Salam serta shalawat tak lupa kita curahkan kepada junjugan kita Nabi Muhammad
SAW nabi yang telah mengubah kehidupan manusia dari alam jahiliyah menuju zaman yang
diridhoi dengan cahaya ilahi.
Dan ucapan terima kasih kepada seluruh anggota dan rekan-rekan kelompok yang
telah membantu penyusunan tulisan ini sehingga karya tulis ilmiah/makalah ini dapat
terselesaikan. Makalah ini kami buat untuk memenuhi tugas terstruktur mata kuliah “Dasar-
Dasar Teori Dakwah” yang berjudul Manajemen Dakwah. Namun kami sangat sadar
bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak kesalahan baik yang kami sengaja
ataupun tidak, seperti peribahasa yang mengatakan “tak ada gading yang tak retak”. Oleh
karena itu kami sebagai penyusun mengharapkan kritik dan saran dari pembaca. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Tim Penyusun
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dakwah adalah usaha peningkatan pemahaman keagamaan untuk mengubah
pandangan hidup, sikap batin dan perilaku umat yang tidak sesuai dengan ajaran
Islam menjadi sesuai dengan tuntutan syariat untuk memperoleh kebahagiaan hidup di
dunia. Kegiatan dakwah bukan hanya mencakup sisi ajakan (materi dakwah) saja,
tetapi juga seluruh unsur yang terkait dengan dakwah yang dapat menjalankan secara
efektif tujuan dari apa yang dikehendaki oleh maksud dan tujuan dakwah itu sendiri.
Disamping itu, dakwah berupaya meningkatkan pemahaman agama dalam
berbagai aspek agar diaktualisasikan dalam sikap, berfikir dan bertindak. Untuk
mencapai tujuan ini, maka disinilah letak signifikannya manajemen dakwah untuk
mengatur, dan mengantarkan dakwah tepat sasaran dan mencapai tujuan yang
diharapkan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Manajemen Dakwah?
2. Sejarah Manajemen Dakwah?
3. Apa saja fungsi - fungsi Manajemen Dakwah ?
4. Apa tujuan Manajemen Dakwah ?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui pengertian manajemen dakwah
2. Untuk mengetahui Fungsi-Fungsi manajemen dakwah
3. Untuk Mengetahui Tujuan manajemen dakwah
4. Untuk mengetahui landasan manajemen dakwah
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
tenaga-tenaga pelaksana dalam kelompok-kelompok tugas itu. Kemudian
menggerakkannya kearah pencapaian tujuan dakwah yang di inginkan.
Dengan perkataan lain pada hakikatnya manajemen dakwah merupakan proses
tentang bagaimana mengerjakan kerja sama, dengan sesama muslim untuk menyebar
luaskan ajaran islam ke dalam tata kehiduan umat manusia dengan cara efektif dan
efisien. Oleh karena itu, manajeman dakwah dapar diartikan sebagai suatu proses
memimpin, membimbing, dan memberikan pasilitas-pasilitas tertentu dari usaha
dakwah orang yang terorganisir secara formal guna mencapai tujuan yang telah
ditetapkan.
3
potensi positif yang dilukiskan dengan istilah hanif potensi semacam ini
didasari atas cara pandang seseorang dalam melakukan pengelolaan,
pemberdayaan, serta penilaian terhadap manusia. Sebagaimana diketahui
bahwa ilmu manajemen itu berkembang sepanjang perkembangan dan
perjalanan manusia yang terus akan berubah.
4
D. Tujuan Manajemen Dakwah
Tujuan Manajemen adalah sesuatu hasil (generalis) yang ingin dicapai melalui
proses manajemen. Tujuan yang ingin dicapai selalu ditetapkan dalam suatu rencana,
karena itu hendaknya tujuan ditetapkan jelas, realistis, dan cukup menantang
berdasarkan analisis data, informasi, dan pemilihan dari alternatif-alternatif yang ada.
Tujuan utama dakwah adalah nilai atau hasil akhir yang ingin dicapai dan
diperoleh oleh keseluruhan tindakan dakwah yaitu Kebahagiaan dan kesejahteraan
hidup di dunia dan di akhirat yang diridhai oleh Allah Swt.
Tujuan dakwah secara umum adalah mengubah perilaku sasaran agar mau
menerima ajaran Islam dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari - hari, baik itu
yang bersangkutan dengan masalah pribadi, keluarga maupun sosial
kemasyarakatnya, agar mendapatkan keberkahan dari Allah Swt. Sedangkan tujuan
dakwah secara khusus dakwah merupakan perumusan tujuan umum sebagai perincian
dari pada tujuan dakwah.
Akhirnya kita dapat mengambil kesimpulan bahwa secara umum tujuan dan
kegunaan manajemen dakwah adalah untuk menuntun dan memberikan arah agar
pelaksanaan dakwah dapat diwujudkan secara professional dan proporsional. Dan
pada hakikatnya tujuan manajemen dakwah disamping memberikan arah juga
dimaksudkan agar pelaksanaan dakwah tidak lagi berjalan secara konvensional seperti
tabligh dalam bentuk pengajian dengan tatap muka tanpa pendalaman materi, tidak
ada kurikulum, jauh dari interaksi yang dialogis dan sulit untuk dievaluasi
keberhasilannya.
5
E. Fungsi Manajemen Dakwah
Pada umunya pengertian manajemen itu dipertegas dengan bermacam-macam
fungsi. Para ahi berbrda pendapat mengenai fungsi-fungsi manajemen.
Prof. The liang Gie memilahkan fungsi manajen ke dalam perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan, pengkordinasian dan pengontrolan
1. Planning(perencanaan)
Pada hakikatnya perencanaan berfungsi memberi jawaban atas pertanyaaan-
pertanyaan tentang siapa, apa , kapan, dimana, bagaimana, dan mengapa tugasnya
dilakukan. Perencanaan menentuakan apa yang harius dicapi (penentuan waktu secara
kualitatif) dan apabila hal ini di capai, siapa yang harus bertanggung jawab, mengapa
hal tersebut harus di capai.
Jadi perencanaan itu merupakan salah satu fungsi yang sangat menentukan,
sebab di dalamnya terdapat apa yang ingin di capai oleh suatu organisasi serta
langkah-langkah apa yang di lakukan untuk mencapai tujuan yang telah di tetapkan.
Perencanaan juga sanagat menentukan keberhasilan manajemen dalam mencapai
tujuan secara efektif dan efisien. Karena fungsi perencanaan adalah sebagai berikut:
a. Untuk mengatur aktifitas dakwah secara sistematik dan terkordinir guna
memudahkan dan mengefektifkan usaha-usaha pencapaian tujuan dakwah.
b. Untuk memperoleh gambaran tentang kemungkinan-kemungkinan masa
depan kehidupan umat beragama.
c. Memberikan landasan utuk melakuan pengawasan kerja dakwah dan
penilaian atas hasil-hasil yang sudah di kerjakan.
d. Mendorong seseorang untuk memperoleh prestasi kerja dan profesi sebaik-
baiknya.
e. Memberikan kemungkinan pengembangan strategi dakwah secara efektif
dan efisien
Planning atau perencanaan ditunjukan sebagai usaha untuk melihat masa depan,
memberikan rumusan tentang kebijaksanaan maupun tidakan-tindakan dakwah masa
mendatang untuk mencapai tujuan yang di tetapkan sebelumnya. Perencanaan dakwah
yang matang, akan menghasilkan sesuatu hasil yang baik dan maksimal. Karena itu
pelaksanaan dakwah harus di rencanakan sedemekianrupa, tidak di laksanakan asal-
asalan, tetapi terprogram dan terencana dengan baik
6
2. Organizing(pengorganisasian)
Organizing adalah sekelompok orang yang berkerjasama untuk mencapai
tujuan tertentu. Organisasi dalam arti bagan atau gambaran secara skematis tentang
hubungan-hubungan kerjasama dari orang-orang yang terdapat (ada) dalam rangka
usaha mencapai tujuan.
Suatu hal terpenting dalam suatu organisasi adalah tidak terjadi dualisme
kepemimpinan, dengan tujuan semua pekerjaan yang dilakukan oleh anggota
organisasi bersumber dan bertumpu pada suatu kepemimpinan. Begitu pula dalam
lembaga organisasi dakwah yang telah ditetapkan.
Pegorganisasian dakwah dapat di artikan sebagai suatu tindakan untuk
menghubugkan aktivitas-aktivitas dakwah yang efektif dalam wujud kerjasama antara
para da’i sehingga mereka dapat memperoleh manfaat-manfaat pribadi dalam
melaksanakan tugas tersebut dalam upayanya mewujudkan tujuan dakwah yang
diinginkan.
Dalam organisasi dakwah terdapat empat langkah yang harus ditempuh, yaitu:
a. Membagi-bagi pekerjaan atau tindakan dakwah yang sudah ditetapkan dalam
perencanaan.
b. Menetapkan dan mengelompokkan orang atau para da’i dalam melaksanakan
tugasnya.
c. Menetapkan tempat atau lingkungan di mana aktivitas dakwah itu akan
dikerjakan.
d. Menetapkan jalinan kerjasama antara para da’i sebagai suatu kesatuan
kelompok kerja.
Dalam hal ini pengorganisasian mencakup segala aspek pelaksanaan dakwah,
baik bagi individual maupun bagi kolektif pekerja dakwah.
Sehingga masing-masing bidang dapat melaksanakan tugasnya dengan baik.
3. Actuiting(penggerakan)
Actuiting dapat di artikan penggerakan anggota kelompok sedemekian rupa
sehingga mereka berkeinginan dan berusaha untuk mencapai sasaran-sasaran usaha
yang diinginkan. Actuiting merupakan fungsi manajemen secara langsung berusaha
merealisasikan keinginan-keinginan organisasi, sehingga dalam aktivitasnya
senantiasa berhubungan dengan metode dan kebijaksanaan dalam mengatur dan
7
mendorong orang agar bersedia melakukan tindakan yang diinginkan oleh organisasi
tersebut, supaya aktivitas actuiting ini berhasil, hendaknya diperhatikan hal-hal
sebagai berikut:
a. Pemenuhan kebutuhan-kebutuhan pribadi para da’i
b. Pengetahuan tentang tujuan dan presepsi atas tugas-tugas yang dilaksanakan,
dan
c. Pengetahuan tentang cara pencapaian tujuan dan realisasi atas kebutuhan
yang mengimbanginya.
Dalam upaya mempengaruhi dan memotivasi pda da’i disamping
memberikan bantuan, pemenuhan kebutuhan penugasan yang jelas dan
mendukung pengembangan skill dan para da’i maka perilaku perlu di ubah
dengan teladan, pengalaman-pengalaman, pikiran-pikiran, memotivasi dan
komunikasi yang baik serta penyajian fakta dakwah yang objektif.
4. Controlling (pengawasan)
Controlling adalah upaya agara tindakan dilaksanakan terkendali dan sesuai
dengan instruksi, rencana, petunjuk-petunjuk, pedoman serta ketentuan-ketentua yang
sebelumnya ditetapkan bersama. Pengendalaian atau pengawasan dakwah pada
hakikatnya dilaksanakan untuk mengawsi dan mengetahui sampai di mana usaha-
usaha dakwah yang sudah dilakukan oleh setiap tenaga da’i sejalan dengan tugas-tuga
yang telah diberikan.
8
b. Mengetahui kesulitan-kesulitan, kelemahan-kelemahan, hambatan-hambatan kerja
dakwah sebagai bahan perbaikan dan penyempurnaan aktivitas dakwah itu sendiri.
c. Mengingatkan efektivitas dan efisiensi kerja dakwah itu sendiri.
d. Mencari jalan keluar yang lebih tepat jika terjadi kesulitan dan hambatan-
hambatan dalam pelaksanaan dan penyempurnaan aktivitas dakwah secara
sistematis, strategis,dan taktis.
Bentuk nyata atau mekanisme pengendalian dakwah yaitu berupa laporan dari
pelaksana dakwah itu sendiri dan penilaian-penilain dari tenaga pengawas yang
ditugaskan.
Drs. A. Rasyad shaleh menetapkan standar pengukuran sebagai dasar penilaian hasil
kerja dakwah mencakup 4 aspek, yaitu
a. Ukuran kualitas hasil pekerjaan dakwah.
b. Ukuran kuantitas hasil pekerja dakwah.
c. Ukuran hasil yang dikaitkan dengan penggunaan wakyu dan
d. Ukuran yang dikaitkan dengan penggunaan biaya.
Dalam rangka pengendalian atau pengawasan, dapat pila di lakukan dengan cara
membandingkan hasil pekerjaan saat ini dengan pekerjaan yang telah lampau.
5. Evaluating (evaluasi)
Evaluating adalah suatu untuk mengevaluasi kegiatan atau aktivitas dakwah
agara aktivitas dakwah bertambah baik di masa mendatang. Segala aspek yang
berkaitan dengan aktivitas dakwah harus di evaluasi, baik subjek dakwah, metode
dakwah, strategi dakwah, media dakwah, pesan-pesan dakwah, dan sebagainya.
Dengan evaluasi ini diharapkan faktor-faktor penghambat yang bersifat negatif dalam
pelaksanaan dakwah bisa diminimalisirkan.
Hasil evaluasi tersebut memudahkan para pekerja dakwah menginventarisir
faktor-faktor apa saja yang kurang berhasil dalam pelaksanaan dakwah. Dengan
demikian, evaluasi dakwah dapat memperbaiki kinerja pelaksanaan dakwah pada
masa mendatang dan aktivitas dakwah dapat berhasil sesuai dengan harapan yang
dikhendaki.
9
F. Pelaksanaan Pelatihan Dakwah
Setelah diadakan check in peserta, pembagian bahan-bahan dan
penempatan penginapan peserta (jika kegiatan pelatihan dakwah perlu
menginap), maka rangkaiaan pelaksanaan pelatihan dimulai. Diawal dengan
pembukaan, proses dan penutupnya.
1. Pembukaan mengawali pelaksanaan
Pembukaan diadakan sebagai peresmiaan dimulainya kegiatan
pelatihan dakwah. Rangkaian kegiatan pada pembukaan dapat
disusun dalam suatu rangkaiaan acara. Susunan acara sendiri bisa
kondisional. Namun ecara garis besar terdiri dari:
1. Menerima kehadiran undangan
2. MC membuka acara
3. Pembacaan ayat Al-Quran
4. Laporan panitia penyelenggara pelatihan
5. Penyampaiaan sambutan dari instansi terkait
6. Pembukaan secara resmi oleh pejabat terkait
7. Penyematan tanda pengenal
8. Pembacaan doa
9. Ramah tamah
2. Poses belajar dalam pelatihan
Kegiatan belajar dimulai setelah pembukaan selesai.
Kegiatan ini diawali oleh penjelasan program pelatihan dakwah oleh
manager pelatihan. Penjelasan mencakup: tujuan, struktur
program(kurikulum dan silabi, jadwal,pelatih, tempat yang akan
digunakan, proses bimbingan, penugasan serta hal lainnya) aturan-
aturan selama pelatihan, sangsi, system, penilaiaan, kriteria
kelulusan, kewajiban dan hak peserta selama pelatihan.
Sesi berikutnya, masuk kepada materi utama, sesuai yang
tertera pada jadwal pelatihan dakwah. Materi awal yang disajikan
merupakan materi dasar, sedikit lebih umum dan lebih mudah untuk
dipahami.
10
3. Penutupan
Penutupan merupakan tanda selesainnya kegiatan belajar para
pelatih. Dilakukan setelah evaluasi (tes summative). Rangkaiaan
acara pada penutupan hamper sama dengan pembukaan walaupun
tetap dalam beberapa hal ada bedanya.
Rangkaiaan kegiatan pada penutupan secara garis besar
terdiri dari:
1. Menerima kehadiran undangan
2. MC membuka acara
3. Pembacaan ayat al-Quran
4. Laporan panitia penyelenggara pelatihan
5. Penyampaiaan sanbutan dari instansi terkait
6. Penutupan secara resmi oleh pejabat terkait
7. Pelepasan tanda pengenal
8. Pembacaan doa
9. Ramah tama
َب لَ َكان ِ ع ِن اْلُم ْنك َِر َوتُؤْ مِ نُ ْونَ ِباللِ َولَ ْو َءا َمنَ ا َ ْه ُل ْالكِت
َ َاس تَا ْ ُم ُر ْونَ ِب ْال َم ْع ُر ْوفِ َوتَ ْن َه ْون ْ ُك ْنت ُ ْم َخي َْر ا ُ َّمة ا ُ ْخ ِر َج
ِ َّت لِلن
َ َخي ًْرا لَّ ُه ْم مِ ْن ُه ُم ْال ُمؤْ مِ نُ ْونَ َواَ ْكثَ ُرهُ ُم ْالف ِسقُ ْون.
Artinya: Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia,
menyuruh kepada yang ma’ruf (kebenaran), dan mencegah dari yang mungkar
(kejahatan), dan beriman kepda Allah. Sekiranya ahli kitab beriman, tentulah itu lebih
baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah
orang-orang yang fasik (Q.S. Ali-Imran :110)
11
َم ْن َراَى مِ ْن ُك ْم ُم ْنك ًَرا: س ْو ُل هللاِ صلى هللا عليه وسلم يَقُ ْو ُل ُ سمِ ْعتُ َر َ : ع ْنهُ قَا َل َ ي هللا َ ض ِ س ِع ْي ِد اْل ُخد ِْري َر
َ ع ْن اَبِى
َ
رواه مسلم)م. (ان ِ ْ اف
ِ اْل ْي َم ُ ض َع ْ َ سا ِن ِه فَا ِْن َّل ْم يَ ْستَطِ ْع فَ ِبقَ ْل ِب ِه َوذَا ِلكَ ا
َ فَا ِْن َّل ْم يَ ْستَطِ ْع فَ ِب ِل, فَ ْليُ ِغي ّْرهُ ِبيَ ِد ِه
Artinya: Dari abi said r.a berkata: saya mendengar Rosulullah saw. Berkata: Siapa
saja yang melihat kemungkaran maka rubahlah dengan tangannya, jika tidak mampu
maka dengan lisannya, dan jika tidak mampu juga maka rubahlah dengan hatinya, dan
yang demikian (merubah kemungkaran dengan hati) merupakan selemah-lemahnya
iman. (H.R. Muslim)
12
BAB III
PENUTUPAN
A. KESIMPULAN
Dari uraian makalah di atas dapat disimpulkan bahwa Manajemen dakwah islam
merupakan sebuah sarana yang bisa memberikan berbagai kemudahan. Dengan adanya
sarana sehingga membuat aktivitas dakwah menjadi lebih dinamis, cepat dalam bertindak
(responsif) namun terencana, terukur, dan terorganisasi. Dan memberikan dampak yang
besar terhadap organisasi dan lingkungan. Bukan justru sebaliknya, menjadi rumit dan
menghambat dinamisasi aktivitas dakwah, atau bahkan menimbulkan masalah baru. Semua
tahapan dakwah yang sudah kita lakukan haruslah diukur keberhasilannya dengan
mengevaluasi.
B. Saran
Demikian makalah kami buat dengan sedemikian rupa. Mungkin masih banyaknya
kesalahan yang ada mulai dari penyusuanan kata maupun penyuntingan kalimat, karena
keterbatasan kami. Saran dan kritik yang membangun sangat dibutuhkan guna perbaikan
makalah selanjutnya dan semoga makalah ini bermanfaat bagi semuanya. Amin.
13
DAFTAR PUSTAKA
Drs. Samsul Munir Amin, M.A. Ilmu Dakwah, 2009, Jakarta, AMZAH
Muhammad Munawir, S.Ag., MA. Dan Wahyu ilaihi, S.Ag.MA. Manajemen Dakwah,
2006, Jakarta, RAHMAT SEMESTA
Aep kusnawan, S.Ag, M.Ag. Dan Aep Sy. Firdaus, Drs, M.Pd. Manajemen pelatihan
Dakwah 2009, Jakarta, RINEKA CIPTA
14