Anda di halaman 1dari 10

“MIQAT”

Filosofi dan Teori - Teori Haji & Umrah

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Filosofi dan Teori - Teori Haji
& Umroh

Disusun Oleh :
Kelompok 3
Wanda Irwan ( 50800120065)
Aisyah M.Basir ( 50800120068)
Muh Faiz Faathir (50800120064)
Muhammad Farhan Ash Shiddiq ( 50800120094)

Dosen Pengampuh :
H. Abdul Rahim, Lc., M.Pd.I.

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR


FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
MANAJEMEN HAJI DAN UMRAH
TAHUN AJARAN 2020-2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Miqat dalam. ini tepat pada
waktunya. Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Filosofi
dan Teori- teori Haji & Umroh Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan
tentang Haji yaitu mengenai Miqat, bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak/ibu yang telah memberikan tugas ini
sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan mengenai miqat haji dan umroh.Kami juga
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian pengetahuannya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah
ini.

Gowa, 29 Maret, 2021


DAFTAR ISI

Kata Pengantar………………………………………………………………….………………..i

Daftar Isi………………………………………………………………………...………………..ii

Bab I Pendahuluan

a. Latar Belakang…………………………………………………………………………….3
b. Rumusan Masalah…………………………………………………………………………3

Bab II Pembahasan

a. Pengertian Miqot……………………………………………………………….………….5
b. Macam- Macam Miqot…………………………………………………………………....5
c. Pandangan Ulama tentang Miqat Haji…………………………………………………….7

Bab III Penutup

a. Kesimpulan………………………………………………………………………………..9
b. Saran………………………………………………………………………………………9

Daftar pustaka……………………………………………………………………..……………10
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Agama Islam bertugas mendidik dhahir manusia, mensucikan jiwa manusia, dan
membebaskan diri manusia dari hawa nafsu. Dengan ibadah yang tulus ikhlas dan aqidah yang
murni sesuai kehendak Allah, insya Allah kita akan menjadi orang yang beruntung.Ibadah dalam
agama Islam banyak macamnya. Haji adalah salah satunya, yang merupakan rukun iman yang
kelima. Ibadah haji adalah ibadah yang baik karena tidak hanya menahan hawa nafsu dan
menggunakan tenaga dalam mengerjakannya, namun juga semangat dan harta. Dalam
mengerjakan haji, kita menempuh jarak yang demikian jauh untuk mencapai Baitullah, dengan
segala kesukaran dan kesulitan dalam perjalanan, berpisah dengan sanak keluarga dengan satu
tujuan untuk mencapai kepuasan batin dan kenikmatan rohani.

B. Rumusan Masalah
1 .Apa pengertian dari Miqat?
2. Apa saja macam- macam Miqat?
3. Bagaimana pandangan ulama tentang Miqat Haji?
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Miqot
Miqat berasal dari akar kata ‫ ميقات‬yang secara harfiah berarti batas atau garis Menurut
isilah Miqat adalah batas untuk memulai yaitu kapan mulai melapazkan niat dengan maksud
melintasi batas antara tanah biasa dengan tanah suci .
Pengertian Miqat secara harfiah berarti batas yaitu garis demarkasi atau garis batas antara
boleh atau tidak,atau perintah mulai atau berhenti, yaitu kapan mulai melapazkan niat dan
maksud melintasi batas antara Tanah Biasa dengan Tanah Suci. Sewaktu memasuki Tanah Suci
itulah semua jama’ah harus berpakaian Ihram dan mengetuk pintu perbatasan yang dijaga oleh
penghuni – penghuni surga.
Siapa saja yang akan melaksanakan ibadah haji atau umrah akan melaksanakan ihram
untuk mengawali ibadah yang suci itu, sebagai syarat ihram adalah memulai ihram dari miqat.
Mahmud Syaltut, menyebutkan niat inilah yang dinamakan ihram, yang mempunyai dua
lambang syi’ar pertama tampak dalam diam (inplisit) yakni menanggalkan pakaian yang berjahit,
dan melepaskan diri dari kemewahan badani, yang kedua syi’ar yang terdengar diucapkan yaitu
bacaan talbiyah. Maka yang paling penting adalah mengetahui miqat, sebagai tempat mulai
berihram.

B. Macam-macam Miqot
Miqat adalah batas untuk beribadah haji/umrah yang meliputi batas waktu dan batas
tempat. Miqat terbagi 2 yaitu batas waktu disebut miqat zamani dan batas tempat yang disebut
miqat makani

 Miqot Makani
Miqat makani adalah miqat yang berdasarkan peta atau batas tanah geografis, tempat
seseorang harus mulai menggunakan pakaian Ihram untuk melintas batas tanah suci dan berniat
hendak melaksanakan Ibadah Haji atau Umrah. Miqat Makani adalah berdasarkan hadis nabi
antara lain :
Dari Ibnu Abbas Radliyallaahu 'anhu bahwa Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam telah
menetapkan miqat untuk penduduk Madinah: Dzul Khulaifah, Penduduk Syam: Al-Juhfah,
penduduk Nejed: Qarnul Manazil, Penduduk Yaman,Yalamlam. Miqat-miqat itu untuk mereka
dari negeri-negeri tersebut dan untuk mereka yang melewatinya dari negeri-negeri lain yang
ingin menunaikan haji dan umrah. Adapun bagi orang-orang selain itu maka miqatnya dari
tempat yang ia kehendaki, sehingga penduduk Mekkah miqatnya dari Mekkah." Muttafaq Alaihi.
Dari 'Aisyah Radliyallaahu 'anhu bahwa Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam menentukan miqat
bagi penduduk Iraq di Dzat Iraq. ( HR Abu Dawud dan Nasa'I ) dari Ibnu Abbas Radliyallaahu
'anhu bahwa Nabi Shallallaahu'alaihi wa Sallam menetapkan al-'Aqiqi sebagai miqat penduduk
dari timur. ( HR. Ahmad, Abu Dawud , dan Tirmidzi)
Ada lima tempat yang menjadi lokasi miqat makani. Kelima tempat ini ditetapkan oleh
Rasulullah SAW sebagai tempat miqat untuk berhaji/umrah bagi warga dan setiap orang yang
melewatinya walaupun bukan penduduk setempat.
Masing-masing jemaah dari berbagai negara menggunakan lokasi tertentu sebagai tempat
miqat makani, disesuaikan dengan dari mana ia berasal. Demikian pula dengan jemaah
Indonesia. Ada lokasi-lokasi miqat yang biasa digunakan oleh jemaah haji/umrah asal Indonesia

1. Zulhulaifah (Bir Ali)


Bir Ali menjadi tempat miqat bagi penduduk Madinah dan yang melewatinya. Jemaah
haji asal Indonesia biasanya miqat di Masjid Zulhulaifah (Bir Ali) yang berlokasi 9 kilometer
dari Madinah.
2. Juhfah
Juhfah berlokasi sekitar 183 kilometer di arah barat laut Mekkah. Lokasi miqat ini
biasanya digunakan jemaah dari Syria, Yordania, Mesir dan Lebanon.
3. Qarnul Manazil (as-Sail)
Lokasi Qarnul Manazil (as-Sail) di dekat kawasan pegunungan Taif, sekitar 94 kilometer
di timur Makkah. Biasanya, titik miqat ini menjadi lokasi miqat bagi jemaah dari Dubai.
4. Yalamlam
Yalamlam berada di arah tenggara Mekkah, dengan jarak sekitar 92 kilometer. Ini adalah
lokasi miqat bagi jemaah dari Yaman dan mereka yang melalui rute yang sama, seperti jemaah
dari India, Pakistan, China, dan Jepang. Jemaah haji Indonesia yang mengambil miqat saat
perjalanan di pesawat biasanya dilakukan ketika pesawat mendekati Yalamlam/Qarnul Manazil.
5. Zatu Irqin
Lokasi miqat ini berjarak sekitar 94 kilometer di arah timur laut Mekkah. Biasanya,
digunakan sebagai lokasi miqat jemaah dari Iran dan Irak atau yang melalui rute yang sama.

 Miqat Zamani
Miqat zamani adalah batas waktu diperbolehkan untuk memulai niat (ihram) bagi haji,
yaitu bulan Syawal, Dzulqa'dah, dan sepuluh hari dari bulan Dzulhijjah. Menurut Ibnu Abbas,
Ibnu Umar, Jabir dan Syafi'i, ihram untuk haji tidak sah jika dilakukan diluar bulan-bulan haji.
Imam Bukhari mengatakan, "menurut Ibnu Umar Ra., bulan-bulan haji itu ialah bulan Syawal,
Dzulqa'dah, dan sepuluh hari dari bulan Dzulhijjah."
Musim haji adalah beberapa bulan yang dimaklumi, barangsiapa yang menetapkan
niatnya dalam bulan itu akan mengerjakan haji, maka tidak boleh rafats, berbuat fasik dan
berbantah-bantahan di dalam masa mengerjakan haji. Dan apa yang kamu kerjakan berupa
kebaikan, niscaya Allah mengetahuinya. Berbekallah, dan sesungguhnya baik-baik bekal adalah
takwa dan bertakwalah kepada-Ku hai orang-orang yang berakal1[5]

C. Pandangan Ulama Tentang Miqat Haji


Menurut Mazhab Zhahiri, bahwa ihram tidak boleh dimulai kecuali dari miqat-miqat
yang telah disebutkan dalam hadis-hadis nabi Saw, lain halnya apabila ijma’ ulama mengubah
ketentuan-ketentuan miqat-miqat tersebut. Dalam perkembangan selanjutnya para Fuqaha
mempunyai pendapat yang berbeda mengenai tempat ini, juga mengenai miqat orang-orang yang
tidak melewati tempat miqat yang telah menjalani konsensus semula, begitu pula tentang
memulai niat ihram dan mula berpakaian ihram.
Jumhur ulama fiqh berpendapat bahwa orang Iraq tempat miqatnya di Zdati- Irqi, Imam
Syafi'i dan Stawri berpendapat bagi mereka itu, tempat miqatnya di Zdati I-Irqi dan Aqiq, sesuai
dengan keterangan Umar Ibn Abas.
Aisyah dan Jumhur ulama berpendapat, bahwa jika seseorang melewati tempat miqat
tanpa berniat, sedangkan pada waktu itu dia akan melaksanakan ihram, maka dia wajib
membayar dam, meskipun setelah ingat ia kembali ke tempat miqat lalu berniat ihram, dia tetap
juga membayar dam.

1
Menurut pendapat Imam Syafi'i jika dia kembali ke tempat semula (miqat) maka
gugurlan kewajiban membayar dam. Sedangkan sekelompok orang berpendapat bahwa
seseorang tadi jika ia tidak kembali ke miqat maka tidaklah sah hajinya2[11]
Didalam kitab Ahkam disebutkan jika seseorang yang terlupa kemudian dia kembali ke
miqat maka hanya pada umrah saja yang dibolehkan. Para ulama Fiqh berpendapat, jika rumah
seseorang itu lebih dekat ke Mekkah, dari tempat miqatnya berniatnya sendiri. Imam Malik,
Ishaq dan ahmad berpendapat orang yang demikian ini itu mendapatkan rukhsah tetapi miqat
pada tempat-tempat yang telah ditentukan itu akan lebih baik, Ibnu Abbas dan Ibn Umar Ra dan
In mas'ud Azzahiry menyatakan tidak boleh miqat kecuali dari tempat miqat yang ditentukan,
Bagi penduduk yang berada di tanah haram, maka berihram dari tanah haram sesuai dengan
hadist yang diriwayatkan oleh jabir.
Artinya: “Bahwasanya Aisyah-haidh semua upacara haji telah dilakukannya, hanya
iatidak tawaf di Baitulah. Tatkala ia telah suci dan Tawaf katanya" ya Rasullulah, apakah kamu
sekalian akan pergi dengan membawa haji atau umrah sedangkan saya hanya membawa haji
saja?" maka Nabi pun menyuruh Abdurrahman bin Abu Bakar agar membawanya ke Tan'im,
hingga Aisyah pun melakukan umrah setelah haji di bulan Dzulhijjah".

BAB III

PENUTUP

2
A. Kesimpulan

Miqat berasal dari akar kata ‫ ميقات‬yang secara harfiah berarti batas atau garis. Miqat
adalah batas untuk memulai atau berhenti yaitu kapan mulai melapazkan niat dengan maksud
melintasi batas antara tanah biasa dengan tanah suci dan batas bagi dimulainya ibadah haji
(batas-batas yang telah ditetapkan).

Miqat adalah batas untuk beribadah haji/umrah yang meliputi batas waktu dan batas
tempat. Miqat terbagi 2 yaitu batas waktu disebut miqat zamani dan batas tempat yang disebut
miqat makani.

Menurut Mazhab Zhahiri, bahwa ihram tidak boleh dimulai kecuali dari miqat-miqat
yang telah disebutkan dalam hadis-hadis nabi Saw, lain halnya apabila ijma’ ulama mengubah
ketentuan-ketentuan miqat-miqat tersebut.

B. Saran
Inilah Yang dapat kami paparkan mengenai Miqat. Dalam makalah kami masih memiliki
banyak kekurangang, oleh karena itu kita sama- sama belajar dan saling memperbaiki
kekurangan..

DAFTAR PUSTAKA

https://blog.principal.co.id/id/mengenal-miqat-dalam-ibadah-haji-dan-umrah

https://fatour.co.id/pengertian-miqat-dan-tempat-melaksanakan-miqat/
http://irwantokrc.blogspot.com/2015/04/miqat-bagi-jamaah-haji-indonesia_38.html

https://www.lapakumroh.com/id/miqat

Anda mungkin juga menyukai