi untuk mencapai tujuanya bila sumber daya manusia tidak
diperhatikan atau di telantarkan.
Dengan demikian, sumber daya manusia manajemen dalam dakwah adalah
suatu proses menangani berbagai masalah pada ruang lingkup da’i sebagai
pelaku dan mad’u (masyarakat) sebagai obyek, guna untuk dapat menunjang
aktifitas sumber daya manusia demi mencapai tujuan yang telah ditentukan.
B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dikemukakan beberapa rumusan masalah :
 Apa pengertian Pengembangan Sumber Daya Manusia ?
 Apa Maksud dan Tujuan Sumber Daya Manusia dalam Manajemen Dakwah ?
 Bagaimana Konsep Manajemen Sumber Daya Manusia ?
 Bagaimana ciri-ciri Individu Da’i yang Profesional ?
TUJUAN/MANFAAT PENULISAN
Adapun penulisan makalah ini bertujuan untuk :
 Menjelaskan pengertian sumber daya manusia
 Menjelaskan Maksud dan Tujuan Sumber Daya Manusia dalam Manajemen Dakwah
 Menjelaskan Ciri-ciri Manajamen Sumber Daya Manusia
 Menjelaskan ciri-ciri Indvidu Da’i yang Profesional
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengembangan Sumber Daya Manusia Bagi Organisasi Dakwah

Menurut M. Munir dan Wahyu Ilaihi (2006: 191-193)1 dalam buku “Manajemen Dakwah”
menegaskan bahwa pengembangan sumber daya manusia dalam perspektif dakwah lebih
menekankan kemampuan da’i dalam mengembangkan aspek mental, spiritual, dan emosi
serta psycho-motoric manusia untuk mencapai tujuan dengan identifikasi sebagai berikut:
i. Ciri Keagamaan
Seorang da’i sebagai kekuatan sumber daya manusia yang ideal harus memiliki
keimanan dan keyakinan yang kuat dan konsisten, sehingga mampu mempengaruhi
perilaku dan culture hidupnya. Sebagaimana rumusan didefinisi iman, yaitu sedang
“meyakini dengan hati, mengikrarkan dengan perkataan, dan mengamalkan dengan
perbuatan”. Pada tataran aplikasi keimanan seseorang da’i tidak tidak cukup hanya pada
taraf keyakinan dan pengakuan saja, tetapi juga harus diimbangi dengan perilaku kultural
yang mencerminkan keyakinan tersebut, sesuai dengan aturan normatif Al-Quran dan As-
Sunnah. Dalam konteks kekaryaannya, seorang da’i harus memiliki sikap tanggung jawab
dalam menjalankan profesinya.
ii. Ciri Keilmuan
Ciri keilmuan seorang da’i ditandai dengan kemampuan skill yang bagus, di samping
keahlian dan keterampilan. Keterampilan ini dikonotasikan dalam pelaksanaan program.
Hal ini akan berkaitan langsung dengan jenjang pendidikan yang ditempuh. Jika jenjang
pendidikan ini belum bisa diperoleh oleh para da’i , tetapi mereka telah memiliki peran
profesional, maka bisa diimbangi dengan mengikuti pendidikan dan latihan secara regular
yang dilaksanakan oleh instansi dakwah. Oleh Karenanya setiap lembaga dakwah harus
menyediakan balai Pendidikan dan latihan untuk memberikan peluang kepada para da’i
dalam meningkatkan keterampilannya, karena ia telah memberikan kontribusinya pada
instansi tersebut.
iii. Ciri Motivasi
Untuk menjadi bagian dari sumber daya manusia yang potensial, maka seorang da’i
harus memiliki motivasi untuk maju dan produktif, sehingga skill-nya itu bermanfaat bagi
organisasi dakwah maupun bagi dirinya sendiri. Karena motivasi itu merupakan aspek
motorik yang mampu meningkatkan kemampuan produktivitas dan kualitas. Motivasi
merupakan keadaan internal individu yang dapat melahirkan kekuatan, kegairahan dan

1
Ahmad Zaini, TADBIR : Jurnal Manajemen Dakwah Vol. 1, No. 1, Juni 2016
dinamika, serta pengarahan tingkah laku pada tujuan. Dengan demikian, motivasi
merupakan unsur intrinsic yang dapat membangkitkan dorongan individu untuk mencapai
sesuatu sesuai dengan tujuannya.

B. Definisi Manajemen Dakwah dalam Sumber Daya Manusia

Manajemen dalam bahasa Arab berasal dari kata nadzamayandzimu-nadzman-nidzaman,


yang berarti mengatur, memberi. Bisa juga bermakna mengatur perkara (nadzdzama al-amru)
agar teratur dengan adanya peraturan atau aturan (nidzam).2Manajemen cenderung dikatakan
sebagai ilmu terapan. Maksudnya adalah bahwa seorang yang belajar manajemen belum tentu
mampu menjadi seorang manajer yang baik. Manajemen yang baik lahir dan dididik, artinya
untuk menjadi seorang manajer yang baik haruslah mempunyai bakat sebagai seorang
pemimpin, disamping belajar ilmu pengetahuan.3
Manajemen merupakan sebuah proses yang khas, yang terdiri dari tindakan-tindakan
perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan pengawasan yang dilakukan untuk
menentukan serta mencapai sasaran yang telah ditentukan melalui pemanfaatan sumber daya
manusia serta sumber-sumber lain.4
Menurut Hadari Nawawi, pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia adalah sebagai
berikut:
1. Sumber Daya Manusia (SDM) adalah manusia yang bekerja dilingkungan organisasi
(disebut juga personil, tenaga kerja, pekerja atau karyawan).

2. Sumber Daya Manusia (SDM) adalah potensi manusiawi sebagai penggerak


organisasi dalam mewujudkan eksistensinya.

3. Sumber Daya Manusia (SDM) adalah potensi yang merupakan aset dan berfungsi
sebagai modal (non material/non finansial) di dalam organisasi bisnis yang dapat
diwujudkan menjadi potensi nyata (real) secara fisik dan non fisik dalam mewujudkan
eksistensi organisasi.5
Sedangkan menurut Mangun dalam Suroto, sumber daya manusia adalah semua kegiatan
manusia yang produktif dan semua potensinya untuk memberikan sumbangan yang produktif
pada masyarakat.6

2
Mahmud Yunus, Kamus Arab-Indonesia, (Jakarta:YPPPQ-Hidakarya Agung, 1989), hlm. 19.
3
M. Manullang, Manajemen Personalia, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1981), hlm. 11-12.
4
George R. Terry, Penj. Winarno. Asas-asas Manajemen, (Principle of Management), (Bandung: Alumni,
1996), hlm. 4.
5
Hadari Nawawi, Manajemen Sumber Daya Manusia, untuk Bisnis Yang kompetitif, (Yogyakarta: Gajah Mada
University Press, 1998), hlm.40.
6
Suroto, Strategi Pembangunan dan Perencanaan Kerja, (Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 1986),
hlm.16.
Sedangkan Definisi Dakwah Secara etimologis kata dakwah berasal dari bahasa Arab
dalam bentuk masdar, yaitu da’ayad’uda’watan, yang artinya menyeru, mengajak,
memanggil. Kata tersebut telah menjadi istilah baku dalam Bahasa Indonesia, dalam kamus
besar bahasa indonesia, dakwah memiliki arti; penyiaran, propaganda, penyiaran agama
dikalangan masyarakat dan pengembangannya, seruan untuk memeluk, mempelajari, dan
mengamalkan agama.7
Abdul Aziz dalam Enjang dan Aliyuddin, memberikan sedikitnya 5 arti dari kata dakwah
yaitu; memanggil, menyeru, menegaskan atau membela sesuatu, perbuatan atau perkataan
untuk menarik manusia kepada sesuatu, dan memohon atau meminta.8
Sedangkan menurut Ali Aziz, setidaknya terdapat 10 macam makna yang dikandung
dalam kata dakwah dalam Al-Qur’an, yaitu
(1) mengajak dan menyeru, baik kepada kebaikan maupun kemusyrikan,
(2) Do’a,
(3) mendakwa atau menganggap tidak baik,
(4) mengadu,
(5) memanggil Atau panggilan,
(6) meminta,
(7) mengundang,
(8) malaikat israfil sebagai penyeru,
(9) panggilan nama atau gelar
(10) anak angkat.9
Jadi manajemen sumber daya manusia dalam dakwah adalah suatu perencanaan,
pengorganisasian, penyusunan, pengarahan serta pengawasan terhadap kinerja dari sumber
daya manusia yang ada di dalamnya dengan di landasi oleh keagamaan

7
Departemmen Pendidikan dan kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta:Balai Pustaka, 1990),
181
8
Enjang dan Aliyuddin, Dasar-Dasar Ilmu Dakwah (Bandung, Widya Padjajaran,2009), 3
9
Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah (Jakarta: Prenada Media Group, 2009),6-9
C. Konsep Manajemen Sumber Daya Manusia

Manajemen merupakan salah satu sains yang diperlukan dalam mengarahkan perubahan di
masa depan dalam kehidupan suatu bangsa. Manajemen menjadi alat untuk mencapai tujuan
organisasi melalui pemanfaatan sumber daya yang ada dalam organisasi. Keunggulan manajemen
justru terletak pada sumber daya manusia yang profesional yang diharapkan akan dapat menggunakan
manajemen dalam mengefektifkan perubahan bagi kepentingan hidup di masa depan. Hal ini sejalan
dengan paradigma baru pendidikan Nasional yang mengacu pada pengelolaan kelembagaan oleh
Sumber Daya Manusia yang profesional, yang menjadi satu pilar utama keberhasilan organisasi
pendidikan menghasilkan sumber daya yang bermutu.

Manajemen berasal dari bahasa latin, yaitu berasal dari kata manus yang berarti tangan, dan
agere artinya melakukan; digabung menjadi kata kerja managere, yang artinya menangani;
diterjemahkan ke dalam bahasa inggris, to manage, kata bendanya managemet (mengatur atau
mengelola); manajemen kini diartikan pengelolaan (Usman, 2008:4). Menurut arti istilah, banyak
pakar yang mengemukakan beragam definisi: 10 manajemen adalah ilmu dan seni perencanaan,
pengorganisasian, penyusunan, pengarahan dan pengawasan sumber daya untuk mencapai tujuan
yang sudah ditetapkan,11 manajemen yaitu segenap proses penyelenggaraan dalam setiap usaha
kerjasama sekelompok manusia untuk mencapai tujuan tertentu, 12 sejumlah pakar mengartikan:
manajemen adalah pencapaian tujuan yang ditetapkan lebih dulu dengan mempergunakan kegiatan
orang lain (Stoner J.A.F, 2000:5). Malayu S.P.Hasibuan (2001:2) berpendapat bahwa manajemen
merupakan ilmu, seni yang mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia beserta sumber-
sumber lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu tujuan tertentu.

Adapun Stoner sebagaimana dikutip oleh Handoko (2003:8) juga mengemukakan bahwa
manajemen merupakan proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan terhadap
kegiatan yang dilakukan oleh para anggota organisasi dan penggunaan sumber daya organisasi
lainnya agar mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Dalam proses manajemen terlibat beberapa komponen pokok yang ditampilkan oleh seorang
pimpinan, yaitu; perencanaan (Planning), pengorganisasian (Organizing), pemimpinan (Leading), dan
pengawasan (Controlling). Sedangkan menurut Usman (2010:15) Fungsi manajemen meliputi;
10
Usman, Husaini. 2008. Manajemen Teori Praktik & Riset Pendidikan. Jakarta:Bumi Aksara, Edisi
Kedua 252
11
Usman, Husaini. 2010. Manajemen: Teori, Praktik dan Riset Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara
12
Manullang, M & Amnullang Marihot. Amh. 2008. Manajemen Personalia. Yogyakarta: Gajah Mada
University Press
perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian. Oleh sebab itu, manajemen diartikan
sebagai proses merencanakan, mengorganisasi, memimpin, dan mengendalikan upaya organisasi
dengan segala aspeknya agar tujuan organisasi tercapai secara efektif dan efisien. Manullang (2008:4)
berpendapat bahwa dalam manajemen terdapat unsur perencanaan, pembuatan keputusan,
pengorganisasian, dan penyempurnaan. Sedangkan menurut Ngalim Purwanto (2010:14) meliputi;
perencanaan, organisasi, koordinasi, komunikasi, supervisi kepengawasan-pembiayaan dan evaluasi.

Berbagai pendapat tersebut, pada hakikatnya dikembalikan kepada empat bagian, yang
dijabarkan sebagai berikut; perencanaan (planning: budgeting, programming, decision making,
forcasting, pengorganisasian (organizing): structuring, assembling resources, staffing, penggerakan
(actuating): coordinating, directing, commanding. Kerangka keilmuan menejemen memegang peranan
penting dalam menyempurnakan fungsi menejemen terutama dalam menjalankan dan upaya
mengembangkan kelembagaan Islam yang unggul. Maka dari pada itu keberadaannya dapat menjadi
13
rujukan dan implementasi pengembangan lembaga Islam di era otonomi seperti saat ini.

Pengembangan SDM dalam organisasi merupakan bentuk usaha pengembangan yang bersifat
integral, baik yang menyangkut SDM sebagai sistem dan sebagai individu, maupun organisasi sebagai
wadah SDM untuk memenuhi kebutuhan suatu organisasi manapun. Dalam pengembangan SDM ini
tentu dilakukan secara terencana dan berkesinambungan untuk meningkatkan kempetensi kinerja
organisasi dan pegawai melalui program pendidikan, pelatihan dan pengembangan.

Konsep SDM diberi kesempatan mengambil peran penting dalam tim manajemen. Hal ini
terjadi karena fungsi sumber daya manusia sedang berubah menjadi fungsi manajemen yang penting.
Segala upaya yang diperlukan untuk menciptakan suatu organisasi yang berhasil tergantung pada
perubahan yang signifikan dalam Manajemen SDM. Berbagai upaya yang dilakukan organisasi
adalah:

 Perampingan organisasi (downsizing) yang meliputi suksesi manajemen, pemberian uang


pesangon, pensiun, dan program-program perencanaan SDM yang lebih baik untuk
mengurangi terjadinya downsizing lebih lanjut.
 Desentralisasi melibatkan upaya melatih pekerja dalam penilaian kerja, perubahan-
perubahan kompensasi, pembuatan keputusan, dan ketrampilan-ketrampilan
kepemimpinan (leadership) yang baru. 14

13
Handoko, Hani.T. 2003. Manajemen. Yogyakarta: UGM

14
Hasibuan, Malayu S.P. 2001. Manajemen Dasar, Pengertian dan masalah.

Jakarta: Bumi Aksara


Berdasarkan pengalaman-pengalaman eksekutif tidak ada organisasi yang fleksibel, yang ada
hanya orang-orang yang fleksibel. Sumber Daya Manusia diharapkan dapat mengarahkan dan
mendukung upaya organisasi untuk mengembangkan kemampuan manajer dalam sebuah organisasi
yang lebih ramping, datar, dan fleksibel. Pengelolaan SDM dituntut lebih proaktif dan responsif,
segala aktivitas yang dilakukan harus dapat mengantisipasi berbagai perkembangan yang terjadi,
kemudian melakukan tindakan-tindakan untuk mengahadapi isu-isu yang berkaitan dengan SDM.
Manajemen sumber daya manusia (MSDM) telah berubah dari fungsi spesialisasi yang berdiri sendiri
menjadi fungsi yang terintegrasi dengan seluruh fungsi-fungsi lain dalam organisasi, untuk mencapai
sasaran yang telah ditetapkan. Berubahnya fungsi dan pusat perhatian MSDM memerlukan perubahan
kualifikasi pengelola MSDM agar dapat mengikuti perkembangan dan memberikan tanggapan yang
sesuai. Sudah semestinya, perhitungan kelembagaan Islam saat ini ditujukan pada pengembangan
pengelolaan SDM secara signifikan dan kontinyu. Pengembangan pengelolaan SDM harus memenuhi
tuntutan perkembangan dan kebutuhan organisasi. Tidak bisa dipungkiri dengan semakin pesatnya
perkembangan teknologi pengelolaan SDM diarahkan untuk mendukung jaringan yang lebih luas dan
berkembang. Pada dasarnya bisa dikatakan bahwa untuk bertahan dalam persaingan maka
pengelolaan SDM memberikan suatu peran strategis, dengan memastikan bahwa kompetensi dapat
memenuhi tuntutan kinerja organisasi saat ini.15

Islam adalah agama yang diperintahkan Allah SWT kepada manusia untuk memeluknya
secara utuh dan menyeluruh. Ajaran Islam ini diperuntukan bagi manusia sebagai petunjuk ke jalan
yang lurus ketika melaksanakan tugastugas hidup serta mencapai tujuan hidup di dunia ini. Dengan
demikian ajaran Islam diciptakan oleh Allah SWT sesuai dengan proses penciptaan dan tujuan
manusia di muka bumi ini. Namun manusia, dengan segala kekurangannya tidak akan menjalankan
tuntutan agama Islam dengan baik tanpa mengerti, mengetahui dan memahami Islam secara
mendalam dan menyeluruh. Untuk dapat mengetahui dan memahami Islam secara menyeluruh
tersebut, maka tidak ada jalan kecuali menajemen sumber daya manusia dalam lingkup keagamaan.
Karena, sumber daya manusia dan manajemen dakwah mempunyai “hubungan yang sangat erat”.
Hubungan ini digambarkan bahwa sumber daya manusia sebagai pelakunya (obyeknya) dan
manajemen dakwah sebagai alatnya (aturannya) 16

15
Stoner J.A.F. and Freeman R.E. 2000. Management. New Jersey: PenticeHall International Editions

16
Purwanto, Ngalim. 2010. Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya
D. Mengembangkan Karakteristik Individu da’i yang Ideal dan Profesional bagi
Organisasi Dakwah
Karakterisktik da’i yang ideal menurut M. Masyhur Amin (1997: 70-76) 17 sehingga dapat
memenuhi panggilan dakwah adalah yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

a) Memiliki akidah yang benar.


Para da’i harus yakin bahwa agama Islam dengan segenap ajaran-ajarannya itu adalah
benar. Mereka harus beriman terlebih dahulu dengan iman yang mantap sebelum mereka
mengajak orang lain untuk ikut beriman (Al-Baqarah: 285).
b) Ibadah yang istikamah.
Komunikasi terus-menerus dengan Allah swt. bagi seorang da’I merupakan suatu
kewajiban yang harus dilakukan secara istikamah (Fushshilat: 30). Tidak hanya
komunikasi yang berbentuk ibadah-ibadah fardu saja, tetapi juga ibadah-ibadah sunah,
terutama salat tahajud.
c) Berakhlakul karimah.
Para da’i dituntut untuk membersihkan hatinya dari kotoran-kotoran yang bersifat amoral,
semisal sifat hasad, takabur, dusta, khianat, bakhil dan lain-lainnya serta mengisi hatinya
dengan sifat-sifat yang terpuji semisal sabar, syukur, jujur, berkata benar, setia pada janji,
dermawan, dan lain-lain.Tegasnya mereka wajib menghiasi dirinya dengan budi pekerti
yang luhur sehingga orang lain tertarik dan terpesona kepadanya.
d) Memiliki kemampuan ilmiah.
Para da’i harus mempunyai kemampuan ilmiah yang luas lagi mendalam, terutama yang
menyangkut materi dakwah yang hendak disampaikan kepada khalayak ramai. Sebab
para da’i yang menjadi pewaris perjuangan Rasulullah saw. pasti menjadi tempat bertanya
anggota masyarakatnya dan anggota masyarakatnya menempatkan ia sebagai ahlul dzikri.
Termasuk dalam persyaratan ini ialah kemampuan para da’i di dalam memakai metode
yang tepat, sesuai dengan keadaan orang yang dihadapi.
e) Lancar berkomunikasi.
Sebagai da’i yang lebih banyak menggunakan bahasa kata-kata untuk menyampaikan
pesannya tentang kebenaran Islam dan ajaran-ajarannya, selayaknyalah apabila para da’i
itu mempunyai kemampuan berbicara yang lancar lagi fasih seirama dengan aturan-aturan
logika yang cepat diterima akal dan mampu menembus dan penyentuh perasaan para
pendengarnya. Karena inilah pula, mengapa Nabi Musa as. berdoa kepada Allah agar
kepergiannya menghadap Fir’aun dapat ditemani dengan saudaranya Nabi Harun, karena
Nabi Harun mempunyai kemampuan berbicara dengan fasih.

17
Ahmad Zaini, TADBIR : Jurnal Manajemen Dakwah Vol. 1, No. 1, Juni 2016
f) Mujahadah.
Para da’i hendaknya memiliki semangat dedikasi kepada masyarakatnya di jalan Allah
swt. dan semangat berjuan untuk menegakkan kebenaran, yaitu kalimatullahi hiyal ‘ulya.
Hal ini dapat dilihat dengan pengorbanannya para da’i, baik berupa tenaga, pikiran,
waktu, harta kekayaan maupun jiwa (Amin, 1997: 70-76).

Adapun da’i yang profesional menurut M. Munir dan Wahyu Ilaihi (2006: 208-209) memiliki
ciri-ciri sebagai berikut:

a) Memiliki suatu keahlian khusus.

b) Merupakan suatu panggilan khusus.

c) Memiliki teori-teori yang baku secara universal.

d) Mengabdikan diri untuk masyarakat dan bukan untuk diri sendiri.

e) Dilengkapi dengan kecapakan yang diagnostic da nkompetensi yang aplikatif.

f) Memiliki otonomi dalam melaksanakan pekerjaannya.

g) Memiliki kode etik.

h) Memiliki organisasi profesi yang kuat.

Karakteristik dan profesionalitas da’i tersebut bagi organisasi dakwah merupakan suatu
keharusan agar citacita dan harapan para pimpinan, pengurus, dan anggota dan terealisasi dengan
baik. da’i yang ideal dan profesional adalah da’i yang dapat menjadi teladan yang baik bagi umat
binaannya serta memberikan kesejukan dan kedamaian bagi seluruh umat manusia, bukan sebaliknya
da’i yang mengajarkan radikalisme dan ekstrimisme. Organisasi dakwah harus dikelola oleh daidai
yang tangguh dan pantang menyerah menghadapi setiap keadaan. Pengelolaan dakwah secara
profesional di era modern ini adalah suatu keharusan, karena tantangan dakwah semakin kompleks.
Pimpinan organisasi dakwah harus menempatkan orang-orang yang kompeten dan ahli dalam
pengelolaan dakwah sehingga dakwah yang damai dan menyejukkan dapat terlaksana dengan baik. 18

BAB III

PENUTUP
18
Ahmad Zaini, TADBIR : Jurnal Manajemen Dakwah Vol. 1, No. 1, Juni 2016
A.KESIMPULAN
1. Pengertian pengembangan sumber daya manusia terbagi 2 : Makro dan Mikro.Pengembangan
sumber daya manusia secara makro adalah suatu proses peningkatan kualitas atau kemampuan
manusia dalam rangka mencapai suatu tujuan. Proses peningkatan ini mencakup perencanaan,
pengembangan, dan pengelolaan sumber daya manusia. Sedangkan pengembangan sumber daya
manusia secara mikro adalah suatu proses perencanaan pendidikan, pelatihan dan pengelolaan
tenaga atau karyawan untuk mencapai hasil yang maksimal. Pengertian lain dari pengembangan
kualitas sumber daya manusia adalah upaya memberikan nilai tambah dalam arti ekonomi dan
insani, sehingga dapat mewujudkan dan mengembangkan seluruh potensi manusia secara terpadu
untuk men capai kedudukannya sebagai makhluk yang mulia.
2. Adapun tujuan pengembangan sumber daya manusia ada 2 : Tujuan Jasmani (pengembangan
sumber daya manusia harus memiliki tujuan ke arah pembangunan fisik serta praktik-praktik yang
dapat mengembangkan kesehatan tubuh) dan Rohani (membina manusia secara pribadi dan
kelompok sehingga mampu menjalankan fungsinya sebagai hamba Allah dan khalifah-Nya untuk
membangun dan memakmurkan dunia ini sesuai dengan konsep yang ditetapkan Allah SWT ) .
3. Adapun ciri pengembangan sumber daya manusia yang berhasil/efektif adalah yang bersifat
sistematik, yakni memiliki tujuan yang spesifik dan bekelanjutan dalam memberikan program
pelatihan yang konkret dan mudah bagi para partisipan. Di samping itu, ciri yang lain adalah nilai
sebuah kebutuhan dan rencana yang terpadu.
4. Adapun ciri-ciri Da’i yang profesional adalah :

Memiliki suatu keahlian khusus.

Merupakan suatu panggilan khusus.

Memiliki teori-teori yang baku secara universal.

Mengabdikan diri untuk masyarakat dan bukan untuk diri sendiri.

Dilengkapi dengan kecakapan yang diagnostik dan kompetensi yang aplikatif.

Memiliki otonomi dalam melaksanakan pekerjaannya.

Memiliki kode etik dan Memiliki organisasi profesi yang kuat.

B. SARAN
Kami sebagai penyusun, apabila dalam penulisan dan penyusunan makalah ini terdapat
kekurangan, maka kami mohon kritik dan saran pembaca untuk makalah kami, supaya
dalam pembuatan makalah yang selanjutnya dapat lebih baik lagi dan dapat dipahami oleh
para pembaca.

DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Zaini, TA Mahmud Yunus, Kamus Arab-Indonesia, (Jakarta:YPPPQ-Hidakarya Agung, 1989),
hlm. 19.
M. Manullang, Manajemen Personalia, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1981), hlm. 11-12.

George R. Terry, Penj. Winarno. Asas-asas Manajemen, (Principle of Management), (Bandung:


Alumni, 1996), hlm. 4.

Hadari Nawawi, Manajemen Sumber Daya Manusia, untuk Bisnis Yang kompetitif, (Yogyakarta:
Gajah Mada University Press, 1998), hlm.40.
Suroto, Strategi Pembangunan dan Perencanaan Kerja, (Yogyakarta: Gajah Mada University Press,
1986), hlm.16DBIR : Jurnal Manajemen Dakwah Vol. 1, No. 1, Juni 2016

Departemmen Pendidikan dan kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta:Balai Pustaka,
1990), 181

Enjang dan Aliyuddin, Dasar-Dasar Ilmu Dakwah (Bandung, Widya Padjajaran,2009), 3


Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah (Jakarta: Prenada Media Group, 2009),6-9

Handoko, Hani.T. 2003. Manajemen. Yogyakarta: UGM

Hasibuan, Malayu S.P. 2001. Manajemen Dasar, Pengertian dan masalah.


Jakarta: Bumi Aksara
Stoner J.A.F. and Freeman R.E. 2000. Management. New Jersey: PenticeHall International
Editions
Purwanto, Ngalim. 2010. Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung: Remaja
Rosdakarya
Ahmad Zaini, TADBIR : Jurnal Manajemen Dakwah Vol. 1, No. 1, Juni 2016

Anda mungkin juga menyukai