Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH STRATEGI DAN KEBIJAKAN LEMBAGA DAKWAH DI

INDONESIA

Dosen Pengampu : Dr.Hasan Mukmin,MA

Disusun Oleh Kelompok 1


Ayu Fitria Ningsih 1841030493
Via Astrina 1841030500
Yosiva Ranti 1841030496

JURUSAN MANAJEMEN DAKWAH KELAS F


FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG
TH 2020/1442H

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT. atas segala rahmatNYA


sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai . Tidak lupa kami juga
mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah
berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun
pikirannya.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah
pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya
dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi
lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami,
Kami yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu
kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari
pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Bandar Lampung, 02 November 2020

Kelompok 1

2
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI

Kata Pengantar 2
Daftar Isi 3

BAB 1. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 4

B. Rumusan Masalah 4

BAB 2. PEMBAHASAN

.1.2 MEMAHAMI DEFINISI STRATEGI & KEBIJAKAN 5


.2.2 STRATEGI DAN KEBIJAKAN LEMBAGA DAKWAH
INDONESIA 10

BAB 3. PENUTUP
Kesimpulan 14

DAFTAR PUSTAKA 15

BAB I

3
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Kegiatan dakwah sudah ada sejak adanya tugas dan fungsi yang
harus di emban oleh manusia di kehidupan dunia ini. Dari zaman ke
zaman semangat atau ghirrah serta upaya-upaya dalam kegiatan dakwah
tidak pernah padam. Hal ini terjadi tentunya bukan tanpa alasan, diantara
beberapa alasan yang membuat dakwah menjadi sebuah gerakan yang tak
akan pernah berhenti, dan akan terus diperjuangkan serta dikembangkan
oleh para pengembannya, paling tidak ada dua alasan penting yang
menjadikan semua itu tetap dilakukan. Dua dasar atau landasan yang
dijadikan pijakan sekaligus sumber mengapa dakwah akan terus
dilaksanakan dan diperjuangkan oleh pengembannya adalah: pertama
dasar normatif dan kedua dasar filosofis. Dasar normatif dalam pengertian
merupakan pijakan yang bersumber dari Al-Quran dan Hadis, sedangkan
dasar filosofis merupakan pijakan yang bersumber atas dasar logika atau
rasio dalam mempertimbangkan pentingnya dakwah dalam realitas
kehidupan masyarakat (Enjang, 2009: 39). Berdakwah di zaman kini,
dengan mengandalkan ujaran lewat perintah larangan secara lisan,
pengeras suara, himbauanhimbauan moral, sudah tidak menarik lagi.
Zaman sudah berubah, teknologi sudah maju, arus informasi sudah gencar,
dan media cetak-elektronik sudah bisa diakses di mana-mana. Semuanya 2
mengubah pola pikir, perspektif, dan citra seseorang dalam melihat
persoalan sosial, bahkan agama.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana strategi kebijakan dakwah di indonesia?
2. Apa saja kebijakan dan strategi dakwah di indonesia?
3. Apa saja peranan strategi dan kebijakan tsb?

4
BAB II
PEMBAHASAN

1.1 MEMAHAMI DEFINISI STRATEGI & KEBIJAKAN

A. DEFINISI STRATEGI
Kata “strategi “berasal dari bahasa yunani, yaitu “strategos”
(stratos = militer dan ag = memimpin), yang berarti “generalship” atau
suatu yang dikerjakan para jendral perang, dalam membuat rencana untuk
memenangkan perang (Rachmat, 2014: 2). Menurut istilah, strategi
merupakan rencana yang mengandung cara komperhensif dan integratif
yang dapat dijadikan pegangan untuk bekerja, berjuang dan bebuat guna
memenangkan kompetisi.1
Sedangkan Iwan Purwanto menjelaskan bahwa “Strategis is unified
comperhensive and integrated plan that relates the strategy advantages of
the firm to the chalanges of the enterprise and achieve through proper
execution by the organization” (strategi adalah rencana yang disatukan,
menyeluruh dan terpadu yang mengaitkan keunggulan strategi perusahaan
dengan tantangan lingkungan yang dirancang untuk memastikan tujuan
utama perusahaan dapat dicapai melalui pelaksanaan yang tepat oleh
perusahaan).2
Strategi menurut para ahli adalah sebagai berikut:
a) Clausewits (Gray, Collin, 2007) strategi merupakan teknik penyusunan
cara-cara bertempur yang paling baik dan yang paling memungkinkan
untuk memenangkan pertarungan. Tujuannya adalah untuk mencapai
kepentingan yang mungkin dihasilkan dari perang tersebut.
b) Michael Porter dalam artikelnya yang berjudul Competitive Strategy in
Harvard Business Review (1996) menyatakan strategi adalah sekumpulan
tindakan atau aktifitas yang berbeda untuk mengantarkan nilai unik.

1
Syaiful Sagala, Manajemen Strategik dalam Peningkataan Mutu Pendidikan, (Bandung:
Alfabeta,2007), Cet.2, hlm.137.
2
Iwan Purwanto, Manajemen Strategi, (Bandung: CV Yrama Widya, 2007), hlm. 74.

5
c) Thompson dan Strikcland (2001) menegaskan strategi terdiri atas
aktivitas-aktivitas yang penuh daya saing serta pendekatan-pendekatan
bisnis untuk mencapai kinerja yang memuaskan (sesuai target) dalam
bukunya Rachmat (2014: 2).
Menurut Marrus (2002:31) strategi didefinisikan sebagai suatu proses
penentuan rencana para pemimpin puncak yang berfokus pada tujuan jangka
panjang organisasi, disertai penyusunan suatu cara atau upaya bagaimana agar
tujuan tersebut dapat dicapai.
Selanjutnya Quinn (1999:10) mengartikan strategi adalah suatu bentuk
atau rencana yang mengintegrasikan tujuan-tujuan utama, kebijakan-kebijakan
dan rangkaian tindakan dalam suatu organisasi menjadi suatu kesatuan yang utuh.
Strategi diformulasikan dengan baik akan membantu penyusunan dan
pengalokasian sumber daya yang dimiliki perusahaan menjadi suatu bentuk yang
unik dan dapat bertahan. Strategi yang baik disusun berdasarkan kemampuan
internal dan kelemahan perusahaan, antisipasi perubahan dalam lingkungan, serta
kesatuan pergerakan yang dilakukan oleh mata-mata musuh.
Dari kedua pendapat di atas, maka strategi dapat diartikan sebagai suatu
rencana yang disusun oleh manajemen puncak untuk mencapai tujuan yang
diinginkan. Rencana ini meliputi : tujuan, kebijakan, dan tindakan yang harus
dilakukan oleh suatu organisasi dalam mempertahankan eksistensi dan
menenangkan persaingan, terutama perusahaan atau organisasi harus memilki
keunggulan kompetitif. Hal ini seperti yang diungkapkan Ohmae (1999:10) bahwa
strategi bisnis, dalam suatu kata, adalah mengenai keunggulan kompetitif.
Satu-satunya tujuan dari perencanaan strategis adalah memungkinkan
perusahaan memperoleh, seefisien mungkin, keunggulan yang dapat
mempertahankan atas saingan mereka. Strategi koorperasi dengan demikian
mencerminkan usaha untuk mengubah kekuatan organisasi relatif terhadap
saingan dengan seefisien mungkin.
Untuk menjamin agar supaya strategi dapat berhasil baik dengan meyakinkan
bukan saja dipercaya oleh orang lain, tetapi memang dapat dilaksanakan, Hatten
dan hatten (1996: 108-109) memberikan beberapa petunjuknya sebagai berikut :
a) Strategi harus konsiten dengan lingkungan, strategi dibuat mengikuti arus

6
perkembangan masyarakat, dalam lingkungan yang memberi peluang untuk
bergerak maju.
b) Setiap organisasi tidak hanya membuat satu strategi, tergantung pada ruang
lingkup kegiatannya. Apabila ada banyak strategi yang dibuat maka strategi yang
satu haruslah konsisten dengan strategi yang lain. Jangan bertentangan atau
bertolak belakan, semua strategi senantiasa diserasikan satu dengan yang lain.
c) Strategi yang efektif hendaknya memfokuskan dan menyatukan semua
sumberdaya dan tidak menceraiberaikan satu dengan yang lain. Persaingan tidak
sehat antara berbagai unit kerja dalam suatu organisasi seringkali mengklaim
sumberdayanya, membiarkannya terpisah dari unit kerja lainnya sehingga
kekuatan-kekuatan yang tidak menyatu itu justru merugikan posisi organisasi.
d) Strategi hendaknya memusatkan perhatian pada apa yang merupakan
kekuatannya dan tidak pada titik-titik yang justru adalah kelemahannya. Selain itu
hendaknya juga memanfaatkan kelemahan pesaing dan membuat langkah-langkah
yang tepat untuk menempati posisi kompetitif yang lebih kuat.
e) Sumber daya adalah sesuatu yang kritis. Mengingat strategi adalah sesuatu
yang mungkin, hendaknya dibuat sesuatu yang memang layak dapat dilaksanakan.
f) Strategi hendaknya memperhitungkan resiko yang tidak terlalu besar. Memang
setiap strategi mengandung resiko, tetapi haruslah berhati-hati, sehingga tidak
menjerumuskan organisasike lubang yang lebih besar. Oleh karena itu strategi
hendaknya selalu dapat dikontrol.
g) Strategi hendaknya disusn diatas landasan keberhasilan yang telah dicapai. h)
Tanda-tanda suksesnya dari suksesnya strategi ditampakkan dengan adanya
dukungan dari pihak-pihak yang terkait dari para eksekutif, dari semua pimpinan
unit dalam organisasi.3
Dari berbagai pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa penyusunan
strategi harus memperhatikan tujuan dan sasaran yang akan dicapai di waktu yang
akan datang, selain itu suatu organisasi harus senantiasa berinteraksi dengan
lingkungan dimana strategi tersebut akan dilaksanakan, sehingga strategi tersebut
tidak bertentangan melainkan searah dan sesuai dengan kondisi lingkungan dan
melihat kemampuan internal dan eksternal yang meliputi kekuatan dan kelemahan
3
Jurnal Ilmu Dakwah vol.35, No 2, Juli-Desember 2015 ISSN 1693-8054 Strategi dan
Manajemen Novi Maria Ulva

7
organisasinya. Oleh karena itu, strategi merupakan perluasan misi guna
menjembatani organisasi dengan lingkungannya. Strategi itu sendiri biasanya
dikembangkan untuk mengatasi isu strategis, dimana strategi menjelaskan respon
organisasi terhadap pilihan kebijakan pokok. Strategi secara umum akan gagal,
pada saat organisasi tidak memiliki konsisten antara apa yang dikatakan, apa yang
di usahakan dan apa yang dilakukan.

B. PERANAN STRATEGI
Peranan Strategi Dalam lingkungan organisasi atau perusahaan, strategi
memiliki peranan yang sangat penting bagi pencapaian tujuan, karena strategi
memberikan arah tindakan, dan cara bagaimana tindakan tersebut harus dilakukan
agar tujuan yang diinginkan tercapai.4 Menurut Grant (1999:21) strategi memiliki
3 peranan penting dalam mengisi tujuan manajemen, yaitu :
1) Strategi sebagai pendukung untuk pengambilan keputusan Strategi
sebagai suatu elemen untuk mencapai sukses. Strategi merupakan suatu
bentuk atau tema yang memberikan kesatuan hubungan antara keputusan-
keputusan yang diambil oleh individu atau organisasi.
2) Strategi sebagai sarana koordinasi dan komunikasi Salah satu peranan
penting strategi sebagai sarana koordinasi dan komunikasi adalah untuk
memberikan kesamaan arah bagi perusahaan
3) Strategi sebagai target Konsep strategi akan digabungkan dengan misi
dan visi untuk menentukan di mana perusahaan berada dalam masa yang
akan datang. Penetapan tujuan tidak hanya dilakukan untuk memberikan
arah bagi penyusunan strategi, tetapi juga untuk membentuk aspirasi bagi
perusahaan. Dengan demikian, strategi juga dapat berperan sebagai target
perusahaan.

C. DEFINISI KEBIJAKAN

4
accurate.id/marketing-manajemen-pengertian-manajemen-strategis/

8
Carl Friedrich menggemukakan bahwa “Pengertian kebijakan itu
merupakan suatu arah tindakan yang diusulkan oleh kelompok, seseorang, atau
juga pemerintah didalam suatu lingkungan tertentu yang memberikan hambatan-
hambatan dan juga kesempatan-kesempatan terhadap suatu kebijakan yang di
usulkan untuk bisa menggunakan serta juga mengatasi dalam rangka mencapai
suatu tujuan, atau juga merealisasikan suatu sasaran atau juga maksud tertentu.
Di dalam kamus politik yang ditulis oleh Marbun (2007) dikatakan bahwa:
“Kebijakan merupakan rangkaian konsep serta asas yang menjadi garis besar dan
juga dasar rencana dalam pelaksanaan satu pekerjaan, kepemimpinan dalam
pemerintahan atau juga organisasi pernyataan cita-cita, tujuan, prinsip atau juga
maksud sebagai garis pedoman dalam mencapai sasaran.”
Secara umum kebijakan merupakan aturan tertulis yang merupakan
keputusan formal organisasi yang memiliki sifat mengikat anggota yang terkait
dengan organisasi tersebut, yang bisa mengatur perilaku dengan tujuan
menciptakan tatanilai baru didalam masyarakat.
Richard Rose sebagaimana dikutip Budi Winarno (2007: 17) juga
menyarankan bahwa kebijakan hendaknya dipahami sebagai serangkaian kegiatan
yang sedikit banyak berhubungan beserta konsekuensi-konsekuensi bagi mereka
yang bersangkutan daripada sebagai keputusan yang berdiri sendiri. Pendapat
kedua ahli tersebut setidaknya dapat menjelaskan bahwa mempertukarkan istilah
kebijakan dengan keputusan adalah keliru, karena pada dasarnya kebijakan
dipahami sebagai arah atau pola kegiatan dan bukan sekadar suatu keputusan
untuk melakukan sesuatu.
Berdasarkan pendapat berbagai ahli tersebut di atas maka dapat
disimpulkan bahwa kebijakan adalah tindakan-tindakan atau kegiatan yang
sengaja dilakukan atau tidak dilakukan oleh seseorang, suatu kelompok atau
pemerintah yang di dalamnya terdapat unsur keputusan berupa upaya pemilihan di
antara berbagai alternatif yang ada guna mmaksud dan tujuan tertentu.

D. TINGKATAN KEBIJAKAN

9
 Kebijakan umum, yaitu kebijakan yang menjadi pedoman atau petunjuk
pelaksanaan baik yang bersifat positif ataupun yang bersifat negatif yang
meliputi keseluruhan wilayah atau instansi yang bersangkutan
 Kebijakan pelaksanaan adalah kebijakan yang menjabarkan kebijakan
umum. Untuk tingkat pusat, peraturan pemerintah tentang pelaksanaan
suatu undang-undang
 Kebijakan teknis, yaitu kebijakan operasional yang berada dibawah
kebijakan pelaksanaan

2.1 STRATEGI DAN KEBIJAKAN LEMBAGA DAKWAH


INDONESIA

A. Profil Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII)


Organisasi LDII pertama kali berdiri pada tanggal 3 Januari 1972
dengan nama Yayasan Lembaga Karyawan Islam (YAKARI). Pada
Musyawarah Besar (Mubes) tahun 1981 namanya berganti menjadi
lembaga karyawan Indonesia (LEMKARI), dan pada Mubes tahun 1990
sesuai dengan arahan Jenderal Rudini sebagai Menteri Dalam Negeri
(Mendagri) waktu itu,nama LEMKARI yang sama dengan akronim
lembaga Karate-Do Indonesia diubah menjadi Lembaga Dakwah Islam
Indonesia. Namun dari nama asal tersebut ada yang menyebut sejarah
LDII asalnya Darul Hadits kemudian berubah menjadi LEMKARI dan
berubah lagi menjadi LDII hingga saat ini.5
Lembaga Dakwah Islam Indonesia merupakan organisasi
kemasyaraka-tan yang resmi dan legal yang mengikuti ketentuan UU no.8
tahun 1985 tentang Organisasi Kemasyarakatan, serta pelaksanaannya
meliputi peraturan pemerintah (PP) no 18 tahun 1986. 6 LDII memiliki
Anggaran Dasar (AD) dan Anggaran Rumah Tangga (ART), program
kerja dan pengurus mulai dari tingkat pusat sampai dengan tingkat desa
(kelurahan). Keberadaan LDII sudah tercatat di Badan Kesatuan Bangsa
5
http//www.Idii.or.id, diakses pada tanggal 01 november 2020
6
Subkhan Ridho, Dinamika Keberagaman Lembaga Dakwah Islam Indonesia Kalipancur,
tidak dipublis (Semarang: Balai Penelitian Dan Pengembangan Agama Islam, 2010),hlm7.

10
dan Perlindungan Masyarakat (Bakesbang dan Linmas) Departemen
Dalam Negeri. LDII bergerak dalam bidang keagamaan dan sosial ( Islam)
yang berkantor pusat di jl Arteri Tentara Pelajar no 28 Patal, Senayan,
Jakarta Selatan, DKI Jakarta. Organisasi ini mempunyai keanggotaan
secara total sebanyak 15 juta (tahun 2005) dengan ketua umumnya Prof.
Dr. Ir . K.H. Abdullah Syam, M.Sc.
Sesuai dengan Anggaran Dasar pasal 6, LDII bertujuan untuk
meningkatkan kualitas peradaban, hidup, harkat dan martabat dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara serta turut dalam
pembangunan manusia Indonesia seutuhnya, yang dilandasi oleh keimanan
dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa guna terwujudnya
masyarakat madani yang demokratis dan berkeadilan sosial berdasarkan
Pancasila yang diridhoi oleh Allah SWT.

B. Strategi dan Kebijakan lembaga dakwah


Strategi dakwah adalah metode siasat, taktik atau manuver yang
dipergunakan dalam aktifitas dakwah.7Awal penggunaan kata strategi
dipergunakan dalam dunia militer. Lebih lanjut, Asmuni menambahkan,
strategi dakwah yang dipergunakan dalam usaha dakwah harus
memperhatikan beberapa hal, antara lain:
1) Azas filosofi, yaitu azas yang membicarakan tentang hal-hal yang
berkaitan dengan tujuan yang hendak dicapai dalam proses dakwah.
2) Azas psikologi yaitu azas yang terkait dengan kejiwaan manusia.
Seorang da’i adalah manusia, begitu juga sasaran serta objek dakwah yang
memiliki karakter kejiwaan yang unik.
3) Azas sosiologi, yaitu azas yang membahas masalah yang terkait dengan
situasi dan kondisi sasaran dakwah. Misalnya, politik masyarakat
setempat, mayoritas agama di daerah setempat, filosofi sasaran dakwah,
sosiokultur dan lain sebagainya yang sepenuhnya diarahkan pada
persaudaraan yang kokoh, sehingga tidak ada sekat di antara elemen

7
Asmuni Sukir, Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam (Surabaya: Al Ikhlas, 1983), hlm 32.

11
dakwah, baik kepada obyek (mad’u) maupun kepada sesama subyek
(pelaku dakwah).
Dalam memahami keberagamaan masyarakat, antara konsepsi
psikologis, sosiologi dan religiusitas hendaknya tidak dipisahkan secara
ketat, sebab jika terjadi percampuradukan maka akan menghasilkan
kesimpulan yang fatal.8 Selain ketiga hal tersebut diatas patut juga
dipertimbangkan, pertama azas kemampuan dan keahlian (achievement
and professional), yaitu azas yang menekankan pada kemampuan dan
profesionalisme subyek dakwah dalam menjalankan misinya. Latar
belakang subyek dakwah akan dijadikan ukuran kepercayaan mad’u.
Kedua, azas efektifitas dan efisiensi yaitu azas yang menekankan usaha
melaksanakan kegiatan dengan semaksimal mungkin sesuai dengan
planning yang telah di tetapkan sebelumnya.Sehingga dalam pelaksanaan
dakwah Islam sangat dibutuhkan mengelolaan melalui managemen yang
tersusun dan terencana.
Strategi dalam organisasi dakwah difokuskan pada unsur unsur
sebagai berikut:
pertama inovasi para pelaku dakwah yang akan mencerminkan usaha
organisasi untuk mengejar inovasi menghadapi mad’u.Kedua,
minimalisasi biaya yang mencerminkan usaha organisasi untuk melakukan
pengendalian biaya secara ketat dalam aktifitas dakwah.12Strategi dakwah
yang dilakukan oleh LDII lebih meningkatkan pemahaman keagamaan
terhadap para angotanya. Meskipun jumlah jamaahnya dapat meningkat
tetapi yang menjadi fokus dakwahnya kepada peningkatan terhadap paham
keagamaan.
Sebagai organisasi keagamaan LDII senantiasa berupaya untuk
meningkatkan jumlah anggota, sekaligus sebagai bentuk pengkaderan dan
regenerasi organisasi. LDII tidak memberikan batasan dalam rekruitmen
anggota baru. Setiap saat anggota masyarakat dapat secara terbuka
bergabung
dengan ketentuan yang telah di atur oleh Anggaran Dasar Organisasi.
8
Ahmad Anas, Paradigma Dakwah Kontemporer, Aplikasi Dan Praktisi Dakwah Sebagai
Solusi Problematika Kekinian (Cet 1; Semarang:bPustaka Rizki Putra,2006),hlm 184.

12
Sarat untuk menjadi anggota LDII berdasarkan Anggaran Dasar Pasal 14.
Yaitu yang terpenting anggota LDII adalah warga Negara Indonesia.
Pertama,Percaya dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.Kedua, Setia
kepada Pancasila dan UUD 1945. Ketiga,Menyatakan diri dengan sukarela
menjadi anggota LDII. Keempat,menerima, menyetujui, dan sanggup taat
terhadap AD dan ART LDII, serta seluruh keputusan musyawah dan rapat-
rapat, serta peraturan organisasi, dankelimabersedia mengikuti segala
kegiatan sesuai dengan program kerja organisasi.

BAB 3
PENUTUP

13
A. Kesimpulan
Jadi sttrategi adalah sebuah pendekatan yang berkaitan dengan
pelaksanaan gagasan, perencanaan dan ekskusi dalam suatu aktivitas yang
memiliki kurun waktu tertentu. Sementara kebijakan adalah rangkaian konsep
dan asas yang menjadi pedomanan dan dasar rencana dalam pelaksanaan suatu
pekerjaan, kepemimpinan, dan cara bertindak.
Strategi dalam lembaga dakwah digunakan untuk memikat para dai baru
agar mau bergabung pada lembaga dakwah terlebih diera saat ini banyak anak
milenial yang mau mencari dan menggali tentang agana lebih dalam. Dengan
tetap mengikuti kebijakan-kebijakan yang sudah di tetapkan guna tercapainya
tujuan pada lembaga.

14
DAFTAR PUST

Syaiful Sagala, Manajemen Strategik dalam Peningkataan Mutu Pendidikan,


(Bandung: Alfabeta,2007), Cet.2
Iwan Purwanto, Manajemen Strategi, (Bandung: CV Yrama Widya, 2007).

Jurnal Ilmu Dakwah vol.35, No 2, Juli-Desember 2015 ISSN 1693-8054


Strategi dan Manajemen Novi Maria Ulva

accurate.id/marketing-manajemen-pengertian-manajemen-strategis/
http//www.Idii.or.id, diakses pada tanggal 01 november 2020.

Subkhan Ridho, Dinamika Keberagaman Lembaga Dakwah Islam Indonesia


Kalipancur, tidak dipublis (Semarang: Balai Penelitian Dan
Pengembangan Agama Islam, 2010)

Asmuni Sukir, Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam (Surabaya: Al Ikhlas,


1983)
Ahmad Anas, Paradigma Dakwah Kontemporer, Aplikasi Dan Praktisi
Dakwah Sebagai Solusi Problematika Kekinian (Cet 1; Semarang:bPustaka
Rizki Putra,2006)

15

Anda mungkin juga menyukai