Anda di halaman 1dari 20

PENGGERAKAN DAKWAH

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Manajemen Dakwah


Jurusan Manajemen Dakwah
OLEH:

KELOMPOK VI

ANNISA PUTRI 50400120029


NUR AMANAH SYUKRIYAH 50400120031
SUDIRMAN 50400120032
AFIFAH ALI 50400118033
MUH IKBAL 50400120024

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UIN ALAUDDIN MAKASSAR

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT atas segala rahmatNya sehingga makalah
ini dapat tersusun dengan selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terimakasih atas
bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik
pikiran maupun materinya.

Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa
pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-hari.

Bagi kami sebagai penulis merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami.
Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca
demi kesempurnaan makalah ini.

Gowa, 4 April 2023

Kelompok VI

i
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL

KATA PENGANTAR ................................................................................................. i

DAFTAR ISI ............................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................... 1

A. Latar Belakang ........................................................................................................ 1

B. Rumusan Masalah ................................................................................................... 2

C. Tujuan ...................................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................ 3

A. Apa itu Penggerakan Dakwah ................................................................................. 3

B. Proses Penggerakan Dakwah ................................................................................... 4

BAB III PENUTUP .................................................................................................. 16

A. Kesimpulan .......................................................................................................... 16

B. Saran ...................................................................................................................... 16

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 17

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam penyelenggaraan da’wah, mutlak diperlukan penjalinan hubungan


(koordinasi) diantara satu dengan yang lain. Dengan adanya penjalinan hubungan yang
dilakukan oleh pimpinan terhadap para pelaksana, baik antara mereka yang berada
dalam satu kesatuan, maupun dengan kesatuan yang lainnya, dapatlah dihindarkan
kesimpang siuran, kekacauan, kekembaran, kekosongan dan sebagainya. Kebijakan
Nabi Muhammad SAW bahwa dalam setiap menghadapi masalah beliau senantiasa
mengadakan permusyawaratan dengan para sahabatnya, disamping hal tersebut
menunjukkan bahwa musyawarah adalah merupakan prinsip ajaran islam yang penting,
yang juga sebagai sarana penjalinan hubungan antara Nabi SAW dengan para
sahabatnya satu sama lain. Sehingga terpadulah potensi mereka dalam satu kesatuan
dan kekuatan yang sinkron.

Pentingnya arti pemberian motivasi, pembimbingan dan koordinasi, dalam


rangka proses penyelenggaraan da’wah. Selain itu diperlukan pula adanya saling
pengertian diantara para pelaksana. Saling pengertian ini dapat diwujudkan, bilamana
masing-masing mereka secara timbal balik senantiasa menyampaikan informasi, ide,
keinginan dan sebagainya.

B. Rumusan Masalah

1. Apa itu Penggerakan Dakwah?

2. Bagaimana Proses Penggerakan Dakwah ?

1
2

C. Tujuan

1. Untuk Mengetahui dan Memahami Apa itu Penggerakan.

2. Untuk Mengetahui dan Memahami Bagaimana Proses Penggerakan Dakwah.


3

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Penggerakan Dakwah

Penggerakan dakwah merupakan inti dari manajemen dakwah, karena dalam


proses ini semua aktivitas dakwah dilaksanakan. Dalam penggerakan dakwah ini,
pimpinan menggerakkan semua elemen organisasi untuk melakukan semua
aktivitasaktivitas dakwah yang telah direncanakan, dan dari sinilah aksi semua rencana
dakwah akan terealisir, di mana fungsi manajemen akan bersentuhan secara langsung
dengan para pelaku dakwah. Selanjutnya dari sini juga proses perencanaan,
pengorganisasian, dan pengendalian, atau penilaian akan berfungsi secara efektif.

Adapun pengertian penggerakan adalah seluruh proses pemberian motivasi


kerja kepada para bawahan sedemikian rupa, sehingga mereka mampu bekerja dengan
ikhlas demi tercapainya tujuan organisasi dengan efisien dan ekonomis.

Apabila fungsi penggerakan dilakukan perenungan lebih dalam, maka yang


menjadi intinya adalah kewenangan, sebagai suatu factor yang perlu dimiliki oleh
pelaku manajemen. Kewenangan sebenarnya adalah wujud logis dari sifat yang sangat
mendasar bagi organisasi. Hal-hal yang terkait dengan penggerakan adalah motivasi.
Motivasi berarti dorongan yang timbul pada diri seseorang sadar atau tidak sadar untuk
melakukan suatu Tindakan dengan tujuan tertentu; usaha-usaha yang dapat
menyebabkan seseorang atau kelompok tertentu tergerak melakukan ssuatu karena
ingin mencapai tujuan yang dikehendakinya.

Motivasi menyangkut perilaku manusia dan merupakan sebuah unsur yang


vital dalam manajemen. Oleh karena itu, dengan motovasi membuat seseorang
menyelesaikan pekerjaan dengan semangat karena ingin melakukannya.
4

B. Proses Penggerakan Dakwah


Ada beberapa poin dari proses pergerakan dakwah yang menjadi kunci dari
kegiatan dakwah, yaitu:
a. Pemberian Motivasi

Motivasi diartikan sebagai kemampuan seorang manajer atau pemimpin


dakwah dalam memberikan sebuah kegairahan, kegiatan dan pengertian, sehingga
para anggotanya mampu untuk mendukung dan bekerja ikhlas untuk mencapai
tujuan organisasi sesuai tugas yang dibebankan kepadanya. Dengan demikian,
secara motivasi merupakan dinamisator bagi para elemen dakwah yang secara
ihklas dapat merasakan, bahwa pekerjaan itu adalah kewajiban yang harus
dilaksanakan. Dengan kata lain, bahwa motivasi adalah memberikan semangat atau
dorongan kepada para pekerja untuk mencapai tujuan bersama dengan cara
memenuhi kebutuhan dan harapan mereka serta memberikan sebuah penghargaan
(reward).

Dengan adanya rasa memiliki (sense of belonging) dan rasa tanggung jawab
(sense of responsibility), maka akan menumbuhkan rasa kecewa jika gagal dan
merasa bahagia jika tujuannya berhasil. Selanjutnya jika perasaan tersebut sudah
mengakar, maka fungsi motivasi sudah berhasil. Motivasi sebagai sesuatu yang
dirasakan sangat penting, akan tetapi ia juga sulit dirasakan, karena disebabkan oleh
beberapa alasan, yaitu:

a. Motivasi dikatakan penting (important subject), karena berkaitan dengan peran


pemimpin yang berhubungan dengan bawahannya. Setiap pemimpin harus be-
kerja sama melalui orang lain atau bawahannya, un- tuk itu diperlukan
kemampuan memberikan motivasi kepada bawahannya.
b. Motivasi sebagai sesuatu yang sulit (puzzling subject) karena motivasi itu
sendiri tidak bisa diamati dan diukur secara pasti. Karena untuk mengukurnya,
5

berarti harus mengkaji lebih jauh perilaku masing individu. Hal ini juga dipicu
dengan teori masing- motivasi yang berbeda-beda.

Dalam manajemen dakwah pemberian motivasi ini dapat berupa:

1. Mengikutsertakan dalam Pengambilan Keputusan

Pengambilan keputusan atau (dicision making) merupakan sebuah


tindakan yang penting dan mendasar dalam sebuah organisasi. Betapa tidak,
sepanjang proses manajemen berlangsung, mulai dari tingkat perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan hingga pada pengendalian pengambilan
keputusan akan selalu berlangsung. Sebuah manajemen akan bisa berarti dan
berfungsi jika dilakukan pengambilan keputusan. Proses pengambilan
keputusan ini merupakan suatu langkah manajer yang bijaksana untuk memilih
dari berbagai alternatif yang ditempuh.

Al-Qur’an mensinyalir hal ini dengan firman Allah SWT. Dalam surat al-
Baqarah: 30
ٰۤ
ُ‫الد َم ٰۤا َء َونَحن‬
ِ ُ‫ض َخلِيفَة ۗ قَالُ ْٓوا اَتَج َع ُل فِي َها َمن يُّفسِ دُ فِي َها َويَس ِفك‬ ِ ‫َواِذ قَا َل َربُّكَ لِل َمل ِٕى َك ِة اِنِي َجاعِل فِى اْلَر‬
َ‫ِس َلكَ ۗ َقا َل اِن ِْٓي اَع َل ُم َما َْل تَع َل ُمون‬
ُ ‫نُ َس ِب ُح ِب َحمدِكَ َونُ َقد‬

"Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, "Aku


hendak menjadikan khalifah di bumi." Mereka berkata, "Apakah Engkau
hendak menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan darah di sana,
sedangkan kami bertasbih memuji-Mu dan menyucikan nama-Mu?" Dia
berfirman, "Sungguh, Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui."

(QS. Al-Baqarah 2: Ayat 30)

Dari ayat tersebut dapat diambil sebuah pelajaran bahwa Allah SWT.
Sebelum menciptakan manusia sebagai khalifah di muka bumi, terlebih dahulu
melakukan dialog dan konfirmasi kepada malaikat sebagai makhluk-Nya. Allah
6

mendengarkan sanggahan dan alasan logis para malaikat kemudian dipatahkan


dengan menonjolkan kelebihan manusia dalam aspek ilmu pengetahuan yang
tidak dimiliki oleh malaikat. Ayat ini menggambarkan bahwa Allah SWT.
Sebagai pemimpin melakukan diskusi dengan para malaikat tentang rencana
yang akan dilakukanNya, dan kemudian setelah itu baru mengambil
keputusanNya. Hal ini menjelaskan tentang manajemen yang dikehendakiNya.
Dalam merumuskan sebuah kebijakan atau merencanakan sesuatu, maka
sebelum mengambil keputusan, sebaiknya diadakan proses dialog dan musya-
warah terlebih dahulu dengan para bawahan yang akan terlibat.

2. Memberikan Informasi Secara Komperehensif


Semua fungsi manajerial dakwah itu sangat tergantung pada arus
informasi, yakni data yang telah diatur atau dianalisis untuk memberikan arti
yang sangat permanen mengenai semua kondisi yang berlangsung, baik yang
terjadi di dalam maupun di luar organisasi. Dengan sistem informasi yang
akurat dan tepat waktu, maka pemimpin dakwah dapat memonitor semua
kemajuan ke arah sasaran dan mengubah rencana dakwah menjadi sebuah
kenyataan. Karena dalam proses dakwah seorang pemimpin atau pelaksana
harus mampu secara cerdas mengikuti jejak dengan mengantisipasi semua
masalah, kemudian dengan cermat mampu mengembangkan keterampilan dan
skill dalam mengidentifikasi dan mengoreksi, dan kemudian mengambil
langkah-langkah koreksi tersebut. Karena struktur organisasi tidak hanya suatu
rang- kaian kontak dan garis yang saling berhubungan dalam suatu bagan.
Tetapi suatu pola hubungan antarmanusia yang direncanakan maupun tidak
direncanakan, yang telah berkembang selama satu periode sebagai tanggapan
terhadap masalah-masalah manusiawi dalam organisasi itu. Satu dari peran
yang lebih jelas dari manajemen pun- cak ialah menentukan tujuan keseluruhan
dari organisasi. Dalam realitasnya proses keputusan itu sering menyang- kut
tingkat-tingkat yang lebih rendah dalam organisasi dan satu jumlah besar dalam
7

komunikasi hierarkis untuk membangun suatu konsensus dan ikatan terhadap


konsensus tersebut. Dari pemberian informasi yang komprehensif ini dapat
menghilangkan sebuah keraguan dan akan memberikan sebuah kepastian
kepada semua pihak dalam melaksanakan tugas-tugasnya. Dalam penggunaan
arus informasi, para manajer dakwah harus selalu memer- hatikan mutu
hubungan manusia di dalam sebuah organisasi yang meliputi hal-hal yang
bersifat: mengambil keputusan kritis, perwakilan, penanganan komunikasi ke
balik yang bawah, menangani komunikasi ke atas, menyelesaikan perselisihan,
serta sebuah umpan akan didapat.

Ada empat faktor yang dapat dijadikan sebuah evaluasi dalam sebuah
organisasi, yaitu:

1. Mutu informasi, semakin akurat sebuah informasi, maka akan semakin


tinggi mutu dan akan semakin aman pemimpin dakwah dalam memercayai
dalam membuat keputusan.
2. Ketepatan waktu informasi, pada proses aktivitas dakwah diperlukan
sebuah ketepatan informasi, ini diperlukan untuk menghindari tindakan
yang salah, serta pelaksanaan korektif yang akurat.
3. Mutu informasi, dalam sebuah organisasi akan didapat banyak sekali
informasi yang masuk. Semakin banyak informasi yang masuk, maka akan
semakin sulit dalam pembuatan keputusan. Namun dari dinilah diperlukan
sebuah keterampilan semua elemen dalam mengakses dan mengakomodir,
sehingga informasi yang sifatnya membantu akan diperoleh dengan tepat.
4. Relevansi informasi, ini merupakan kelanjutan dari mutu informasi itu
sendiri, di mana korelasinya terdapat pada para pemimpin dakwah. Mereka
harus mampu mempertanggungjawabkan informasi yang relevan tersebut
dengan tugas-tugasnya.
8

Perlu diingat, bahwa dalam pemberian informasi ini harus


memerhatikan feedback-nya, apakah sudah dapat diterima dengan baik
sebagaimana yang diharapkan. Hal ini sesuai dengan sebuah hadis yang
menyatakan: “Tidak termasuk umat kami orang yang tidak menyenangi atasan
dan bawahan dan tidak melaksanakan amr ma’ruf nahi munkar.” Dari sini dapat
kita telusuri bahwa dalam memberikan sebuah informasi yang benar, maka
harus memerhatikan kadar kemampuan, atau dalam istilah lain memerhatikan
kadar kemampuan yang berorientasi kepada khalayak sehingga feedback-nya
sesuai dengan harapan: “Berbicaralah kamu sekalian sesuai dengan
kemampuan kadar akal atau pikiran mereka.”

b. Melakukan Bimbingan

Bimbingan di sini dapat diartikan sebagai tindakan pimpinan dakwah yang


dapat menjamin terlaksananya tugas-tugas dakwah sesuai dengan rencana
ketentuan-ketentuan yang telah digariskan. Dalam proses pelaksanaan aktivitas
dakwah itu masih banyak hal-hal yang harus diberikan sebagai sebuah arahan atau
bimbingan. Hal ini dimaksudkan untuk membimbing para elemen dakwah yang
terkait guna mencapai sasaran dan tujuan yang telah dirumuskan untuk
menghindari kemacetan atau penyimpangan. Pekerjaan ini lebih banyak dilakukan
oleh pmimpin dakwah, karena mereka yang lebih banyak mengetahui kebijakan
organisasi, yakni akan dibawa ke mana arah organisasi.

Adapun komponen bimbingan dakwah adalah nasi- hat untuk membantu


para da’i dalam melaksanakan perannya serta mengatasi permasalahan dalam
menjalankan tugasnya adalah:

1. Memberikan perhatian terhadap setiap perkembangan para anggotanya. Ini


merupakan prinsip yang men- dasar dari sebuah bimbingan, di mana
diharapkan para pemimpin dakwah memiliki perhatian yang sungguh-
sungguh mengenai perkembangan pribadi serta kemajuan para anggotanya.
9

2. Memberikan nasihat yang berkaitan dengan tugas dakwah yang bersifat


membantu, yaitu dengan mem- berikan saran mengenai strategi dakwah
yang diiringi dengan alternatif-alternatif tugas dakwah dengan membagi
pengetahuan.
3. Memberikan sebuah dorongan, ini bisa berbentuk dengan mengikutsertakan
ke dalam program Pelatihanpelatihan yang relevan. Bimbingan ini bisa
dengan memberikan informasi mengenai peluang pelatihan, serta
pengembangan yang relevan atau dalam bentuk memberikan sebuah
pengalaman yang akan membantu tugas selanjutnya.
4. Memberikan bantuan atau bimbingan kepada semua elemen dakwah untuk
ikut serta dalam pembuatan keputusan dan strategi perencanaan yang
penting dalam rangka perbaikan efektivitas unit organisasi.

Bimbingan yang dilakukan oleh manajer dakwah terhadap pelaksanaan


kegiatan dapat dilakukan dengan jalan memberikan perintah atau sebuah petunjuk
serta usaha-usaha lain yang bersifat memengaruhi atau mene- tapkan arah tugas
dan tindakan mereka.” Dalam konteks ini dituntut kemampuan seorang pemimpin
dakwah dalam memberikan arahan, perintah yang tepat sehingga tidak terjadi
kesalahpahaman terhadap para anggotanya.

c. Menjalin Hubungan
Organisasi dakwah merupakan sebuah organisasi yang berbentuk sebuah
tim atau kelompok (dua ndividu atau lebih yang berinteraksi dan saling
bergantungan untuk mencapai sasaran tertentu), di mana semua kegiat annya akan
bersentuhan langsung dengan para anggotanya. Definisi dari sebuah tim adalah
sebagai dua orang atau lebih yang berinteraksi dan saling memengaruhi ke arah
bersama. Untuk itu diperlukan sebuah jalinan hubungan yang harmonis antara
semua elemen yang terkait dalam aktivitas dakwah.Sebuah tim merupakan
10

kelompok orang yang memi- liki tujuan yang sama. Akan tetapi tidak sekumpulan
orang dapat dikatakan tim, untuk dapat dianggap sebuah tim maka sekumpulan
orang tersebut harus memiliki karakteristik sebagai berikut:

1. Ada berbagai kesepakatan terhadap misi tim. Agar suatu kelompok dianggap
sebagai sebuah tim yang dapat bekerja dengan efektif, maka semua anggotanya
harus memahami dan menyepakati misinya.
2. Semua anggota harus menaati peraturan tim yang berlaku. Suatu tim harus
mempunyai peraturan yang berlaku, sehingga dapat membentuk kerangka
usaha pencapaian misi. Suatu kelompok dapat menjadi tim manakala ada
kesepakatan terhadap misi dan ketaatan terhadap peraturan yan berlaku.
3. Ada pembagian tanggung jawab dan wewenang yang adil. Keberadaan sebuah
tim tidak meniadakan struktur dan wewenang. Sebuah tim dapat berjalan
dengan baik apabila tanggung jawab dan wewenang dibagi, dan setiap anggota
diperlakukan secara adil.
4. Orang beradaptasi terhadap perubahan. Oleh karena itu, anggota tim harus
dapat salingberadaptasi teranhadap perubahan yang positif.

Secara tradisional, tim dalam sebuah organisasi dibagi menjadi dua bagian
yang memiliki karakteristik tersendiri, yaitu sebuah tim yang bekerja secara formal
dan sebuah tim yang bekerja secara informal. Secara mendasar terdapat beberapa
alasan mengapa diperlukan sebuah hubungan antar kelompok, yaitu:

1. Keamanan. Dengan bergabung dalam suatu kelompok, individu dapat


mengurangi rasa kecemasan, akan merasa lebih kuat-perasaan ragu akan
terkurangi, dan akan lebih tahan terhadap ancaman bila mereka merupakan
bagian dari suatu kelompok.
2. Status. Termasuk dalam hubungan kelompok yang dipandang penting oleh
orang lain memberikan sebuah perasaan berharga yang mengikat pada
anggota-anggota kelompok itu sendiri.
11

3. Pertalian. Hubungan tersebut dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan sosial


dengan interaksi yang teratur yang mengiringi hubungan tersebut.
4. Kekuasaan. Apa yang tidak dapat diperoleh secara individual sering
menjadi mungkin lewat tim, ada kekuatan dengan sebuah tim. Prestasi baik.
Ketika diperlakukan lebih dari satu orang untuk mencapai suatu tugas
tertentu, maka ada kebutuhan untuk mengumpulkan bakat, penge- tahuan,
atau kekuatan agar suatu pekerjaan dapat terselesaikan, sehingga dalam
kepentingan sebuah manajemen akan menggunakan suatu tim formal.

Tim formal adalah suatu kelompok kerja yang ditandai dengan


didefinisikan oleh struktur organisasi yang dibentuk secara sengaja oleh pimpinan
dan diberi tanggung jawab untuk melakukan tugas tertentu guna membantu
organisasi mencapai tujuan. Dalam kelompok ini yang paling menonjol adalah tim
komando yang di dalamnya termasuk seorang pimpinan dan semua anggota yang
bertanggung jawab penuh terhadap pimpinan tersebut. Sedangkan tim informal
adalah suatu kelompok yang tidak terstruktur secara formal atau ditetapkan
anisatoris; muncul sebagai tanggapan terhadap kebu- tuhan akan kontak sosial.
Pada dasarnya sebuah kelompok dalam organisasi yang terbentuk secara tersendiri
akan memiliki fungsi sebagai penyambung hubungan yang harmonis antara sesama
anggota organisasi tersebut. Fungsi dari terbentuknya sebuah tim secara tidak
langsung dalam organisasi dakwah adalah:

1. Dapat mempertahankan dan memperkuat norma atau etika tingkah laku


yang diharapkan dan nilai-nilai yang dimiliki bersama oleh para
anggotanya.
2. Memberikan sebuah kepuasan, status, serta kenyamanan sosial oleh para
anggotanya.
3. Membantu kelompok organisasi dalam menjalin ko- munikasi. Dari sinilah
para anggota dapat belajar secara informal mengenai hal-hal yang
memengaruhi kerja dakwah dengan mengembangkan sarana infor- masi
12

secara informal mereka sendiri sebagai nilai plus pada saluran yang lebih
formal. pada kelompok informal juga dapat dimanfaatkan oleh pemimpin
dakwah untuk menyampaikan informasi secara tidak resmi, sehingga apa
yang diinginkan dapat dikomunikasi- kan secara rileks.
4. Dari kelompok ini diharapkan dapat membantu me- nyelesaikan
permasalahan organisasi. Para nggotaorganisasi dapat mengoreksi hasil
kerja serta memberikan masukan sesama anggota dalam lingkungan yang
lebih kondusif dalam usaha perbaikan bersama.

Namun pada dasarnya tim yang bersifat formal mau- informal dalam sebuah
organisasi dimaksudkan agar pun terjadi sebuah kekompakan dan keharmonisan
dalam menjalankan tugas-tugas organisasi. Karena sebuah kerja sama yang solid
sangat penting dalam organisasi dakwah untuk mencapai sasaran dan menyusun
sebuah strategi dalam menghadapi semua tantangan. Dalam kaitan ini, seorang
pemimpin dakwah harus mampu menciptakan sebuah lingkungan yang kondusif di
antara semua anggota organisasi.

Menurut Richardo Guzzo dan Grogory Shea bahwa; efektivitas sebuah


kelompok dalam sebuah organisasi merupakan suatu fungsi dari tiga variabel,
yaitu:

a. Interdependensi tugas, yaitu sejauh mana pekerjaan kelompok menuntut


para anggotanya untuk saling berinteraksi.
b. Rasa potensi, yaitu sebuah keyakinan kolektif dari suatu kelompok bahwa
kelompok itu bisa efektif dan akan maju.
c. Interdependensi hasil, yaitu beberapa dari pekerjaan suatu kelompok yang
memiliki konsekuensi yang dirasakan oleh para anggotanya.

Untuk menciptakan sebuah kerja sama yang solid dalam organisasi atau
lembaga dakwah, maka dituntut sebuah kecerdasan dan kerja sama yang baik oleh
para pemimpin dakwah. Dalam hal ini para pemimpin dakwah harus mampu
13

memberikan seperangkat tujuan dakwah yang memungkinkan untuk dicapai, juga


dapat dijadikan tujuan untuk ke masa depan. Oleh karena itu, para anggota atau
kelompok harus diberikan sebuah fleksibilitas dalam mengatur tindakan mereka
sendiri.

Disamping itu, para anggota harus memiliki sebuah keoptimisan, bahwa ia


mampu melakukan tugas-tugas yang telah ditentukan dengan sebuah usaha kerja
sama yang baik. Betapa tidak, dalam sebuah organisasi kadang-kadang sebuah tim
tidak berjalan sebagaimana yangdiharapkan, dan satu salah faktor utamanya adalah
manusia yang bekerja dalam tim tersebut. Untuk itu harus diperhatikan oleh para
pemimpin tentang aspek penghambat kesuksesan kerja sama tim. Di antara aspek
penghambat tersebut meliputi:

• Identitas pribadi anggota tim;


• Hubungan anggota tim; dan
• Identitas tim dalam organisasi.

d. Penyelenggaraan Komunikasi

Dalam proses kelancaran dakwah komunikasi, yakni suatu proses yang


digunakan oleh manusia dalam usaha untuk membagi arti lewat transmisi pesan
simbolis merupakan hal yang sangat penting. Karena tanpa komunikasi yang efektif
antara pemimpin dengan pelaksana dakwah, maka pola hubungan dalam sebuah
organisasi dakwah akan mandek, sebab komunikasi akan memengaruhi seluruh
sendi organisasi dakwah. Dari sinilah kerangka acuan dakwah, yaitu untuk
menciptakan sebuah opini yang sebagian besar diperoleh dari informasi melalui
komunikasi. Dalam proses komunikasi ini akan terjadi sebuah proses yang
melibatkan orang, yang mencoba memahami cara manusia saling berhubungan.
Komunikasi ini juga termasuk ke dalam sebuah kesamaan arti agar manusia dapat
berinteraksi, yang dapat berupa sebuah simbol gerakan badan, suara, huruf, angka,
14

dan kata yang dapat mewakili atau mendekati ide yang mereka maksud kan untuk
dikomunikasikan.

Kinerja komunikasi sangat penting dalam sebuah organisasi termasuk


organisasi dakwah. Adapun manfaat dari penyelenggaraan komunikasi sebagai
sarana yang efektif dalam sebuah organisasi adalah:

1. Komunikasi dapat menempatkan orang-orang pada tempat yang


seharusnya;
2. Komunikasi menempatkan orang-orang untuk terlibat dalam organisasi,
yaitu dengan meningkatkan motivasi untuk menghasilkan kinerja yang baik
dan meningkatkan komitmen terhadap organisasi;
3. Komunikasi menghasilkan hubungan dan pengertian yang lebih baik antara
atasan dan bawahan, mitra, orang-orang di luar organisasi dan di dalam
organisasi
4. Menolong orang-orang untuk mengerti perubahan.
Dalam aktivitas dakwah, komunikasi yang efektif dan efisien dapat
dimanfaatkan untuk memengaruhi tindakan manusia (mad’u) ke arah yang

Diharapkan paling tidak, ada dua alasan mengapa diperlakukan sebuah


komunikasi yang efektif para pemimpin dakwah terhadap para anggotanya, yaitu:

1. Komunikasi akan menyediakan sebuah chanel umum dalam proses manajemen,


yaitu dalam merencanakan, mengorganisasikan pemimpin, serta
mengendalikan. Pemimpin dakwah dapat mengembangkan sebuah rencana dan
strategi dakwah yang baik kepada ang- gotanya dalam sebuah organisasi dalam
mendistribusikan wewenang dan pekerjaan dengan memastikan bahwa
kewajiban tersebut menumbuhkan sebuah motivasi yang kemudian diaktifkan
lewat kegiatan dakwah secara sistematis.
2. Keterampilan komunikasi yang efektif dapat membuat para pemimpin dakwah
menggunakan berbagai keterampilan serta bakat yang dimilikinya dalam
15

duniaorganisasi. Terlebih aktivitas dakwah sangat diperlukan dalam akses


komunikasi, baik secara lisan maupun tulisan. Semakin baik komunikasi yang
dilaku- kan oleh seorang manajer dakwah atau seorang da’I sendiri, maka akan
semakin baik pula job performance dan hasil pekerjaan mereka. Dalam proses
organisasi ternyata hampir separuh pekerjaan dari pemimpin dakwah adalah
untuk berkomunikasi, baik dalam proses presentasi rencana, memberikan
arahan, serta penyampaian informasi. Komunikasi yang berimbang dalam
kegiatan manajemen akan dapat menyalurkan dan mempertukarkan informasi
di antara semua pihak yang terlibat dalam proses manajemen.
16

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Penggerakan dakwah merupakan inti dari manajemen dakwah, karena
dalam proses ini semua aktivitas dakwah dilaksanakan. Dalam penggerakan
dakwah ini, pimpinan menggerakkan semua elemen organisasi untuk
melakukan semua aktivitas-aktivitas dakwah yang telah direncanakan, dan dari
sinilah aksi semua rencana dakwah akan terealisir, di mana fungsi manajemen
akan bersentuhan secara langsung dengan para pelaku dakwah.
Ada beberapa poin dari proses pergerakan dakwah yang menjadi kunci
dari kegiatan dakwah, yaitu:
• Pemberian Motivasi
• Melakukan Bimbingan
• Menjalin Hubungan
• Penyelenggaraan Organisasi
17

DAFTAR PUSTAKA

Mahmudin. Manajemen Dakwah (Cet I;Ponorogo Jawa Timur


Indonesia: Wade Group, 2018).

Munir, Muhammad dan Wahyu Ilaihi. Manajemen Dakwah. Jakarta: Kencana,

2006.

Anda mungkin juga menyukai