Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

“MABIT DI MUZDALIFAH”

Di susun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Filosofi dan Teori-Teori Haji
danUmrah

Semester 2 Manajemen Haji danUmrah

Dosen Pembimbing: H. Abdul Rahim, Lc., M.Pd.I

Oleh:

 Asmiah (50800120091)
 Putri Amalia Azzahrah (50800120090)
 Muhammad Yamin (50800120089)

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM


NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
Mabit dalam. ini tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari penulisan dari
makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Filosofi dan Teori- Teori Haji &
Umroh Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang
Haji yaitu mengenai Mabit, bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak/ibu yang telah


memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan
mengenai Mabit di Musdalipah.Kami juga mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membagi sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan
demi kesempurnaan makalah ini.

Enrekang, 20 Mei 2021

Penyusun

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................1

DAFTAR ISI.................................................................................................................2

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang..................................................................................................3
B. Rumusan Masalah.............................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN

A. Definisi Muzdalifah..........................................................................................5
B. Hukum dan Waktu Pelaksanaan Mabit di Muzdalifah.....................................6
C. Tempat Mabit di Muzdalifah............................................................................8
D. Aktifitas Mabit di Muzdalifah..........................................................................8
E. Kekeliruan Jamaa’ah di Muzdalifah.................................................................8

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan.....................................................................................................10
B. Saran...............................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................11

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Haji merupakan rukun Islam yang kelima yang diwajibkan bagi seorang
Muslim sekali sepanjang hidupnya bagi yang mampu melaksanakanya, Setiap
perbuatan dalam ibadah haji sebenarnya mengandung rahasia, contoh seperti
ihrom sebagai upacara pertama maksudnya adalah bahwa manusia harus
melepaskan diri dari hawa nafsu dan hanya mengahadap diri kepada Allah Yang
Maha Agung. Memperteguh iman dan takwa kepada Allah SWT karena dalam
ibadah tersebut diliputi dengan penuh kekhusyu'an, Ibadah haji menambahkan
jiwa tauhid yang tinggi

Ibadah haji adalah sebagai tindak lanjut dalam pembentukan sikap mental
dan akhlak yang mulia. Ibadah haji adalah merupakan pernyataan umat islam
seluruh dunia menjadi umat yang satu karena memiliki persamaan atau satu
akidah. Memperkuat fisik dan mental, kerena ibadah haji maupun umrah
merupakan ibadah yang berat memerlukan persiapan fisik yang kuat, biaya besar
dan memerlukan kesabaran serta ketabahan dalam menghadapi segala godaan dan
rintangan. Ibadah haji Menumbuhkan semangat berkorban, baik harta, benda, jiwa
besar dan pemurah, tenaga serta waktu untuk melakukannya.

Dengan melaksanakan ibadah haji bisa dimanfaatkan untuk membangun


persatuan dan kesatuan umat Islam sedunia. Ibadah haji merupakan muktamar
akbar umat islam sedunia, yang peserta-pesertanya berdatangan dari seluruh
penjuru dunia dan Ka'bahlah yang menjadi simbol kesatuan dan persatuan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang kamu ketahui tentang musdalifah ?
2. Bagaimana hukum dan waktu pelaksanaan Mabit di Muzdalifah ?

3
3. Dimana tempat mabit di Muzdalifah ?
4. Apa saja aktifitas ketika mabit di Muzdalifah ?
5. Apa saja kekeliruan-kekeliruan yang dilakukan jamaa’ah di
Musdalifah ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari muzdalifah
2. Untuk mengetahui hukum dan waktu pelaksanaan mabit di muzdalifah
3. Untuk mengetahui tempat mabit di muzdalifah
4. Untuk mwngetahui aktivitas apa saja yang dilakukan ketika mabit di
muzdalifah
5. Untuk mngetahui kekeliruan jama'ah di muzdalifah

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Muzdalifah

Muzdalifah (bahasa Arab: (‫ )مزدلفة‬adalah daerah terbuka di antara Mekkah


dan Mina di Arab Saudi yang merupakan tempat jamaah haji diperintahkan untuk
singgah dan bermalam setelah bertolak dari Arafah. Muzdalifah terletak di antara
Ma’zamain (dua jalan yang memisahkan dua gunung yang saling berhadapan)
Arafah dan lembah Muhassir. Luas Muzdalifah adalah sekitar 12,25 km², di sana
terdapat rambu-rambu pembatas yang menentukan batas awal dan akhir
Muzdalifah.

Jamaah haji setelah melaksanakan wukuf di Arafah bergerak menuju


Muzdalifah saat setelah terbenamnya matahari (waktu Maghrib). Di Muzdalifah
jamaah haji melaksanakan shalat Maghrib dan Isya secara digabungkan dan
disingkat (jamak qashar) dan bermalam di sana hingga waktu fajar. Di Muzdalifah
jamaah haji mengumpulkan batu kerikil yang akan digunakan untuk melempar
jumrah.

Bermalam di Muzdalifah hukumnya wajib dalam haji. Maka siapa saja


yang meninggalkannya diharuskan untuk membayar dam. Dianjurkan untuk
mengikuti jejak Nabi Muhammad SAW; bermalam hingga memasuki waktu
shalat Subuh, kemudian berhenti hingga fajar menguning. Namun bagi orang-
orang yang lemah, seperti kaum wanita, orang-orang tua dan yang seperti mereka,
boleh meninggalkan Muzdalifah setelah lewat tengah malam. Setelah shalat
Subuh, jamaah haji berangkat menuju ke Mina.

Setelah wukuf di Arafah, ketika hari mulai sore saat matahari tenggelam
pada tanggal 9 Dzulhijah, jemaah haji secara keseluruhan bergerak ke Muzdalifah
untuk bermalam atau mabit. Bergerak dalam talbiyah dan dzikir kepada Allah.
Mabit di Muzdalifah artinya barmalam atau berhenti sejenak atau menginap di
Muzdalifah pada malam 10 Dzul Hijjah selepas wukuf di Arofah. Dibagian

5
sebelah barat dari Muzdalifah ini terletak Masy'aril Harom, yaitu gunung Quzah.
Mufassir lain mengatakan, Masy'aril Harom adalah Muzdalifah seluruhnya.

“Jika kamu telah selesai dari Arafah, maka berzikirlah kepada Allah di
Masy’aril Haram (Muzdalifah).” (Q.S. Al-Baqarah: 198)1

Mabit di Muzdalifah hukumnya wajib, kecuali bagi seseorang yang


mendapat udzur, misalnya: bertugas melayani jama'ah, sakit, merawat orang sakit,
menjaga harta dan lainnya. Di Muzdalifah jemaah Haji melakukan mabit atau
wukuf, minimal telah melewati tengah malam, yang lebih utama mabit dilakukan
sampai selesai shalat Subuh sebelum berangkat ke Mina untuk melakukan
Jumrah Aqabah.

Secara umum jarak antara Padang Arafah ke Muzdalifah hanya sekitar 9


KM, namun waktu tempuh biasanya merambat pelan hingga 4 jam perjalanan.
Amalan yang dilakukan di Muzdalifah adalah shalat maghrib dan isya dengan
menjamak serta dzikir.

B. Hukum Dan Waktu Pelaksanaan Mabit Di Muzdalifah

Para imam madzhab sependapat bahwa mabit di Muzdalifah hukumnya


wajib, kecuali bagi seseorang yang mendapat udzur, misalnya: bertugas melayani
jama’ah, sakit, merawat orang sakit, menjaga harta, dll.. Hal ini didasarkan pada
firman Allah dalam surat Al-Baqarah ayat 198,

P‫ا‬P‫ و‬P‫ ُر‬P‫ ُك‬P‫ ْذ‬P‫ ا‬Pَ‫ ف‬P‫ت‬ ٍ P‫ ٰف‬P‫ر‬Pَ P‫ َع‬P‫ن‬Pْ P‫ ِّم‬P‫ ْم‬Pُ‫ ت‬P‫ض‬ Pْ Pَ‫ ف‬Pَ‫ ا‬P‫ ٓا‬P‫ َذ‬Pِ‫ ا‬Pَ‫ ف‬Pۗ P‫ ْم‬P‫ِّ ُك‬P‫ ب‬PَّP‫ ر‬P‫ن‬Pْ P‫ اًل ِّم‬P‫ض‬ Pْ Pَ‫ ف‬P‫ ا‬P‫و‬Pْ P‫ ُغ‬Pَ‫ ت‬P‫ ْب‬Pَ‫ ت‬P‫ن‬Pْ Pَ‫ ا‬P‫ ٌح‬P‫ ا‬Pَ‫ ن‬P‫ ُج‬P‫ ْم‬P‫ ُك‬P‫ ْي‬Pَ‫ ل‬P‫ َع‬P‫س‬ Pَ P‫ ْي‬Pَ‫ل‬
P‫ َن‬P‫ ِم‬Pَ‫ ل‬P‫ه‬Pٖ Pِ‫ ل‬P‫ ْب‬Pَ‫ ق‬P‫ن‬Pْ P‫ ِّم‬P‫ ْم‬Pُ‫ ت‬P‫ ْن‬P‫ ُك‬P‫ن‬Pْ Pِ‫ ا‬P‫ َو‬Pۚ P‫ ْم‬P‫ ُك‬P‫ ى‬P‫د‬Pٰ Pَ‫ ه‬P‫ ا‬P‫ َم‬P‫ َك‬Pُ‫ ه‬P‫و‬Pْ P‫ ُر‬P‫ ُك‬P‫ ْذ‬P‫ ا‬P‫ َو‬Pۖ P‫م‬Pِ P‫ ا‬P‫ َر‬P‫ َح‬P‫ ْل‬P‫ ا‬P‫ ِر‬P‫ َع‬P‫ ْش‬P‫ َم‬P‫ ْل‬P‫ ا‬P‫ َد‬P‫ ْن‬P‫ ِع‬Pَ ‫هّٰللا‬
P‫ َن‬P‫ِّ ْي‬P‫ ل‬P‫ ۤا‬PَّP‫ض‬P‫ل‬P‫ا‬

Artinya :

Setelah kamu meninggalkan Arofah maka berdzikirlah mengingat Allah di


Masy’aril Harom. (Al Baqoroh/2:198).

Farida, https://www.daftarhajiumroh.com/muzdalifah/ (terakhir di akses tanggal 20 Mei


1

2021,pukul 15:30)

6
Kewajiban mabit di Muzdalifah ini juga didasarkan kepada hadis Nabi saw
riwayat Jabir, sbb:

…….PP‫ ْم‬Pَ‫ ل‬P‫و‬Pَ P‫ ِن‬P‫ ْي‬Pَ‫ ت‬P‫ َم‬P‫ ا‬Pَ‫ ق‬Pِ‫ إ‬P‫ َو‬P‫ ٍد‬P‫ح‬ Pِ P‫ ا‬P‫و‬Pَ P‫ ٍن‬P‫ ا‬P‫ َذ‬Pَ‫ أ‬Pِ‫ ب‬P‫ َء‬P‫ ا‬P‫ َش‬P‫ع‬Pِ P‫ ْل‬P‫ ا‬P‫و‬Pَ P‫ب‬
Pَ P‫ ِر‬P‫ ْغ‬P‫ َم‬P‫ ْل‬P‫ ا‬P‫ ا‬Pَ‫ ه‬Pِ‫ ب‬P‫ ى‬PPَّ‫ ل‬P‫ص‬
Pَ Pَ‫ ف‬Pَ‫ ة‬Pَ‫ ف‬Pِ‫ ل‬P‫ َد‬P‫ز‬Pْ P‫ ُم‬P‫ ْل‬P‫ ا‬P‫ ى‬Pَ‫ ت‬Pَ‫أ‬
Pَ‫ ع‬Pَ‫ ل‬Pَ‫ ط‬P‫ ى‬PPَّ‫ ت‬P‫ َح‬P‫ َم‬PPَّ‫ ل‬P‫ َس‬P‫و‬Pَ P‫ ِه‬P‫ ْي‬Pَ‫ ل‬P‫ َع‬Pُ ‫ هَّللا‬P‫ ى‬Pَّ‫ ل‬P‫ص‬ Pَ Pِ ‫ هَّللا‬P‫ ُل‬P‫ و‬P‫ ُس‬P‫ َر‬P‫ َع‬P‫ َج‬Pَ‫ ط‬P‫ض‬ Pْ P‫ ا‬P‫ َّم‬Pُ‫ ث‬P‫ً ا‬P‫ ئ‬P‫ ْي‬P‫ َش‬P‫ ا‬P‫ َم‬Pُ‫ ه‬Pَ‫ ن‬P‫ ْي‬Pَ‫ ب‬P‫ح‬Pْ ِّP‫ ب‬P‫ َس‬Pُ‫ي‬
P‫ ى‬PPَّ‫ ت‬P‫ َح‬P‫ َء‬P‫ ا‬P‫ َو‬P‫ص‬ Pْ Pَ‫ ق‬P‫ ْل‬P‫ ا‬P‫ب‬ Pَ P‫ ِك‬P‫ر‬Pَ P‫ َّم‬Pُ‫ ث‬P‫ ٍة‬P‫ َم‬P‫ ا‬Pَ‫ ق‬Pِ‫ إ‬P‫و‬Pَ P‫ ٍن‬P‫ ا‬P‫ َذ‬Pَ‫ أ‬Pِ‫ ب‬P‫ ُح‬P‫ ْب‬PُّP‫ص‬P‫ل‬P‫ ا‬Pُ‫ ه‬Pَ‫ ل‬P‫ن‬Pَ PَّP‫ ي‬Pَ‫ ب‬Pَ‫ ت‬P‫ن‬Pَ P‫ ي‬P‫ ِح‬P‫ر‬Pَ P‫ج‬Pْ Pَ‫ ف‬P‫ ْل‬P‫ ا‬P‫ ى‬PPَّ‫ ل‬P‫ص‬ َ P‫و‬Pَ P‫ ُر‬P‫ج‬Pْ Pَ‫ ف‬P‫ ْل‬P‫ا‬
P‫ً ا‬P‫ ف‬Pِ‫ق‬P‫ ا‬P‫ َو‬P‫ل‬Pْ P‫ز‬Pَ Pَ‫ ي‬P‫ ْم‬Pَ‫ ل‬Pَ‫ ف‬Pُ‫ ه‬P‫ َد‬PَّP‫ ح‬P‫ َو‬P‫و‬Pَ Pُ‫ ه‬Pَ‫ ل‬PPَّ‫ ل‬Pَ‫ ه‬P‫ َو‬Pُ‫ ه‬P‫ َر‬PَّP‫ ب‬P‫ َك‬P‫ َو‬Pُ‫ه‬P‫ ا‬P‫ َع‬P‫ َد‬Pَ‫ ف‬Pَ‫ ة‬Pَ‫ ل‬P‫ ْب‬Pِ‫ ق‬P‫ ْل‬P‫ ا‬P‫ َل‬Pَ‫ ب‬P‫ ْق‬Pَ‫ ت‬P‫ ْس‬P‫ ا‬Pَ‫ ف‬P‫ َم‬P‫ ا‬P‫ َر‬P‫ح‬
Pَ P‫ ْل‬P‫ ا‬P‫ َر‬P‫ َع‬P‫ ْش‬P‫ َم‬P‫ ْل‬P‫ ا‬P‫ ى‬Pَ‫ ت‬Pَ‫أ‬
P‫س‬ ُ P‫ ْم‬P‫ َّش‬P‫ل‬P‫ ا‬P‫ َع‬Pُ‫ ل‬P‫ط‬ ْ Pَ‫ ت‬P‫ن‬Pْ Pَ‫ أ‬P‫ َل‬P‫ ْب‬Pَ‫ ق‬P‫ َع‬Pَ‫ ف‬P‫ َد‬Pَ‫ ف‬P‫ ا‬Pًّ‫ د‬P‫ج‬ Pِ P‫ َر‬Pَ‫ ف‬P‫ ْس‬Pَ‫ أ‬P‫ ى‬PPَّ‫ ت‬P‫… َح‬..

Nabi saw. mendatangi Muzdalifah, lalu shalat Maghrib dan Isya dengan
adzan sekali dan dua kali iqomat, dan tidak shalat (sunat) di antara keduanya.
Kemudian berbaring (tidur) sampai terbit fajar: Lalu shalat Subuh setelah jelas
waktu Subuh dengan sekali adzan dan sekali iqomat. Kemudian mengendarai
Qoswaa sehingga sampai di Masy’ar al Harom lalu menghadap kiblat, berdo’a,
bertakbir, bertahlil dan membaca kalimat tauhid lalu terus bewukuf sampai terang
benar. Lalu berangkat sebelum terbit matahari.Secara detail, ketentuan mabit di
Muzdalifah ini dapat dijelaskan sebagai berikut:

Pertama, menurut madzhab Syafi’i, jamaah harus berada di Muzdalifah


walaupun sebentar dengan syarat harus berada di Muzdalifah, sekurang-
kurangnya melewati pertengahan malam setelah wuquf di Arafah dan tidak perlu
berdiam (al-muktsu), baik ia (jamaah haji) tahu sedang berada di Muzdalifah atau
tidak.

Kedua, menurut madzhab Hanafi, berada di Muzdalifah merupakan wajib


haji, dan cukup sesaat sebelum fajar. Apabila tidak berada di Muzdalifah sebelum
terbit fajar, jamaah haji harus membayar dam, kecuali ada alasan syar’I, seperti
sakit, maka tidak apa-apa.

Ketiga, menurut madzhab Hambali, berada di Muzdalifah adalah wajib


haji dan dapat dilakukan kapan saja, sejenak dari pertengahan kedua malam
Nahar, bukan karena dia petugas pengairan atau penggembala.

Keempat, menurut madzhab Maliki, termasuk wajib haji adalah turun di


Muzdalifah sekedarnya dalam perjalanan setelah wuquf di Arafah pada malam

7
hari, pada saat menuju Mina.Dasar yang digunakan para imam madzhab mengenai
kewajiban mabit di Muzdalifah sebagai berikut:

Pertama, keterangan yang dikemukakan Imam al-Nawawi Al-Dimasqi


dalam kitabnya, Al-Majmu’, bahwasanya kewajiban membayar Dam bagi yang
meninggalkan mabit di Muzdalifah dikenakan bagi orang yang meninggalkannya
karena tidak ada udzur.

Kedua, riwayat Abu Daud, Turmudzi, Ibnu Majah, dan Muhadditsin


lainnya, sebagai berikut

‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم بِ ْال ُم ْز َدلِفَ ِة ِحينَ َخ َر َج‬


َ ِ ‫ْت َرسُو َل هَّللا‬ ُ ‫ارثَةَ ب ِْن اَل ٍم الطَّائِ ِّي قَا َل أَتَي‬ِ ‫س ب ِْن َح‬ ِ ْ‫رِّس ب ِْن أَو‬
ِ ‫ض‬ َ ‫ع َْن عُرْ َوةَ ب ِْن ُم‬
‫ت‬ ُ ‫ ٍل إِاَّل َوقَ ْف‬Pْ‫ت ِم ْن َحب‬ ُ ‫ َر ْك‬Pَ‫ْت نَ ْف ِسي َوهَّللا ِ َما ت‬ ُ ‫ت َرا ِحلَتِي َوأَ ْت َعب‬ ُ ‫ت ِم ْن َجبَلَ ْي طَي ٍِّئ أَ ْكلَ ْل‬ ُ ‫ُول هَّللا ِ إِنِّي ِج ْئ‬
َ ‫ت يَا َرس‬ ُ ‫صاَل ِة فَقُ ْل‬
َّ ‫إِلَى ال‬
َ‫ة‬Pَ‫فَ بِ َع َرف‬PPَ‫صاَل تَنَا هَ ِذ ِه َو َوقَفَ َم َعنَا َحتَّى نَ ْدفَ َع َوقَ ْد َوق‬ َ ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َم ْن َش ِه َد‬َ ِ ‫َعلَ ْي ِه فَهَلْ لِي ِم ْن َح ٍّج فَقَا َل َرسُو ُل هَّللا‬
َ َ‫ك لَ ْياًل أَوْ نَهَارًا فَقَ ْد أَتَ َّم َح َّجهُ َوق‬
ُ‫ضى تَفَثَه‬ َ ِ‫قَ ْب َل َذل‬

Dari Urwah bin Mudras bin Aus Atha’ir Ashabi berkata: aku datangi
Rasulullah saw di Muzdalifah ketika beliau keluar sembahyang maka aku berkata:
wahai Rasulullah aku datang dari gunung Tha’yi aku lelah dari perjalanan dan
lemah badanku, demi allah aku tidak meninggalkan dari sebuah gunung kecuali
aku berhenti padanya. Apakah sah hajiku? Berkata Rasulullah saw, “Barang siapa
menghadiri shalat kami (Subuh) ini dan wuquf bersama kami hingga kami
berangkat dari sini, dan ia sudah wuquf di Arafah sebelum itu malam atau siang,
maka sempurnalah hajinya dan selesailah ibadahnya”.

C. Tempat Mabit Di Muzdalifah

Menurut imam Ahmad, seluruh kawasan Muzdalifah merupakan tempat


mabit, kecuali lembah Mahasir (terletak antara Muzdalifah dan Mina). Hanya saja,
mabit atau wuquf di Quzzah dinilai lebih utama, berdasarkan hadis yang
diriwayatkan Ali ra., sebagai berikut:

P‫ح‬ Pَ Pَ‫ ق‬P‫ َو‬P‫ َو‬P‫ َم‬PPَّ‫ ل‬P‫ َس‬P‫ َو‬P‫ ِه‬P‫ ْي‬Pَ‫ ل‬P‫ َع‬Pُ ‫ هَّللا‬P‫ ى‬Pَّ‫ ل‬P‫ص‬
َ P‫ َز‬Pُ‫ ق‬P‫ ى‬Pَ‫ ل‬P‫ َع‬P‫ف‬ َ P‫ي‬ َّ Pِ‫ ب‬PPَّ‫ن‬P‫ل‬P‫ ا‬P‫ ي‬Pِ‫ ن‬P‫ ْع‬Pَ‫ ي‬P‫ َح‬Pَ‫ ب‬P‫ص‬ Pْ Pَ‫ أ‬P‫ ا‬P‫ َّم‬Pَ‫ ل‬Pَ‫ ف‬P‫ َل‬P‫ ا‬Pَ‫ق‬ P‫ ٍّي‬Pِ‫ ل‬P‫ َع‬P‫ن‬Pْ P‫َع‬
ٌ Pِ‫ ق‬P‫و‬Pْ P‫ َم‬P‫ ا‬Pَ‫ ه‬Pُّ‫ ل‬P‫ ُك‬P‫ ٌع‬P‫ ْم‬P‫ َج‬P‫و‬Pَ P‫ف‬
P‫ف‬ Pُ Pِ‫ ق‬P‫و‬Pْ P‫ َم‬P‫ ْل‬P‫ ا‬P‫ َو‬Pُ‫ ه‬P‫ َو‬P‫ ُح‬P‫ َز‬Pُ‫ق‬ P‫ ا‬P‫ َذ‬Pَ‫ ه‬P‫ َل‬P‫ ا‬Pَ‫ ق‬Pَ‫ف‬

8
Menurut Sayid Sabiq, Quzzah merupakan bukit di Muzdalifah, yang dalam surat
Al-Baqarah ayat 198 diredaksikan dengan al-Masy’ar al-Haram.

D. Aktifitas Ketika Mabit Di Muzdalifah

Menurut sunnah Rasulullah saw, aktifitas yang dilakukan ketika mabit di


Muzdalifah sebagai berikut: Shalat berjamaah Maghrib dan Isya dengan jama’
takhir dan qosor di Muzdalifah dengan 1 kali adzan dan 2 kali iqomat, tanpa ada
shalat sunat di antara keduanya. Sesudah shalat, beristirahat (tidur) sampai terbit
fajar. Setelah terbit fajar shalat berjamaah Subuh dengan 1 kali adzan dan 1 kali
iqomat. Selesai shalat Subuh lalu berwukuf di Masy’aril Harom, berdo’a,
membaca tahmid, tahlil, kalimat tauhid (Laa Ilaaha illallah), sampai terang.
Kemudian berangkat ke tempat Jumroh Aqobah di Mina sebelum matahari terbit.
Selain itu, pada saat mabit di Muzdalifah, jama’ah haji mencari batu kerikil
sejumlah yang diperlukan untuk melempar jumrah di Mina esok hari dan hari
lain setelahnya.

E. Kekeliruan-kekeliruan Yang Dilakukan Jama’ah Di Muzdalifah

Kekeliruan-kekeliruan yang dilakukan Jama’ah haji Di Muzdalifah, setidaknya


bisa dijelaskan sebagai berikut:

Pertama, sebagian jama’ah haji, di saat pertama tiba di Muzdalifah, sibuk dengan
memungut batu kerikil sebelum melaksanakan shalat Maghrib dan Isya dan
mereka berkeyakinan bahwa batu-batu kerikil pelempar Jamrah itu harus diambil
dari Muzdalifah. Yang benar, adalah dibolehkannya mengambil batu-batu itu dari
seluruh tempat di Tanah Haram. Sebab keterangan yang benar dari Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa sallam, bahwasanya beliau tidak pernah menyuruh agar
dipungutkan batu-batu pelempar Jamrah Aqabah dari Muzdalifah. Hanya saja
beliau pernah dipungutkan batu-batu itu di waktu pagi ketika meninggalkan
Muzdalifah setelah masuk Mina. Ada pula sebagian mereka yang mencuci batu-
batu itu dengan air, padahal inipun tidak disyari’atkan.

Kedua, pada saat mabit di Muzdalifah, apalagi setelah tengah malam lewat,
banyak jama’ah yang mengumandangkan takbir lengkap seperti di tanah air.

9
Mereka seakan-akan ingat kebiasaan di tanah air, kalau malam lebaran selalu
membaca takbir. Padahal, menurut Imam al-Nawawi al-Dimasyqy, takbir lengkap
ini sunnah dikumandangkan untuk menggantikan talbiyyah kalau jama’ah haji
telah melempar jumrah aqabah, minimal untuk lemparan pertama .

Ketiga, banyak jama’ah yang tidak sabaran telah meninggalkan Muzdalifah


sebelum tengah malam (ba’da zawal). Mereka berebut bus, pingin buru-buru ke
Mina untuk melontar jamarat Aqabah atau ke Makah untuk Thawaf Ifadhah.
Padahal mayoritas imam mazhab sepakat, mabit di Muzdalifah itu sekurang-
kurangnya sampai tengah malam (ba’da zawal), walaupun yang afdhal, mabit di
Muzdalifah itu berlangsung sampai subuh. Jama’ah yang meninggalkan
Muzdalifah sebelum zawal, wajib membayar dam.2

2
Farida, https://www.daftarhajiumroh.com/muzdalifah/ (terakhir di akses tanggal 20 Mei
2021,pukul 15:30)

10
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Muzdalifah (bahasa Arab: ‫ )مزدلفة‬adalah daerah terbuka di antara Mekkah


dan Mina di Arab Saudi yang merupakan tempat jamaah haji diperintahkan untuk
singgah dan bermalam setelah bertolak dari Arafah. Muzdalifah terletak di antara
Ma’zamain (dua jalan yang memisahkan dua gunung yang saling berhadapan)
Arafah dan lembah Muhassir. Luas Muzdalifah adalah sekitar 12,25 km², di sana
terdapat rambu-rambu pembatas yang menentukan batas awal dan akhir
Muzdalifah.

Secara detail, ketentuan mabit di Muzdalifah ini dapat dijelaskan sebagai


berikut:

Pertama, menurut madzhab Syafi’i, jamaah harus berada di Muzdalifah


walaupun sebentar dengan syarat harus berada di Muzdalifah, sekurang-
kurangnya melewati pertengahan malam setelah wuquf di Arafah dan tidak perlu
berdiam (al-muktsu), baik ia (jamaah haji) tahu sedang berada di Muzdalifah atau
tidak.

Kedua, menurut madzhab Hanafi, berada di Muzdalifah merupakan wajib haji,


dan cukup sesaat sebelum fajar. Apabila tidak berada di Muzdalifah sebelum
terbit fajar, jamaah haji harus membayar dam, kecuali ada alasan syar’I, seperti
sakit, maka tidak apa-apa.

Kekeliruan-kekeliruan yang dilakukan Jama’ah haji Di Muzdalifah,


setidaknya bisa dijelaskan sebagai berikut:

Pertama, sebagian jama’ah haji, di saat pertama tiba di Muzdalifah, sibuk


dengan memungut batu kerikil sebelum melaksanakan shalat Maghrib dan Isya
dan mereka berkeyakinan bahwa batu-batu kerikil pelempar Jamrah itu harus
diambil dari Muzdalifah. Yang benar, adalah dibolehkannya mengambil batu-batu

11
itu dari seluruh tempat di Tanah Haram. Sebab keterangan yang benar dari Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa sallam, bahwasanya beliau tidak pernah menyuruh agar
dipungutkan batu-batu pelempar Jamrah Aqabah dari Muzdalifah.

B. Saran

Inilah yang dapat kami paparkan mengenai Ihram. Dalam makalah kami
masih memiliki banyak kekurangan, oleh karena itu kita sama- sama belajar dan
saling memperbaiki kekurangan.

12
DAFTAR PUSTAKA

https://www.daftarhajiumroh.com/muzdalifah/ diakses pada 20 mei 2021

https://haqtour.com/pengertian-mabit-di-muzdalifah/ diakses pada 20 mei


2021

https://id.mwikipedia.org/wiki/muzdalifah diakses pada 20 mei 2021

https://news.detik.com/berita/d-4130464/sekilas-tentang-mabit-di-
muzdalifah diakses pada 20 mei 2021

13

Anda mungkin juga menyukai